Anda di halaman 1dari 13

Berat Ekivalen Zat pada Titrasi Volumetri

Disusun oleh :

Purnija 1304015396

Nadya Puspa Kusumah 1704015203

Dosen Pembimbing :

Dr.Yusnidar Yusuf, M.Si

FAKULTAS FARMASI DAN SAINS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

JAKARTA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analisa titrimetri atau analisa volumetric adalah analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu
zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara
teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung secara
kuantitatif.

Dalam percobaan dalam laboratorium kita sebagai mahasiswa kimia sering dipertemukan
dengan yang disebutdengan titrasi. titrasi sendiri merupakan suatu metoda untuk menentukan
kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi
biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai
contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redoks
untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang
melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian Analisa titrimetri atau volumetric

2. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetrik

3. klasifikasi analisa titrimetri atau volumetric

4. Pembagian Analisa Volumetri

1.3 Tujuan

1. Agar dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan analisa titrimetri atau volumetric

2. Agar dapat mengetahui pembagian analisa titrimetri

3. Dapat mengetahui prinsip dasar pada pembagian analisa volumetric

4. Agar dapat mengetahui reaksi –reaksi kimia pada analisa titrimeti


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian analisa titrimetri atau volumetri

Analisa titrimetri atau analisa volumetrik adalah analisis kuantitatif dengan


mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui
konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut
berlangsung secara kuantitatif.Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui
konsentrasinya secara teliti, dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas)
atau M (molaritas).Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi
telah di capai. Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang
spesifik pada berbagai perubahan pH.

Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara
zat yang dianalisis dan larutan standar.Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan
warna pada indicator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yyang dianalisis dan
larutan standar.Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik
akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis
pada suatu senyawa. Pada kebanyakan titrasi titik ekuivalen ini tidak dapat diamati, karena itu
perlu bantuan senyawa lain yang dapat menunjukkan saat titrasi harus dihentikan. Senyawa ini
dinamakan indikator.

2.2 Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetrik

Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetrik adalah sebagai
berikut :

1. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.

2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang
kuantitatif/stokiometrik.

3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara
kimia maupun secara fisika.
4. Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika.
Indikator potensiometrik dapat pula digunakan.

Alat-alat yang digunakan pada analisa titrimetri ini adalah sebagai berikut :

1. Alat pengukur volume kuantitatif seperti buret, labu tentukur, dan pipet volume
yang telah di kalibrasi.

2. Larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti atau baku primer
dan sekunder dengan kemurnian tinggi.

3. Indikator atau alat lain yang dapat menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai.

2.3 klasifikasi analisa titrimetri atau volumetric

Penggolongan analisis titrimetri ini, berdasarkan Reaksi Kimia :

 Reaksi asam-basa (reaksi netralisasi)

Jika larutan bakunya adalah larutan basa, maka zat yang akan ditentukan haruslah bersifat asam
dan sebaliknya.

Berdasarkan sifat larutan bakunya, titrasi dibagi atas :

1. Asidimetri adalah titrasi penetralan yang menggunakan larutan baku asam.

Contoh : HCl, H2SO4

2. Alkalimetri adalah titrasi penetralan yang menggunakan larutan baku basa.

Contoh : NaOH, KOH

 Reaksi oksidasi-reduksi (redoks)

Yang terjadi adalah reaksi antara senyawa/ ion yang bersifat sebagai oksidator dengan
senyawa/ ion yang bersifat sebagai reduktor dan sebaliknya.

Berdasarkan larutan bakunya, titrasi dibagi atas :

1. Oksidimetri adalah metode titrasi redoks yang dimana larutan baku yang digunakan
bersifat sebagai oksidator.

2. Reduksimetri adalah titrasi redoks dimana larutan baku yang digunakan bersifat sebagai
reduktor.Yang termasuk titrasi reduksimetri adalah Iodometri, larutan bakunya : Na2S2O3 .
5H2O
 Reaksi Pengendapan (presipitasi)

Yang terjadi adalah reaksi penggabungan ion yang menghasilkan endapan/ senyawa yang
praktis tidak terionisasi.

Yang termasuk titrasi pengendapan adalah :

1. Argentometri, larutan bakunya : AgNO3

2. Merkurimetri, larutan bakunya : Hg(NO3)2/ logam raksa itu sendiri.

2.4 Pembagian Analisa Volumetri

Berdasarkan atas hasil reaksi antara analit dengan larutan standar, maka analisis volumetri
dibagi atas :

 titrasi asam-basa
 titrasi pengendapan
 titrasi redoks

Titrasi asam – basa

Teori Dasar Titrasi Asam – Basa

1. Teori Asam – Basa menurut Arhennius :

 Asam adalah semua senyawa yang dalam bentuk larutan dapat menghasilkan ion H+.
 Basa adalah semua senyawa yang dalam bentuk larutan dapat menghasilkan ion OH-.

2. Teori Asam – Basa menurut Brownsted Lowry :

 Asam adalah pemberi/ donor proton.


 Basa adalah penerima/ akseptor proton.

3. Teori Asam – Basa menurut Lewis :

 Asam adalah pemberi pasangan elektron.


 Basa adalah penerima pasangan elektron.
Prinsip Titrasi Asam basa

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam basa
berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan
basa dan sebaliknya.

Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya
secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik
ekuivalen”.

Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume
titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume
titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant. sebelum
melakukan titrasi, ada Cara Mengetahui Titik Ekuivalen,

Studi kuantitatif mengenai reaksi penetralan asam-basa paling nyaman apabila dilakukan
dengan mengunakan prosedur yang disebut titrasi. dalam percobaan titrasi, suatu larutan yang
konsentrasinya diketahui secara pasti, disebut dengan larutan standar (standard solution),

ditambahkan secara bertahap ke larutan yang lain konsentrasinya tidak diketahui, sampai reaksi
kimia antara kedua larutan tersebut berlangsun sampai sempurna jika kita mengetahui volume
larutan standard dan larutan tidak diketahui yang digunakan dalam titrasi,maka kita dapat
menghitung konsentrasi larutan tidak diketahui itu.Titrasi asam basa melibatkan reaksi
neutralisasi dimana asam akan bereaksi dengan basa dalam jumlah yang ekuivalen. Titran yang
dipakai dalam titrasi asam basa selalu asam kuat atau basa kuat. Titik akhir titrasi mudah
diketahui dengan membuat kurva titrasi yaitu plot antara pH larutan sebagai fungsi dari volume
titran yang ditambahkan.

Cara Melakukan Titrasi Asam Basa :

· Zat penitrasi (titran) yang merupakan larutan baku dimasukkan ke dalam buret yang telah
ditera

· Zat yang dititrasi (titrat) ditempatkan pada wadah (gelas kimia atau
erlenmeyer).Ditempatkan tepat dibawah buret berisi titran

· Tambahkan indikator yang sesuai pada titrat, misalnya, indikator fenoftalien

· Rangkai alat titrasi dengan baik. Buret harus berdiri tegak, wadah titrat tepat dibawah ujung
buret, dan tempatkan sehelai kertas putih atau tissu putih di bawah wadah titrat
· Atur titran yang keluar dari buret (titran dikeluarkan sedikit demi sedikit) sampai larutan di
dalam gelas kimia menunjukkan perubahan warna dan diperoleh titik akhir titrasi. Hentikan
titrasi !

Sebelum melakukan titrasi, biasanya suatu larutan akan distandarkan terlebih dahulu, Proses
penentuan konsentrasi larutan satandar disebut menstandarkan atau membakukan. Larutan
standar adalah larutan yang diketahui konsentrasinya, yang akan digunakan pada analisis
volumetri.

Ada dua cara menstandarkan larutan yaitu:

1. Pembuatan langsung larutan dengan melarutkan suatu zat murni dengan berat tertentu,
kemudian diencerkan sampai memperoleh volume tertentu secara tepat. Larutan ini disebut
larutan standar primer, sedangkan zat yang kita gunakan disebut standar primer.

2. Larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan cara menimbang zat kemudian
melarutkannya untuk memperoleh volum tertentu, tetapi dapat distandartkan dengan larutan
standar primer, disebut larutan standar skunder.

Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.

 Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian


membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva titrasi. Titik
tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalent”.
 Memakai indicator asam basa.indikator sendiri adalah zat yang memiliki perbedaan
warna mencolok pada asam atau basa.

Bobot Ekuivalen

BE dalam titrasi asam – basa adalah banyaknya mol suatu zat yang setara dengan ion OH- atau
ion H+. Contoh :

· HCl H+ + Cl-

1mol HCl setara dengan 1mol H+ BE HCl = 1 mol

· H2SO4 2H+ + SO42-

1mol H2SO4 setara dengan 2mol H+


½ mol H2SO4 setara dengan 1mol H+ BE H2SO4 = ½ mol

Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah
warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.

Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak


diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa
adalah indicator yang perbahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator
diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.Untuk memperoleh
ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik equivalent,
hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang
akan dilakukan.Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna
indicator disebut sebagai “titik akhir titrasi”.

Dalam percobaan,Larutan standar biasanya kita teteskan dari suatu buret ke dalam suatu
erlenmeyer yang mengandung zat yang akan ditentukan kadarnya sampai reaksi selesai.
Selesainya suatu reaksi dapat dilihat karena terjadi perubahan warna Perubahan ini dapat
dihasilkan oleh larutan standarnya sendiri atau karena penambahan suatu zat yang disebut
indikator. Titik di mana terjadinya perubahan warna indikator ini disebut titik akhir titrasi.
Secara ideal titik akhir titrasi seharusnya sama dengan titik akhir teoritis (titik ekuivalen).
Dalam prakteknya selalu terjadi sedikit perbedaan yang disebut kesalahan titrasi .

Untuk analisis titrimetri atau volumetri lebih mudah kalau kita memakai sistem
ekivalen (larutan normal) sebab pada titik akhir titrasi jumlah ekivalen dari zat yang dititrasi =
jumlah ekivalen zat penitrasi. Berat ekivalen suatu zat sangat sukar dibuat definisinya,
tergantung dari macam reaksinya. Pada titrasi asam basa, titik akhir titrasi ditentukan oleh
indikator. Indikator asam basa adalah asam atau basa organik yang mempunyai satu warna jika
konsentrasi hidrogen lebih tinggi daripada sutau harga tertentu dan suatu warna lain jika
konsentrasi itu lebih rendah.

Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-ekuivalent
basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:

mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa

Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka rumus
diatas dapat kita tulis sebagai:
NxV asam = NxV basa

Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+
pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:

nxMxV asam = nxVxM basa

keterangan :

N = Normalitas

V = Volume.

Titrasi asam-basa juga terbagi atas beberapa jenis :

1. Titrasi asam kuat-basa kuat

Titrasi asam kuat-basa kuat contohnya titrasi HCl dengan NaOH. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut:

Pada titrasi asam –basa dapat ditulis sesuai reksi diatas, Ion H+ bereaksi dengan OH-
membentuk H2O sehingga hasil akhir titrasi pada titik ekuvalen PH adalah netral.

2. Titrasi asam kuat-basa lemah

Titrasi ini Pada akhir titrasi terbentuk garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat.
Contoh titrasi ini adalah asam hidroklorida sebagai asam kuat dan larutan amonia sebagai basa
lemah.

NH3 (aq) + HCl (aq) -> NH4Cl (aq)

3. Titrasi asam kuat-garam dari basa lemah

Titrasi basa lemah dan asam kuat adalah analog dengan titrasi asam lemah dengan basa kuat,
akan tetapi kurva yang terbentuk adalah cerminan dari kurva titrasi asam lemah vs basa kuat.
Sebagai contoh disini adalah titrasi 0,1 M NH4OH 25 mL dengan 0,1 HCl 25 mL dimana
reaksinya dapat ditulis sebagai:

NH4OH + HCl -> NH4Cl + H2O

4. Titrasi basa kuat garam dari basa lemah

Contoh titrasi ini adalah :

- Basa kuat : NaOH


- Garam dari basa lemah : CH3COONH4

Persamaan Reaksi :

NaOH + CH3COONH4 → CH3COONa + NH4OH

Reaksi ionnya :

OH- + NH4- → NH4OH

Titrasi pengendapan

titrasi pengendapan merupakan suatu proses titrasi yang dapat mengakibatkan


terbentuknya endapan dari zat-zat yang saling bereaksi (analit dan titran ). Suatu reaksi endapan
dapat berkesudahan bila kelarutan endapannya cukup kecil. konsentrasi ion-ion yang akan
mengalami perubahan yang besar di dekat titik ekuvalennya.

Terdapat 3 cara penentuan suatu senyawa dengan titrasi pengendapan yaitu :

 cara mohr
 cara volhard dan,
 cara fayans

pada penentuan dengan cara mohr,dilakukan titrasi langsung dalam larutan netral dan
sebagai indicator digunakan ion kromat, ion kromat bertindak sebagai indikator yang banyak
digunakan untuk titrasi argentometri ion klorida dan bromida. Titik akhir titrasi dalam metode
ini ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata dari perak kromat.

Cara volhard digunakan untuk menetapkan kadar ion klorida secara tidak langsung
dalam suasana asam kuat ke dalam larutan klorida ditambahkan larutan baku perak nitrat
dalam jumlah sedikit dan berlebihan. Kelebihan ion perak dititrasi dengan larutan baku
tiosianat mengunakan indicator Fe(III).Titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya larutan
berwarna merah senyawa Fe(CNS)2+.titasi ini merupakan titrasi balik digunakan jika reaksi
berjalan lambat atu jika tidak ada indicator pemastian TE.

Cara Fajans menggunakan indikator suatu senyawa organik yang dapat diserap pada
permukaan endapan yang terbentuk selama titrasi argentometri berlangsung.AgNO3digunakan
sebagai titran dan indicator, eiosin,fluoceein.metode ini digunakan untuk menentukan Cl-
,Br-,I-,SCN-.
jika suatu larutan klorida di titrasi maka endapan klorida akan mengapsorsi ion Cl-(suatu
endapan mempunyai kecenderungan untuk mengapsorpsi ionnya sendiri), ini disebut lapisan
absopsi kedua muatan yang berlawanan.

Titrasi pengendapan mempunyai beberapa cirri-ciri :

 jumlah metode tidak sebanyak titrasi asam basa.


 Kesulitan mencari inkitor yang sesuai.
 Komposisi endapan sering tidak diketahui pasti.

Titrasi reduksi-oksidasi

Titrasi Reduksi oksidasi (redoks) adalah suatu penetapan kadar reduktor atau oksidator
berdasarkan atas reaksi oksidasi dan reduksi dimana redoktur akan teroksidasi dan oksidator
akan tereduksi.

Agar dapat digunakan sebagai dasar titrasi, maka reaksi redoks harus memenuhi persyaratan
umum sebagai berikut :

 Reaksi harus cepat dan sempurna.


 Reaksi berlangsung secara stiokiometrik, yaitu terdapat kesetaraan yang pasti antara
oksidator dan reduktor.
 Titik akhir harus dapat dideteksi, misalnya dengan bantuan indikator redoks atau secara
potentiometrik.

Aplikasi Titrasi Redoks

Salah satu aplikasi titrasi redoks khususnya iodometri dengan I2 sebagai titran adalah
untuk menentukan bilangan iod lemak dan miyak.Karena kemampampuan mengoksidasi yang
tidak besar, tidak banyak zat yang dapat dititrasi berdasarkan iodometri langsung. Pengunaan
ini memeanfaatkan kesangupan ikatan rangkap zat organic untuk mengadisi iod. Penentuan
kadar vitamin C (asam arkobat) pun dapat dialakukan dengan titrasi ini.

Aplikasi lain dadi titrasi redoks ini adalah penentuan kadar air cara Karl Fischer.
Pereaksinya tediri dari iod, belerang dioksida, piridin dan methanol. Iod dan belerang dioksida
membentuk kompleks dengan piridin, dan bila terdapat air, maka kedua kompleks ini dengan
kelebihan piridin beraksi dengan air.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

analisis volumetric tebagi atas beberapa macam yaitu sebagai berikut :

Titrasi asam basa adalah titrasi yang melibatkan reaksi neutralisasi dimana asam akan bereaksi
dengan basa dalam jumlah yang ekuivalen. Titran yang dipakai dalam titrasi asam basa selalu
asam kuat atau basa kuat. Titik akhir titrasi mudah diketahui dengan membuat kurva titrasi
yaitu plot antara pH larutan sebagai fungsi dari volume titran yang ditambahkan.

titrasi pengendapan merupakan suatu proses titrasi yang dapat mengakibatkan terbentuknya
endapan dari zat-zat yang saling bereaksi (analit dan titran ).

Titrasi Reduksi oksidasi (redoks) adalah suatu penetapan kadar reduktor atau oksidator
berdasarkan atas reaksi oksidasi dan reduksi dimana redoktur akan teroksidasi dan oksidator
akan tereduksi.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran
dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan agar penulisan makalah selanjutnya
bias lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

J.Basset.dkk. kimia analisis kuantitatif anorganik. Jakarta. EGC

R.A. Day, JR & A.L Underwood. Analisis kimia kuantitatif. Jakarta. Erlangga

Anda mungkin juga menyukai