Anda di halaman 1dari 2

thoriq aziz

MINGGU, 08 JANUARI 2017

Patuh atau Takut terhadap Hukum

Soerjono Soekanto (1983) membedakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi dalam


penegakan hukum antara lain: (1) faktor hukumnya sendiri, (2) faktor penegak hukum yaitu pihak-
pihak yang membentuk maupun yang menerapkan hukum, (3) faktor sarana atau fasilitas yang
mendukung dalam penegakan hukum, (4) faktor masyarakat, yaitu lingkungan dimana hukum
tersebut berlaku atau diterapkan, dan (5) faktor kebudayaan, yaitu sebagai hasil karya, cipta dan
rasa yang didasarkan pada karsa manusia didalam pergaulan hidup.
Kelima faktor tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya karena merupakan esensi
dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur dari efektivitas penegakan hukum. Namun,
diantara kelima faktor tersebut terdapat faktor yang menentukan hukum itu hidup ialah faktor
penegak hukum. Karena faktor penegak hukum memiliki peran yang sangat penting dalam proses
penegakan hukum dan dapat dijadikan sebagai salah satu ukuran untuk mengetahui bekerjanya
hukum didalam suatu masyarakat, mengukur tingkat kepatuhan masyarakat terhadap hukum
maupun tingkat ketakutan masyarakat terhadap aparat penegak hukum. Oleh karena itu, kuat atau
lemahnya penegakan hukum yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dapat dijadikan ukuran
untuk menentukan bekerja atau tidak bekerjanya hukum di masyarakat. Seperti ketika aparat
penegak hukum melakukan razia atau operasi penegakan hukum, maka saat itu masyarakat
berpandangan adanya hukum dan seketika itu harus ditaati, namun sebaliknya ketika aparat
penegak hukum tidak melakukan operasi penegakan hukum, maka seolah-olah hukum tidak ada
dan boleh dilanggar. Dalam situasi seperti ini, masyarakat tersebut dapat dikatakan masih dalam
taraf masyarakat yang “takut” kepada aparat penegak hukum, dan belum dapat dikategorikan
sebagai masyarakat yang “taat” terhadap hukum.
Misalnya, Apabila ada seorang pengendara sepeda motor memutuskan menggunakan
helm meskipun jarak yang ditempuhnya itu dekat dan atau diketahui tidak ada polisi lalu lintas di
sepanjang jalan yang dilaluinya, maka pengendara sepeda motor tersebut dapat dikategorikan
sebagai orang yang taat pada hukum. Namun, apabila pengendara sepeda motor memutuskan
tidak menggunakan helm, cukup dibawa saja dan akan digunakan ketika ada polisi lalu lintas yang
berada disepanjang jalan yang akan dilaluinya, maka pengendara sepeda motor tersebut
dikategorikan sebagai takut pada aparat penegak hukum. Meskipun disadari oleh penggendara
sepeda motor bahwa kewajiban menggunakan helm adalah untuk melindungi kepala dari si
pengendara itu sendiri, disamping diwajibkan oleh hukum, namun hal ini seringkali dilanggar dan
ketika itu dapat diukur tingkat kepatuhan pada hukum atau ketakutan pada aparat penegak
hukum.
Dengan demikian hal diatas dapat digunakan sebagai salah satu hipotesis bahwa
penegakan hukum yang konsisten diperlukan untuk membentuk masyarakat yang patuh terhadap
hukum, meskipun pada awalnya didahului dengan masyarakat yang takut terhadap penegak
hukum. Disamping itu, faktor penegak hukum itu sendiri yaitu para petugas yang diberi wewenang
oleh undang-undang untuk menegakan hukum juga memiliki peran yang utama dalam
menentukan bekerja atau tidaknya hukum di dalam masyarakat. Sebagai individu, penegak hukum
tentunya memiliki latar belakang, kepentingan dan tuntutan kebutuhan di dalam hidupnya. Situasi
seperti ini lah yang seringkali menjadi pemicu terjadinya penyalahgunaan wewenang oleh aparat
penegak hukum dalam proses penegakan hukum. Beberapa faktor yang dapat diidentifikasi
mempengaruhi individu penegak hukum dalam melaksanakan tugasnya antara lain (1) faktor
moralitas penegak hukum, (2) kesejahteraan dan motivasi, (3) pengawasan, (4) waktu masa
jabatan, (5) faktor reward and punishment, dan (6) kemampuan intelektual.

Thoriqaziz2015 di 01.24

Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

‹ Beranda ›
Lihat versi web

DO THE BEST AND PRAY


Thoriqaziz2015
Police
Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai