Anda di halaman 1dari 28

MODUL 1

DASAR PENGUKURAN REGANGAN

LAPORAN PRAKTIKUM
TME 345 – Praktikum Mekanika Teknik

Nama : William
NIM : 2015-041-024
Kelompok : MG-2
Tanggal Praktikum : 22 September 2017
Tanggal Pengumpulan : 13 Oktober 2017
Asisten : Benedict Yunas

LABORATORIUM MEKANIKA EKSPERIMENTAL


PRODI TEKNIK MESIN - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
JAKARTA
2017
I. TUJUAN
 Mengetahui penggunaan strain gauge pada sistem uji tarik, sistem torsi
dan sistem bending.
 Membandingkan hasil regangan secara teoritis dengan hasil
eksperimental pada setiap pengujian.

II. TEORI DASAR


Pengukuran regangan dilakukan dengan meletakkan suatu sensor pada
struktur yang akan di uji. Sensor yang diperuntukkan sebagai pengukur
regangan adalah strain gauge. Strain gauge adalah bagian yang sangat
penting dari sebuah load cell, dengan fungsi untuk mendeteksi besarnya
perubahan dimensi jarak yang disebabkan oleh suatu elemen gaya. Strain
gauge secara umum digunakan dalam pengukuran presisi gaya, berat,
tekanan, torsi, dan perpindahan serta mekanis lainnya. Strain gauge
menghasilkan perubahan nilai tahanan yang proporsional dengan perubahan
panjang, sehingga digunakan untuk mengukur regangan yang dapat terjadi
pada suatu material. Strain gauge dapat digunakan dengan cara
menempelkannya sesuai dengan permukaan material yang sedang diuji dan
dengan wire yang searah dengan arah yang akan diuji yang ditunjukkan
pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Strain Gauge


Sistem elektrikal akan berubah saat terjadi deformasi, sehingga
regangan dapat diukur melalui cara ini. Semua sistem elektrikal akan
berkolaborasi dengan perubahan dari regangan. Banyak dari pengukur
strain gauge otomatis yang berkolaborasi dengan perubahan tegangan
listrik akibat regangan.
a. Hukum Hooke
Pada hampir semua logam, ditahap sangat awal dari uji tarik, hubungan
antara beban atau gaya yang diberikan berbanding lurus dengan perubahan
panjang bahan tersebut. Ini disebut daerah linier atau linear zone. Di daerah
ini, kurva pertambahan panjang vs beban mengikuti aturan Hooke yaitu
rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan.
Tegangan (stress) adalah besarnya gaya dibagi dengan luas penampang
bahan. Regangan adalah besarnya deformasi akibat gaya - beban atau
tegangan (stress) yang diberikan. Tegangan menunjukkan kekuatan gaya
yang menyebabkan perubahan bentuk pada benda. Rumus tegangan
ditunjukkan pada Persamaan 2.1 dan rumus regangan ditunjukkan pada
Persamaan 2.2.
𝐹
𝜎=𝐴 (2.1)

A = x.z
F = gaya tarikan, N
A = luas penampang, m2
x = panjang, m
z = lebar, m

∆𝐿
𝜀= (2.2)
𝐿

ΔL = Pertambahan panjang, m
L = Panjang awal benda, m

Maka, hubungan antara tegangan dan regangan ditunjukkan pada


Persamaan 2.3.
𝜎=𝜀𝐸 (2.3)
ε = Regangan
E = Modulus Elastisitas, N/mm2 (MPa)
σ = Tegangan, N/mm2 (MPa)
Pada Pengujian Puntir, gaya yang timbul pada penampang merupakan
gaya yang tegak lurus dengan sumbu dari suatu benda tersebut, sehingga
muncul tegangan dan regangan geser pada setiap posisi benda yang diuji.
Tegangan dan regangan geser dapat diketahui dengan menggunakan
persamaan 2.4 & 2.6.
𝑇.𝐷
𝜏= (2.4)
𝐽

𝑇 = 𝐹. 𝐿 (2.5)
𝜎
𝛾=𝐺 (2.6)

Hubungan antara regangan geser dengan regangan dapat dihitung


dengan menggunakan persamaan 2.7.
𝛾
𝜀=2 (2.7)

Pada pengujian bending, dimana spesimen mengalami gaya tekan dan


tarik pada titik yang sama dengan ketinggian dari luas permukaan yang
berbeda, dapat ditemukan tegangan yang terjadi dapat menggunakan
persamaan 2.8, dan regangan dapat ditemukan dengan menggunakan
persamaan 2.3.
𝑀.𝑦
𝜎= (2.8)
𝐼𝑧

𝑏ℎ3
𝐼𝑧 = (2.9)
12

b. Rasio Poisson (v)

Gambar 2.2. Rasio Poisson


Pada Gambar 2.2. dapat dilihat bahwa rasio regangan melintang suatu
material terhadap regangan memanjang (menurut arah gaya yang
diberikan). Simeon Poisson, seorang matematikawan asal perancis,
menemukannya saat ia menyadari luas penampang suatu material berkurang
ketika ditarik yang ditunjukkan pada Persamaan 2.10.
−𝜀𝑥
𝑣= (2.10)
𝜀𝑦

Untuk kebanyakan logam, regangan yang searah dengan tegangannya,


tiga kali lebih besar dan polaritas berlawanan dengan regangan yang diukur
pada sudut yang benar untuk penerapan tegangan. Sehingga besar rasio
poisson untuk logam umumnya 0.3.

III. PERALATAN PERCOBAAN


a. Uji tarik
1. 1 unit strain gauge display.
2. 4 Bridge Completion Resisitors.
3. Connector Lead Assy.
4. Spesimen baja, tembaga, kuningan dan aluminium (lebar 10,06 mm
x tebal 2,02 mm).
5. Gantungan pemberat 500 g.
6. Pemberat terdiri dari 0,5 kg, 1 kg, 2 kg, 5 kg.
b. Uji torsi
1. 1 unit strain gauge display
2. 4 Bridge Completion Resisitors
3. Connector Lead Ass
4. Lengan torsi
5. Gantungan pemberat
6. 50 buah pemberat 10 g
c. Uji bending
1. 1 unit strain gauge display
2. 4 Bridge Completion Resisitors
3. Connector Lead Ass
4. Batang Kantilever
5. Gantungan Pemberat
6. 50 buah pemberat 10 g

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


*Pada percobaan ini praktikan jangan menyentuh sensor pada alat percobaan!

a. Uji tarik
1. Rangkai kabel penghubung secara full bridge dengan posisi kabel merah
berlawanan dengan kabel kuning dan kabel hijau berlawanan dengan kabel
biru. Setelah itu, hubungkan connector ke komputer, lalu buka VDAS pilih
menu “Tension system” untuk mengecek apakah sudah terhubung atau
belum.
2. Setting nilai active arm ke “n” dan gauge factor ke 2.11
3. Kemudian pasang benda uji yang diinginkan (baja, tembaga, aluminium,
dan kuningan) ke alat uji, lalu setting starin gauge display pada titik nol
ketika sudah stabil.
4. Pasang beban sebesar 1kg dan pada VDAS beban juga diubah ke angka 1kg.
Kemudian catat besar regangan dan tegangan yang tercatat atau klik tombol
untuk mencatat apabila menggunakan VDAS.
5. Lakukan eksperimen tersebut dengan menambahkan beban sebesar 1kg
sampai dengan total maksimal beban sebesar 10kg.
6. Bila sudah, lakukan prosedur 3-5 dengan bahan benda uji yang lain.

b. Uji torsi
1. Rangkai kabel penghubung secara full bridge dengan posisi kabel merah
berlawanan dengan kabel hijau dan kabel biru berlawanan dengan kabel
kuning. Setelah itu, hubungkan connector ke komputer, lalu buka VDAS
dan pastikan sudah terhubung.
2. Pilih menu “Torsion system”, lalu setting nilai active arm sebesar 4 dan
gauge factor sebesar 2.05.
3. Kemudian ketika sudah stabil, alat di setting pada titik nol.
4. Pasang beban sebesar 250 g dan pada VDAS beban juga diubah ke angka
250 g. Kemudian catat besar regangan dan tegangan yang tercatat atau klik
tombol untuk mencatat apabila menggunakan VDAS.
5. Lakukan eksperimen tersebut dengan menambahkan beban sebesar 250 g
sampai dengan total maksimal beban sebesar 500 g.

c. Uji bending
1. Rangkai kabel penghubung secara full bridge dengan posisi kabel merah
berlawanan dengan kabel biru dan kabel kuning berlawanan dengan kabel
hijau. Setelah itu, hubungkan connector ke komputer, lalu buka VDAS dan
pastikan sudah terhubung.
2. Pilih menu “Bending System” lalu setting nilai active arm sebesar 4 dan
gauge factor sebesar 2.09.
3. Kemudian ketika sudah stabil, alat di setting titik nol.
4. Pasang beban sebesar 50 g dan pada VDAS beban juga diubah ke angka 50
g. Kemudian catat besar regangan dan tegangan yang tercatat atau klik
tombol untuk mencatat apabila menggunakan VDAS.
5. Lakukan eksperimen tersebut dengan menambahkan beban sebesar 50 g
sampai dengan total maksimal beban sebesar 500 g.
V. TUGAS DAN PERTANYAAN
1. Apakah yang dimaksud dengan sistem uji tarik?
Jawab:
Sistem uji tarik adalah suatu sistem pengujian yang digunakan untuk
menguji kekuatan suatu bahan/material dengan cara memberikan beban
gaya yang sesumbu.

2. Jelaskan pengaruh tegangan geser pada sistem torsi!


Jawab:
Pengaruh tegangan geser pada sistem torsi adalah tegangan geser
merupakan tegangan yang diakibatkan oleh adanya gaya yang arahnya
sejajar dengan luas permukaannya. Untuk mengetahui besaran tegangan
geser, perlu diketahui besar torsi yang merupakan hasil perkalian gaya
dengan panjang suatu benda. Sehingga, dengan adanya torsi, tegangan
geser dapat diketahui.

3. Apa itu rasio poisson?


Jawab:
Rasio poisson adalah suatu rasio (perbandingan) antara regangan yang
memanjang dengan regangan yang melintang sesuai dengan arah gaya
yang diberikan atau perbandingan antara regangan yang berada pada
sumbu x dengan regangan yang berada pada sumbu y.

4. Dari keempat material uji tarik mana yang paling kuat? Berikan aplikasi
uji tarik beserta gambarnya!
Jawab:
Dari keempat material, uji tarik yang paling kuat adalah uji tarik dengan
material baja. Hal ini karena baja memiliki modulus elastisitas terbesar
dibandingkan dengan material lain sehingga membutuhkan tegangan
yang besar untuk menarik baja dan menghasilkan regangan yang
terkecil dibandingkan material lainnya.
Aplikasi uji tarik:
 Pengujian tarik pada material yang digunakan untuk membuat
jembatan agar jembatan tersebut dapat bersifat elastis saat menahan
beban.

Gambar 5.1 Jembatan

 Pengujian tarik pada material yang digunakan untuk membuat crane


agar crane tersebut dapat menahan beban dan tidak patah.

Gambar 5.2 Crane


VI. LEMBAR DATA, PERHITUNGAN DAN ANALISIS
6.1. LEMBAR DATA

Gambar 6.1. Lembar Data Sistem Uji Tarik

Gambar 6.2. Lembar Data Sistem Torsi


Gambar 6.3. Lembar Data Sistem Bending
6.2. PERHITUNGAN
Perhitungan pada praktikum ini terdiri dari perhitungan pada sistem uji tarik
sistem torsi dan sistem bending.
 Sistem uji tarik
(i) Perhitungan uji tarik dengan material jenis baja menggunakan data
ke-5.
Diketahui:
m = 4 kg ɛ Eksperimen = 15 x 10-6
x = 9,8 mm E = 207 GPa = 207000 MPa
z = 2 mm

𝐴 = 𝑥. 𝑧 = 9,8 𝑚𝑚. 2 𝑚𝑚 = 19.6 𝑚𝑚

𝐹 = 𝑚. 𝑔 = 4 𝑘𝑔. 9,81 𝑚/𝑠 2 = 39,24 𝑁

𝐹 39,24 𝑁
𝜎= = = 2,002040816 𝑁/𝑚𝑚2 = 2,002040816 𝑀𝑃𝑎
𝐴 19,6 𝑚𝑚

𝜎 2,002040816𝑀𝑃𝑎
𝜀= = = 0,00000967169 = 9,67169 × 10−6
𝐸 207000𝑀𝑃𝑎

Tabel 6.1. Hasil Perhitungan Sistem Uji Tarik Material Baja


Baja (E = 207 GPa)
m (kg) F (N) σ (MPa) ɛ Eksperimen ɛ Teoritis
0 0 0 0 0
1 9.81 0.500510204 4 x 10-6 2.41792 x 10-6
2 19.62 1.001020408 8 x 10-6 4.83585 x 10-6
3 29.43 1.501530612 11 x 10-6 7.25377 x 10-6
4 39.24 2.002040816 15 x 10-6 9.67169 x 10-6
5 49.05 2.50255102 18 x 10-6 1.20896 x 10-5
6 58.86 3.003061224 21 x 10-6 1.45075 x 10-5
7 68.67 3.503571429 24 x 10-6 1.69255 x 10-5
8 78.48 4.004081633 27 x 10-6 1.93434 x 10-5
9 88.29 4.504591837 30 x 10-6 2.17613 x 10-5
10 98.1 5.005102041 32 x 10-6 2.41792 x 10-5

Uji Tarik Baja Eksperimen


6
5.005102041
5 4.504591837
4.004081633
4 3.503571429
σ (MPa)

3.003061224
3 2.50255102
2.002040816
2 1.501530612
1.001020408
1 0.500510204
0
0
0 4 8 11 15 18 21 24 27 30 32
ɛ Eksperimen (x 10-6)

Gambar 6.4. Grafik Uji Tarik Baja Eksperimen

Uji Tarik Baja Teoritis


6
5.005102041
5 4.504591837
4.004081633
4 3.503571429
σ (MPa)

3.003061224
3 2.50255102
2.002040816
2 1.501530612
1.001020408
1 0.500510204
0
0

ɛ Teoritis

Gambar 6.5. Grafik Uji Tarik Baja Teoritis


(ii) Perhitungan uji tarik dengan material jenis kuningan menggunakan
data ke-5.
Diketahui:
m = 4 kg ɛ Eksperimen = 29 x 10-6
x = 9,8 mm E = 104 GPa = 104000 MPa
z = 2 mm

𝐴 = 𝑥. 𝑧 = 9,8 𝑚𝑚. 2 𝑚𝑚 = 19.6 𝑚𝑚

𝐹 = 𝑚. 𝑔 = 4 𝑘𝑔. 9,81 𝑚/𝑠 2 = 39,24 𝑁

𝐹 39,24 𝑁
𝜎= = = 2,002040816 𝑁/𝑚𝑚2 = 2,002040816 𝑀𝑃𝑎
𝐴 19,6 𝑚𝑚

𝜎 2,002040816𝑀𝑃𝑎
𝜀= = = 0,0000192504 = 1,92504 × 10−5
𝐸 104000𝑀𝑃𝑎

Tabel 6.2. Hasil Perhitungan Sistem Uji Tarik Material Kuningan


Kuningan (E = 104 GPa)
m (kg) F (N) σ (MPa) ɛ Eksperimen ɛ Teoritis
0 0 0 0 0
1 9.81 0.500510204 7 x 10-6 4.8126 x 10-6
2 19.62 1.001020408 14 x 10-6 9.6252 x 10-6
3 29.43 1.501530612 22 x 10-6 1.44378 x 10-5
4 39.24 2.002040816 29 x 10-6 1.92504 x 10-5
5 49.05 2.50255102 36 x 10-6 2.4063 x 10-5
6 58.86 3.003061224 44 x 10-6 2.88756 x 10-5
7 68.67 3.503571429 50 x 10-6 3.36882 x 10-5
8 78.48 4.004081633 56 x 10-6 3.85008 x 10-5
9 88.29 4.504591837 63 x 10-6 4.33134 x 10-5
10 98.1 5.005102041 69 x 10-6 4.8126 x 10-5
Uji Tarik Kuningan Eksperimen
6
5.005102041
5 4.504591837
4.004081633
4 3.503571429
σ (MPa)
3.003061224
3 2.50255102
2.002040816
2 1.501530612
1.001020408
1 0.500510204
0
0
0 7 14 22 29 36 44 50 56 63 69
ɛ Eksperimen (x 10-6)

Gambar 6.6. Grafik Uji Tarik Kuningan Eksperimen

Uji Tarik Kuningan Teoritis


6
5.005102041
5 4.504591837
4.004081633
4 3.503571429
σ (MPa)

3.003061224
3 2.50255102
2.002040816
2 1.501530612
1.001020408
1 0.500510204
0
0

ɛ Teoritis

Gambar 6.7. Grafik Uji Tarik Kuningan Teoritis


(iii) Perhitungan uji tarik dengan material jenis tembaga menggunakan
data ke-5.
Diketahui:
m = 4 kg ɛ Eksperimen = 20 x 10-6
x = 9,8 mm E = 125 GPa = 125000 MPa
z = 2 mm

𝐴 = 𝑥. 𝑧 = 9,8 𝑚𝑚. 2 𝑚𝑚 = 19.6 𝑚𝑚

𝐹 = 𝑚. 𝑔 = 4 𝑘𝑔. 9,81 𝑚/𝑠 2 = 39,24 𝑁

𝐹 39,24 𝑁
𝜎= = = 2,002040816 𝑁/𝑚𝑚2 = 2,002040816 𝑀𝑃𝑎
𝐴 19,6 𝑚𝑚

𝜎 2,002040816𝑀𝑃𝑎
𝜀= = = 0,0000160163 = 1,60163 × 10−5
𝐸 125000𝑀𝑃𝑎

Tabel 6.3. Hasil Perhitungan Sistem Uji Tarik Material Tembaga


Tembaga (E = 125 GPa)
m (kg) F (N) σ (MPa) ɛ Eksperimen ɛ Teoritis
0 0 0 0 0
1 9.81 0.500510204 5 x 10-6 4.00408 x 10-6
2 19.62 1.001020408 10 x 10-6 8.00816 x 10-6
3 29.43 1.501530612 15 x 10-6 1.20122 x 10-5
4 39.24 2.002040816 20 x 10-6 1.60163 x 10-5
5 49.05 2.50255102 25 x 10-6 2.00204 x 10-5
6 58.86 3.003061224 29 x 10-6 2.40245 x 10-5
7 68.67 3.503571429 33 x 10-6 2.80286 x 10-5
8 78.48 4.004081633 38 x 10-6 3.20327 x 10-5
9 88.29 4.504591837 41 x 10-6 3.60367 x 10-5
10 98.1 5.005102041 46 x 10-6 4.00408 x 10-5
Uji Tarik Tembaga Eksperimen
6
5.005102041
5 4.504591837
4.004081633
4 3.503571429
σ (MPa)
3.003061224
3 2.50255102
2.002040816
2 1.501530612
1.001020408
1 0.500510204
0
0
0 5 10 15 20 25 29 33 38 41 46
ɛ Eksperimen (x 10-6)

Gambar 6.8. Grafik Uji Tarik Tembaga Eksperimen

Uji Tarik Tembaga Teoritis


6
5.005102041
5 4.504591837
4.004081633
4 3.503571429
σ (MPa)

3.003061224
3 2.50255102
2.002040816
2 1.501530612
1.001020408
1 0.500510204
0
0

ɛ Teoritis

Gambar 6.9. Grafik Uji Tarik Tembaga Teoritis


(iv) Perhitungan uji tarik dengan material jenis aluminium
menggunakan data ke-5.
Diketahui:
m = 4 kg ɛ Eksperimen = 42 x 10-6
x = 9,8 mm E = 69,3 GPa = 69300 MPa
z = 2 mm

𝐴 = 𝑥. 𝑧 = 9,8 𝑚𝑚. 2 𝑚𝑚 = 19.6 𝑚𝑚

𝐹 = 𝑚. 𝑔 = 4 𝑘𝑔. 9,81 𝑚/𝑠 2 = 39,24 𝑁

𝐹 39,24 𝑁
𝜎= = = 2,002040816 𝑁/𝑚𝑚2 = 2,002040816 𝑀𝑃𝑎
𝐴 19,6 𝑚𝑚

𝜎 2,002040816𝑀𝑃𝑎
𝜀= = = 0,0000288895 = 2,88895 × 10−5
𝐸 69300𝑀𝑃𝑎

Tabel 6.4. Hasil Perhitungan Sistem Uji Tarik Material Aluminium


Aluminium (E = 69,3 GPa)
m (kg) F (N) σ (MPa) ɛ Eksperimen ɛ Teoritis
0 0 0 0 0
1 9.81 0.500510204 11 x 10-6 7.22237 x 10-6
2 19.62 1.001020408 22 x 10-6 1.44447 x 10-5
3 29.43 1.501530612 33 x 10-6 2.16671 x 10-5
4 39.24 2.002040816 42 x 10-6 2.88895 x 10-5
5 49.05 2.50255102 52 x 10-6 3.61118 x 10-5
6 58.86 3.003061224 62 x 10-6 4.33342 x 10-5
7 68.67 3.503571429 69 x 10-6 5.05566 x 10-5
8 78.48 4.004081633 78 x 10-6 5.7779 x 10-5
9 88.29 4.504591837 85 x 10-6 6.50013 x 10-5
10 98.1 5.005102041 92 x 10-6 7.22237 x 10-5
Uji Tarik Aluminium Eksperimen
6
5.005102041
5 4.504591837
4.004081633
4 3.503571429
σ (MPa)
3.003061224
3 2.50255102
2.002040816
2 1.501530612
1.001020408
1 0.500510204
0
0
0 11 22 33 42 52 62 69 78 85 92
ɛ Eksperimen (x 10-6)

Gambar 6.10. Grafik Uji Tarik Aluminium Eksperimen

Uji Tarik Aluminium Teoritis


6
5.005102041
5 4.504591837
4.004081633
4 3.503571429
σ (MPa)

3.003061224
3 2.50255102
2.002040816
2 1.501530612
1.001020408
1 0.500510204
0
0

ɛ Teoritis

Gambar 6.11. Grafik Uji Tarik Aluminium Teoritis


 Sistem torsi
Perhitungan sistem torsi menggunakan data ke-5.
Diketahui:
m = 0,2 kg D = 0,01 m = 10 mm
G = 79,6 GPa = 79600 MPa ɛ Eksperimen = 9 x 10-6
L = 0,15 m

𝐹 = 𝑚. 𝑔 = 0,2 𝑘𝑔. 9,81 𝑚/𝑠 2 = 1,962 𝑁

𝑇 = 𝐹. 𝐿 = 1,962 𝑁. 0,15 𝑚 = 0,2943 𝑁𝑚

𝜋 2 𝜋
𝐴= 𝐷 = (10)2 = 78,53982634 𝑚𝑚2
4 4

𝐹 1,962 𝑁
𝜎= = = 0,02498096 𝑁/𝑚𝑚2
𝐴 78,53981634 𝑚𝑚
= 0,02498096 𝑀𝑃𝑎

𝜎 0,02498096 𝑀𝑃𝑎
𝛾= = = 0,000000313831 = 3.13831 x 10−7
𝐺 79600 𝑀𝑃𝑎

𝛾 3.13831 x 10−7
𝜀= = = 0,0000156916 = 1,56916 × 10−5
2 2

16𝑇 16. 0,2943 𝑁𝑚 1000 𝑚𝑚


𝜏= = × = 1,498857592 𝑀𝑃𝑎
𝜋𝐷3 𝜋(10𝑚𝑚)3 1𝑚

Tabel 6.5. Hasil Perhitungan Sistem Torsi


m F (N) T (N.m) ɛ ɛ Teoritis τ (MPa) γ
(kg) Eksperi
men
0 0 0 0 0 0 0
0,05 0.4905 0.073575 2 x 10-6 3.92289 x 0.374714398 7.84578 x
10-8 10-7
0,1 0.981 0.14715 4 x 10-6 7.84578 x 0.749428796 1.56916 x
10-8 10-7
0,15 1.4715 0.220725 7 x 10-6 1.17687 x 1.124143194 2.35373 x
10-7 10-7
0,2 1.962 0.2943 9 x 10-6 1.56916 x 1.498857592 3.13831 x
10-7 10-7
0,25 2.4525 0.367875 12 x 10-6 1.96144 x 1.87357199 3.92289 x
10-7 10-7
0,3 2.943 0.44145 15 x 10-6 2.35373 x 2.248286388 4.70747 x
10-7 10-7
0,35 3.4335 0.515025 17 x 10-6 2.74602 x 2.623000786 5.49205 x
10-7 10-7
0,4 3.924 0.5886 20 x 10-6 3.13831 x 2.997715184 6.27662 x
10-7 10-7
0,45 4.4145 0.662175 22 x 10-6 3.5306 x 3.372429582 7.0612 x
10-7 10-7
0,5 4.905 0.73575 25 x 10-6 3.92289 x 3.74714398 7.84578 x
10-7 10-7

Uji Torsi Eksperimen


0.07 0.0624524
0.06 0.05620716
0.04996192
0.05 0.04371668
0.03747144
σ (MPa)

0.04
0.0312262
0.03 0.02498096
0.01873572
0.02 0.01249048
0.01 0.00624524
0
0
0 2 4 7 9 12 15 17 20 22 25
ɛ Eksperimen (x 10-6)

Gambar 6.12. Grafik Uji Torsi Eksperimen


Uji Torsi Teoritis
0.07 0.0624524
0.05620716
0.06 0.04996192
0.05 0.04371668
0.03747144
σ (MPa) 0.04 0.0312262
0.03 0.02498096
0.01873572
0.02 0.01249048
0.00624524
0.01 0
0

ɛ Teoritis

Gambar 6.13. Grafik Uji Torsi Teoritis

 Sistem bending
Perhitungan sistem bending menggunakan data ke-5.
Diketahui:
m = 0,2 kg b = 20 mm
E = 207 GPa = 207000 MPa h = 5 mm
ɛ Eksperimen = 41 x 10-6 y = ½. h = ½. 5 mm = 2,5 mm

𝐹 = 𝑚. 𝑔 = 0,2 𝑘𝑔. 9,81 𝑚/𝑠 2 = 1,962 𝑁

𝑀 = 𝐹. 𝐿 = 1,962 𝑁. 300 𝑚𝑚 = 588,6 𝑁𝑚𝑚

𝑏ℎ3 20 𝑚𝑚. (5 𝑚𝑚)3


𝐼𝑧 = = = 208,333333 𝑚𝑚4
12 12

𝑀. 𝑦 588,6 𝑁𝑚𝑚. 2,5 𝑚𝑚


𝜎= = = 7,0632𝑁/𝑚𝑚2 = 7,0632 𝑀𝑃𝑎
𝐼𝑧 208,333333 𝑚𝑚4

𝜎 7,0632𝑀𝑃𝑎
𝜀= = = 0,0000341217 = 3,41217 × 10−5
𝐸 207000𝑀𝑃𝑎
Tabel 6.6. Hasil Perhitungan Sistem Bending
m F (N) L M ɛ ɛ Teoritis σ (MPa)
(kg) (mm) (N.mm) Eksperimen
0 0 300 0 0 0 0
0,05 0.4905 300 147.15 10 x 10-6 8.53043 x 10-6 1.7658
0,1 0.981 300 294.3 20 x 10-6 1.70609 x 10-5 3.5316
0,15 1.4715 300 441.45 30 x 10-6 2.55913 x 10-5 5.2974
0,2 1.962 300 588.6 41 x 10-6 3.41217 x 10-5 7.0632
0,25 2.4525 300 735.75 51 x 10-6 4.26522 x 10-5 8.829
0,3 2.943 300 882.9 61 x 10-6 5.11826 x 10-5 10.5948
0,35 3.4335 300 1030.05 72 x 10-6 5.9713 x 10-5 12.3606
0,4 3.924 300 1177.2 82 x 10-6 6.82435 x 10-5 14.1264
0,45 4.4145 300 1324.35 92 x 10-6 7.67739 x 10-5 15.8922
0,5 4.905 300 1471.5 103 x 10-6 8.53043 x 10-5 17.658

Uji Bending Eksperimen


20 17.658
18 15.8922
16 14.1264
14 12.3606
10.5948
σ (MPa)

12
10 8.829
7.0632
8
5.2974
6
3.5316
4 1.7658
2 0
0
0 10 20 30 41 51 61 72 82 92 103
ɛ Eksperimen (x 10-6)

Gambar 6.14. Grafik Uji Bending Eksperimen


Uji Bending Teoritis
20 17.658
18 15.8922
16 14.1264
14 12.3606
10.5948
σ (MPa)
12
8.829
10 7.0632
8 5.2974
6 3.5316
4 1.7658
2 0
0

ɛ Teoritis

Gambar 6.15. Grafik Uji Bending Teoritis


6.3. ANALISIS
Regangan merupakan suatu ukuran pertambahan panjang suatu benda
berdeformasi akibat diberikan gaya pada permukaan benda tersebut.
Regangan dapat diukur dengan menggunakan sensor yang disebut juga
strain gauge. Pada praktikum ini, pengukuran regangan dilakukan pada tiga
buah sistem yaitu sistem uji tarik, sistem torsi, dan sistem bending.

Pada sistem uji tarik, benda yang digunakan pada praktikum ini adalah
material baja, tembaga, kuningan, dan aluminium. Regangan diperoleh
akibat pemberian beban menuju permukaan benda. Gaya akan
menghasilkan tegangan pada benda yang membuat benda terdeformasi. Saat
benda terdeformasi, dapat diketahui regangan yang dihasilkan melalui
pengukuran menggunakan strain gauge. Namun, dengan gaya yang sama
hasil regangan pada keempat material ini berbeda-beda. Hal ini karena
adanya perbedaan modulus elastisitas masing-masing material. Semakin
besar modulus elastisitas material, semakin sulit material tersebut
berdeformasi dan sebaliknya. Untuk itu, material baja memiliki nilai
regangan yang paling kecil dibandingkan dengan material lain jika
diberikan gaya yang sama.

Pada sistem torsi, regangan dipengaruhi oleh torsi pada benda. Torsi
diperoleh dari pemberian gaya yang bekerja secara rotasi. Torsi tersebut
kemudian menghasilkan perubahan tegangan yaitu tegangan geser. Dari
tegangan geser akan menghasilkan regangan geser melalui modulus
elastisitas geser benda tersebut. Lalu regangan dihasilkan dari setengah hasil
regangan geser. Hasil regangan eksperimen cenderung lebih besar daripada
secara teoritis. Hal ini dapat disebabkan karena adanya gangguan pada saat
pengukuran regangan. Gangguan ini dapat berupa kesalahan pada saat
praktikum seperti ketidakseimbangan beban saat mengukur, kesalahan pada
sensor regangan, dan sebagainya.
Pada sistem bending, regangan diperoleh dari tegangan yang diterima
benda. tegangan diperoleh akibat pemberian momen gaya menuju benda
yang menyebabkan mengalami gaya tarik dan gaya tekan. Selain momen
gaya, tegangan disebabkan oleh titik berat benda dan momen inersia dari
benda yang bekerja. Tegangan yang sudah diperoleh dapat dihasilkan
regangan juga. Seperti pada sistem uji tarik, regangan diperoleh dari
perbandingan antara tegangan dan modulus elastisitas. Hasil regangan
eksperimen pada sistem bending pun juga cenderung lebih besar daripada
secara teoritis. Hal ini juga dapat disebabkan karena kesalahan, misalnya
pada saat praktikum seperti terjadi ketidakseimbangan pemberian beban
saat mengukur regangan, momen yang bekerja tidak merata, dan
sebagainya.

VII. SIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, kesimpulannya adalah sebagai
berikut:
1. Strain gauge merupakan sensor yang digunakan untuk mengetahui
besarnya regangan. Regangan diperoleh dari pemberian beban ke suatu
permukaan benda yang menyebabkan terjadinya pertambahan panjang.
2. Pada sistem uji tarik, regangan sangat dipengaruhi oleh pembebanan
gaya ke suatu permukaan benda yang menghasilkan tegangan. Dengan
perbandingan antara tegangan dan modulus elastisitas material,
didapatkan nilai regangan.
3. Pada sistem torsi, regangan dipengaruhi akibat tegangan geser benda.
Tegangan geser ini dipengaruhi akibat perubahan gaya yang bergerak
secara rotasi atau yang disebut juga dengan torsi.
4. Pada sistem bending, gaya dan panjang benda yang mempengaruhi nilai
regangan pada benda.
5. Hasil regangan secara eksperimen lebih besar daripada regangan secara
teoritis yang dapat disebabkan karena kesalahan-kesalahan pada saat
praktikum.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
[1] Beer, F. P., Johnston, E. R. & DeWolf, J. T. 2006. Mechanics of
Materials, 4th ed. New York: McGraw-Hill Education.
[2] Craig, Jr., R.R. 2006. Mechanics of Materials, 2nd ed. New York: John
Wiley & Sons, Inc.
[3] Gere, J.M., and Timoshenko, S.P., 1984. Mechanics of Materials, 3rd
ed., Boston: PWS-Kent Publ. Co.
[4] Riley, W.F., Sturges, L.D., and Morris, D.H. 1999. Mechanics of
Materials, 5th ed., New York: John Wiley & Sons, Inc.

IX. LAMPIRAN

Gambar 9.1 Strain Gauge Display dan 4 Bridge Completion Resistors

Gambar 9.2 Pemberat


Gambar 9.3 Alat Sistem Uji Tarik

Gambar 9.4. Alat Sistem Uji Torsi (atas) dan Bending (bawah)

Anda mungkin juga menyukai