Home Care
Home Care
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana fungsi hukum praktek home care?
2. Bagaimana regulasi/ landasan hukum home care?
3. BagaimanaTugas & kewenangan perawat home care?
4. Bagaimana Mal praktek sering terjadi dalam home care ?
C. Tujuan
1. Fungsi hukum praktek home care?
2. Regulasi/ landasan hukum home care?
3. Tugas & kewenangan perawat home care?
4. Mal praktek sering terjadi dalam home care
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Fungsi hukum dalam praktik keperawatan (astute,1998):
1. Menyediakan frame work yang menetapkan apakah tindakan asuhan keperawatan
oleh seorang perawat dapat diterima oleh hukum
2. Memberi kejelasan tentang tanggung jawab dan tanggung gugat yang berbeda dari
tanggung jawab dan tanggung gugat profesi lainnya
3. Membantu keperawatan untuk menetapkan batas-batas otonomnya
4. Memabantu menjaga standar praktik keperawatan yang dibuat oleh kalangan
keperawatan sendiri.
3
Tenaga kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan harus
memenuhi ketentuan kode etik,standar profesi,hak pengguna pelayanan
kesehatan ,standar pelayanan ,dan standar prosedur operasional .
2.) Pasal 27 ayat 1
Tenaga kesehatan berhak mendapat imbalan dan perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya
3.) Pasal 63 ayat 3
Pengendalian penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan
pengendalian,pengobatan ,dan/ atau perawatan.
4.) Pasal 63 ayat 3
Pengendalian,pengobatan, dan/atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan
ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat
dipertanggungjawabkan kemanfaatan dan keamanannya.
5.) Pasal 63 ayat 4
Pelaksananaan pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran
atau ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
4
8.) Proses pengakuan terhadap keahlian perawat menurut UU No.36 tahun 2009
tentang kesehatan terkait praktik mandiri perawat.
a.) Diawali dengan mengikuti pendidikan formal dan mendapatkan ijazah
sehingga diakui oleh masyarakat.
b.) Perawat yang telah lulus pendidikan formal wajib mengikuti uji
kompetensi yang dilaksanakan oleh lembaga indepen dan memperoleh
sertifikat kompetensi sehingga di akui oleh profesi
c.) Ijazah dan sertifikat kompetensi merupakan persyaratan untuk
memperoleh untuk memperoleh surat tanda registrasi (STR) sehingga
diakui oleh pemerintah.
d.) Jika seorang perawat memiliki ijazah, sertifikat kompetensi dan STR,maka
telah diakui memiliki keahlian dibidang keperawatan .
5
3.) Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen
secara patut.
d. UU Nomor 38 tahun 2014 tentang keperawatan
1.) Asas praktek keperawatan diatur dalam pasal 2 yaitu :
Praktek keperawatan berasaskan :
a.) Perikemanusian
b.) Nilai ilmiah
c.) Etika dan professionalitas
d.) Manfaat
e.) Keadilan
f.) Perlindungan
g.) Kesehatan dan keselamatan kelaian
2.) Tujuan pengaturan keperawatan diatur dalam pasal 3
Pengaturan keperawatan bertujuan :
a.) Meningkatkan mutu perawat
b.) Meningkatkan pelayanan keperawatan
c.) Memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada perawat dank lien
d.) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
3.) Registrasi perawat diatur dalam pasal 18
a.) Perawat yang menjalankan praktek keperawatan wajib memiliki STR
b.) STR perawat diberikan oleh konsil keperawatan setelah memenuhi syarat
keperawatan.
c.) Pengurusan STR meliputi :
1. Memiliki ijazah pendidikan keperawatan
2. Memiliki sertifikat kompetensi/ sertifikat profesi
3. Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental
4. Memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah /janji profesi
5. Membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
profesi
d.) STR berlaku 5 tahun dan dapat diregistrasi ulang setiap 5 tahun
e.) Persyaratan untuk registrasi ulang untuk perpanjang STR meliputi :
1. Memiliki STR lama
2. Memiliki sertifikat kompetensi / sertifikat profesi
3. Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental
4. Membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
profesi
5. Telah mengabdikan diri sebagai tenaga profesi atau vokasi di
bidangnya
6. Memenuhi kecukupan dalam kegiatan pelayanan, pendidikan,
pelatihan dan kegiatan ilmiah lainnya .
f.) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan telah mengabdikan diri
sebagai tenaga profesi atau vokasi dibidangnya dan memenuhi kecukupan
6
dalam kegiatan pelayanan, pendidikan, pelatihan, dan kegiatan ilmiah
lainnya di atur konsi dalam perawatan .
g.) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara registrasi dan registrasi ulang
diatur dalam peraturan konsi keperawatan
4.) Izin praktek perawat diatur dalam pasal 19.
a.) Perawat yang menjalankan praktek keperawatan wajib memiliki izin
b.) Izin praktek keperawatan diberikan dalam bentuk SIPP
c.) SIPP diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten /kota atas rekomendasi
pejabat kesehatan yang berwenang di kabupaten /kota tempat perawat
menjalankan praktek nya .
d.) Untuk mendapatkan SIPP perawat harus melampirkan :
1. Salianan STR yang masih berlaku.
2. Rekomendasi dari organisasi profesi perawat.
3. Surat pernyataan memiliki tempat praktik atau surat keterangan dari
pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan
e.) SIPP masih berlaku apabila.
1. STR masih berlaku
2. Perawat berpraktik ditempat sebagaimana tercantum dalam SIPP
5.) Praktik mandiri perawat diatur dalam pasal 21
a.) Praktik keperawatan dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan dan
tempat lainnya sesuai dengan klien .
b.) Praktek keperawatan terdiri atas :
1. Praktik keperawatan mandiri
2. Praktik keperawatan di fasilitas di pelayanan kesehatan
c.) Praktek keperawatan harus didasarkan pada kode etik, standar pelayanan,
standar profesi, dan standar prosedur operasional.
d.) Praktik keperawatan didasarkan pada prinsip kebutuhan pelayanan
kesehatan dan/atau keperawatan masyarakat dalam suatu wilayah .
e.) Ketentuan lebih lanjut mengenai kebutuhan pelayanan kesehatan atau
keperawatan dalam suatu wilayah diatur dengan peraturan menteri.
7
3) Pelaksanaan tugas perawat harus dilaksanakan secara bertanggung jawab dan
akuntabel.
b) Pasal 30
Melakukan rujukan
8
Membantu penemuan kasus penyakit.
Mengelola kasus
c) Pasal 31
1. Dalam menjalankan tugas sebagai penyuluh dan konselor bagi klien, perawat
berwenang :
9
Melakukan pengkajian dan menetapkan permasalahan.
Mengelola kasus.
d) Pasal 36
2. Memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur dari klien dan keluarganya.
4. Menolak dan keinginan klien atau pihak lain yang bertentangan dan kode etik,
standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur oferasional atau ketentuan
peraturan perundang-undangan.
e) Pasal 37
10
1. Melengkapi sarana dan prasana pelayanan keperawatan sesuai dengan standar
pelayanan keperawatan dan ketentuan perundang-undangan.
3. Merujuk klien yang tidak dapat di tangani kepada perawat atau tenaga kesehatan
lain yang lebih tepat sesuai dengan lingkip dan tingkat kompetesnsi.
5. Memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas, dan mudah di mengerti
mengenai tindakan keperawatan klien dan keluarganya sesuai batas
kewenangannya.
11
Sesuai dengan definisinya kesalahan dalam proses perawatan
dapat dibedakan dalam kesalahan pelaksanaan dan perencanaan.
Kesalahan eksekusi atau pelaksanaan ketika perencanaan sudah benar
dibedakan menjadi slip dan lapase. Slip adalah melakukan tindakan
lain yang tidak sesuai dengan yang direncanakan, sedangkan lapase
yaitu lupa atau gagal melaksanakan tindakan yang sudah
direncanakan. Contoh slip pada proses pelayanan kesehatan misalnya
ketika apoteker bermaksud mengambil eye drop namun karena mirip
dan berdekatan yang di ambil adalah ear drop. Contoh lapase misalnya
seorang perawat yang berencana menggantikan cairan infus ketika
akan mengambil cairan ada pasien baru yang gawat dan ikut
membantu sehingga melupakan tujuan semula. Adanya distraksi atau
pengalih perhatian merupakan penyebab utama terjadinya kegagalan
eksekusi perencanaan yang sudah tepat. Penyebab lain adalah
ketidakmampuan pelaksana untuk menyadari adanya kekeliruan, yang
pada umumnya di sebabkan karena burn out. Contohnya adalah ketika
seorang mahasiswa kedokteran yang mendapatkan tugas untuk
melakukan monitoring ketat tanda vital pada pasien, dan harus
melaporkan ketika ada penurunan.Mahasiswa tersebut memang terus
memonitor dan mencatat namun karena lelah akibat shif jaga yang
panjang meskipun terdapat informasi penurunan tanda vital
mahasiswa hanya mencatat dan tidak melaporkan.
Berdasarkan istilah mistake digunakan untuk kesalahan yang
terjadi sejak perencanaan, atau rencana yang rencana yang dipilih
tidak tepat.Misalnya kondisi pasien mengindikasikan hanya perlu
lumempectomy namun direncanakan radikal mastektomi. Contoh lain
adalah pasien harusnya sudah mendapatkan peningkatan insulin,
namun karena protokol tidak diperbarui tidak di rencanakan
peningkatan dosis.
Kesalahan dalam proses pelayanan kesehatan merupakan
sesuatu yang potensial yang terjadi dan dapat dicegah. Oleh karena itu
12
kesalahan harus dikelola dengan pendekatan yang baik, tidak
menyalahkan (blaming).Meskipun demikian hal ini harus dibedakan
dengan tindakan pengabaianmaupun kecerobohan disengaja.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
13
Dengan melakukan praktik keperawatan bagi perawat di Indonesia adalah merupakan
hak sekaligus kewajiban profesi untuk mencapai visi Indonesia sehat tahun 2010.
Implementasi praktik keperawatan yang dilakukan oleh perawat sebenarnya tidak harus
dilakukan di rumah sakit, klinik, ataupun di gedung puskesmas tetapi dapat juga
dilaksanakan dimasyarakat maupun dirumah pasien. Pelayanan keperawatan yang
dilakukan dirumah pasien disebut Home Care. dan fungsi dari home care juga yaitu untuk
Membantu keperawatan dalam menetapkan batas-batas otonomnya.
B. Saran
Tenaga kesehatan diharapkan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar profesi nya
jangan hanya mengejar materi,sedangkan pengobatan yang dilakukan tidak sesuai dengan
yang diharapkan. Serta perlu di adakan hubungan kerjasama antara tenaga kesehatan
dengan para aparat penegak hukum untuk menyatukan persepi mengenai kasus
malpraktek.
14