Anda di halaman 1dari 12

Syarat sahnya shalat bagi orang sakit tidak seperti yang disyaratkan bagi orang sehat, karena

dalam hal ini terdapat kesulitan yang tidak dapat ditanggung, dan bertolak belakang dengan
semangat Islam dalam memberikan kemudahan. Di samping itu, dalam pandangan Islam,
berbagai bentuk ibadah yang diperintahkan bukan merupakan tujuan, akan tetapi merupakan
sarana untuk pembersihan hati, agar orang yang melakukannya dapat berlaku baik dalam
berinteraksi dengan sesama manusia.Orang sakit yang melakukan shalat dalam hatinya tanpa
mampu menggerakkan tubuhnya, shalatnya berbuah kebaikan dalam berinteraksi dengan
sesamanya, sehingga pahala dan derajatnya lebih utama di sisi Allah SWT daripada orang sehat
yang menghadirkan gerakan shalat dengan sempurna tetapi tidak menghasilkan apa-apa.Orang
sakit hanya diwajibkan melakukan shalat sesuai kemampuannya. Apa yang tidak bisa
dilakukannya, boleh ditinggalkan dan shalatnya sah serta tidak perlu diulang. Ia pun akan
mendapat pahala seperti pahala yang diperoleh orang yang sehat.35

Doa untuk kesembuhan yang dilakukan oleh penderita sendiri

Letakan tangan pada bagian tubuh yang sakit, kemudian bacakan

1. ِ‫سسِم ِا‬

Dengan menyebut nama Allah

‫ر‬ ‫ح‬
2. I ‫حاذ ذرر‬
‫جد ر وحأ ح‬
‫ما أ ذ‬ ‫ن ح‬
‫شرر ح‬ ‫“ ِع رونذ ر ذباللهذ وحقرد نحرت ذهذ ذ‬Aku berlindung kepada Allah dan kepada
‫م ن‬
kekuasaan-Nya dari kejahatan apa yang aku dapati dan aku khawatirkan”(dibaca 7x). (HR.Muslim
no 2202).

‫ك ِِشقفاءء ِ ق‬
3. ‫ل ِرِيقغاِدرِر ِقسققمَا‬ ‫ل ِِشقفاقء ِإِ ل‬
‫ل ِِشقفارِؤ ق‬ ‫ف ِأقسن ق‬
‫ت ِاللشاِفسي ِ ق‬ ‫ب ِاسلقبأس ق‬
ِ ‫س ِقواسش‬ ِ ‫س ِأقسذِه‬ ‫لللرِهلم ِقر ل‬
ِ ‫ب ِاللنا‬
“Ya Allah, Rabb Pemelihara manusia, hilangkanlah penyakit ini dan sembuhkanlah, Engkaulah
Yang Maha Menyembuhkan.Tidak ada kesembuhan melainkan hanya kesembuhan dari-Mu.
Kesembuhan yang tidak meninggalkan sedikitpun penyakit”. (HR. Al Bukhari no 5743/al-fat-h
x/206 dan Muslim dari Aisyah radiallahu anhu).

Doa Orang Yang Sakit Parah Dan Tipis Harapan Untuk Sembuh

‫ت ال نوححفاة ر ح‬ ‫الل فه ح‬
‫ل‬
‫خي نررا ذ‬ ‫ذا ح‬
‫كان ح ن‬ ‫خي نررا ذلي وحت حوحففذني إ ذ ح‬ ‫ت ال ن ح‬
‫ححياة ر ح‬ ‫ما ح‬
‫كان ح ذ‬ ‫حي ذذني ح‬
‫مأ ن‬‫ر ف‬
“Ya Allah, hidupkanlah aku jika hidup itu lebih baik bagiku dan wafatkanlah aku jika kematian itu
lebih baik bagiku”. (HR.Al-Bukhari no 6351 dan muslim no 2680).
Doa oleh orang lain, ketika menjenguk saudara yang sedang sakit

‫شآ حء اللله‬ ‫ن‬


‫س ط حرهورر ا ذ ن‬
‫ن ح‬ ‫ل ح ب حأ ح‬
“Tidak mengapa, semoga sakitmu ini membuat dosamu bersih, InsyaAllah”(HR. Bukhari
no.5656).

TATA CARA WUDHU ORANG SAKIT

●Sama seperti orang sehat, jika ada luka yang bisa memperberat, cukup membasahi telapak
tangan dan mengusap anggota wudhu yang terluka, termasuk jika menggunakan gips atau
diperban. Kecuali jika memperberat boleh tayamum.

●Apabila orang yang sakit tak bisa berwudhu, boleh dibantu orang lain.

●Jika tak mampu berwudhu karena takut membahayakan jiwa, boleh tayamum

TATA CARA TAYAMUM

●Berniat tayamum dalam hati, mengucapkan Bismillah

●Menepukkan kedua tangan ke tanah, dinding dan sejenisnya yang mengandung debu dengan
sekali tepukan.

●Meniup debu yang menempel ditangan.

●Mengusap kedua tangan ke wajah dengan sekali usapan.

●Mengusap bagian punggung tangan kanan dimulai dari ujung jari sampai pergelangan tangan,
lalu memutar ketelapak tangan kanan dan kiri. (HR.Al-Bukhari no 347 dan Muslim no 368).

TATA CARA SHALAT ORANG YANG SAKIT

●Berdiri tegak bagi yang mampu, jika tak mampu boleh bersandar pada dinding atau bertumpu
pada tongkat.

●Rukuk, sujud dan duduk seperti biasa jika mampu, jika tidak boleh duduk di atas kursi dan
membungkukkan badan saat sujud.

●Jika tak mampu duduk dikursi, boleh duduk dan posisi yang dianjurkan bersila. (HR.An-Nasai
no 1662).

●Ketika rukuk, disunnahkan meletakkan kedua tangan di atas lutut, kemudian membungkukkan
tubuh untuk menggambarkan posisi rukuk.

●Saat sujud, diwajibkan bersujud di atas lantai, jika tak mampu, hendaklah meletakkan tangan
diatas lantai dan membungkukkan tubuhnya untuk mengisyaratkan sujud.

●Jika tak mampu,kedua tangan diletakkan di atas lutut, kemudian membungkukkan tubuh untuk
mengisyaratkan sujud, dan posisi tubuh lebih rendah dari posisi rukuk.

●Jika tak mampu, dapat dilakukan berbaring, yaitu menghadap kiblat. Jika tak bisa, boleh
menghadap kemana saja. Namun, miring ke kanan lebih dianjurkan daripada ke kiri. (Al-Bukhari
no 1117).

Shalat dengan telentang, kedua kaki mengarah ke kiblat. Kepala lebih tinggi dari badan, agar
wajah menghadap kiblat.Jika tak bisa, boleh menghadap kemana saja.

●Jika tak bisa, boleh shalat dengan isyarat mata. Yaitu memejamkan mata sejenak untuk
mengisyaratkan ruku, dan memejamkan mata lebih lama untuk mengisyaratkan sujud.

●Jika tak mampu, boleh melaksanakan shalat dengan hatinya. Caranya dengan bertakbir,
membaca bacaan, berniat ruku dan sujud, serta berdiri dan duduk dalam hatinya. Dalam kondisi
ini, tidak dianjurkan shalat dengan kedipan mata dan dengan isyarat jari tangan, karena tak ada
dalilnya.

Sakaratul Maut

Sakratul maut adalah sesuatu yang ditakuti manusia. Faktanya, berbagai riset dan upaya telah
dilakukan manusia untuk menghindarinya seperti, menciptakan obat-obatan untuk
memperpanjang umur. Hal tersebut digambarkan Allah dalam firman-Nya “Dan datanglah
Sakratulmaut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya”. (Q.S. Qaf
(50): 19 )

“Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang” (HR Tirmidzi)

“Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar
kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain
sutera yang tersobek ?” (HR Bukhari)

“Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan kedalam perut seseorang. Lalu,
seorang lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting itupun membawa semua
bagian tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa”. (Ka’b al-Ahbar, sahabat
Rasulullah saw)

“Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara sekejab, lalu
menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, niscaya kalian akan melupakan
jenazah tersebut, dan mulai menangisi diri kalian sendiri”. (Imam Ghozali mengutip atsar Al-
Hasan).

“Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam jiwa dan menyebar ke seluruh
anggota tubuh sehingga bagian orang yang sedang sekarat merasakan dirinya ditarik-tarik dan
dicerabut dari setiap urat nadi, urat syaraf, persendian, dari setiap akar rambut dan kulit kepala
hingga kaki”. ( Imam Ghozali)

Imam Ghozali juga mengutip suatu riwayat ketika sekelompok Bani Israil yang sedang melewati
sebuah pekuburan berdoa pada Allah SWT agar Ia menghidupkan satu mayat dari pekuburan itu
sehingga mereka bisa mengetahui gambaran sakaratul maut. Dengan izin Allah melalui suatu
cara tiba-tiba mereka dihadapkan pada seorang pria yang muncul dari salah satu kuburan.
“Wahai manusia!”, kata pria tersebut. “Apa yang kalian kehendaki dariku? Limapuluh tahun yang
lalu aku mengalami kematian, namun hingga kini rasa perih bekas sakaratul maut itu belum juga
hilang dari hatiku”.

Proses sakaratul maut bisa memakan waktu yang berbeda untuk setiap orang, dan tidak dapat
dihitung dalam ukuran detik seperti hitungan waktu dunia ketika kita menyaksikan detik-detik
terakhir kematian seseorang. Rasa sakit sakaratul maut dialami setiap manusia, dengan berbagai
macam tingkat rasa sakit, ini tidak terkait dengan tingkat keimanan atau kezhaliman seseorang
selama ia hidup. Sebuah riwayat bahkan mengatakan bahwa rasa sakit selama kita hidup dan
saat sakaratul maut bisa jadi merupakan suatu proses pengurangan kadar siksaan akhirat kita
kelak.

Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung di balik benteng yang kokoh atau
berlindung di balik teknologi kedokteran yang canggih serta ratusan dokter terbaik yang ada di
muka bumi ini. Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun
kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka
mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka
mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)”. Katakanlah: “Semuanya (datang)
dari sisi Allah”. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami
pembicaraan sedikit pun? (QS An-Nisa 4:7 8) Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan
(kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan. (QS, Al-Munafiqun, 63:11)

Sakaratul maut itu pedih seperti firman Allah SWT kepada Ibrahim AS adalah “Seperti panasnya
besi dibakar pada kain sutera yang basah, lalu nyawapun ditarik”, Selanjutnya Allah berfirman
kepada Nabi Musa “rasanya seperti burung hidup yang digoreng dalam wajan. Rasanya seperti
domba yang hidup kemudian diikuti oleh penjagal. Rasanya lebih perih pedih dibanding sayatan
pedang, geretan gergaji, dan tusukan benda tajam. Seringan-ringannya kematian seperti duri
dalam kain. Bisakah duri keluar dari sutera tersebut tanpa robekan. Seperti berada dalam
selimut api panas dan seolah-olah bernafas dalam lubang jarum seakan-akan berada dalam satu
pohon yang berduri lalu ditarik dari ujung kaki sampai keubun-ubun”.

Allah SWT memberikan gambaran khusus dalam Quran surat Al- Qiyamah:”berbelit kepayahan
demi kepayahan, tindih bertindih kesengsaraan demi kesengsaraan. Penyesalan dengan
penyesalan dan kesakitan demi kesakitan” (Bey, 1987: 339)

Melihat batapa sakitnya sakaratul maut maka perawat harus melakukan upaya –upaya sebagai
berikut :

1. Membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT.

Pada sakaratul maut perawat harus membimbing agar berbaik sangka kepada Allah sebagaimana
Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslem “Jangan sampai seorang dari kamu mati kecuali
dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah” selanjutnya Allah berfirman dalam hadist qudsi
”Aku ada pada sangka-sangka hambaku, oleh karena itu bersangkalah kepadaKu dengan
sangkaaan yang baik”, selanjutnya Ibnu Abas berkata ”Apabila kamu melihat seseorang
menghadapi maut, hiburlah dia supaya bersangka baik pada Tuhannya dan akan berjumpa
dengan Tuhannya itu”, selanjutnya Ibnu Mas´ud berkata ”Demi Allah yang tak ada Tuhan selain
Dia, seseorang yang berbaik sangka kepada Allah maka Allah berikan sesuai dengan
persangkaannya itu”. Hal ini menunjukkan bahwa kebaikan apapun jua berada ditangannya.

2. Mentalkinkan dengan Kalimat Laailahaillallah.

Perawat muslim dalam mentalkinkan kalimah laaillallah dapat dilakukan pada pasien terminal
menjelang ajalnya terutama saat pasien akan melepaskan nafasnya yang terakhir. Wotf, Weitzel,
Fruerst memberikan gambaran ciri-ciri pokok Ciri-ciri pokok pasien yang akan melepaskan
nafasnya yang terakhir, yaitu :

1. penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur yang dimulai pada anggota
gerak paling ujung khususnya pada ujung kaki, tangan, ujung hidung yang terasa dingin dan
lembab,

2. kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat.

3. Nadi mulai tak teratur, lemah dan pucat.

4. Terdengar suara mendengkur disertai gejala nafas cyene stokes.

5. Menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti dan rasa nyeri bila
ada biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan bervariasi tiap individu.
Otot rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang tadinya kelihatan cemas nampak lebih
pasrah menerima.

Dalam keadaan yang seperti itu peran perawat disamping memenuhi kebutuhan fisiknya juga
harus memenuhi kebutuhan spiritual pasien muslim agar diupayakan meninggal dalam keadaan
Husnul Khatimah. Perawat membimbing pasien dengan mentalkinkan (membimbing dengan
melafalkan secara berulang-ulang), sebagaimana Rasulullah mengajarkan dalam Hadist Riwayat
Muslim “Talkinkanlah olehmu orang yang mati diantara kami dengan kalimat Laailahaillallah
karena sesungguhnya seseorang yang mengakhiri ucapannya dengan itu ketika matinya maka
itulah bekalnya sesungguhnya seseorang yang mengakhiri ucapannya dengan itu ketika matinya
maka itulah bekalnya menuju surga” Selanjutnya Umar Bin Ktahab berkata “Hindarilah orang
yang mati diantara kami dan dzikirkanlah mereka dengan ucapan Laailahaillahllah, maka
sesungguhnya mereka (orang yang meninggal) melihat apa yang tidak bisa, kamu lihat”. Para
ulama berpendapat,” Apabila telah membimbing orang yang akan meninggal dengan satu
bacaan talqin, maka jangan diulangi lagi. Kecuali apabila ia berbicara dengan bacaan-bacaan atau
materi pembicaraan lain. Setelah itu barulah diulang kembali, agar bacaan La Ilaha Illallha
menjadi ucapan terakhir ketika menghadapi kematian. Para ulama mengarahkan pada
pentingnya menjenguk orang sakaratul maut, untuk mengingatkan, mengasihi, menutup kedua
matanya dan memberikan hak-haknya.” (Syarhu An-nawawi Ala Shahih Muslim : 6/458)

3. Berbicara yang Baik dan Do´a untuk jenazah ketika menutupkan matanya.

Di samping berusaha memberikan sentuhan perawat muslim perlu berkomunikasi terapeutik,


antara lain diriwayatkan oleh Imam Muslim Rasulullah SAW bersabda ”Bila kamu datang
mengunjungi orang sakit atau orang mati, hendaklah kami berbicara yang baik karena
sesungguhnya malaikat mengaminkan terhadap apa yang kamu ucapkan”, Selanjutnya
diriwayatkan oleh Ibnu Majah Rasulullah bersabda “apabila kamu menghadiri orang yang
meninggal dunia di antara kamu, maka tutuplah matanya karena sesungguhnya mata itu
mengikuti ruh yang keluar dan berkatalah dengan kata-kata yang baik karena malaikat
mengaminkan terhadap apa yang kamu ucapkan”. Berdasarkan hal diatas perawat harus
berupaya memberikan suport mental agar pasien merasa yakin bahwa Allah Pengasih dan selalu
memberikan yang terbaik buat hambanya, mendo’akan dan menutupkan kedua matanya yang
terbuka saat roh terlepas, dari jasadnya.

4. Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut

“Disunnahkan bagi orang-orang yang hadir untuk membasahi kerongkongan orang yang sedang
sakaratul maut tersebut dengan air atau minuman. Kemudian disunnahkan juga untuk
membasahi bibirnya dengan kapas yg telah diberi air. Karena bisa saja kerongkongannya kering
karena rasa sakit yang menderanya, sehingga sulit untuk berbicara dan berkata-kata. Dengan air
dan kapas tersebut setidaknya dapat meredam rasa sakit yang dialami orang yang mengalami
sakaratul maut, sehingga hal itu dapat mempermudah dirinya dalam mengucapkan dua kalimat
syahadat.” (Al-Mughni : 2/450 milik Ibnu Qudamah)
5. Menghadapkan orang yang sakaratul maut ke arah kiblat

Kemudian disunnahkan untuk menghadapkan orang yang tengah sakaratul maut kearah kiblat.
Sebenarnya ketentuan ini tidak mendapatkan penegasan dari hadits Rasulullah Saw., hanya saja
dalam beberapa atsar yang shahih disebutkan bahwa para salafus shalih melakukan hal tersebut.
Para Ulama sendiri telah menyebutkan dua cara bagaimana menghadap kiblat :

1. Berbaring terlentang diatas punggungnya, sedangkan kedua telapak kakinya dihadapkan


kearah kiblat. Setelah itu, kepala orang tersebut diangkat sedikit agar ia menghadap kearah
kiblat.

2. Mengarahkan bagian kanan tubuh orang yang tengah sakaratul maut menghadap ke kiblat.
Dan Imam Syaukai menganggap bentuk seperti ini sebagai tata cara yang paling benar.
Seandainya posisi ini menimbulkan sakit atau sesak, maka biarkanlah orang tersebut berbaring
kearah manapun yang membuatnya selesai.

B. Kewajiban Tenaga Medik/Paramedik Terhadap Orang-orang Sakit

Keras Dan Sakaratul Maut

Adapun Kewajiban Tenaga Medik/Paramedik Terhadap Orang-orang

Sakit Keras Dan Sakaratul Maut adalah :

a. Menghadapkan sisakit kearah kiblat, dengan posisi miring di atas sisi

kanan.

Dalilnya: “ Abu qatadah meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw.

ketika tiba di Madinah menanyakan akan Bara’ bin Ma’rur Dijawab

orang: dia telah meninggal dunia dan mewasiatkan sepertiga hartanya buat engkau, ya
Rasulullah dan dia telah mewasiatkan juga agar dia

dihadapkan ke kiblat bila dia sudah dalam dekat wafat ; maka Nabi saw.

bersabda ; wasiatnya itu sudah sesuai dengan Islam”. ( HR. al-Hakim.)

Hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad menerangkan bahwa

Fatimah binti Rasulullah saw. diwaktu dekat akan wafat menghadapkan

dirinya ke qiblat dan berbaring atas sisi kanannya. Hikmah antara lain

adalah: ketenangan bagi sisakit karena qiblat /ka’bah/baitullah adalah arah


tawajuh bagi setiap muslim.

b. Memperingatkan dan mengajarinya megucapkan kalimat

“Lailahaillallah”

Rasulullah bersabda : “ Ajarilah orang-orang kamu yang hamper mati:

kalimat La ilahaillallah” ( HR. Al-jama’ah selain Bukhari).

Dalam hadis lain Rasulullah bersabda: “ barang siapa akhir perkataannya

“ La ilaha illallah” pasti ia masuk surga (HR. Ahmad Abu Daud).

c. Menjaga Kebersihan

Yang dimaksud dengan kebersihan di sini, selain kebersihan badan,

juga kebersihan akidahnya dari segala noda syirik. Dalam keadaan seperti ini,

dokter perawat patut menasehatinya supaya sisakit berobat dan berbaik sangka

kepada Allah, mengharapkan keampunan dan rahmatnya, sekalipun ia merasa

banyak berdosa namun Allah dapat memberinya rahmat.

Sahabat Jabir meriwayatka bahwa dia mendengar Nabi Muhammad

saw. bersabda: “ Barang siapa di antara kamu yang menghadapi maut,

hendaklah ia berbaik sangka bahwa Allah akan memberinya rahmat dan

ampun” ( HR.Muslim).

Sahabat Abdullah bin Umar r.a. meriwayatkan bahwa Nabi saw.

bersabda: “ Sesungguhnya Allah menerima taubat hambanya selama ia belum

berada dalam keadaan mati “ ( HR. Ibnu Majah dan Tirmizi).

Dari Anas, bahwa Nabi saw. mengunjungi seorang pemuda yang dekat

mati. Beliau bertanya : Bagaimanakah perasaanmu ? Dia menjawab : Saya

mengharapkan ampunan dari Allah dan merasa takut karena dosa-dosaku.

Maka Nabi saw. bersabda:” Bila berkumpul dua perasaan ini dalam hati seseorang di saat yang
seperti ini, niscaya Allah akan memberi apa yang

diharapkannya dan melindunginya dari apa yang ditakutinya” ( HR. Tirmizi).


Khusus supaya menjaga pakaian dan tempat sisakit senantiasa bersih

dan suci. Sesuai dengan hadis berikut: “ Abi Sa’id al-Khudri ketika dia

menghadapi maut, meminta pakaian yang baik, bersih dan lalu dipakainya,

seraya berkata : saya mendengar Rasulullah bersabda: orang yang mati akan

dibangkitkan di hari kiamat dengan pakaian yang dipakainya waktu

meninggal” ( HR. Abu Daud).

d. Menjaga jangan sampai sisakit terganggu.15

Dalilnya:” Ubaidillah bin Abdullah meriwayatkan dari Ibnu Abbas:

“Ketika Rasulullah saw. dekat wafat di antara hadirin terdapat Umat bin

Khattab beliau bersabda: “ Marilah saya tuliskan buat kamu satu surat (

wasiat) yang kamu tidak akan sesat bila kamu mengikutinya. Umar berkata :

Sesungguhnya Nabi saw. sudah sakit payah sedang kamu sudah mempunyai

Qur’an, maka cukuplah qur’an itu buat kita. Ketika itu timbullah pertikaian di

antara hadirin, sebagian mengatakan, dekatkanlah, supaya Nabi saw. dapat

menuliskan surat (wasiat) yang kamu tidak akan sesat bila mengikutinya.

Sebagian menyetujui pendapat Umar. Diwaktu pertengkaran dan perselisihan

di antara mereka sudah memuncak, maka Nabi saw. bersabda: Menjauhlah

kamu! Seterusnya Ubaidillah meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas berkata:.

Adalah suatu kerugian besar terhalangnya Rasulullah saw. menuliskan satu

surat (wasiat) itu untuk mereka, disebabkan pertengkaran dan perselisihan

mereka” (HR. Sahih Bukhari).

e. Adab membacakan surat yasin

Bagi mereka yang berpendapat sunat membaca surah yasin kepada

orang sakit yang sedang menghadapi sakaratul maut, alasannya adalah

Rasulullah saw. bersabda: “ Bacakanlah kepada saudaramu yang sedang


mengahadapi maut surat yasin “ (HR. Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad dari

Ma’qil bin Jasar).

Dalam riwayat Ahmad disebutkan: “ Surat yasin adalah jantung alQur’an. Barangsiapa yang
membacanya karena maencari keridhaan Allah dan

kampong akhirat, niscaya Allah akan mengampuninya dan oleh karena itu

bacakaanlah surat yasin itu kepada saudaramu yng sedang mengahadapi

maut!.

Tanda-tanda Sakaratul Maut Menurut Islam

1. Kematian Seratus Hari Sebelum Ajal

Yang pertama adalah tanda kematian dengan jarak 100 hari sebelum kematiannya. Tanda ini
dimulai setelah waktu ASHAR. Seluruh tubuh manusia sedang sekarat akan merasa gemetar,
bahkan berpikir itu akan menyebar dari ubun-ubun ke ujung jari-jari kaki.

Siapa saja yang telah pernah merasakannya mengatakan bahwa tanda ini memiliki rasa
kenikmatan yang sangat luar biasa. Tapi sebenarnya itu isyarat dari Allah untuk menjadi ciptaan-
Nya yang akhir nya semakin dekat.

2. Kematian Empat Puluh Hari Sebelum Ajal

Suatu tanda kematian akan dirasakan lagi pada saat hari ke-40 dari hari kematian seseorang.
Tandanya adalah seseorang mampu merasakan suatu denyutan – denyutan yang terdapat di
bagian pusar.

Waktu yang terjadi untuk tanda-tanda ini juga terjadi ba’da Ashar. Dikatakan bahwa pada saat
pusar berdenyut, terdapat daun yang bertulis namanya yang berada pada Arsy telah gugur.

Kemudian malaikat maut segera mengambil satu helai daun itu. Lalu mulai pada saat itu, dia
akan mulai mengikutimu dimanapun manusia tersebut berada.
Bahkan dikatakan, manusia tersebut yang mempunyai rasa keimanan yang cukup tinggi akan bisa
melihat wujud malaikat maut tersebut walaupun hanya sekilas. Dan orang yang melihatnya
biasanya akan bingung dan merasa takut karena dia tahu bahwa waktunya di dunia ini tinggal
sebentar.

3. Kematian pada Tujuh Hari Sebelum Ajal

Selanjutnya yaitu terdapat tanda kematian yang terjadi tujuh hari pada saat sebelum kematian
mendatangi seorang manusia. Waktu terjadinya tanda tersebut juga pada ba’da Ashar.

Biasanya manusia yang akan mengalami kematian akan merasa perubahan pada fisiknya serta
akan ada perubahan signifikan pada kebiasaan yang dijalaninya selama ini.

Apa yang terjadi tujuh hari sebelum Maut menjemput? Kejadiannya juga setelah Ashar.
Isyaratnya mulai dirasakan pada keadaan fisik, seperti perubahan kebiasaan.

Contohnya adalah seseorang yang mendadak punya selera makan tinggi padahal sedang
mengidap penyakit parah. Atau hal – hal lain yang di luar kebiasaan dan tidak terduga sebagai
kebiasaan wajar dari orang tersebut.

4. Kematian Pada Tiga Hari Sebelum Ajal

Kemudian tanda kematian akan dirasakan menjelang 3 hari sebelum kematian tiba. Pada waktu
ini, seseorang yang memiliki kepekaan serta rasa iman yang cukup tinggi akan bisa merasakan
tanda datangnya kematian secara nyata.

Salah satu tanda ini yang dimaksud adalah berdenyut pada dahi. Lebih tepatnya berada di
tengah-tengah dahi kita. Selain itu, jika ada seseorang melihat kita, bola mata kita juga akan
kehilangan warna aslinya alias memudar dari sebelumnya. Kedua kaki kita akan terasa lebih
lemah, telinga tidak lagi tegak menawan, serta hidung akan terasa sesak atau terbenam.

Jika kamu melalui masa-masa ini suat saat ini, saya sarankan agar kamu mulai berpuasa dan
memperbanyak amalan shaleh lainnya.

Berpuasa disini selain meningkatkan amal ibadah kita menjelang kematian juga dapat
meminimalisir najis yang ada di perut kita sehingga pada saat dimandikan akan lebih muda
untuk dibersihkan.

5. Kematian Sehari Sebelum Ajal

Akan tiba setelah waktu Ashar. Seseorang akan merasakan satu denyutan di bagian belakang,
yaitu di bagian ubun – ubun, yang menandakan kita tidak akan sempat menemui waktu Ashar
pada hari berikutnya.

6. Tanda Akhir

Kita dapat merasakan satu kondisi sejuk di bagian pusat & hanya akan turun ke pinggang &
seterusnya akan naik kembali ke bagian tenggorokan.

Pada waktu ini sebaiknya kita tetap mengucap kalimat Syahadat dan berdiam diri menantikan
kehadiran malaikat maut. Sebaiknya bila sudah terasa tanda yang akhir sekali, mengucap dalam
diam & jangan lagi berbincang – bincang.

Anda mungkin juga menyukai