SGD Kel 3 Muskulo Bismillah
SGD Kel 3 Muskulo Bismillah
Fasilitator :
Mucharam S.Kep,. Ns.
Oleh Kelompok 3 :
Gita Kurnia Widiastutik (131511133086)
Ainil Fikroh Rahma Dheaning (131511133087)
Ucik Nurmalaningsih (131511133088)
Kusnul Chotimah (131511133089)
Teguh Dwi Saputro (131511133090)
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN NERS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
Kata Pengantar
Segala Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Osteomielitis” sebagai
tugas dalam pembelajaran mata kuliah Keperawatan Muskuloskeletal 1.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan sebaik mungkin.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna karena pengetahuan dan
pengalaman penulis yang cukup terbatas. Kami berharap makalah ini dapat memberi wawasan
pada pembacanya.
Akhir kata kami mengharapkan kritik dan saran sebagai bahan perbaikan untuk makalah
ini supaya menjadi lebih baik. Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan ejaan pada kata
maupun penyusunan dalam makalah ini yang tidak berkenan bagi para pembaca, selamat
membaca dan semoga bermanfaat.
Tim Penulis
ii
Daftar Isi
Kata Pengantar.............................................................................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................................................................iii
BAB 1.........................................................................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................................................2
1.4 Manfaat.................................................................................................................................................3
BAB 2.........................................................................................................................................................4
2.1 Definisi..................................................................................................................................................4
2.2 Klasifikasi..............................................................................................................................................4
2.3 Etiologi..................................................................................................................................................5
2.4 Patofisiologi..........................................................................................................................................6
2.8 Penatalaksanaan...................................................................................................................................12
2.9 Komplikasi..........................................................................................................................................15
BAB 3.......................................................................................................................................................16
BAB 4.......................................................................................................................................................38
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................................................38
4.2 Saran....................................................................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................39
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang. Berasal dari kata osteon (tulang) dan myelo
(sum-sum tulang) dan dikombinasi dengan itis (inflamasi) untuk menggambarkan kondisi klinis
dimana tulang terinfeksi oleh mikroorganisme (Madder dkk, 1997, Lazzarini dkk, 2004).
Osteomielitis kronis didefinisikan sebagai osteomielitis dengan gejala lebih dari 1 bulan
(Dormans & Drummond, 1994).
Di negara-negara berpenghasilan tinggi, osteomielitis akut terjadi pada sekitar 8 dari
100.000 anak per tahun (Riise et al., 2008), tetapi jauh lebih umum di negara-negara
berpenghasilan rendah. Anak laki-laki 2 kali lebih sering terjakiti daripada anak perempuan
(Riise et al., 2008; Grammatico-Guillon et al., 2013). Jika osteomielitis akut tidak didiagnosis
segera dan diobati dengan tepat bisa menjadi fatal, terutama dinegara dengan sumber daya
rendah, dimana pasien datang dengan penyakit yang semakin memburuk dan korban sering
memiliki komplikasi yang serius dan tidak bertahan lama(Gillespie dan Mayo, 1981).
Staphylococus aureus merupakan bakteri yang paling sering menyebabkan hematogenous
akut dan kronik osteomielitis pada dewasa dan anak-anak. Group A Streptococcus, Steptococus
pneumonia, dan Kingella kingae adalah bakteri paling umum berikutnya yang bisa menyerang
anak-anak. Infeksi Group B streptococcal terjadi terutama pada newborn. Pada dewasa, S.
aureus merupakan bakteri paling umum pada infeksi tulang dan prosthetic joints. Infeksi jamur
dan mikobakterial juga bisa menyebabkan osteomilitis, akan tetapi jarang terjadi, dan biasanya
bisa ditemukan pada klien dengan gangguan sistem imun.
Masalah infeksi tulang atau osteomielitis ini penting untuk diketahui oleh perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan gangguan sistem muskulokeletal karena keadaan tersebut sering
beriringan dan/atau merupakan suatu komplikasi dari gangguan muskulokeletal itu sendiri. Peran
perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan adalah berusaha agar masalah dapat dihindari atau
meminimalkan resiko. Perawat juga berupaya agar masalah infeksi dan inflamasi yang dialami
klien dapat dikurangi dampaknya. Oleh karena itu, pemahaman terhadap pengetahuan dasar
tentang penyakit osteomielitis, manifestasi klinis, serta ketrampilan asuhan keperawatan yang
komprehensif itu sangat penting.
1
1.2 Rumusan masalah
1. Apa definisi dari osteomielitis?
2. Bagaimana klasifikasi dari osteomielitis?
3. Apa etiologi dari osteomielitis?
4. Bagaimana patofisiologi dari osteomielitis?
5. Bagaimana web of causation dari osteomielitis?
6. Apa manifestasi klinis dari osteomielitis?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari osteomielitis?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari osteomielitis?
9. Apa saja komplikasi dari osteomielitis?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada osteomielitis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah perkuliahan diharapkan mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan osteomielitis.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi osteomielitis
2. Untuk mengetahui klasifikasi osteomielitis
3. Untuk mengetahui etiologi osteomielitis
4. Untuk mengetahui patofisiologi osteomielitis
5. Untuk mengetahui web of causation osteomielitis
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis osteomielitis
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik osteomielitis
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari osteomielitis
9. Untuk mengetahui komplikasi dari osteomielitis
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada osteomielitis
2
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa mampu mengerti, mengetahui dan memahami konsep teori tentang
osteomielitis
2. Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan osteomielitis
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang. Berasal dari kata osteon (tulang) dan myelo
(sum-sum tulang) dan dikombinasi dengan itis (inflamasi) untuk menggambarkan kondisi klinis
dimana tulang terinfeksi oleh mikroorganisme (Madder dkk, 1997, Lazzarini dkk, 2004).
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari
darah (osteomielitis hematogen) atau, yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau
reduksi bedah. Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang yang terjadi akibat gigitan hewan atau
manusia, atau injeksi intramuskular yang salah tempat, dapat menyebakan osteomielitis eksogen.
Bakteri adalah penyebab umum osteomielitis akut, namun virus, jamur dan mikroorganisme lain
dapat berperan (Corwin, 2008).
2.2 Klasifikasi
Metode pengklasifikasian osteomielitis dengan model Waldvogel et al. (1970)
didasarkan pada durasi, mekanisme infeksi, dan adanya insufisiensi pembuluh darah,
klasifikasinya sebagai berikut (Waldvogel et al., 1970):
A. Berdasarkan durasi;
a. Osteomielitis akut, ditandai dengan infeksi supuratif yang mengalami edema, dan
trombosis pembuluh darah dalam onset 2 minggu.
b. Osteomielitis subakut dengan onset dalam 1 s/d beberapa bulan
c. Osteomiekitis kronis, hasil dari infeksi yang lama, yang mungkin terjadi berbulan–bulan
atau bertahun-tahun, karena ditahan klien atau diobati sebagian sehingga relatif tidak
aktif dalam waktu yang lama sebelum menujukkan gejala yang jelas. Osteomielitis
kronis ditandai oleh adanya tulang yang nekrotik; pembentukan tulang baru; drainase
atau saluran sinus; dan adanya leukosit, limfosit, dan histiosit.
B. Berdasarkan mekanisme infeksi;
a. Osteomielitis hematogen, jika berasal dari bakterimia
- terjadi ketika jaringan tulang terdapat organisme patogen selama bakterimia
- 20% kasus terjadi pada orang dewasa, yang biasanya diserang adalah tulang
belakang, tapi tulang panjang, pelvis, dan klavikula juga bisa terinfeksi.
b. Osteomielitis sekunder (eksogen), inokulasi langsung dengan jaringan yang terinfeksi
4
- Terjadi setelah trauma tulang atau sebagai hasil dari penyebaran infeksi dari jaringan
luka terdekat
- Biasanya berhubungan dengan riwayat operasi reduksi dan internal fiksasi pada
fraktur tulang, alat prosthetic, fraktur terbuka, dan infeksi kronik jaringan lunak,
decubitus ulcer, luka bakar atau infeksi jaringan lunak lokal.
- Biasanya pada pasien dewasa, yang mengalami infeksi dikuti dengan cellulitis atau
arthroplasties, infeksi pada pasien yang lebih muda biasa terjadi karena trauma atau
operasi.
C. Akibat Insufisiensi pembuluh darah;
- Akibat gangguan suplai darah pada jaringan
- Biasanya terjadi pada pasien dengan diabetes melitus (tulang pada kaki yang sering
terserang, bisa juga mengalami neuropati) atau atherosclerosis yang parah.
2.3 Etiologi
Penyebab utama osteomielitis antara lain:
a. Insufisiensi vascular
b. Hematogenous seeding
c. Trauma atau pembedahan sebelumnya
Insufisiensi vascular biasa terlihat pada klien dengan diabetes mellitus, sedangkan
hematogenous seeding sering terjadi pada anak-anak. Prevalensi post trauma dan post trauma
yang menyebabkan osteomielitis meningkat hingga 80%. Fraktur terbuka bisa menyebabkan
osteomielitis hingga 3-50% lebih besar dibandingkan dengan fraktur tertutup (1-5%).
5
2.4 Patofisiologi
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.1
2.2
2.3
2.4
Tulang pada dasarnya resisten terhadap infeksi. Akan tetapi, mikroorganisme masuk ke
tulang secara hematogen (melalui aliran darah) dari struktur yang berada di dekatnya atau dari
penetrasi langsung akibat pembedahan atau trauma. Hal tersebut dapat menyebabkan
osteomielitis. Infeksi tulang dapat terjadi akibat pengobatan pada trauma, yang bisa
6
menyebabkan bakteri pathogen memasuki tulang dan berproliferasi ke jaringan yang mengalami
trauma. Ekstremitas bagian bawah adalah bagian tubuh yang paling sering terkena osteomielitis.
Beberapa faktor penting yang berperan dalam patogenenis osteomielitis antara lain
virulensi organism yang terinfeksi, penyakit penyerta, status imun host, serta tipe, lokasi, dan
vaskularitas dari tulang.
Terdapat tiga mekanisme dasar terjadinya osteomielitis. Osteomielitis hematogen
biasanya terjadi pada tulang panjang anak-anak, jarang pada orang dewasa, kecuali bila
melibatkan tulang belakang. Osteomielitis dari insufisiensi vaskuler sering terjadi pada diabetes
melitus. Contiguous osteomielitis paling sering terjadi setelah terjadi cedera pada ekstremitas.
Berbeda dari osteomielitis hematogen, kedua yang terakhir biasanya dengan infeksi polimikroba,
sering Staphylococcus aureus bercampur dengan patogen lain (Swiontkowski dkk, 1999).
Osteomielitis juga bisa disebabkan karena gangrene akibat diabetes mellitus. Luka pada kaki
tersebut dapat menyebabkan bakteri memasuki tulang. Nyeri bisa tidak dirasakan oleh klien
akibat dari neuropati yang dialami.
Infeksi terjadi ketika mikroorganisme masuk melalui aliran darah, secara langsung dari
benda-benda yang terinfeksi atau luka tembus. Trauma, iskemia, dan benda asing dapat
meningkatkan resiko invasi mikroorganisme ke tulang melalui bagian yang terpapar sehingga
organisme tersebut lebih mudah menempel. Pada daerah infeksi fagosit datang mengatasi infeksi
dari bakteri tersebut, namun dalam waktu yang bersamaan fagosit juga mengeluakan enzim yang
dapat mengakibatkan tulang menjadi lisis. Bakteri dapat lolos dari proses tersebut dan akhirnya
menempel pada bagian tulang yang lisis dengan cara masuk dan menetap pada osteoblas dan
membungkus diri dengan protective polysaccharide-rich biofilm. Apabila tidak dilakukan
perawatan, tekanan intramedular akan meningkat dan eksudat menyebab sepanjang korteks
metafisis yang tipis mengakibatkan timbulnya abses subperosteal. Abses subperiosteal dapat
meningkat dan menyebar pada bagian tulang yang lain.
Pus dapat menyebar melalui pembuluh darah, mengakibatkan peningkatan tekanan
intraosseus dan gangguan aliran darah. Hal ini dapat mengakibatkan timbulnya trombosis.
Nekrosis tulang mengakibatkan hilangnya peredaran darah periosteal. Nekrosis yang meluas
pada tulang mengakibatkan timbulnya sekuesterum. Sekuestra ini membuat bagian infeksius
yang mengelilingi bagian tulang yang sklerotik yang biasanya tidak mengandung pembuluh
darah. Kanal haversian diblok oleh jaringan parut dan tulang dikelilingi oleh bagian periosteum
7
yang menebal dan jaringan patur otot. Skuestera merupakan muara dari mikroorganisme dan
meningkatkan timbulnya gejala infeksi. Abses juga dapat keluar dari kulit membentuk sinus.
Sinus kemungkinan tertutup selama beberapa minggu atau bulan memberikan gambaran
penyembuhan, dapat terbuka (atau muncul di tempat lain) ketika tekanan jaringan meningkat.
8
2.5 Web of Causation
Fraktur terbuka Foot ulcer Invasi mikroorganisme
ke tempat lain yang
beredar melaui sirkulasi
Kerusakan Insufisiensi
pembuluh darah vaskular
Masuk ke juksta
epifisis tulang
Bakteri masuk
ke tulang
OSTEOMIELITIS
Penurunan kemampuan
dalam berjalan (jika
Terjadi proses menyerang bagian kaki)
fagositosis
Pengeluaran zat
pirogen endogen Keterbatasan Penyebaran infeksi ke
Respon inflamasi dalam bergerak organ penting
Merangsang sekresi
prostaglandin Trombosis pada MK: Hambatan Septikemia
pembuluh darah Mobilitas Fisik
Kerusakan lempeng
Peningkatan
Peningkatan tekanan epifisis
suhu tubuh
jaringan dan medulla
Terbentuk involuctum,
MK: Nyeri Terbentuk abses tulang
pengeluaran pus dari luka
MK: Gangguan
Citra Tubuh
10
2.6 Manifestasi Klinis
LeMone, et al. (2016) membagi manifestasi klinis osteomielitis menjadi dua berdasarkan
lokasinya yaitu efek lokal dan efek sistemik.
11
d. Terjadi baik nyeri akut maupun kronis yang memberat
a. Nodus limfe ikut terlibat, utamanya pada area yang mengalami osteomielitis
b. Peningkatan suhu tubuh sehingga menyebabkan klien menggigil
c. Malaise
d. Takikardi
e. Mual dan muntah
f. Anoreksia
Davey (2005) menjelaskan bahwa pada klien diabetes mellitus dengan osteomielitis tidak
merasakan nyeri. Menurut LeMone, et al. (2016) manifestasi ini dipengaruhi oleh beberapa hal
diantaranya usia, penyebab, lokasi, dan kondisi infeksi baik akut/ subakut/ kronik.
Berguna dalam mendeteksi penyebaran infeksi ke jaringan lunak dan sumsum tulang
belakang.
2. CT Scan
4. Biopsy
5. Pemindaian tulang dapat dilakukan dengan mengidentifikasi abses,k saluran sinus, dan
perubahan tulang.
6. USG, dapat mendeteksi penumpukan cairan periosteal, abses, dan penebalan periosteal,
serta peningkatan akibat osteomyelitis.
7. Selama infeksi akut, ESR dan WBC meningkat
8. Kultur darah dan jaringan diambil untuk mengidentifikasi organisme yang menginfeksi
dan mengidentifikasi terapi antibiotic yang digunakan.
9. Foto rontgen
Foto sinar X akan mengeliminasi penyebab lain dari gejala yang timbul dan menunjukkan
adanya fraktur patologis.
12
10. Bone scan
Merupakan suatu pemeriksaan yang digunakan untuk mengetahui letak tulang yang
mengalami infeksi yang tidak terdeteksi dengan pemeriksaan sinar X.
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan oleh Boughman (2000) dalam Nugroho (2007) yang berfokus pada
pengontrolan dan pemusnahan proses infeksi antara lain:
a. Melakukan imobilisasi pada area yang mengalami osteomielitis dapat dilakukan dengan
merendam area tersebut dengan larutan normal salin hangat dalam waktu 20 menit dan
dilakukan beberapa kali dalam sehari.
b. Melakukan kultur darah guna mengetahui organisme apa yang menjadi penyebab infeksi.
Sehingga, dapat diketahui antibiotik yang tepat untuk medikasi.
c. Memberikan antibiotik IV.
d. Memberikan terapi antibiotik peroral apabila infeksi dapat dikontrol, kemudian
dilanjutkan selama 3 bulan.
e. Melakukan bedah debridement tulang apabila tidak ada respon terhadap terapi antibiotik.
Terapi antibiotik tambahan harus tetap diberikan.
Sedangkan, LeMone, et al. (2016) menjelaskan beberapa penatalaksanaan yang dapat diberikan
diantaranya:
a. Penatalaksanaan Medis
Medikasi
Pembedahan
13
Terapi primer yang dapat diberikan kepada klien osteomielitis kronis ialah
debridema pembedahan. Pembebasan dari tekanan oleh akumulasi pus dilakukan
dengan cara mengeksisi periosteum dan mengebor korteks. Irigasi dilakukan pada
lubang yang terbentuk, kemudian lubang tersebut ditutup. Pemasangan slang
drainase dilakukan untuk menjaga agar lubang tetap dalam kondisi bersih. Slang
drainase ini dihubungkan dengan sistem irigasi dan suction. Perawatan yang dapat
dilakukan ialah dengan menyuling dan mengganti larutan antibiotik ke dalam
slang drainase.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan kepada klien osteomielitis dengan tindakan
pembedahan menurut LeMone, et al. (2016) ialah:
Asuhan Preoperasi
Melakukan diskusi terbuka dan mendengarkan klien secara aktif untuk
menurunkan kekhawatiran klien terhadap tindakan operasi yang akan diterima.
Menjelaskan kepada klien mengenai tirah baring dan lama terapi di rumah sakit
pasca operasi.
Asuhan Pascaoperasi
Memberikan perawatan luka postoperasi seperti perawatan terhadap balutan dan
irigasi.
Mengkaji adanya peningkatan suhu secara tiba-tiba, nyeri, dan indikasi
superinfeksi lainnya.
Health Education
14
Tindakan keperawatan spesifik berdasarkan masalah keperawatan yang muncul dapat
dilakukan dengan (LeMone, et al, 2016):
Risiko Infeksi
Senantiasa melakukan hygiene tangan.
Memberikan terapi antimikroba.
Mempertahankan asupan diet yang adekuat.
Hipertermia
Memonitor suhu tubuh klien setiap 4 jam sekali dan ketika klien melapor bahwa
ada peningkatan suhu (demam) maupun menggigil.
Memberikan pakaian yang tipis, selimut, serta lingkungan dengan suhu yang
dingin.
Memberikan cairan 2.000-3.000 ml per hari.
Perawatan di rumah yang dapat dilakukan diantaranya ialah (LeMone, et al, 2016):
15
Edukasi klien dan keluarga agar senantiasa memberikan asupan cairan dan diet
berserat yang adekuat untuk menghindari konstipasi akibat efek samping medikasi
nyeri.
Melakukan perawatan luka.
Membatasi gerak ekstremitas yang terkena.
Mengajarkan kepada klien dan keluarga untuk senantiasa melatih ROM klien agar
terhindar dari efek samping imobilisasi.
Memberikan asupan nutrisi yang adekuat.
Anjurkan kepada klien dan keluarga untuk memberikan asupan nutrisi secara
sering dengan porsi sedikit.
2.9 Komplikasi
Nadhirah (2016) menyebutkan beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan
osteomielitis diantaranya:
16
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan,bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.
2) Keluhan utama
Kaji pada pasien osteomielitis adanya infeksi bakterial pada kulit dan saluran
napas atas. Gejala lain dapat berupa nyeri yang konstan pada daerah infeksi,
nyeri tekan dan terdapat gangguan fungsi anggota gerak yang bersangkutan.
Gejala – gejala umum timbul akibat bakterimia dan septikemia berupa panas
tinggi, malaise serta nafsu makan yang berkurang. Selain itu ditemukan
adanya nyeri tekan, gangguan pergerakan sendi oleh karena pembengkakan
sendi.
6) Riwayat psikososial
17
Adakah ditemukan depresi, marah ataupun stress.
2) Kaji adanya faktor resiko (misalnya lansia, diabetes, terapi kortikosteroid jangka
panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.
3) Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi. (pada
osteomielitis akut)
4) Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya cairan
purulen.
5) Identisikasi peningkatan suhu tubuh.
6) Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila di
palpasi.
7)
2. Diagnosa Keperawatan
1) Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
2) Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
3) Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan
keterbatasan menahan beban berat badan.
4) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan
pengobatan.
5) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman.
6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketakuatn dalam bergerak.
7) Infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang.
8) Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan ; imobilisasi.
9) Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang,
kerusakan kulit.
10) Kurang pengetahuan tentang program pengobatan.
3. Intervensi Keperawatan
18
Diagnosa Keperawatan:
Diagnosa Keperawatan:
19
Setelah dilakukan tindakan 1. Mengkaji karakteris- 1. Untuk mengetahui
asuhan keperawatan tik nyeri : lokasi, tingkat rasa nyeri
selama ... x 24 jam durasi, intensitas nyeri sehingga dapat me-
diharapkan klien tidak terjadi dengan meng- gunakan nentukan jenis
nyeri dengan kriteria hasil: skala nyeri (0-10) tindakannya.
2. Mempertahankan im- 2. Mencegah
1. Mendemonstrasikan
mobilisasi (back slab). pergeseran tulang
bebas dari nyeri
2. Peningkatan rasa 3. Berikan sokongan dan penekanan pada
kenyamanan (support) pada jaring- an yang
3. Tidak terjadi nyeri. ektremitas yang luka. luka.
4. Ekspresi wajah rileks
4. Amati perubahan suhu 3. Peningkatan vena
dan suhu tubuh normal.
setiap 4 jam. return, menurunkan
5. Kompres air hangat. edem, dan me-
6. Kolaborasi pemberian ngurangi nyeri.
obat-obatan analgesik. 4. Untuk mengetahui
penyimpangan –
penyimpangan yang
terjadi.
5. Mengurangi rasa
nyeri dan
memberikan rasa
nyaman
6. Mengurangi rasa
nyeri
Diagnosa Keperawatan:
20
tindakan asuhan baring dalam posisi mobilitas fisik dapat
keperawatan yang di berkurang
selama ... x 24 jam programkan. 2. Dapat meringankan
diharapkan klien 2. Tinggikan masalah gangguan
tidk terjadi ekstremitas yang mobilitas fisik yang
gangguan mobilisasi sakit, instruksikan dialami klien
dengan kriteria klien / bantu dalam 3. Dapat meringankan
hasil: latihan rentang masalah gangguan
gerak pada mobilitas yang dialami
1. Gangguan mobilitas
ekstremitas yang klien
fisik dapat berkurang
sakit dan tak sakit 4. Agar klien tidak banyak
setelah dilakukan
3. Beri penyanggah melakukan gerakan
tindakan keperawatan.
2. Meningkatkan pada ekstremitas yang dapat
mobilitas pada tingkat yang sakit pada saat membahayakan
paling tinggi bergerak 5. Mengurangi terjadinya
3. Mempertahankan posisi 4. Jelaskan pandangan penyimpangan –
fungsional dan keterbatasan penyimpangan yang
4. Meningkatkan / fungsi
dalam aktivitas. dapat terjadi
yang sakit
5. Menunjukkna teknik 5. Berikan dorongan 6. Mengurangi gangguan
mampu melakukan pada klien untuk mobilitas fisik
aktivitas melakukan AKS 7. Mengurangi gangguan
dalam lingkup mobilitas fisik
keterbatasan dan
beri bantuan sesuai
kebutuhan.
6. Ubah posisi secara
periodik
7. Kolabortasi dengan
fisioterapi /
aoakulasi terapi.
21
Diagnosa Keperawatan:
22
penyembuhan dan
dapat mencegah
kekambuhan.rapeut
ik.
5. Banyak pasien yang
membutuhkan obat
penenang untuk
mengontrol
ansietasnya
Diagnosa Keperawatan:
23
kemajuan
Evaluasi Keperawatan
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
a. Identitas klien
24
Nama : Tn.A
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Perak
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal MRS : 14 Februari 2017
b. Keluhan utama
Nyeri di daerah sekitar luka yang ada di tungkai dan kaki kiri
c. Riwayat penyakit saat ini
Sejak MRS 14 Februari 2017 hingga sekarang ,klien mengeluh nyeri dan panas
tungkai dan kaki kirinya membengkak. . Kaki kiri mulai sukar digerakkan dan pada
paha kiri keluar cairan di bagian 1/3 distal lateral tungkai kiri. Dan sekarang yang
dirasakan rasa nyeri pada daerah sekitar luka.
d. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat klien karena insiden kecelakaan yang dialami pada tahun lalu.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada riwayat keluarga yan berhubungan dengan penyakit klien.
2. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum:
BB : 47 kg
TB : 160 cm
T : 36.7°C
Nadi : 98x/menit
TD : 100/60mmHg
RR : 20x/menit
a. B1 (Breathing): normal
RR : 20x/menit
b. B2 (Blood):
25
TD : 100/60mmHg
T :36.7°C
Nadi : 98x/menit
Hb : 8,6mg/dl
Konjungtiva anemis
Terlihat pucat
Sklera tidak ikterik
d. B4 (Bladder): normal
e. B5 (Bowel):
BB : 47kg
Tidak ada gangguan pencernaan
Tidak ada mual muntah
f. B6 (Bone)
Pada luka paha kiri bengkak (+), kemerahan (+), pus (+), terdapat dua lubang pada luka
berdiameter masing-masing 0.5cm
Pengkajian ekstermitas
1) Look: Pada luka paha kiri bengkak (+), kemerahan (+), pus (+), terdapat dualubang
pada luka berdiameter masing-masing 0.5cm.
2) Feel: nyeri dan panas pada sekitar luka daerah paha kiri
P : infeksi pada luka
Q : nyeri panas terus menerus
R : paha kiri dan tungkai bawah
S: 5 (0-10)
T : terus menerus, dan bertambah ketika melakukan gerakan
3) Move: gerakan aktif terbatas, ADL dibantu dan
26
3. Pemeriksaan Diagnostik
Hb: 8,6mg/dl
Leukosit: 16.400
B. ANALISIS DATA
No. Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. DS: Bakteri Nyeri akut
Pasien mengeluh nyeri dan (Staphylococcus
panas pada area luka yaitu Aureus, Prosteus,
di tungkai dan paha kiri. Pseudomonas,
DO: Escberichia
P: infeksi pada luka ↓
Q: nyeri panas terus Adanya komplikasi
menerus dari luka klien
R: paha kiri dan tungkai ↓
bawah
S: 5 (0-10) Osteomielitis
T: terus menerus, dan ↓
bertambah ketika Inflamasi
melakukan gerakan ↓
TTV: Pembekakan dan
T :36.7°C penekanan jaringan
Nadi : 98x/menit lain
TD : 100/60mmHg ↓
RR : 20x/menit Nyeri akut
2. DS: Osteomielitis Resiko Cidera
Pasien mengeluh nyeri dan ↓
kaki sulit untuk digerakkan Infeksi / Respon
inflamasi
DO: ↓
- Pada luka paha kiri Pembentukan
bengkak (+), pus/abses
27
kemerahan (+), pus ↓
(+), terdapat dua Terhambatnya
lubang pada luka jaringan tulang
berdiameter masing- berekspansi dan
masing 0.5cm. terjadi penekanan
- Aktivitas sehari-hari
↓
dibantu, berdiri dan
Terganggunya
berjalan
sirkulasi berakibat
menggunakan kruk.
iskemia jaringan
↓
Nekrosis
↓
Penurunan kekuatan
tulang
↓
Tulang rapuh
↓
Resiko Cidera
3. DS: Osteomielitis Gangguan Integritas
Pasienmengeluh tungkai ↓ kulit
dan kaki kiri membengkak Infeksi / Respon
disertai rasa nyeri dan panas inflamasi
↓
Pembentukan
DO: pus/abses
- Pada luka paha kiri ↓
bengkak (+), Terhambatnya
kemerahan (+), pus jaringan tulang
(+), terdapat dua berekspansi dan
lubang pada luka terjadi penekanan
berdiameter masing- ↓
28
masing 0.5cm. Terganggunya
sirkulasi berakibat
iskemia jaringan
↓
Nekrosis
↓
Gangguan integritas
kulit
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkan dan inflamasi
2. Resiko Cidera berhubungan dengan Hipoksia jaringan
3. Gangguan Integritas berhubungan dengan neuropati perifer
D. INTERVENSI
Diagnosa:
Kategori: Psikologis
NOC NIC
29
Tingkat Nyeri (2102) nyeri
Manajemen Nyeri (1400)
1. Panjang episode dan skala nyeri
klien berkurang dan berangsur 1. Lakukan pengkajian nyeri
hilang ( dari skala 5 mampu menjadi komprehensif yang meliputi lokasi,
4 hingga akhirnya skala nyeri 0) karakteristik, onset / durasi ,
2. Ekspresi wajah klien tidak merintih
frekuensi , kualitas, intensitas atau
ataupun menahan nyeri
beratnya nyeri dan faktor pencetus
2. Gali pengetahuan dan kepercayan
pasien mengenai nyeri
3. Gali bersama pasien faktor-faktor
yang mampu mengurangi tingkat
nyeri pasien
4. Berikan informasi mengenai nyeri :
penyebab nyeri, dan akibat dari
prosedur yang dilakukan juga
mampu memberikan efek nyeri.
Diagnosa:
Kategori: Lingkungan
NOC NIC
30
baik 1. Kaji dan catat karakteristik luka setiap
2. Keseimbangan tubuh klien terjaga
hari, meliputi : ukuran, tingkatan luka,
ketika hendak berjalan dan mampu
lokasi, eksudat, granulasi atau adaya
menyesuaikan kondisi dengan alat
jaringn nekrotik terhadap luka
bantu 2. Fasilitasi pasien dan keluarga agar
dapat berkonsultasi mengenai
perawtaan luka
Perfusi jaringan (0422) Perlindungan infeksi (6550)
1. Monitor adanya tanda dan gejala
1. Aliran darah menuju daerah luka
infeksi sistemik dan lokal
mampu terpenuhi, sehingga nekrosis 2. Monitor kerentanan terhadap infeksi
berkurang 3. Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup
4. Ajarkan pasien dan keluarga
mengenai perbedaan antara infeksi
virus dan bakteri
5. Ajarkan pasien dan keluarga
mengenai tanda dan gejala infeksi dan
kapan harus melaporkannya kepada
pemberi layanan kesehatan.
Diagnosa:
Kategori: Lingkungan
NOC NIC
31
1. Klien tidak mengalami lesi pada kulit. 2. Monitor warna dan suhu kulit.
2. Klien tidak mengalami nekrosis pada 3. Monitor kulit untuk adanya
kulitnya. kekeringan yang berlebihan dan
Konsekuensi Imobilitas: Fisiologi (0204) kelembaban.
4. Periksa kondisi luka operasi dengan
1. Klien tidak mengalami penurunan tepat.
tonus otot. Perawatan Tirah Baring (0740)
Posisi Tubuh: Berinisiatif Sendiri (0203)
1. Jelaskan alasan diperlukan tirah
2. Klien mampu berpindah dari satu sisi baring.
ke sisi yang lain sambil berbaring. 2. Letakkan lampu panggilan berada
dalam jangkauan pasien.
3. Ajarkan latihan di tempat tidur
dengan cara yang tepat, seperti
gerakan berubah posisi tiap 2 jam.
TerapiLatihan: MobilitasSendi (0224)
E. IMPLEMENTASI
32
nyeri, lokasi, kualitas nyeri
Respon : Klien mengaku nyeri skala 5
dari 10 di area sekitar operasi
08.32 3. Menanyakan terhadap klien terkait hal
apa yang biasa dilakukan untuk
mengatasi nyeri
Respon : Klien mengaku klien tidur
untuk mengatasi nyeri yang dirasakan,
walaupun terkadang nyeri juga
mengganggu tidurnya
4. Menanyakan klien terhadap kecemasan
ataupun respon klien terhadap nyeri
Respon : Klien mengaku ketakutan
terhadap nyeri yang dirasakan
08.40
5. Menjelaskan terhadap klien terkait nyeri
dan akibat dari tindakan perawatan yang
diberikan
Respon: Klien dan keluarga mulai
paham dan tidak merasa ketakutan
33
berusaha mendampingi klien
34
kembali.
7. Mengajarkan latihan di tempat tidur
09.25
dengan cara yang tepat, seperti gerakan
berubah posisi tiap 2 jam.
Respon: pasien belum mengetahui
gerakan mobilisasi di tempat tidur.
8. Berkolaborasi dengan ahli terapi fisik
dalam mengembangkan dan menerapkan
sebuah program latihan.
09.30 Respon: pasien sangat antusias terhadap
latihan yang diajarkan.
9. Menjelaskan pada pasien atau keluarga
09.32 manfaat dan tujuan melakukan latihan
sendi.
Respon: pasien sebelumnya tidak
paham menjadi paham dan bersemangat
untuk melakukannya.
10. Menginstruksikan pasien/keluarga cara
09.33 melakukan latihan ROM.
Respon: pasien dan keluarga menjadi
tahu mengenai latihan ROM dan
fungsinya.
35
April 2018 perkembangan pemenuhan klien
Respon : Klien masih dibantu dengan
anggota keluarga sebagaian saat
memenuhi kebutuhan ADL
13.05 2.Kaji Hambatan klien untuk latihan dalam
memenuhi ADL
Respon : Kaki masih terasa sangat nyeri
dan sulit untuk digerakkan
13.12 3. Dampingi klien pada saat melakukan
kegiatan pemenuhan ADL, dan latihan
Respon : Klien terlihat antusias
13.15 4. Kaji dan catat karakteristik luka setiap
hari, meliputi : ukuran, tingkatan luka,
lokasi, eksudat, granulasi atau adaya
jaringn nekrotik terhadap luka
Respon : Kondisi luka masih belum
baik, masih terdapat jaringan nekrotik
13.17 5. Fasilitasi pasien dan keluarga agar dapat
berkonsultasi mengenai perawtaan luka
Respon : Klien dan keluarga sangat
senang, dan begitu antusias untuk
fasilitas yang ditawarkan
13.30 6. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
perbedaan antara infeksi virus dan
bakteri
Respon : Antusias
F. EVALUASI
36
1. S: Pasien mengatakan bahwa kondisinya di sekitar luka masih terasa nyeri
O: RR normal, wajah masih terlihat terkadang menahan nyeri
A: Laporan subyektif dan obyektif belum baik, kriteria hasil belum tercapai, masalah belum
teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
2. S: Pasien mengatakan bahwa kondisi kaki bengkak dan sulit untuk digerakkan dalam memenuhi
ADL secara mandiri
O: luka paha kiri bengkak (+), kemerahan (+), pus (+), terdapat 2 lubang pada luka berdiameter
masing-masing 0.5cm. ADL masih dibanu dengan penggunaan kruk
A: Laporan subyektif dan obyektif belum baik, kriteria hasil belum tercapai, masalah belum
teratasi keseluruhan.
P: Intervensi dilanjutkan
37
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang yang dapat terjadi karena penyebaran
infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau, yang lebih sering, setelah kontaminasi
fraktur terbuka atau reduksi bedah.
Beberapa faktor penting yang berperan dalam patogenenis osteomielitis antara
lain virulensi organism yang terinfeksi, penyakit penyerta, status imun host, serta tipe,
lokasi, dan vaskularitas dari tulang.
Keterlambatan dalam mengidentifikasi infeksi, organisme penyebab,dan memulai
pengobatan dapat menambah periode perawatan di rumah sakit. Infeksi dan perubahan
skeletal dapat mengakibatkan implikasi yang serius dan merugikan bagi pasien dan layanan
kesehatan. Pencegahan masih menjadi proteksi terbaik terhadap infeksi dan semua tim
layanan kesehatan bertanggung jawab untuk meminimalkan risiko infeksi
selamaperawatan pasien.
4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi
mahasiswa keperawatan, sehingga nantinya dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien dengan Osteomielitis dapat dilakukan secara maksimal sesuai dengan hal yang
dibutuhkan pasien.
38
DAFTAR PUSTAKA
Bauldoff, Gerene., Lemone, Priscilla., M. Burke, Karen. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Gillespie, W.J. (1990). Infection in Total Joint Replacement. Infect Dis Clin North Am; 4(3):465-
84.
Hatzenbuehler, John, dkk. 2011. Diagnosis and Management of Osteomyelitis. American
Academy of Family Physicians
LeMone, at al.2016.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 5.Jakarta: EGC.
Waldvogel, F.A., Medoff, G., dan Swartz, M.N. (1970). Osteomyelitis: A Review of Clinical
Features, Therapeutic Considerations and Unusual Aspects (First of Three Parts). N Engl
J Med; 282(4):198-206.
Geldwert.2014.Osteomyelitis: The Danger of Letting & Ankle Pain Continue Untreated.
https://healingfeet.com/foot-pain/osteomyelitis-danger-letting-foot-ankle-pain-go diakses
tanggal 15 April 2018.
XpertDox.2011.Osteomyelitis.https://www.xpertdox.com/disease-description/Osteomyelitis
diakses tanggal 15 April 2018.
http://erepo.unud.ac.id/11244/3/59f540f9b28d117aa59033b5a2cc6f28.pdf
http://repository.unisba.ac.id/bitstream/handle/123456789/4792/06bab2_nadhirah_10100111083
_skr_2015.pdf?sequence=6&isAllowed=y
39