Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN HASIL

KEGIATAN REVIEW PELAYANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL

PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN


27 AGUSTUS 2019

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS


OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


RSUD ULIN BANJARMASIN

Agustus, 2019
SUSUNAN PELAKSANA

KEGIATAN REVIEW PELAYANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL


PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN
27 AGUSTUS 2019

Pelaksana : dr. M. Robyanoor A.R, SpOG(K)


dr. Steaphani
dr. Rizky Yusnida A
Review Pelayanan Kegawatdaruratan Maternal Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin

A. PENDAHULUAN

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk mengukur derajat
kesehatan perempuan. Tingkat kematian ibu merupakan masalah kesehatan yang menarik
perhatian WHO. Fakta menunjukkan lebih dari 350.000 di seluruh dunia meninggal setiap
tahun akibat komplikasi kehamilan dan persalinan. AKI di Indonesia juga masih tergolong
tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara, yaitu menempati urutan ke
delapan dari 18 negara, sebesar 240 per 100.000 KH, disusul India (230 per 100.000 KH),
Bhutan (200 per 100.000 KH), dan Filipina sebesar 94 per 100.000 KH.
Target global MDGs (Millenieum Development Goals) ke-5 adalah menurunkan Angka
Kematian Ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Mengacu
dari kondisi saat ini, potensi untuk mencapai target MDGs ke-5 untuk menurunkan AKI
adalah off track, artinya diperlukan kerja keras dan sungguh-sungguh untuk mencapainya
.Di Indonesia, sekitar 28 persen kematian ibu disebabkan karena perdarahan, 13 persen
eklampsi atau gangguan akibat tekanan darah tinggi saat kehamilan, 9 persen partus lama,
11 persen komplikasi aborsi dan 10 persen akibat infeksi.
Kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala berbahaya
yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan segera guna
menyelamtkan jiwa/ nyawa. Kasus kegawatdaruratan obstetri ialah kasus yang apabila tidak
segera ditangani akan berakibat kesakitan yang berat, bahkan kematian ibu dan janinya. Kasus
ini menjadi penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi baru lahir.
Perdarahan terutama perdarahan pasca salin masih menjadi penyebab tersering kematian
ibu di Indonesia. Ibu yang mengalami perdarahan pasca salin akan meninggal dalam waktu 2
jam bila tidak ditangani dengan adekuat
Hipertensi adalah adanya kenaikan tekanan darah melebihi batas normal sekurang-
kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 4-6
jam pada wanita yang sebelumnya normotensi.Hipertensi pada kehamilan merupakan penyebab
kematian tertinggi kedua di Indonesia.
Mengenal kasus kegawatdaruratan maternal secara dini sangat penting agar pertolongan
yang cepat dan tepat dapat dilakukan. Mengingat manifestasi klinik kasus kegawatdaruratan
maternal yang berbeda-beda dalam rentang yang cukup luas, mengenal kasus tersebut tidak
selalu mudah dilakukan, bergantung pada pengetahuan, kemampuan daya pikir dan daya
analisis, serta pengalaman tenaga penolong. Kesalahan ataupun kelambatan dalam
menentukan kasus dapat berakibat fatal. Dalam prinsip, pada saat menerima setiap kasus yang
dihadapi harus dianggap gawatdarurat atau setidak-tidaknya dianggap berpotensi gawatdarurat,
sampai ternyata setelah pemeriksaan selesai kasus itu ternyata bukan kasus gawatdarurat.

B. TUJUAN KEGIATAN
Tujuan dalam kegiatan ini adalah meningkatkan pengetahuan petugas medis di Puskemas
mengenai tanda, gejala, dan tindakan yang dapat dilakukan apabila terjadi kegawatdaruratan
maternal di tempat bekerja

C. MANFAAT KEGIATAN
Adapun manfaat dari pelaksanaan kegiatan ini antara lain:
1. Petugas medis dapat mengetahui lebih dini gejala dan tanda kegawatdaruratan maternal
2. Petugas medis diharapkan dapat melakukan tindakan darurat apabila terjadi
kegawatdaruratan maternal
3. Paetugas medis diharapkan dapat mengetahui kapan dan bagaimana merujuk pasien yang
mengalami kegawatdaruratan maternal

D. SASARAN
Sasaran dalam kegiatan penyuluhan ini adalah seluruh petugas kesehatan (bidan,perawat) yang
bekerja di Puskesma Alalak Selatan dan sekitarnya

E. METODE
Metode yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah pemberian materi dalam bentuk presentasi
F. JADWAL PELAKSANAAN
Kegiatan ini telah dilaksanakan pada :
Hari / tanggal : Selasa, 27 Agustus 2019
Waktu : 11.00 WIB s/d selesai
Tempat : Di Puskesmas Alalak Selatan

G. JUMLAH PESERTA
Jumlah peserta adalah sebanyak 40 petugas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Alalak
Selatan

H. PENUTUP
Demikian laporan kegiatan kegiatan review pelayanan kegawatdaruratan maternal Puskesmas
Alalak Selatan Banjarmasin, pada tanggal 27 Agustus 2019
Kami berharap semoga kegiatan ini dapat bermanfaat bagi petugas kesehatan di Puskesmas
Alalak Selatan yang merupakan tempat rujukan pertama untuk para ibu hamil yang akan
melakukan persalinan. Sehingga para petugas medis di Puskesmas Alalak selatan dapat
melakuan tindakan dengan tepat serta merujuk pasien dengan cara yang benar, sehingga
angka kematian dan kesakitan pasien dapat berkurang. Akhir kata, atas perhatian dan kerja
sama semua pihak, kami ucapkan banyak terimakasih.

I. DOKUMENTASI
MATERI
KEGAWATDARURATAN MATERNAL

A. PENGERTIAAN
Kegawatdaruratan maternal yang tidak mendapatkan pertolongan yang cepat dan
tepat akan berakibat cacat bahkan meninggal dunia. Kegawatdaruratan maternal yang
dibahas adalah mengenai manajemen perdarahan perdarahan pasca salin dan hipertensi
pada kehamilan.
Perdarahan terutama perdarahan pasca salin masih terjadi penyebab tersering
kematian ibu di Indonesia. Seorang ibu dapat meninggal dalam waktu 2 jam apabila tidak
ditangani secara adekuat. Hal ini diakibatkan oleh keterlambatan mengenali syok dan
kegagalan untuk melakukan tindakan resusitasi yang optimal. Perdarahan tidak dapat secara
akurat dinilai melalui visual, tenaga kesehatan cenderung salah dalam memperkirakan jumlah
perdarahan. Oleh karena itu, dilakukan deteksi dini pada tanda – tanda perdarahan yang dapat
mencegah terjadinya turunnya kondisi ibu menjadi kritis .
Hipertensi dalam kehamilan adalah kenaikan tekanan darah melebihi batas normal
sekurang – kurang nya 140mmHg untuk sistolik atau 90 mmHg untuk diastolic pada dua kali
pemeriksaan yang berjarak 4 – 6 jam pada wanita yang sebelumnya normotensi. Gangguan
Hipertensi dalam kehamilan terbagi menjadi Hipertensi kronik, preeklampsia, eclampsia,
hipertensi kronik superimposed preeklampsia, dan hipertensi gestational.
Hipertensi kronik adalah bila ditemukan tanda hipertensi dalam usia kehamilan kurang
dari 20 minggu. Dikatakan superimposed preeklampsia apabila ditemukan tanda hipertensi
kronik yang disertai dengan tanda preeklampsia atau proteinuria. Hipertensi gestational adalah
tanda hipertensi yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu, apabila disertai dengan
proteinuria dinamakan dengan preeklampsia. Preeklampsia yang disertai dengan kejang tonik
klonik hingga koma dinamakan dengan eklampsia

B. DETEKSI DINI PERDARAHAN PASCA SALIN


 Pengenalan tanda dan gejala syok, seperti gelisah, agitasi , kadang rasa haus yang
sangat berkembang menjadi pusing bila perdarahan mencapai 1500 – 2000 ml
 Frekuensi nadi meningkat ketika kehilangan darah 15 -20 %
 Capillary refill menurun setelah kehilangan darah sebanyak 15 % dan hampir hilang ketika
kehilangan darah mencapai 40 %
 Tekanan darah baru turun setelah kehilangan 30 – 40 % darah

C. PRINSIP PENANGANAN PERDARAHAN PASCA SALIN


 Pengenalan dini
 Mengatasi penyebab perdarahan
 Bekerja sama sebagai TIM ,untuk mengatasi penyebab, melakukan resusitasi cairan,
manajemen airway, pemasangan kateter foley, infus dua jalur dengan abocath terbesar
yang tersedia, ambil sampel darah untuk cross match, serta meminta keluarga untuk
segera ke PMI

D. PENANGANAN PENYEBAB PERDARAHAN


 Penanganan atonia uteri dengan algoritma, yakni masase uterus, pemberian oksitosin,
kompresi bimanual eksteran dan interna, uterotonika lainnya, tamponade uterus
 Manajemen retensio plasenta dan sisa plasenta, yakni dengan manual plasenta,
uterotonika, memeriksa kelengkapan plasenta dan masase uterus
 Manajemen trauma pada jalan lahir, yakni dengan inspeksi vagina dan serviks
 Manajemen koagulopati bila tidak ditemukan penyebab perdarahan jenis lain, tatalaksana
nya dengan pemberian faktor pembekuan seperti FFP dan atau trombosit

E. PENGERTIAN HIPERTENSI
Hipertensi adalah adanya kenaikan tekanan darah melebihi batas normal sekurang-kurangnya
140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 4-6 jam pada
wanita yang sebelumnya normotensi
Gangguan Hipertensi pada kehamilan meliputi
1. Hipertensi kronik : hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau
hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi
menetap sampai 12 minggu pasca persalinan.
2. Pre eclampsia: hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan
proteinuria.
3. Eklampsia : preeklamsi yang disertai dengan kejang-kejang sampai dengan koma.
4. Hipertensi kronik dengan superposed pre eclampsia: hipertensi kronik di sertai tanda-tanda
pre eklamsia atau hipertensi kronik disertai proteinuria
5. Hipertensi gestasional (transient hypertensi) : hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa
disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalin Adapun
klasifikasi hipertensi menurut JNC 7

F. Etiologi Hipertensi
Penyebab hipertensi dapat dibagi menjadi 2, yaitu
 Penyebab yang dapat dimodifikasi seperti stress, obesitas, nutrisi
 Penyebab yang tidak dapat dimodifikasi seperti genetic, umur, jenis kelamin, dan etnis
G. Tanda dan Gejala
1. Hipertensi Kronik
 Tekanan darah ≥140/90 mmHg
 Sudah ada riwayat hipertensi sebelum hamil, atau diketahui adanya hipertensi pada
usia kehamilan <20 minggu
 Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
 Dapat disertai keterlibatan organ lain, seperti mata, jantung, dan ginjal
2. Pre eklamsia Ringan
 Tekanan darah ≥140/90 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu
 Tes celup urin menunjukkan proteinuria 1+ atau pemeriksaan protein kuantitatif
menunjukkan hasil >300 mg/24 jam
3.Pre eklampsia Berat
 Tekanan darah >160/110 mmHg pada usia kehamilan >20 minggu
 Tes celup urin menunjukkan proteinuria ≥2+ atau pemeriksaan protein kuantitatif
menunjukkan hasil >5 g/24 jam
 Atau disertai keterlibatan organ lain:
i. Trombositopenia (<100.000 sel/uL), hemolisis mikroangiopati
ii. Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran kanan atas
iii. Sakit kepala , skotoma penglihatan
iv. Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion
v. Edema paru dan/atau gagal jantung kongestif
vi. Oliguria (<500ml/24jam), kreatinin >1,2 mg/dl
4. Superimposed preeklampsia pada hipertensi kronik
 Pasien dengan riwayat hipertensi kronik
 Tes celup urin menunjukkan proteinuria >+1 atau trombosit <100.000 sel/uL pada usia
kehamilan > 20 minggu
5. Eklampsia
 Kejang umum dan/atau koma
 Tanda dan gejala pre eklampsia
 Tidak ada kemungkinan penyebab lain (misalnya epilepsi, perdarahan subarakhnoid,
dan meningitis)

H. TATALAKSANA
1. Obat antihipertensi
Indikasi pemberian antihipertensi adalah :

a. Risiko rendah hipertensi :


- Ibu sehat dengan desakan diastolik menetap ≥ 100 mmHg
- Dengan disfungsi organ dan desakan diastolik ≥ 90 mmHg
b. Obat antihipertensi :
- Pilihan pertama : Methyldopa : 0,5 – 3,0 g/hari, dibagi dalam 2-3 dosis.
- Pilihan kedua : Nifedipine : 30 – 120 g/hari, dalam slow-release tablet (Nifedipine harus
diberikan per oral)

2. Pemberian MgSO4
Pemberian MgSO4 terhadap pasien preeklamsi dan eklamsi dengan dosis awal 4 gr
dilanjutkan 6 gram habis selama 6 jam
Syarat pemberian Mg SO4: Pemberian harus diawasi dengan ketat dengan pemeriksaan
: reflek patela, frekuensi pernafasan, produksi urine, dan harus tersedia antidotum calcium
gluconat 10 ml dalam larutan 10% digunakan jika ada depresi pernafasan dan henti
jantung

3. Diazepam pada preeklampsi dan eclampsia


• Dosis awal: Diazepam 10 mgIV pelan-pelan selama 2 menit, jika kejang berulang, ulangi
pemberian sesuai dosis awal
• Dosis pemeliharaan : Diazepam 40mg dalam 500ml larutan Ringer laktat melalui infus,
depresi pernafasan ibu baru mungkin akan terjadi bila dosis >30mg/jam, jangan berikan
melebihi 100mg/jam
4. Pematangan paru dengan kortikosteroid
a. Betamethasone 12 mg IM tiap 24 jam selama 48 jam
b. Dexamethasone 6 mg IM tiap 12 jam selama 48 jam
Efek optimal terjadi 24 jam setelah pemberian terakhir mencapai puncak dalam waktu 48
jam dan bertahan sampai 7 hari. Pemberian ulang kortikosteroid tak berguna oleh karena
dapat mengganggu perkembangan psikomotor janin

Anda mungkin juga menyukai