Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air
susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Bila pemberian
ASI berhasil baik, maka berat badan bayi akan meningkat, integritas kulit
baik, tonus otot serta kebiasaan makan yang memuaskan.
Nutrisi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan
metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui
akan meningkat, karena berguna untuk peroses penyembuhan sehabis
melahirkan dan untuk memproduksi 6ASI yang cukup untuk menyehatkan
bayi (Ambarwati, Wulandari, 2009, hal. 97).
Pada ibu yang menyusui memerlukan penambahan kalori, dimana tiap
100 cc ASI berkemampuan memasok 67-77 kkal, dari sinilah dapat
diperkirakan besarnya energi yang diperlukan untuk memproduksi ASI sehari
sebanyak 850 cc (Arisman, 2007, hal. 37).
Di samping perawatan pada bayi, yang juga sangat penting
diperhatikan adalah merawat kesehatan ibu. Sebab, kesehatan bayi sedikit
banyak juga tergantung pada kondisi ibunya. Demikian pula pada asupan,
terutama bagi ibu yang menyusui. ASI yang diberikan ibu memang
berkualitas dan sangat berguna bagi kesehatan dan tumbuh kembang bayi,
namun mutunya harus tetap dijaga. Santapan yang sebaiknya dikonsumsi ibu
yang sedang menyusui harus mengandung makanan bergizi seimbang.
Menurut Dr. William Sears, bila ibu menyantap makanan yang baik,
ibu akan memiliki lebih banyak energi dan merasa lebih baik. Dalam masa
nifas ibu membutuhkan gizi yang cukup. Gizi pada ibu menyusui sangat erat
kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh
kembang bayi. Kualitas dan jumlah makanan yang dikonsumsi ibu sangat

1
berpengaruh pada jumlah ASI yang dihasilkan, ibu menyusui disarankan
memperoleh tambahan zat makanan 700 Kkal yang digunakan untuk
memproduksi ASI dan untuk aktifitas ibu itu sendiri (Sujiyatini, Djanah,
Kurniati, 2010, hal. 202).
Selama masa laktasi, dimana wanita yang mengalami peningkatan
berat badan yang optimal maka setelah melahirkan akan memiliki berat badan
yang lebih tinggi dari pada awal masa kehamilan. Sehingga sering kali ibu
mengurangi konsumsi makanannya, akibatnya dapat menghambat produksi
susu atau mengganggu status gizi ibu, selain itu rasa letih yang sering
dirasakan ibu seiring dengan penurunan berat badan yang cepat akan
berdampak buruk pada pengeluaran ASI (Bobak, 2005, hal. 229).
Oleh karena itu diet pada masa nifas perlu mendapat perhatian yang
serius, karena diet yang diharapkan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup
kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan, tapi bukan diet yang
mengurangi konsumsi zat-zat gizi. Menu makanan yang harus dikonsumsi
adalah porsi cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas dan berlemak, tidak
mengandung alkohol, nikotin, serta bahan pengawet atau pewarna (Saleha,
2009, hal. 71).
Kekurangan gizi pada ibu menyusui menimbulkan gangguan
kesehatan pada ibu dan bayinya. Gangguan pada bayi meliputi proses tumbuh
kembang anak, bayi mudah sakit, mudah terkena infeksi. Kekurangan zat-zat
esensial menimbulkan gangguan pada mata ataupun tulang. Status gizi ibu
setelah peristiwa kehamilan dan persalinan kemudian diikuti masa laktasi,
tidak segera pulih dan ditambah lagi pemenuhan gizi yang kurang, serta
jumlah paritas yang banyak dengan jarak kehamilan yang pendek, akan
menyebabkan ibu mengalami gangguan penyerapan gizi, akibatnya ibu akan
berada dalam status gizi yang kurang baik dengan akibat lebih lanjut pada ibu
dan anaknya. Oleh karena itu, ibu yang menyusui anaknya khususnya pada

2
masa nifas harus diberikan pengetahuan tentang asupan nutrisi yang baik bagi
ibu dan bayinya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian masa nifas ?
2. Bagaimana gizi pada masa nifas dan menyusui ?
3. Bagaimana penilaian status gizi pada masa nifas dan menyusui ?
4. Apa saja pantangan makan pada ibu masa nifas ?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi pola makanan pada ibu nifas ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengetahuan masa nifas
2. Mengetahui gizi pada masa nifas
3. Mengetahui penilaian status gizi pada masa nifas dan menyusui.
4. Mengetahui pantangan makan pada ibu masa nifas
5. Mengetahui faktor yang mempengaruhi pola makanan pada masa nifas

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Masa Nifas
1. Pengertian
Masa nifas menurut Jannah (2011: 13) disebut juga masa postpartum
atau puerperium, adalah masa sesudah persalinan, masa perubahan,
pemulihan, penyembuhan, dan pengembalian alat-alat kandungan atau
reproduksi, seperti sebelum hamil yang lamanya 6 minggu atau 40 hari
pascapersalinan. Masa nifas (puerperium) menurut Vivian dan Sunarsih
(2011: 1) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai
alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil.
Masa nifas (puerperium) menurut Sulistyawati (2009: 1) adalah masa
yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Menurut Anggraeni (2010: 1)
Waktu masa nifas yang paling lama pada wanita umumnya adalah 40 hari,
dimulai sejak melahirkan atau sebelum melahirkan (yang disertai tanda-
tanda kelahiran). Jika sudah selesai masa 40 hari akan tetapi darah tidak
berhenti-henti atau tetap keluar darah, maka darah itu haid. Akan tetapi
jika darah keluar terus dan tidak masa haid dan darah itu tidak berhenti
mengalir perlu diperiksakan ke dokter atau bidan.

2. Periode
Menurut Siswosudarmo dan Emilia (2008: 152), periode masa nifas terdiri
dari:
a. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam dianggap telah
bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

4
b. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
c. Remote puerperium yaitu waktu yang di perlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. waktu untuk sehat bisa berminggu-
minggu, bulan atau tahunan.
3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Menurut Sarwono (2008: 122), Perubahan fisiologi yang terjadi pada ibu
nifas terdiri dari:
a. Perubahan fisik
b. Involusi uterus dan pengeluaran lokhea
c. Laktasi atau pengeluaran air susu ibu
d. Perubahan sistem tubuh lainnya
e. Perubahan psikis

B. Gizi Masa Nifas


1. Pengertian
Gizi pada masa nifas adalah makanan yang harus dimakan pada masa
nifas dengan seimbang, bergizi, dan makanan yang dikonsumsi
seharusnya mengandung sumber tenaga (energi), sumber pembangun
(protein), sumber pengatur dan pelindung (mineral, vitamin, dan air).
Kebutuhan gizi ibu nifas terutama pada menyusui bila menyusui akan
meningkat 25%. karena guna untuk proses penyembuhan karena habis
melahirkan dan untuk produksi ASI yang cukup untuk menyehatkan bayi.
makanan yang dikonsumsi berguna untuk melakukan aktivitas,
metabolisme, cadangan makan dalam tubuh, proses produksi ASI, serta
sebagai ASI itu sendiri yang akan di konsumsi bayi untuk pertumbuhan
dan perkembangan. makanan seimbang yang harus di konsumsi adalah

5
porsi cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas, atau berlemak, tidak
mengandung alkohol, nikotin, serta bahan pengawet dan pewarna.

2. Zat Gizi Ibu Menyusui


Menurut Sulistyoningsih (2011: 154) Berikut ini beberapa zat gizi
yang perlu diperhatikan oleh ibu menyusui yaitu:
a. Energi
Kebutuhan energi ibu terdiri dari 60-70% karbohidrat, 10-20%
protein, dan 20-30% lemak. kebutuhan energi yang meningkat 500-
700 kkal, dengan demikian bila ibu biasa makan 3 kali dengan porsi
yang ditambah. Meningkatnya kebutuhan energi ini karena
diasumsikan tiap 100cc ASI mampu memasok 67-77 kall, sedangkan
ibu harus mengeluarkan 750 cc ASI pada bulan pertama dan 600 cc
ASI pada bulan berikutnya. Perhitungan ini menguatkan pendapat
bahwa memberikan ASI akan membuat berat badan ibu kembali
normal dan menipis isu bahwa menyusui dapat menyebabkan
kegemukan
b. Protein
Setiap ASI mengandung 1,2 gram, sehingga selama menyusui
ibu membutuhkan tambahan protein sebanyak 20 gram per hari.
meningkatnya kebutuhan protein ini, selain untuk membentuk protein
susu juga dibutuhkan untuk sintesis hormon yang dibutuhkan dalam
produksi ASI (prolaktin) dan hormon yang mengeluarkan ASI
(oksitosin). Pemenuhan kebutuhan protein yang meningkat dapat
dipenuhi dengan cara menambah satu potong lagi makanan sumber
protein yang bisa dikonsumsi. Sumber protein yang dapat diperoleh
dari ikan, daging, ayam, daging sapi, telur, susu, dan juga tahu, tempe,
serta kacang-kacangan. Jika kebutuhan protein tidak terpenuhi dari
makanan maka protein diambil dari protein ibu yang berada di otot.

6
Hal ini mengakibatkan ibu menjadi kurus dan setelah menyusui akan
meras lapar.
c. Lemak
Lemak jenuh ganda diperlukan dalam pembentukan ASI
karena asam lemak tak jenuh ganda diperlukan dalam perkembangan
otak dan pembentukan retina. Asam lemak tak jenuh ganda dapat
diperoleh dari minyak jagung, minyak biji kapas serta ikan salmon dan
ikan haring.
d. Vitamin dan Mineral
Vitamin dan mineral diperlukan dalam jumlah yang sedikit.
Kebutuhan vitamin dan mineral ibu menyusui seperti Vitamin A,
Thiamin, Riboflavin, Niasin, Vitamin C, Zat besi, Kalsium, Asam
folat. Vitamin yang perlu mendapatkan diperhatikan khusus
diantaranya Vitamin A, Vitamin D, Vitamin C dan Vitamin B.

3. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas


Kebutuhan Dasar Ibu Nifas menurut Saleha (2009: 71) yaitu sebagai
berikut:
a. Mengonsumsi tambahan kalori tiap hari sebanyak 500 kkal
b. Makanan diet berimbang, cukup protein, mineral, dan vitamin.
c. Minum sedikitnya 3 liter / hari, terutama setelah menyusui.
d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya
selama 40 hari pasca persalinan.
e. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar dapat memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui ASI.

7
C. Gizi Ibu Menyusui
1. Energi
Penambahan energi untuk ibu menyusui 6 bulan pertama sebesar 330
kkal dan 6 bulan kedua sebesar 400 kkal.
2. Protein
Ibu menyusui 6 bulan pertama dan 6 bulan kedua membutuhkan
tambahan protein sebesar 20 g. Dasar ketentuan ini ialah tiap 100 cc ASI
mengandung 1,2 g protein. Dengan demikian, 850 cc ASI mengandung
10 g protein. Peningkatan kebutuhan ini ditujukan bukan hanya untuk
transformasi menjadi protein susu, tetapi juga untuk sintesis hormone
yang memproduksi (prolaktin) serta yang mengeluarkan ASI (oksitosin)
3. Vitamin A
Ibu menyusui 6 bulan pertama dan 6 bulan kedua membutuhkan t
tambahan vitamin A sebesar 350 mcg
4. Vitamin D
Vitamin D penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tulang bayi

Syarat Gizi yang harus diberikan bagi ibu menyusui


1. Tinggi kalori protein
2. Lemak cukup
3. Vitamin dan mineral cukup
4. Cukup cairan

D. Pemeriksaan Status Gizi


Menilai kesehatan gizi perorangan pada dasarnya sama dengan menilai
kesehatan umum di klinik. Pada pemeriksaan diperhatikan ada tidaknya
gejala-gejala yang menjadi parameter penyakit, dalam hal ini penyakit gizi.
Pada pemeriksaan kesehatan umum dilakuakn pemeriksaan diagnistik fisik,

8
pemeriksaan laboratorik terhadap darah, urine dan tinja serta cairan badan lain
bila diperlukan, serta pemeriksaan khusus mempergunakan peralatan elektrolit
canggih yang modern, bila terdapat indikasi.
Penentuan status gizi ibu menyusi sama dengan usia wanita subur
dengan menggunakan Indeks Masa Tubuh (IMT) dan LILA
1. IMT (indeks masa tubuh)
IMT digunakan untuk memprediksi lemak didalam tubuh. IMT
membandingkan antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat. Cara
pengukurannya adalah pertama-tama ukur berat badan dan tinggi
badannya. Selanjutnya dihitung IMT-nya, yaitu :
𝐵𝐵
𝐼𝑀𝑇 =
𝑇𝐵 2
Keterangan :
BB = Berat Badan (Kg)
TB2 = Tinggi badan (m2)

2. Lingkar Lengan Atas menurut umur (LILA/U)


Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan
otot dan lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas berkolerasi
dengan indeks BB/U maupun BB/TB (marmi, 2013)
Indikator Ambang batas Kategori
LILA < 23,5 cm KEK
≥ 23,5 cm Normal

9
E. Pantang Makan
1. Pengertian
Pantang makanan menurut blok Suparyanto (2010) adalah bahan
makanan atau masakan yang tidak boleh dimakan oleh para individu dalam
masyarakat karena alasan yang bersifat budaya Menurut Suhardjo,ddk.
(1987), dalam Kartasapoetra dan Marsetyo. (2010: 12) Dalam survey
konsumsi pangan tentang adanya pantangan-pantangan tersebut
mengemukakan bahwa Sehubung dengan pangan yang biasanya dipandang
pantas untuk dimakan, dijumpai banyak pola pantangan, takhayul dan
larangan pada beragam kebudayaan dan daerah yang berlainan didunia.
Pola pantangan dianut oleh suatu golongan masyarakat atau oleh bagaian
yang lebih besar dari penduduk. Pola lain yang berlaku untuk kelompok
dalam suatu penduduk tertentu pada suatu waktu tertentu dalam hidupnya.
Bila pola pantangan makanan berlaku untuk seluruh penduduk sepanjang
hidupnya, kekuranga zat gizi tidak akan berkembang.
Apapun sebab dari penolakan itu, kalau pola pantang makan hanya
berlaku sebagian penduduk tertentu dan jika sub kelompok ini, karena
sebab-sebab lain, sudah rawan gizi, kemungkinan lebih besar kekurangan
gizi akan timbul. Pada ibu yang menyusui, di Indonesia banyak wanita
yang mengurangi makan sesudah melahirkan anak untuk menjaga bentuk
tubuhnya. Di jawa, makan telur dipantangkan selama ibu sedang menyusui
anaknya, karena diduga telur bisa menyebabkan perdarahan. Di kalimantan
tengah ada berbagai jenis ikan tertentu yang dipandang karena bisa
menyebabkan air susu berbau amis dan bayinya sakit perut.

2. Bahan makanan yang harus dihindari ibu menyusui


Menurut Istiany dan Rusilanti (2013: 77) bahan makanan yang harus
dihindari atau tidak boleh di konsumsi oleh ibu menyusui antara lain:

10
a. Bahan makanan yang berbau merangsang seperti petai, bawang,
jengkol.
b. Bahan makanan yang merangsang seperti cabe, merica, jahe, karena
dapat menyebabkan bayi mengalami diare.
c. Bahan makanan yang manis dan berlemak, karena bisa menyebabkan
ibu menjadi gemuk
d. Bahan makanan atau minuman yang mengandung kafein dan alkohol.

3. Hal-hal yang harus dihindari selama masa nifas


Menurut Dewi Kurnia, pujiastuti, dan Fajar (2013: 35) hal-hal yang
harus dihindari selama menyusui antara lain:
a. Mengonsumsi kafein yang berlebihan karena mengakibatkan sering
buang air kecil, padahal ibu hamil butuh banyak cairan.
b. Penggunaan obat-obatan karena beberapa zat yang terkandung didalam
obat dapat meresap kedalam air susu.
c. Nikotin pada rokok karena nikotin dalam rokok meresap dalam ASI.
Ditubuh bayi, zat ini akan mengendap di ginjal dan hati yang bisa
menyebabkan bayi keracunan.

4. Bahan pangan yang baik untuk ibu Nifas


Menurut Istiany dan Rusilanti, (2013: 77) bahan pangan yang baik
untuk ibu menyusui meliputi:
a. Karbohidrat
1) Nasi Merah
Kandungan nasi merah memberikan tubuh kalori yang memadai
untuk memproduksi ASI dengan kualitas yang terbaik, dan serat
yang baik bagi pencernaan ibu selama masa menyusui.

11
2) Roti gandum dan Pasta
Kedua jenis pangan ini diperkaya dengan folat dan sangat baik
untuk ibu menyusui. Roti gandum juga memberikan dosis yang
sehat dari serat dan zat besi.
3) Ubi
Ubi juga menjadi sumber energi untuk memproduksi ASI.
Rasanya yang manis memberikan cukup energi dalam memenuhi
kebutuhan kalori selama masa menyusui.

b. Protein
1) Protein nabati
Protein nabati merupakan kacang-kacanga, terutama yang
berwarna gelap seperti kacang hitam dan kacang ginjal, kacang
kedelai dengan hasil olahan berupa (tahu dan tempe), kacang
hijau, kacang merah, kacang polong, dan lain-lain.
2) Protein Hewani
Protein hewani merupakansegala bentuk produk olahan dari
hewani meliputi:
a) Daging sapi dianjurkan yang memiliki lemak sedikit atau tanpa
lemak, bisa didapatkan pada bagian daging khas dalam, karena
selain menyediakan protein, daging juga kaya akan zat bezi.
b) Susu selain menyediakan protein, vitamin B, dan vitamin D,
produk susu adalah salah satu sumber kalsium yang terbaik.
Kalsiuum dapat membantu perkembangan tulang bayi.
c) Ayam 100 gram daging ayam megandung 74% air, 22%
protein, 13 miligram zat kalsium, 190 miligramzat fosfor dan
1,5 miligram zat besi sehingga cukup baik di konsumsi oleh
ibu menyusui.

12
d) Telur, kuning telur adalah salah satu dari beberapa sumber
alami vitamin D. selain itu, telur juga serbaguna untuk
memenuhi kebutuhan protein sehari-hari.

c. Lemak
Lemak adalah kompenen terbesar didalam ASI, agar terpenuhi
aman, dan menunjang untuk mengaja kualitas ASI. Beberapa
makanan tinggi kandungan asam lemak tak jenuh yaitu kacang
kedelai, kacang tanah, alpukat, minyak ikan, minyak kacang kedelai,
minyak kacang tanah, minyak kanola, dan minyak zaitun menjadi
pilihan yang baik dalam memenuhi kebutuhan akan lemak dalam
ASI.

d. Vitamin larut lemak


Vitamin larut lemak terdiri dari vitamin A, D, E dan K. untuk
memperkaya kandungan ASI, konsumsi vitamin A tersebut bisa di
dapat dari susu, mentega, telur, minyak ikan, wortel, sayuran hijau,
kacang polong, buah warna kuning, dan minyak sawit. Tidak ada
perbedaan terhadap asupan vitamin D, E, dan K pada masa sebelum
menyusui, sayuran hijau kaya dengan vitamin A, ibu menyusui perlu
mendapatkan.

e. Vitamin larut air


Vitamin larut air adalah vitamin B komplek dan C. kelebihan
vitamin larut air adalah tidak tidak disimpan dalam bentuk cadangan,
melainkan akan terbuang melalui air seni. Pada dasarnya vitamin
larut air ini sudah terdapat pada pangan yang mengandung
karbohidrat, protein dan lemak, karena sifat dasarnya sebagai mikro
nutrient.

13
f. Mineral
Mineral dalam ASI berkontribusi banyak pada osmolalitas
ASI. Kandungan mineral dalam ASIa sesuai dengan laju
pertumbuhan manusia, sehingga konsentrasinya lebih rendah
disbanding susu hewan. Rendahnya konsentrasi mineral pada ASI
ditujukan untuk mengurangi beban pada ginjal bayi. Kecuali mineral
penting seperti magnesium, kalsium, besi dan seng.bahan pangan
penunjang kebutuhan akan mineral bagi ibu menyusui biasanya
didampingi denagn zat makro nutrient lain.

g. Air
Kompenen ASI pertama adalah air. ASI adalah cairan yang
yang sifatnya isotonikdengan plasma ibu. Ibu menyusui dianjurkan
agar lebih banyak mengonsumsi air, minimal sepuluh gelas sehari.
Pemenuhan akan kebutuhan air bisa didapat dari air mineral, jus
buah, air sayur, air kacang hijau, dan susu. Mengonsumsi cairan yang
mengandung sari makanan tertentu lebih dianjurkan, karena memiliki
fungsi ganda dalam memenuhi produksi ASI.

F. Faktor yang Mempengaruhi Pola Makan


Menurut Sulistyaningsih, (2011: 52), faktor yang mempengaruhi pola
makan yaitu sebagai berikut :
1. Faktor Ekonomi
Variabel ekonomi yang masih cukup dominan dalam mempengaruhi
konsumsi pangan adalah pendapatan keluarga dan harga. Meningkatnya
pendapatan akan meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan
kualitas yang lebih baik, sebaliknya penurunan pendapatan akan
menyebabkan menurunnya daya beli secara kualitas dan kuantitas.

14
2. Faktor Sosial Budaya
Pantang makan dalam mengonsumsi jenis makanan tertentu dapat
dipengaruhi oleh faktor budaya atau kepercayaan. Pantangan yang
didasari oleh kepercayaan pada umumnya mengandung perlambang atau
nasihat yang dianggap baik maupun tidak baik yang lambat laun akan
menjadi kebiasaan atau adat. Kebudayaan suatu masyarakat mempunyai
kekuatan yang cukup besar untuk mempengaruhi seseorang dalam
memilih dan mengolah pangan yang akan dikonsumsi.

3. Faktor Agama
Pantangan yang didasari agama, khususnya Islam disebut haram dan
individu yang melanggar hukumnya dosa. Adanya pantangan makanan
atau minuman tertentu dari sisi agama dikarenakan makanan atau
minuman tersebut membahayakan jasmani dan rohani bagi yang
mengonsumsinya. Konsep halal dan haram sangat mempengaruhi.

4. Pendidikan
Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan pengetahuan,
akan berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan pemenuhan
kebutuhan gizi. Salah satu contoh, prinsip yang dimiliki seseorang dengan
pendidikan rendah biasanya yang penting mengenyangkan, sehingga porsi
bahan makanan sumber karbohidrat lebih banyak dibandingkan dengan
kelompok bahan makanan lain. Sebaliknya, kelompok orang dengan
pendidikan tinggi memiliki kecenderungan memilih bahan makanan
sumber protein dan berusaha menyeimbangkan dengan kebutuhan zat gizi
lain.

15
5. Lingkungan
Faktor lingkungan cukup besar pengaruhnya terhadap pembentukan
perilaku makan. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan
keluarga, sekolah, serta adanya promosi melalui media elektronik maupun
cetak. Kebiasaan makan dalam keluarga sangat berpengaruh besar
terhadap pola makan seseorang, kesukaan seseorang terhadap makanan
terbentuk dari kebiasaan makan yang terdapat dalam keluarga.

16
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Gizi pada masa nifas adalah makanan yang harus dimakan pada masa
nifas dengan seimbang, bergizi, dan makanan yang dikonsumsi seharusnya
mengandung sumber tenaga (energi), sumber pembangun (protein), sumber
pengatur dan pelindung (mineral, vitamin, dan air).
Pada pemeriksaan kesehatan umum dilakukan pemeriksaan diagnostik
fisik, pemeriksaan laboratorik terhadap darah, urine dan tinja serta cairan
badan lain bila diperlukan, serta pemeriksaan khusus mempergunakan
peralatan elektrolit canggih yang modern, bila terdapat indikasi. Penentuan
status gizi ibu menyusi sama dengan usia wanita subur dengan menggunakan
Indeks Masa Tubuh (IMT) dan LILA

Kekurangan gizi pada ibu menyusui menimbulkan gangguan


kesehatan pada ibu dan bayinya. Gangguan pada bayi meliputi proses tumbuh
kembang anak, bayi mudah sakit, mudah terkena infeksi. Kekurangan zat-zat
esensial menimbulkan gangguan pada mata ataupun tulang. Status gizi ibu
setelah peristiwa kehamilan dan persalinan kemudian diikuti masa laktasi,
tidak segera pulih dan ditambah lagi pemenuhan gizi yang kurang, serta
jumlah paritas yang banyak dengan jarak kehamilan yang pendek, akan
menyebabkan ibu mengalami gangguan penyerapan gizi, akibatnya ibu akan
berada dalam status gizi yang kurang baik dengan akibat lebih lanjut pada ibu
dan anaknya

17
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kekurangan atau referensi
yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Kami sekelompok berharap
para pembaca bisa memberikan kritik dan saran yang membangun kepada
kelompok kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan penulis khususnya dan pembaca umumnya

18

Anda mungkin juga menyukai