Anda di halaman 1dari 3

1.

- Diatur dalam Undang Undang RI Nomor 30 Tahun 2014 mengenai administrasi


pemerintahan, didalamnya mengemukakan bahwa ;

a. "Atribusi adalah pemberian kewenangan kepada badan dan /atau pejabat


pemerintahan oleh UUD 1945 atau Undang Undang "

b. Delegasi adalah pelimpahan kewenangan dari badan dan /atau pejabat pemerintahan
yang lebih tinggi kepada badan dan /atau pejabat pemerintahan yang lebih rendah
dengan tanggung hawab dan tanggung gugat beralih sepenuhnya kepad penerima
delegasi.

c. Mandat adalah pelimpahan kewenangan dari badang dan / atau pejabat


pemerintahan yang lebih tinggi kepada badan dan / atau pejabat pemerintahan yang
lebih rendah dnegan tanggung hawab dan tanggung gugat tetap berada pada pemberi
mandat .

Sumber kewenangan dalam atribusi bersifat asli yang berasal dari perundang undangan .
Kewenangan atribusi biasanya digariskan melalui pembagian kekuasaan negara oleh
undang undang dasar . Sumber kewenangan dalam delegasi adalah lembaga atau pejabat
pemerintahan yang kedudukannya lebih tinggi dari pejabat pemerintahan yang akan
diberikan delegasi. Pada delegasi dan mandat terjadilah pelimpahan suatu wewenang
yang telah ada oleh badan yang telah memperoleh suatu wewenang pemerintahan secara
atributif kepada badan lainnya , jadi suatu delegasi selalu didahului oleh adanya suatu
atribusi wewenang.Sehingga pada mandat dan delegasi kewenangannya berasal dari
pelimpahan . Yang menjadi pembeda antara delegasi dan mandat ialah, dalam delegasi
mengenai prosedur pelimpahannya berasal dari suatu organ pemerintahan kepada organ
pemerintahan lainnya dengan suatu perundang udangan , pemberi delegasi tidak dapat
tidak dapat menggunakan wewenang tersebut kecuali setelah ada pencabutan dengan
berpegang pada asas contrarius actus. Sedangkan pelimpahan wewenang dalam mandat
prosedu pelimpahan hanya dalam rangka hubungan atasan bawahan yang bersifat rutin

(dasar hukum/referensi : UU No 30 Tahun 2014, digilib.unila.ac.id)

2. Notaris sebagaimana disebutkan dalam Undang Undang nomor 30 Tahun 2004 tentang
jabatan notaris mengemukakan bahwa " Notaris adalah pejabat umum yang berwenang
untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud
dalam Undang Undang ini atau berdasarkan undang undang lainnya "

Notaris mendapat kewenangan secara atributif . Atribusi adalah pemberian wewenang


pemerintah oleh pembuat undang undang kepada organ pemerintahan , dengan kata lain
kewenangan atributif digariskan atau berasal dari adanya pembagian kekuasaan negara
oleh Undang Undang. Kewenangan notaris diatur dalam Pasal 15 ayat (1) dan (2) UU
Nomor 30 Tahun 2004 yang menyebutkan "

(1)

(2)

Dari kewenangan yang terdapat dalam perundang undangan , maka kewenangan tersebut
nantinya akan menjadi fungsi notaris sebagai pejabat umum .

Dalam Pasal 16 ayat 1 UU Nomor 30 Tahun 2004 disebutkan kewajiban dari notaris yaitu

(1)

Dari kewajiban tersebut kemudian menjadi tugas dari notaris.

(dasar hukum/Sumber : Undang Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang perubahan atas
Undang Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris, www.lontar.ui.ac.id )

3. PPAT menurut PP Nomor 24 Tahun 2016 menyebutkan bahwa "Pejabat Pembuat Akte
Tanah selanjutnya disebut PPAT adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk
membuat akta akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah
atau hak milik atas satuan rumah susun" Tugas serta wewenang (fungsi) dari PPAT
tersebut diatur dalam BAB II Pasal 2 PP Nomor 37 Tahun 1998 yaitu :

(1)

Merujuk pada dasar perolehan kewenangan , bahwa wewenang PPAT diatur dalam
Undang Undang maka kewenangan yang didapat melalui atribusi adalah merupakan
kewenangan yang asli . Dalam praktiknya juga sering terjadi konflik (chaos) tugas dan
kewenangan antara PPAT dan Notaris apalagi kewenangan Notaris dikuatkan dengan
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2003 sedangkan PPAT hanya dikuatkan dengan
Peraturan Pemerintah (disingkat PP) Nomor 37 tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan
Pembuat Akta Tanah (disingkat PJPPAT). Dalam pasal 15 ayat 2 huruf f UUJN
ditegaskan Notaris berwenang membuat akta yang berkaitan dengan Akta pertanahan.
Ada tiga penafsiran pasal tersebut yaitu:

1.Notaris telah mengambil alih semua wewenang PPAT menjadi wewenang Notaris atau
telah menambah wewenang Notaris.

2. Bidang pertanahan menjadi wewenang Notaris.

3. Tetap tidak ada pengambilalihan dari PPAT atau pengembalian wewenang kepada
Notaris, baik PPAT maupun Notaris telah mempunyai wewenang sendiri-sendiri.
(Dasar hukum/Sumber : http://www.hukumonline.com , PP Nomor 37 Tahun 1998
tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah sebagaimana diubah dengan PP
Nomor 24 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas PP Nomor 37 Tahun 1998 tentang
Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah , http://www.negarahukum.com )

Anda mungkin juga menyukai