Modul 1 - William - 2015041024
Modul 1 - William - 2015041024
LAPORAN PRAKTIKUM
TME 345 – Praktikum Mekanika Teknik
Nama : William
NIM : 2015-041-024
Kelompok : MG-2
Tanggal Praktikum : 22 September 2017
Tanggal Pengumpulan : 13 Oktober 2017
Asisten : Benedict Yunas
A = x.z
F = gaya tarikan, N
A = luas penampang, m2
x = panjang, m
z = lebar, m
∆𝐿
𝜀= (2.2)
𝐿
ΔL = Pertambahan panjang, m
L = Panjang awal benda, m
𝑇 = 𝐹. 𝐿 (2.5)
𝜎
𝛾=𝐺 (2.6)
𝑏ℎ3
𝐼𝑧 = (2.9)
12
a. Uji tarik
1. Rangkai kabel penghubung secara full bridge dengan posisi kabel merah
berlawanan dengan kabel kuning dan kabel hijau berlawanan dengan kabel
biru. Setelah itu, hubungkan connector ke komputer, lalu buka VDAS pilih
menu “Tension system” untuk mengecek apakah sudah terhubung atau
belum.
2. Setting nilai active arm ke “n” dan gauge factor ke 2.11
3. Kemudian pasang benda uji yang diinginkan (baja, tembaga, aluminium,
dan kuningan) ke alat uji, lalu setting starin gauge display pada titik nol
ketika sudah stabil.
4. Pasang beban sebesar 1kg dan pada VDAS beban juga diubah ke angka 1kg.
Kemudian catat besar regangan dan tegangan yang tercatat atau klik tombol
untuk mencatat apabila menggunakan VDAS.
5. Lakukan eksperimen tersebut dengan menambahkan beban sebesar 1kg
sampai dengan total maksimal beban sebesar 10kg.
6. Bila sudah, lakukan prosedur 3-5 dengan bahan benda uji yang lain.
b. Uji torsi
1. Rangkai kabel penghubung secara full bridge dengan posisi kabel merah
berlawanan dengan kabel hijau dan kabel biru berlawanan dengan kabel
kuning. Setelah itu, hubungkan connector ke komputer, lalu buka VDAS
dan pastikan sudah terhubung.
2. Pilih menu “Torsion system”, lalu setting nilai active arm sebesar 4 dan
gauge factor sebesar 2.05.
3. Kemudian ketika sudah stabil, alat di setting pada titik nol.
4. Pasang beban sebesar 250 g dan pada VDAS beban juga diubah ke angka
250 g. Kemudian catat besar regangan dan tegangan yang tercatat atau klik
tombol untuk mencatat apabila menggunakan VDAS.
5. Lakukan eksperimen tersebut dengan menambahkan beban sebesar 250 g
sampai dengan total maksimal beban sebesar 500 g.
c. Uji bending
1. Rangkai kabel penghubung secara full bridge dengan posisi kabel merah
berlawanan dengan kabel biru dan kabel kuning berlawanan dengan kabel
hijau. Setelah itu, hubungkan connector ke komputer, lalu buka VDAS dan
pastikan sudah terhubung.
2. Pilih menu “Bending System” lalu setting nilai active arm sebesar 4 dan
gauge factor sebesar 2.09.
3. Kemudian ketika sudah stabil, alat di setting titik nol.
4. Pasang beban sebesar 50 g dan pada VDAS beban juga diubah ke angka 50
g. Kemudian catat besar regangan dan tegangan yang tercatat atau klik
tombol untuk mencatat apabila menggunakan VDAS.
5. Lakukan eksperimen tersebut dengan menambahkan beban sebesar 50 g
sampai dengan total maksimal beban sebesar 500 g.
V. TUGAS DAN PERTANYAAN
1. Apakah yang dimaksud dengan sistem uji tarik?
Jawab:
Sistem uji tarik adalah suatu sistem pengujian yang digunakan untuk
menguji kekuatan suatu bahan/material dengan cara memberikan beban
gaya yang sesumbu.
4. Dari keempat material uji tarik mana yang paling kuat? Berikan aplikasi
uji tarik beserta gambarnya!
Jawab:
Dari keempat material, uji tarik yang paling kuat adalah uji tarik dengan
material baja. Hal ini karena baja memiliki modulus elastisitas terbesar
dibandingkan dengan material lain sehingga membutuhkan tegangan
yang besar untuk menarik baja dan menghasilkan regangan yang
terkecil dibandingkan material lainnya.
Aplikasi uji tarik:
Pengujian tarik pada material yang digunakan untuk membuat
jembatan agar jembatan tersebut dapat bersifat elastis saat menahan
beban.
𝐹 39,24 𝑁
𝜎= = = 2,002040816 𝑁/𝑚𝑚2 = 2,002040816 𝑀𝑃𝑎
𝐴 19,6 𝑚𝑚
𝜎 2,002040816𝑀𝑃𝑎
𝜀= = = 0,00000967169 = 9,67169 × 10−6
𝐸 207000𝑀𝑃𝑎
3.003061224
3 2.50255102
2.002040816
2 1.501530612
1.001020408
1 0.500510204
0
0
0 4 8 11 15 18 21 24 27 30 32
ɛ Eksperimen (x 10-6)
3.003061224
3 2.50255102
2.002040816
2 1.501530612
1.001020408
1 0.500510204
0
0
ɛ Teoritis
𝐹 39,24 𝑁
𝜎= = = 2,002040816 𝑁/𝑚𝑚2 = 2,002040816 𝑀𝑃𝑎
𝐴 19,6 𝑚𝑚
𝜎 2,002040816𝑀𝑃𝑎
𝜀= = = 0,0000192504 = 1,92504 × 10−5
𝐸 104000𝑀𝑃𝑎
3.003061224
3 2.50255102
2.002040816
2 1.501530612
1.001020408
1 0.500510204
0
0
ɛ Teoritis
𝐹 39,24 𝑁
𝜎= = = 2,002040816 𝑁/𝑚𝑚2 = 2,002040816 𝑀𝑃𝑎
𝐴 19,6 𝑚𝑚
𝜎 2,002040816𝑀𝑃𝑎
𝜀= = = 0,0000160163 = 1,60163 × 10−5
𝐸 125000𝑀𝑃𝑎
3.003061224
3 2.50255102
2.002040816
2 1.501530612
1.001020408
1 0.500510204
0
0
ɛ Teoritis
𝐹 39,24 𝑁
𝜎= = = 2,002040816 𝑁/𝑚𝑚2 = 2,002040816 𝑀𝑃𝑎
𝐴 19,6 𝑚𝑚
𝜎 2,002040816𝑀𝑃𝑎
𝜀= = = 0,0000288895 = 2,88895 × 10−5
𝐸 69300𝑀𝑃𝑎
3.003061224
3 2.50255102
2.002040816
2 1.501530612
1.001020408
1 0.500510204
0
0
ɛ Teoritis
𝜋 2 𝜋
𝐴= 𝐷 = (10)2 = 78,53982634 𝑚𝑚2
4 4
𝐹 1,962 𝑁
𝜎= = = 0,02498096 𝑁/𝑚𝑚2
𝐴 78,53981634 𝑚𝑚
= 0,02498096 𝑀𝑃𝑎
𝜎 0,02498096 𝑀𝑃𝑎
𝛾= = = 0,000000313831 = 3.13831 x 10−7
𝐺 79600 𝑀𝑃𝑎
𝛾 3.13831 x 10−7
𝜀= = = 0,0000156916 = 1,56916 × 10−5
2 2
0.04
0.0312262
0.03 0.02498096
0.01873572
0.02 0.01249048
0.01 0.00624524
0
0
0 2 4 7 9 12 15 17 20 22 25
ɛ Eksperimen (x 10-6)
ɛ Teoritis
Sistem bending
Perhitungan sistem bending menggunakan data ke-5.
Diketahui:
m = 0,2 kg b = 20 mm
E = 207 GPa = 207000 MPa h = 5 mm
ɛ Eksperimen = 41 x 10-6 y = ½. h = ½. 5 mm = 2,5 mm
𝜎 7,0632𝑀𝑃𝑎
𝜀= = = 0,0000341217 = 3,41217 × 10−5
𝐸 207000𝑀𝑃𝑎
Tabel 6.6. Hasil Perhitungan Sistem Bending
m F (N) L M ɛ ɛ Teoritis σ (MPa)
(kg) (mm) (N.mm) Eksperimen
0 0 300 0 0 0 0
0,05 0.4905 300 147.15 10 x 10-6 8.53043 x 10-6 1.7658
0,1 0.981 300 294.3 20 x 10-6 1.70609 x 10-5 3.5316
0,15 1.4715 300 441.45 30 x 10-6 2.55913 x 10-5 5.2974
0,2 1.962 300 588.6 41 x 10-6 3.41217 x 10-5 7.0632
0,25 2.4525 300 735.75 51 x 10-6 4.26522 x 10-5 8.829
0,3 2.943 300 882.9 61 x 10-6 5.11826 x 10-5 10.5948
0,35 3.4335 300 1030.05 72 x 10-6 5.9713 x 10-5 12.3606
0,4 3.924 300 1177.2 82 x 10-6 6.82435 x 10-5 14.1264
0,45 4.4145 300 1324.35 92 x 10-6 7.67739 x 10-5 15.8922
0,5 4.905 300 1471.5 103 x 10-6 8.53043 x 10-5 17.658
12
10 8.829
7.0632
8
5.2974
6
3.5316
4 1.7658
2 0
0
0 10 20 30 41 51 61 72 82 92 103
ɛ Eksperimen (x 10-6)
ɛ Teoritis
Pada sistem uji tarik, benda yang digunakan pada praktikum ini adalah
material baja, tembaga, kuningan, dan aluminium. Regangan diperoleh
akibat pemberian beban menuju permukaan benda. Gaya akan
menghasilkan tegangan pada benda yang membuat benda terdeformasi. Saat
benda terdeformasi, dapat diketahui regangan yang dihasilkan melalui
pengukuran menggunakan strain gauge. Namun, dengan gaya yang sama
hasil regangan pada keempat material ini berbeda-beda. Hal ini karena
adanya perbedaan modulus elastisitas masing-masing material. Semakin
besar modulus elastisitas material, semakin sulit material tersebut
berdeformasi dan sebaliknya. Untuk itu, material baja memiliki nilai
regangan yang paling kecil dibandingkan dengan material lain jika
diberikan gaya yang sama.
Pada sistem torsi, regangan dipengaruhi oleh torsi pada benda. Torsi
diperoleh dari pemberian gaya yang bekerja secara rotasi. Torsi tersebut
kemudian menghasilkan perubahan tegangan yaitu tegangan geser. Dari
tegangan geser akan menghasilkan regangan geser melalui modulus
elastisitas geser benda tersebut. Lalu regangan dihasilkan dari setengah hasil
regangan geser. Hasil regangan eksperimen cenderung lebih besar daripada
secara teoritis. Hal ini dapat disebabkan karena adanya gangguan pada saat
pengukuran regangan. Gangguan ini dapat berupa kesalahan pada saat
praktikum seperti ketidakseimbangan beban saat mengukur, kesalahan pada
sensor regangan, dan sebagainya.
Pada sistem bending, regangan diperoleh dari tegangan yang diterima
benda. tegangan diperoleh akibat pemberian momen gaya menuju benda
yang menyebabkan mengalami gaya tarik dan gaya tekan. Selain momen
gaya, tegangan disebabkan oleh titik berat benda dan momen inersia dari
benda yang bekerja. Tegangan yang sudah diperoleh dapat dihasilkan
regangan juga. Seperti pada sistem uji tarik, regangan diperoleh dari
perbandingan antara tegangan dan modulus elastisitas. Hasil regangan
eksperimen pada sistem bending pun juga cenderung lebih besar daripada
secara teoritis. Hal ini juga dapat disebabkan karena kesalahan, misalnya
pada saat praktikum seperti terjadi ketidakseimbangan pemberian beban
saat mengukur regangan, momen yang bekerja tidak merata, dan
sebagainya.
VII. SIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, kesimpulannya adalah sebagai
berikut:
1. Strain gauge merupakan sensor yang digunakan untuk mengetahui
besarnya regangan. Regangan diperoleh dari pemberian beban ke suatu
permukaan benda yang menyebabkan terjadinya pertambahan panjang.
2. Pada sistem uji tarik, regangan sangat dipengaruhi oleh pembebanan
gaya ke suatu permukaan benda yang menghasilkan tegangan. Dengan
perbandingan antara tegangan dan modulus elastisitas material,
didapatkan nilai regangan.
3. Pada sistem torsi, regangan dipengaruhi akibat tegangan geser benda.
Tegangan geser ini dipengaruhi akibat perubahan gaya yang bergerak
secara rotasi atau yang disebut juga dengan torsi.
4. Pada sistem bending, gaya dan panjang benda yang mempengaruhi nilai
regangan pada benda.
5. Hasil regangan secara eksperimen lebih besar daripada regangan secara
teoritis yang dapat disebabkan karena kesalahan-kesalahan pada saat
praktikum.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
[1] Beer, F. P., Johnston, E. R. & DeWolf, J. T. 2006. Mechanics of
Materials, 4th ed. New York: McGraw-Hill Education.
[2] Craig, Jr., R.R. 2006. Mechanics of Materials, 2nd ed. New York: John
Wiley & Sons, Inc.
[3] Gere, J.M., and Timoshenko, S.P., 1984. Mechanics of Materials, 3rd
ed., Boston: PWS-Kent Publ. Co.
[4] Riley, W.F., Sturges, L.D., and Morris, D.H. 1999. Mechanics of
Materials, 5th ed., New York: John Wiley & Sons, Inc.
IX. LAMPIRAN
Gambar 9.4. Alat Sistem Uji Torsi (atas) dan Bending (bawah)