Anda di halaman 1dari 7

Latar Belakang Tungau betina membuat terowongan di bawah

lapisan kulit paling atas dan menyimpan


Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan telurnya dalam lubang. Beberapa hari kemudian
oleh tungau (kutu kecil) yaitu Sarcoptes scabiei akan menetas tungau muda (larva). Infeksi
varietas hominis dan produknya. Penyakit menyebabkan gatal-gatal hebat, kemungkinan
tersebut merupakan masalah kesehatan merupakan suatu reaksi alergi terhadap tungau.
masyarakat terutama di wilayah beriklim tropis
dan subtropis. Jumlah penderita skabies di dunia Skabies sering diabaikan, dianggap biasa saja
lebih dari 300 juta setiap tahun dengan angka dan lumrah terjadi pada masyarakat di
yang bervariasi di setiap negara. Indonesia, karena tidak menimbulkan kematian
sehingga penaganannya tidak menjadi prioritas
Prevalensi skabies di Indonesia menurut utama, padahal jika tidak ditangani dengan baik
Departemen Kesehatan RI pada tahun 2009 skabies dapat menimbulkan komplikasi yang
adalah 4,6 - 12,95% dan skabies menduduki berbahaya.
urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering,
dijumpai 704 kasus scabies yang merupakan Pelayanan kesehatan primer berperan penting
5,77 % dari seluruh kasus baru. Pada tahun pada penyakit skabies dalam hal penegakan
2011 dan 2013 prevalensi scabies adalah 6 % diagnosis dan terapi yang tepat, pencegahan
dan 3,9 %. Skabies di Indonesia menduduki penyakit dan menularnya penyakit ke
urutan ke tiga dari 12 penyakit kulit tersering. komunitas, karena penyakit ini mudah sekali
Berdasarkan data dari dinas kesehatan Provinsi menular terutama pada pemukiman yang padat.
Lampung tahun 2012, kasus scabies berjumlah Oleh karena itu, penanganan yang tepat pada
2941 orang. Pada tahun 2014, kasus scabies kasus ini dengan menggunakan pendekatan
mengalami peningkatan menjadi 7960 orang. kedokteran keluarga.

Penyebab penyakit kulit skabies adalah tungau Menurut Gorroll dan Mulley, (2006). Ciri
(mite) Sarcoptes scabei, dimana dikelompokkan dokter keluarga adalah (1) menjadi kontak
dalam kelas Arachnida. Penyakit skabies dapat pertama dengan pasien dan member pembinaan
ditularkan secara langsung (kontak kulit dengan berkelanjutan (continuing care), (2) membuat
kulit) misalnya berjabat tangan, tidur bersama, diagnosis medis dan penangannnya, (3)
dan melalui hubungan seksual. Penularan secara membuat diagnosis psikologis dan
tidak langsung (melalui benda), misalnya penangannya, (4) memberi dukungan personal
pakaian, handuk, sprei, bantal, dan selimut yang bagi setiap pasien dengan berbagai latar
dipakai secara bersamaan. belakang dan berbagai stadium penyakit, (5)
mengkomunikasikan informasi tentang
Faktor yang berperan pada tingginya prevalensi pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan
skabies adalah kemiskinan, kepadatan penghuni prognosis, (6) melakukan pencegahan dan
rumah, tingkat pendidikan rendah, keterbatasan pengendalian penyakit kronik dan kecacatan
air bersih, dan perilaku kebersihan yang buruk. melalui penilaian risiko, pendidikan kesehatan,
Tingginya kepadatan penghuni disertai interaksi deteksi dini penyakit, terapi preventif, dan
dan kontak fisik yang erat memudahkan perubahan perilaku.
penularan skabies. Kepadatan penghuni rumah
merupakan faktor risiko paling dominan Penatalaksanaan kasus bertujuan yaitu
dibandingkan faktor risiko skabies lainnya. mengidentifikasi masalah klinis pada pasien dan
Berdasarkan faktor risiko tersebut prevalensi keluarga serta faktor-faktor yang berpengaruh,
skabies yang tinggi umumnya terdapat di menyelesaikan masalah klinis pada pasien dan
asrama, panti asuhan, pondok pesantren, keluarga, dan mengubah perilaku kesehatan
penjara, dan pengungsian. pasien dan keluarga serta partisipasi keluarga
dalam mengatasi masalah kesehatan.
TUJUAN PENULISAN handuk, sprei, dan sering meminjam pakaian
1. Mengidentifikasi faktor risiko dan masalah milik orang lain. Riwayat alergi seperti asma,
klinis yang terdapat pada pasien. alergi makanan atau alergi obat disangkal oleh
2. Menerapkan pendekatan dokter keluarga pasien. Saat pertama kali gatal muncul, pasien
yang holistik dan komprehensif sesuai tidak digigit oleh serangga.
masalah yang ditemukan pada pasien, dan
melakukan penatalaksanaan berbasis Keluarga pasien tidak ada yang menderita darah
Evident Based Medicine yang bersifat tinggi, kencing manis, penyakit jantung,
family-approach dan patient-centered. penyakit paru, penyakit ginjal, asma dan alergi
baik obat maupun makanan.

ILUSTRASI KASUS
METODE
Pasien An. IR, seorang laki-laki usia 14 tahun,
Studi ini merupakan laporan kasus. Data primer
datang ke Puskesmas Tanjung Sari keluhan
diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik
muncul bintil-bintil kemerahan disertai gatal di
dan kunjungan rumah. Data sekunder didapat
sela jari tangan, kedua telapak tangan dan perut
dari rekam medis pasien. Penilaian berdasarkan
sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya bintil sebesar
diagnosis holistik dari awal, proses dan akhir
jarum pentul dirasakan muncul pertama kali
studi secara kualitatif dan kuantitatif.
pada sela jari tangan kanan. Keluhan tersebut
disertai rasa gatal yang semakin memberat
terutama pada malam hari. Untuk mengurangi
DATA KLINIS
rasa gatal tersebut, ibu pasien membeli obat
Anamnesis
pereda gatal di apotik namun keluhan gatal
Pasien An. IR, usia 14 tahun datang ke
belum membaik.
puskesmas Tanjung Sari untuk berobat dengan
keluhan bintil-bintil kemerahan terasa gatal di
3 minggu yang lalu, bintil kemerahan disertai
sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan gatal dirasakan
gatal dirasakan semakin meluas hingga ke
pasien meningkat pada malam hari. Pasien telah
bagian sela jari tangan kiri, dan kedua telapak
menggunakan obat pereda gatal yang didapat
tangan. Rasa gatal yang dirasakan membuat
dari apotik namun keluhan tidak kunjung
pasien menggaruk kulit hingga timbul luka
hilang. Pasien mengatakan awalnya keluhan
akibat garukan.
berupa bintil-bintil kecil sebesar jarum pentul
pada sela jari tangan kanan, namun lama
2 minggu yang lalu, pasien dibawa oleh ibunya
kelamaan bintil-bintil semakin banyak dan
berobat ke bidan desa, diberikan salep dan obat
menyebar hingga ke sela jari tangan kiri, kedua
pereda gatal, namun keluhan masih tetap
telapak tangan dan perut. Pasien sudah berobat
dirasakan. 1 minggu yang lalu, pasien
ke bidan desa, diberikan salep dan obat pereda
merasakan bintil kemerahan semakin banyak
gatal namun keluhan masih tetap dirasakan,
dan meluas hingga ke bagian perut. Gatal yang
Adik pasien juga mengalami keluhan serupa.
dirasakan pada malam hari semakin memberat
hingga terkadang membuat pasien sering
Pemeriksaan Fisik
terbangun. Hal itu menyebabkan pasien untuk
Penampilan sesuai usia, keadaan umum tampak
datang berobat ke puskesmas.
sakit ringan, kesadaran compos mentis, berat
badan 45 kg, tinggi badan 140 cm, Status gizi:
Ibu pasien mengatakan keluhan yang dirasakan
IMT 22,95 , TD 120/80 mmHg, nadi 80
pasien timbul setelah pasien meminjam pakaian
x/menit, frekuensi nafas 20 x/menit, suhu 36,5
milik temannya yang mengalami keluhan serupa
ºC.
dan tinggal di pondok pesantren. Selain pasien,
adik pasien juga mengalami keluhan yang sama.
Pasien memiliki kebiasaan jarang mencuci
Status generalis : yaitu An. Ar (3 tahun). Bentuk keluarga pasien
Kepala: Rambut hitam sebagian abu-abu adalah keluarga inti.
tersebar merata tidak ada kebotakan.
Mata: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (- Komunikasi dalam keluarga berjalan lancar.
/-) Keluarga pasien sering berkumpul bersama
THT: Telinga, hidung, kesan dalam batas membicarakan aktivitas yang dilakukan
normal, faring tidak hiperemis, tonsil T1/T1. seharian oleh masing-masing anggota keluarga.
Thorax : Pemecahan masalah di keluarga pasien melalui
Jantung diskusi antara kedua orang tuanya sedangkan
I: ictus kordis tidak tampak anak-anak tidak dilibatkan. Keputusan di
P: ictus cordis teraba pada SIC 5 keluarga biasanya ditentukan oleh ayah pasien,
P:batas jantung kanan SIC 4 sternalis dekstra, namun terkadang ibu pasien juga pernah
batas jantung kiri SIC 2 jari medial linea bertindak sebagai pengambil keputusan atas
midclavicular sinistra persetujuan ayah pasien.
A: BJ I/II reguler
Paru Untuk memenuhi kebutuhan materi sehari-hari
I: tampak simetris, retraksi (-), pernapasan keluarga ini hanya bergantung pada ayah pasien
tertinggal (-) yang bekerja sebagai buruh. Pasien merupakan
P: fremitus taktil simetris kanan dan kiri, nyeri seorang pelajar yang masih duduk di bangku
tekan (-), massa (-) SMP. Pendapatan perbulan keluarga sebesar ±
P: sonor +/+ Rp.1.500.000 yang digunakan untuk
A: rhonki (-), wheezing (-) menghidupi 5 orang di keluarga ini.
Abdomen
I: Datar, tidak ascites Perilaku berobat keluarga yaitu memeriksakan
A: BU (+) 8 kali per menit keluarganya yang sakit ke layanan kesehatan.
P: Nyeri tekan (-) Pola pengobatan pada pasien dan keluarga jika
P: Timpani memiliki keluhan pasien berobat ke bidan desa,
Ekstremitas: Akral hangat, edem (-/-) jika tidak membaik baru berobat ke puskesmas,
Muskuloskeletal dan neurologis: Kesan dalam pasien sudah memiliki jaminan kesehatan BPJS.
batas normal. Keluarga pasien berobat ke Puskesmas Tanjung
Sari yang berjarak ± 7 kilometer dari rumah
Status lokalis: pasien.
Pada regio dorsum manus dextra et sinistra,
interdigitalis manus dextra et sinistra, abdomen
tampak makula hingga papul hipopigmentasi
multiple, batas tegas, bentuk bulat, ukuran
miliar-lentikular, diskret-konfluen, penyebaran
regional.

DATA KELUARGA

Pasien merupakan anak pertama dari tiga


bersaudara, orang tua pasien tinggal di
Lampung Selatan dan saat ini masih hidup. Saat
ini pasien tinggal bersama kedua orang tuanya
yaitu Tn.G (48 tahun) dan Ny. R (36 tahun),
adik ke-1 yaitu An. Ad (8 tahun) dan adik ke-2
Genogram Keluarga An. IR

Genogram Keluarga An. IR


Tanggal Pembuatan 5 Oktober 2019
Oleh : Nabila Fatimah Azzahra

Family Map Data Lingkungan Rumah


Dari hasil wawancara dan kunjungan
didapatkan luas rumah 8 x 6 m2. Luas halaman
kurang lebih 1 m2. Rumah pasien berdinding
batu bata tanpa di cat, lantai dilapisi semen, dan
beratap genteng dengan jumlah 2 kamar tidur, 1
buah kamar mandi, 1 buah dapur dan 1 ruang
tamu pada bagian depan rumah. Rumah
terkesan cukup namun tata ruang masih kurang
baik.

Penerangan oleh sinar matahari (jendela dengan


ventilasi) pada siang hari dan lampu listrik pada
Gambar 2. Family Map keluarga An. IR malam hari. Ventilasi dirasakan kurang karena
hanya memiliki 2 jendela di ruang tamu dan 1
Family APGAR Score jendela di kamar tidur. Bantuan ventilasi di
Adaptation :2 dalam rumah berupa kipas angin. Kebersihan
Partnership :2 ruang cukup bersih.
Growth :2
Affection :2 Pasien memiliki 1 kamar mandi di dalam rumah
Resolve :1 dengan jamban jongkok dengan ukuran 2x1 m2.
Total Family APGAR Score : 9 (Fungsi Sumber air pasien berasal dari sumur pompa
Keluarga Baik) dan jarak rumah dengan septic tank sekitar 10
m. Saluran air dialirkan ke got belakang rumah
yang mengalir. Tempat sampah berada diluar
rumah. Kesan kebersihan lingkungan rumah
cukup bersih. Di halaman depan rumah - Kebiasaan pasien yang tidak rutin
tertanam beberapa tanaman hias. Jarak antara mencuci handuk dan sprei
rumah pasien dengan rumah lainnya berdekatan. - Pakaian kotor yang ditumpuk di ember
dalam kamar
Denah Rumah - Pola pengobatan kuratif

Aspek 4. Risiko Eksternal


- Sosial ekonomi : Keluarga dengan
penghasilan rendah (ICD10-Z59.6)
- Lingkungan : Tempat tinggal pasien
berada pada daerah pemukiman yang
padat penduduk.
- Hygiene lingkungan rumah kurang
- Pengetahuan keluarga yang rendah
Keterangan :
Aspek 5. Derajat Fungsional
: Puskesmas (1) satu, pasien dapat melakukan aktivitas
sehari-hari seperti keadaan sebelum
: Rumah Pasien
sakit.

DIAGNOSTIK HOLISTIK AWAL


RENCANA INTERVENSI
Aspek 1. Aspek Personal
Intervensi yang akan diberikan pada pasien ini
- Alasan kedatangan: Muncul bintil-
adalah edukasi dan konseling kepada pasien dan
bintil yang disertai gatal terutama pada
keluarga mengenai hal-hal yang harus
malam hari di sela kedua jari tangan,
dimodifikasi dan yang harus diketahui untuk
kedua telapak tangan, perut sejak 1
mencegah kemungkinan terjadinya keluhan
bulan yang lalu.
yang berulang. Intervensi yang akan dilakukan
- Kekhawatiran: Bintil-bintil akan
terbagi atas patient center, family focus dan
bertambah banyak dan meluas, keluhan
community oriented.
gatal tidak bisa hilang dan penyakit
tidak sembuh sehingga dapat
Patient Centered
mengganggu aktivitas sehari-hari.
1. Farmakologi
Pasien khawatir penyakitnya dapat
- Mengobati penyakit dengan
menularkan ke lingkungan sekitar.
memberikan krim scabimite (permetrin
- Harapan: Bintil-bintil disertai gatal
5% )
dapat hilang dan tidak terjadi
- Memberikan antihistamin berupa
kekambuhan sehingga pasien dapat
cetirizin 10 mg
beraktivitas seperti biasa.
- Persepsi: Keluhan terjadi karena pasien
2. Non farmakologi
meminjam pakaian milik sepupunya
- Memberikan edukasi dan motivasi
yang mengalami keluhan serupa, dan
kepada pasien agar menjaga kebersihan
tidak rutin mencuci sprei dan handuk.
diri dan lingkungan.
- Edukasi pasien mengenai cara
Aspek 2. Diagnosis Klinis Awal
pemberantasan tungau yang mungkin
- Skabies (ICD 10: B86)
terdapat di pakaian, handuk, sprei dan
lain-lain.
Aspek 3. Risiko internal
- Memberikan edukasi terhadap pasien
- Kebiasaan pasien yang sering
mengenai komplikasi yang akan terjadi
bergantian pakaian dengan temannya
jika penyakit tidak diobati.
- Memberikan edukasi tentang
modifikasi jenis makanan yang dapat
memperberat penyakit.
- Memberikan edukasi kepada pasien
agar berobat ke puskesmas atau
pelayanan kesehatan lain jika keluhan
tidak membaik.
- Memberikan edukasi pada pasien cara
penggunaan krim yang telah diberikan.

Family Focused
a. Memberikan informasi dan edukasi
menggunakan media leaflet mengenai
skabies dan penyebabnya.
b. Memberikan informasi dan edukasi
menggunakan media leaflet mengenai
tanda dan gejala skabies serta cara
penularannya.
c. Memberikan informasi dan edukasi
menggunakan media leaflet mengenai
penatalaksanaan skabies.
d. Memberikan informasi dan edukasi
menggunakan media leaflet mengenai
kebersihan diri dan lingkungan sekitar
rumah.
e. Memberikan informasi dan edukasi
menggunakan media leaflet mengenai
mengenai modifikasi makanan yang
dapat memperberat penyakit.
f. Memberikan informasi dan edukasi
menggunakan media leaflet mengenai
mengenai faktor-faktor apasaja yang
dapat menyebabkan terjadinya skabies.
g. Memberikan informasi dan edukasi
menggunakan media leaflet mengenai
pola hidup sehat dan bersih.

Community Oriented
Memberikan konseling mengenai penularan dan
pencegahan penyakit skabies yang dapat
menular ke tetangga seperti tidak bersentuhan
secara langsung.

Anda mungkin juga menyukai