Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ALAT APD BESERTA FUNGSINYA DI LINGKUP RUMAH SAKIT

NAMA : M.zulbadri
NIM : 1814201183

DOSEN : Lira Mufti Azzahri Isnaeni, S.Kep, M.KKK

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
TAHUN AJARAN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT.Yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya.

Harapan kami, semoga makalah yang kami buat ini dapat berguna bagi semua orang
dan dapat dijadikan sebagai penambah ilmu pengetahuan kita, baik anda yang membacanya
maupun kami yang membuatnya.Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini belum
sempurna dan masih perlu ditingkatkan lagi. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bangkinang, 25 September 2019

Penulis
I. LATAR BELAKANG

Petugas pelayanan kesehatan setiap hari dihadapkan kepada tugas yang berat untuk
bekerja dengan aman dalam lingkungan yang membahayakan. Kini, resiko pekerjaan yang
umum dihadapi oleh petugas pelayanan kesehatan adalah kontak dengan darah dan tubuh
sewaktu perawatan rutin pasien. Pemaparan terhadap patogen ini meningkatkan resiko
mereka terhadap infeksi yang serius dan kemungkinan kematian. Petugas kesehatan yang
bekerja di kamar bedah dan kamar bersalin dihadapkan kepada resiko pemaparan terhadap
patogen yang lebih tinggi daripada bagian – bagian lainnya ( Gershon dan Vlavov 1992 ).
Karena resiko yang tinggi ini, panduan dan praktik perlindungan infeksi yang lebih baik
diperlukan untuk melindungi staf yang bekerja di area ini. Lagi pula, anggota staf yang tahu
cara melindungi diri mereka dari pemaparan darah dan duh tubuh dan secara konsisten
menggunakan tindakan – tindakan ini akan membantu melindungi pasien – pasiennya juga.

Sementara kesadaran terhadap keseriusan AIDS dan Hepatitis C meningkat, dan


bagaimana mereka dapat tertular di tempat kerja, banyak petugas kesehatan tidak merasakan
diri mereka dalam resiko. Terlebih lagi, mereka yang beresiko tidak secara teratur
menggunakan perlengkapan pelindung, seperti sarung tangan, atau paraktik – praktik lain (
cuci tangan ) yang disediakan untuk mereka.

II. PERLENGKAPAN ALAT PELINDUNG DIRI

Pelindung pembatas sekarang umumnya diacu sebagai Perlengkapan Perlindungan


Diri ( PPD ), telah digunakan bertahun – tahun lamanya untuk melindungi pasien dari
mikroorganisme yang terdapat pada petugas yang bekerja pada suatu tempat perawatan
kesehatan. Akhir – akhir ini, dengan timbulnya AIDS dan HCV dan munculnya kembali
Tuberkulosis di banyak Negara, penggunaan PPD manjadi sangat penting untuk melindungi
petugas.

PPD seperti sarung tangan pemeriksaan yang bersih dan tidak steril sangat penting
dalam mengurangi resiko penularan, namun yang lainnya ( seperti pakaian, topi, dan sepatu
tertutup ) terus dipakai tanpa bukti yang meyakinkan tentang efektivitasnya ( Larson dkk
1995 ). Kenyataannya, beberapa praktik yang biasa, seperti semua petugas di ruang operasi,
bukan hanya tim bedah saja, harus memakai masker, akan meningkatkan biaya, sedangkan
perlindungan yang diberikan sangat minimal, kalaupun ada, perlindungan bagi pasien dan
staf (Mitcell 1991 ). Tambahan lagi, demi efektivitasnya, PPD harus digunakan dengan tepat.
Umpamanya, gaun bedah dan kain penutup telah menunjukkan dapat mencegah infeksi luka
hanya kalau kering. Kalau basah, kain yang bersifat spons yang mengisap bakteri dari kulit
atau peralatan dapat menembus kain yang kemudian dapat mengkontaminasi luka bedah.

III. APA ITU PERLENGKAPAN PELINDUNG DIRI

Alat Pelindung Diri adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi
seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi tubuh tenaga kerja dari bahaya di
tempat kerja. APD dipakai setelah usaha rekayasa ( engineering ) dari cara kerja yang aman.

Kelemahan penggunaan APD :

1. Kemampuan perlindungan yang tidak sempurna


2. Sarung APD tidak di pakai karena kurang nyaman

Peralatan pelindung pribadi meliputi sarung tangan, masker / respirator,


pelindung mata ( perisai muka, kacamata ), kap, gaun, apron, dan barang lainnya. Di
banyak Negara kap, masker, gaun dan duk terbuat dari kain atau kertas. Penahan
yang sangat efektif, terbuat dari kain yang di olah atau bahan sintetis yang dapat
menahan air atau caran lain ( darah atau duh tubuh ) untuk menembusnya. Bahan –
bahan tahan cairan ini, tidak tersedia secara luas karena mahal. Di banyak Negara,
kain katun yang enteng ( dengan hitungan benang 140 / inci² ) adalah bahan yang
sering dipakai untuk pakaian bedah ( masker, kap dan gaun ) dan duk. Sayangnya,
katun enteng itu tidak memberikan tahanan efektif, karena basah dapat
menembusnya dengan mudah, yang membuat kontaminasi. Kain dril, kanvas dan
kain dril yang berat, sebaliknya, terlalu rapat untuk ditembus uap ( tidak dapat
disterilkan ), sangat sukar di cuci dan makan waktu untuk dikeringkan. Kalau
dipakai kain, warnanya harus putih atau terang agar kotoran dan kontaminasi dapat
terlihat.
IV. JENIS - JENIS ALAT PELINDUNG DIRI

A. ALAT PELINDUNG KEPALA


Berdasarkan fungsinya dapat di bagi 3 bagian :

 Topi pengaman ( Safety Helmet )


Untuk melindungi kepala dari benturan atau pukulan benda – benda.

 Topi / tudung
Untuk melindungi kepala dari api, uap – uap korosif, debu, kondisi iklim yang buruk.

 Tutup kepala
Untuk menjaga kebersihan kepala dan rambut atau mencegah lilitan rambut dari mesin.

Alat pelindung kepala ini dapat dilengkapi dengan alat pelindung diri yang lain, yaitu:

 Kaca Mata ( gogles )


 Penutup muka
 Penutup telinga
 Respirator, dll

B. ALAT PELINDUNG TELINGA


Alat pelindung telinga ada 2 jenis :

 Sumbatan telinga ( ear plug )


Sumbat telinga yang baik adalah memakai frekuensi tertentu saja. Sedangkan frekuensi untuk
bicara biasanya tidak terganggu.

 Tutup telinga (ear muff )


Tutup telinga jenisnya sangat beragam. Tutup telinga mempunyai daya pelindung
( Attenuasi ) berkisar antara 25 – 30 DB. Untuk keadaan khusus dapat dikombinasikan antara
tutup telinga dengan sumbat telinga, sehingga dapat mempunyai daya lindung yang lebih
besar.

C. SARUNG TANGAN
Sarung tangan melindungi tangan dari bahan infeksius dan melindungi pasien dari
mikroorganisme pada tangan petugas. Alat ini merupakan pembatas fisik terpenting untuk
mencegah penyebaran infeksi, tetapi harus diganti setiap kontak dengan satu pasien ke pasien
lainnya untuk mencegah kontaminasi silang. Umpamanya, sarung tangan pemeriksaan harus
dipakai kalau menangani darah, duh tubuh, sekresi dan eksresi ( kecuali keringat ), alat atau
permukaan yang terkontaminasi dan kalau menyentuh kulit nonintak atau selaput lendir.

JENIS SARUNG TANGAN


Ada 3 jenis sarung tangan :

1. Sarung tangan bedah


Dipakai sewaktu melakukan tindakan invasif atau pembedahan

2. Sarung tangan pemeriksaan


Dipakai untuk melindungi petugas kesehatan sewaktu melakukan pemeriksaan atau pekerjaan
rutin

3. Sarung tangan rumah tangga


Diapakai sewaktu memproses peralatan, menangani bahan – bahan terkontaminasi, dan
sewaktu membersihkan permukaan yang terkontaminasi

Sarung tangan bedah yang baik terbuat dari bahan lateks, karena elastis, sensitive dan tahan
lama, dan dapat disesuaikan dengan ukuran tangan. Karena meningkatnya masalah alergi
lateks, sedang dikembangkan bahan serupa, yang disebut “ nitril “ yang merupakan bahan
sintetik seperti lateks.

Bahan ini tidak menimbulkan reaksi alergi. Di beberapa negara jenis sarung tangan
pemeriksaan yang tersedia adalah dari vinil, suatu bahan sintetik yang lebih murah daripada
lateks. Namun, vinil tidak elastis, sehingga kurang pas dan mudah robek. Sarung tangan
pemeriksaan yang berkualitas baik yang terbuat dari kabel tebal, kurang fleksibel dan
sensitive, dan dapat memberi perlindungan maksimum sebagai pelindung pembatas.

KAPAN PEMAKAIAN SARUNG TANGAN DIPERLUKAN

Meskipun efektifitas pemakaian sarung tangan dalam mencegah kontaminasi dari


petugas kesehatan telah terbukti berulang kali ( Tenorio et al. 2001 ) tetapi pemakaian
sarung tangan tidak menggantikan kebutuhan untuk mencuci tangan. Sebab sarung
tangan bedah lateks dengan kualitas terbaik sekalipun, mungkin mengalami kerusakan kecil
yang tidak terlihat, sarung tangan mungkin robek pada saat digunakan atau tangan
terkontaminasi pada saat melepas sarung tangan ( Bagg. Jenkins dan Barker 1990; Davis
2001 )
Tergantung keadaan, sarung tangan periksa atau serbaguna bersih harus digunakan oleh
semua petugas ketika :

 Ada kemungkinan kontak tangan dengan darah atau cairan tubuh lain, membran mukosa
atau kulit yang terlepas
 Melakukan prosedur medis yang bersifat invasive misalnya menusukkan sesuatu ke
dalam pembuluh darah, seperti memasang infus
 Menangani bahan – bahan bekas pakai yang telah terkontaminasi atau menyentuh
permukaan yang tercemar
Menerapkan Kewaspadaan Berdasarkan Penularan Melalui Kontak ( yang diperlukan
pada kasus penyakit menular melalui kontak yang telah diketahui atau dicurigai ), yang
mengharuskan petugas kesehatan menggunakan sarung tangan bersih, tidak steril ketika
memasuki ruangan pasien. Petugas kesehatan harus melepas sarung tangan tersebut
sebelum meninggalkan ruangan pasien dan mencuci tangan dengan air dan sabun atau dengan
handrub berbasis alkohol.
Satu pasang sarung tangan harus digunakan untuk setiap pasien, sebagai upaya menghindari
kontaminasi silang ( CDC 1987 ). Pemakaian sepasang sarung tangan yang sama atau
mencuci tangan yang masih bersarung tangan, ketika berpindah dari satu pasien ke pasien
yang lain atau ketika melakukan perawatan di bagian tubuh yang kotor kemudian berpindah
ke bagian tubuh yang bersih, bukan merupakan praktek yang aman. Doebbeling dan
Colleagues (1988) menemukan bakteri dalam jumlah bermakna pada tangan petugas yang
hanya mencuci tangan dalam keadaan masih memakai sarung tangan dan tidak mengganti
sarung tangan ketika berpindah dari satu pasien ke pasien lainnya.

HAL YANG HARUS DILAKUKAN BILA PERSEDIAAN SARUNG TANGAN


TERBATAS
Bila sumber daya terbatas dan jumlah sarung tangan periksa tidak memadai, sarung tangan
bedah sekali pakai ( disposable ) yang sudah digunakan dapat diproses ulang dengan cara :

 Dekontaminasi dengan meredam dalam larutan klorin 0,5 % selam 10 menit


 Dicuci dan bilas, serta dikeringkan
 Sterilkan dengan menggunakan autoklaf atau disinfeksi tingkat tinggi ( dengan di kukus )
Dahulu perebusan telah direkomendasikan sebagai cara untuk disinfeksi tingkat tinggi sarung
tangan bedah. Namun sulit untuk mengeringkan sarung tangan tanpa mengkontaminasinya.
Karena pengukusan lebih mudah dilakukan dan sama – sama efektif, maka cara ini yang
sekarang direkomendasikan untuk disinfeksi tingkat tinggi sarung tangan bedah.

HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN PADA PEMAKAIAN SARUNG TANGAN


 Gunakan sarung tangan dengan ukuran yang sesuai, khususnya untuk sarung tangan
bedah. Sarung tangan yang tidak sesuai dengan ukuran tangan dapat mengganggu
keterampilan dan mudah robek.
 Jaga agar kuku selalu pendek untuk menurunkan resiko sarung tangan robek.
 Tarik sarung tangan ke atas manset gaun ( jika anda memakainya ) untuk melindungi
pergelangan tangan.
 Gunakan pelembab yang larut dalam air ( tidak mengandung lemak ) untuk mencegah
kulit tangan kering / berkerut.
 Jangan gunakan lotion atau krim berbasis minyak, karena akan merusak sarung tangan
bedah maupun sarung tangan periksa dari lateks.
 Jangan menggunakan cairan pelembab yang mengandung parfum karena dapat
menyebabkan iritasi pada kulit.
 Jangan menyimpan sarung tangan di tempat dengan suhu yang terlalu panas atau terlalu
dingin misalnya di bawah sinar matahari langsung, di dekat pemanas, AC, cahaya
ultraviolet, cahaya fluoresen atau mesin rontgen, karena dapat merusak bahan sarung
tangan sehingga mengurangi efektifitasnya sebagai pelindung.

D. ALAT PELINDUNG WAJAH


1. MASKER
Masker harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut, bagian bawah dagu, dan
rambut pada wajah ( jenggot ). Masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu
petugas kesehatan atau petugas bedah berbicara, batuk atau bersin serta untuk mencegah
percikan darah atau cairan tubuh lainnya memasuki hidung atau mulut petugas kesehatan.
Bila masker tidak terbuat dari bahan tahan cairan, maka masker tersebut tidak efektif untuk
mencegah kedua hal tersebut.
Masker yang ada, terbuat dari berbagai bahan seperti katun ringan, kain kassa, kertas dan
bahan sintetik yang beberapa di antaranya tahan cairan. Masker yang di buat dari katun atau
kertas sangat nyaman tetapi tidak dapat menahan cairan atau efektif sebagai filter. Masker
yang dibuat dari bahan sintetik dapat memberikan perlindungan dari tetesan partikel
berukuran besar ( > 5 µm ) yang tersebar melalui batuk atau bersin ke orang yang berada di
dekat pasien ( kurang dari 1 meter ). Namun masker bedah terbaik sekalipun tidak dirancang
untuk benar – benar menutup pas secara erat ( menempel sepenuhnya pada wajah ) sehingga
mencegah kebocoran udara pada bagian tepinya. Dengan demikian, masker tidak dapat secara
efektif menyaring udara yang dihisap ( Chen dan Welleke 1992 ) dan tidak dapat
direkomendasikan untuk tujuan tersebut.

Pada perawatan pasien yang telah diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular
melalui udara atau droplet, masker yang digunakan harus dapat mencegah partikel mencapai
membran mukosa dari petugas kesehatan.

MASKER DENGAN EFISIENSI TINGGI


Masker dengan efisiensi tinggi merupakan jenis masker khusus yang
direkomendasikan, bila penyaringan udara dianggap penting misalnya pada perawatan
seseorang yang telah diketahui atau dicurigai menderita flu burung atau SARS. Masker
dengan efisiensi tinggi misalnya N95 melindungi dari partikel dengan ukuran ≤ 5 mikron
yang di bawa oleh udara. Pelindung ini terdiri dari banyak lapisan bahan penyaring dan harus
dapat menempel dengan erat pada wajah tanpa ada kebocoran. Dilain pihak pelindung ini
juga lebih mengganggu pernafasan dan lebih mahal daripada masker bedah. Sebelum petugas
memakai masker N95 perlu diadakan fit test pada setiap pemakaiannya.

Ketika sedang merawat pasien yang telah diketahui atau dicurigai menderita penyakit
menular melalui airborne maupun droplet, seperti misalnya flu burung atau SARS, petugas
kesehatan harus menggunakan masker efisiensi tinggi. Pelindung ini merupakan perangkat N-
95 yang telah disertifikasi oleh US National Institute for Occupational Safety dan Health (
NIOSH ), disetujui oleh European CE, atau standard nasional / regional yang sebanding
dengan standar tersebut dari Negara yang memproduksinya. Masker efisiensi tinggi dengan
tingkat efisiensi lebih tinggi dapat juga digunakan. Masker efisiensi tinggi, seperti khususnya
N-95, harus di uji pengepasannya ( fit test ) untuk menjamin bahwa perangkat tersebut pas
dengan benar pada wajah pemakainya.
PEMAKAIAN MASKER EFISIENSI TINGGI
Petugas Kesehatan harus :
 Memeriksa sisi masker yang menempel pada wajah untuk melihat apakah lapisan utuh
dan tidak cacat. Jika bahan penyaring rusak atau kotor, buang masker tersebut. Selain itu,
masker yang ada keretakan, terkikis, terpotong atau terlipat pada sisi dalam masker, juga
tidak dapat digunakan.
 Memeriksa tali – tali masker untuk memastikan tidak terpotong atau rusak. Tali harus
menempel dengan baik di semua titik sambungan.
 Memastikan bahwa klip hidung yang terbuat dari logam ( jika ada ) berada pada
tempatnya dan berfungsi dengan baik.

Fit test untuk masker efisiensi tinggi


Fungsi masker akan terganggu / tidak efektif, jika masker tidak dapat melekat secara
sempurna pada wajah, seperti pada keadaan di bawah ini :

 Adanya janggut, cambang atau rambut yang tumbuh pada wajah bagian bawah atau
adanya gagang kacamata.
 Ketiadaan satu atau dua gigi pada kedua sisi dapat mempengaruhi perlekatan bagian
wajah masker.
 Apabila klip hidung dari logam dipencet, dijepit, karena akan menyebabkan kebocoran.
Ratakan klip tersebut di atas hidung setelah anda memasang masker, menggunakan kedua
telunjuk dengan cara menekan dan menyusuri bagian atas masker.
 Jika mungkin, dianjurkan fit test dilakukan setiap saat sebelum memakai masker efisiensi
tinggi.
KEWASPADAAN
Beberapa masker mengandung komponen lateks dan tidak bisa digunakan oleh
individu yang alergi terhadap lateks. Petugas harus diberi cukup waktu untuk menggunakan
dan mengepaskan masker dengan baik sebelum bertemu dengan pasien.
E. ALAT PELINDUNG MATA
Melindungi petugas dari percikan darah atau cairan tubuh lain dengan cara
melindungi Mata. Pelindung mata mencakup kacamata ( goggles ) plastik bening, kaca mata
pengaman, pelindung wajah dan visor. Kacamata koreksi atau kacamata dengan lensa polos
juga dapat digunakan, tetapi hanya jika ditambahkan pelindung pada bagian sisi mata.
Petugas kesehatan harus menggunakan masker dan pelindung mata atau pelindung wajah,
jika melakukan tugas yang memungkinkan adanya percikan cairan secara tidak sengaja ke
arah wajah. Bila tidak tersedia pelindung wajah, petugas kesehatan dapat menggunakan
kacamata pelindung atau kacamata biasa serta masker.

Ada beberapa jenis alat pelindung mata diantaranya :


1. Kaca Mata Biasa ( Spectacle Gogles )
Kaca mata terutama pelindung mata dapat dengan mudah atau tanpa pelindung samping.
Kaca mata dengan pelindung samping lebih banyak memberikan perlindungan.

2. Gogles
Mirip kacamata, tetapi lebih protektif dan lebih kuat terikat karena memakai ikat kepala.
Dipakai untuk pekerjaan yang amat membahayakan bagi mata.

F. ALAT PELINDUNG PERNAFASAN


Ada 3 jenis alat pelindung pernafasan :

 Respirator yang sifatnya memurnikan udara


 Respirator yang mengandung bahan kimia
 Topeng gas dengan kamister
 Respirator dengan cartridge
 Respirator dengan filter mekanik
 Bentuk hampir sama dengan respirator cartridge kimia, tapi ……… udara berupa
saringan / filter
 Biasanya di gunakan pada pencegahan debu
 Respirator yang mempunyai filter mekanik dan bahan kimia
 Respirator yang dihubungkan dengan supply udara bersih. Supply udara berasal dari:
 Saluran udara bersih atau kompresor
 Alat pernafasan yang mengandung udara ( SCBA )
Biasanya berupa tabung gas yang berisi :

 Udara yang dimampatkan


 Oksigen yang dimampatkan
 Oksigen yang dicairkan

 Respirator dengan supply oksigen


Biasanya berupa “ Self …………….. Breathing ………. Yang harus diperhatikan pada
respirator jenis tersebut di atas :

 Pemilihan yang tepat sesuai dengan jenis bahaya


 Pemakaian yang tepat
 Pemeliharaan dan pencegahan terhadap penularan penyakit

1. TOPI
Topi digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan kulit dan
rambut tidak masuk ke dalam luka selam pembedahan. Topi harus cukup besar untuk
menutup semua rambut. Meskipun topi dapat memberikan sejumlah perlindungan pada
pasien, tetapi tujuan utamanya adalah untuk melindungi pemakainya dari darah atau cairan
tubuh yang terpercik atau menyemprot.

2. GAUN PELINDUNG
Gaun pelindung digunakan untuk menutupi atau mengganti pakaian biasa atau seragam lain,
pada saat merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular melalui
droplet / airbone. Pemakaian gaun pelindung terutama adalah untuk melindungi baju dan
kulit petugas kesehatan dari sekresi respirasi. Ketika merawat pasien yang diketahui atau
dicurigai menderita penyakit menular tersebut, petugas kesehatan harus mengenakan gaun
pelindung setiap memasuki ruangan untuk merawat pasien karena ada kemungkinan terpercik
atau tersemprot darah, cairan tubuh, sekresi atau eksresi. Pangkal sarung tangan harus
menutupi ujung lengan gaun sepenuhnya. Lepaskan gaun sebelum meninggalkan area pasien.
Setelah gaun dilepas, pastikan bahwa pakaian dan kulit tidak kontak dengan bagian yang
potensial tercemar, lalu cuci tangan segera untuk mencegah berpindahnya organisme.
Gaun pelindung harus dianggap sebagai alat pelindung diri. Gaun pelindung khusus untuk
pekerjaan dengan sumber – sumber bahaya tertentu seperti :

 Terhadap Radiasi Panas


Gaun pelindung untuk radiasi panas, radiasi harus dilapisi bahan yang bisa merefleksikan
panas, biasanya Alumunium dan berkilau. Bahan – bahan pakaian lain yang bersifat isolasi
terhadap panas adalah : 1000⁰ C, katun, asbes ( kalau sampai 500 ⁰C ).

 Terhadap Radiasi Mengion


Gaun pelindung harus dilapisi dengan timbal biasanya berupa apron. Pakaian ini sering
digunakan di bagian radiologi.

 Terhadap cairan dan bahan – bahan kimia.


Biasanya terbuat dari bahan plastic atau karet

4. APRON
Apron yang terbuat dari karet atau plastik, merupakan penghalang tahan air untuk
sepanjang bagian depan tubuh petugas kesehatan. Petugas kesehatan harus mengenakan
apron di bawah gaun penutup ketika melakukan perawatan langsung pada pasien,
membersihkan pasien, atau melakukan prosedur dimana ada resiko tumpahan darah, cairan
tubuh atau sekresi. Hal ini penting jika gaun pelindung tidak tahan air. Apron akan mencegah
cairan tubuh pasien mengenai baju dan kulit petugas kesehatan

G. PELINDUNG KAKI
Pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dari cedera akibat benda tajam atau
benda berat yang mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki. Oleh karena itu, sandal. “
sandal jepit “ aau sepatu yang terbuat dari bahan lunak ( kain ) tidak boleh dikenakan. Sepatu
boot karet atau sepatu kulit tertutup memberikan lebih banyak perlindungan., tetapi harus
dijaga tetap bersih dan bebas kontaminasi darah atau tumpahan cairan tubuh lain. Penutup
sepatu tidak diperlukan jika sepatu bersih. Sepatu yang tahan terhadap benda tajam atau
kedap air harus tersedia di kamar bedah. Sebuah penelitian menyatakan bahwa penutup
sepatu dari kain atau kertas dapat meningkatkan kontaminasi karena memungkinkan darah
merembes melalui sepatu dan seringkali digunakan sampai di luar ruang operasi. Kemudian
dilepas tanpa sarung tangan sehingga terjadi pencemaran. ( Summers et.al. 1992 )
5. PERANAN DUK
Di banyak negara duk biasanya dibuat dari linen persegi yang dijahit dari berbagai ukuran.
Dipakai untuk menciptakan medan operasi di seputar suatu sayatan, membungkus instrumen
dan barang – barang lainnya untuk sterilisasi, penutup meja di ruang operasi dan membuat
hangat pasien selama prosedur bedah ( OR Manager 1990a ). Jenis utama duk ialah :

 DUK KECIL / LAP


Dipakai untuk mengeringkan tangan, membuat medan operasi segi – empat ( untuk ini
diperlukan beberapa duk kecil ), dan membungkus instrumen kecil serta semprit. Biasanya
dibuat dari kain katun lebih tebal dari pada linen lainnya, yang menjadikannya lebih tahan air.

 DUK SEPRAI
Dipakai untuk membatasi medan operasi dan menciptakan ruang kerja, maupun untuk
membungkus perangkat instrumen. Biasanya dibuat dari katun ringan dan hanya memberikan
sedikit perlindungan.

 DUK BOLONG
Mempunyai lobang yang bundar di tengahnya yang ditempatkan pada medan operasi yang
dipersiapkan. Duk ini terutama digunakan untuk prosedur – prosedur bedah minor ( sayatan
kecil ).

 DUK PEMBUNGKUS
Duk luas yang menjadi penutup meja sewaktu bungkus instrumen dibuka. Duk penutup ini
harus cukup luas untuk menampung isi suatu bungkusan sewaktu di buka, dan dapat
menutupi seluruh permukaan meja.

Anda mungkin juga menyukai