Anda di halaman 1dari 14

PRAKTIKUM FITOFARMAKA

TUGAS 1
Pembuatan Ekstrak Rimpang Kaempferia galanga
Dengan Maserasi (Rendaman 24x3
jam/Kinetika/Ultrasonik)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fitofarmaka

KELOMPOK : 4

KELAS: F

1. LAILATUL WAHYUNI (201610410311200)

DOSEN PEMBIMBING:
Siti Rofida, M.Farm., Apt.
Amaliyah Dina A., M.Farm., Apt.

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Salah satu jenis minyak atsiri yang berpotensi sebagai komoditas baru bagi
Indonesia adalah kencur. Kencur (Kaemferia galanga L.) adalah salah satu jenis
tumbuhan temu-temuan (umbi-umbian) yang termasuk famili Zingiberaceae, yang
mengandung minyak atsiri 2,4%-3,9%, juga cinnamal, aldehide, asam motil p-cumarik,
asam cinnamal, etil ester, dan pentadekan (Rukmana,1994).
Kencur merupakan jenis tanaman obat potensial yang dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku minuman untuk kesehatan, obat-obatan dan penyedap masakan, serta dapat
juga dimanfaatkan sebagai kosmetik. Tingkat keragaman tanaman kencur sangat sempit,
disebabkan oleh perbanyakan tanaman secara vegetatif, sehingga untuk memperoleh
varietas unggul melalui pemuliaan sangat terbatas (Rostiana et al., 2003).
Umumnya kencur diproses dengan berbagai macam cara, seperti diambil sarinya,
dibuat tepung, bahkan langsung digunakan untuk berbagai keperluan. Hampir seluruh
bagian tanaman kencur mengandung minyak atsiri (Afriastini, 1990).
1.2. Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas maka, tujuan dari praktikum ini antara lain :
1. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana proses pembuatan ekstrak yang baik dan benar
2. Mahasiswa mampu melakukan ekstarksi rimpang Kaemferia galanga L. dengan
menggunakan berbagai metode maserasi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kencur (Kaempferia galanga)


2.1.1 Sistematika dan Klasifikasi Tanaman Kencur (Rukmana, 1994):

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
Infrakingdom : Streptophyta
Superdivision : Embryophyta
Division : Tracheophyta
Subdivision : Spermatophytina
Class : Magnoliopsida
Superorder : Lilianae
Order : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Kaempferia
Spesies : Kaempferia galanga L. (www.itis.gov)

(Gambar 1. Tanaman Kaempferia galanga L.)


2.1.2 Nama Lain Tanaman Kencur
Nama Kaempferia galanga L. di berbagai daerah di Indonesia adalah sebagai
berikut:
Sumatera : ceuku (Aceh), tekur (Gayo), kaciwer (Karo), cakue
(Minangkabau) cokur (lampung)
Jawa : kencur (jawa), cikur (Sunda), kencor (Madura)
Sulawesi : batako (Manado), watan (Minahsa), (Gorontalo), cakuru
(Makasar), ceku (Bugis)
Nusa Tenggara : cekuh (Bali), cekur (Sasak), cekur, (Sumba), sokus (Roti)
Sukung (Timor)
Maluku : suha (Seram), assuli (Ambon), onegai (Buru)
Irian : ukap (Irian)

2.1.3 Morfologi Tanaman


Kemampuan penyesuaian tanaman kencur terhadap lingkungan cukup tinggi.
Tanaman ini punya daya produksi tinggi di daerah yang punya curah hujan 1500 – 4000
mm/th, suhu udara 190C-300C dan ketinggian 100-700m dari permukaan air laut (dpl).
Tanaman ini tumbuh baik di tempat terbuka yang mendapat sinar matahari penuh, tapi
memerlukan naungan ringan untuk pertumbuhan yang optimum. Hal ini dapat diamati
pada tanaman kencur yang ditanam secara monokultur daunnya melipat (menutup pada
siang hari). Sekalipun demikian, kencur yang ditanam di tempat terlindung, justru hanya
akan menghasilkan daun-daunnya saja. Tanah yang paling baik untuk tanaman kencur
adalah tanah yang memiliki struktur lempung berpasir (Sandy loam), strukturnya lemah,
dengan tata air dan udara, tanahnya baik serta seimbang. Disamping itu kesuburan
tanahnya harus juga diperkaya dengan bahan organik, antara lain dengan pemberian
pupuk kandang dan kompos. Jika pada tanah yang kurang subur dan becek, pertumbuhan
tanaman kencur juga akan kurang baik, sedikit beranak dan pada rimpang-rimpangnya
banyak bagian yang membusuk (Rukmana, 1994).
Rimpang kencur terdapat didalam tanah bergerombol dan bercabang cabang
dengan induk rimpang ditengah. Kulit ari berwarna coklat dan bagian dalam putih berair
dengan aroma yang tajam. Rimpang yang masih muda berwarna putih kekuningan
dengan kandungan air yang lebih banyak dan rimpang yang lebih tua ditumbuhi akar
pada ruas ruas rimpang berwarna putih kekuningan. Daun kencur berbentuk bulat lebar,
tumbuh mendatar diatas permukaan tanah dengan jumlah daun tiga sampai empat helai.
Permukaan daun sebelah atas berwarna hijau sedangkan sebelah bawah berwarna hijau
pucat. Panjang daun berukuran 10 – 12 cm dengan lebar 8 – 10 cm mempunyai sirip daun
yang tipis dari pangkal daun tanpa tulang tulang induk daun yang nyata (Backer,1986).
Bunga kencur berwarna putih berbau harum terdiri dari empat helai daun
mahkota. Tangkai bunga berdaun kecil sepanjang 2 – 3 cm, tidak bercabang, dapat
tumbuh lebih dari satu tangkai, panjang tangkai 5 – 7 cm berbentuk bulat dan beruas ruas.
Putik menonjol keatas berukuran 1 – 1,5 cm, tangkai sari berbentk corong pendek.

(Gambar 2. Morfologi Kencur; (1) Rimpang kencur; (2) Daun; (3) Bunga)

2.1.4 Khasiat Tanaman


Rimpang kencur sudah dikenal luas di masyarakat baik sebagai bumbu makanan
atau untuk pengobatan, diantaranya adalah batuk, mual, bengkak, bisul dan jamur. Selain
itu minuman beras kencur berkhasiat untuk menambah daya tahan tubuh, menghilangkan
masuk angin, dan kelelahan, dengan dicampur minyak kelapa atau alkohol digunakan
untuk mengurut kaki keseleo atau mengencangkan urat kaki. Komponen yang terkandung
di dalamnya antara lain saponin, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri. Tanaman ini
termasuk kelas monocotyledonae, bangsa Zingiberales, suku Zingiberaceae dan, marga
Kaempferia (Winarto, 2007).

2.1.5 Kandungan Kimia


Tanaman kencur mempunyai kandungan kimia antara lain minyak atsiri 2,4-2,9%
yang terdiri atas etil p-metoksi sinamat (30%), kamfer, borneol, sineol, penta dekana. Etil
p-metoksi sinamat dalam kencur merupakan senyawa turunan sinamat (Inayatullah, 1997;
Jani, 1993).

2.2. Ekstrak
2.2.1 Pengertian
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditentukan (Depkes RI,
1995).
Ekstrak dikategorikan menjadi:
a. Ekstrak Kering (Siccum)
Ekstrak kering adalah sediaan padat yang memiliki bentuk serbuk yang
didapatkan dari penguapan oleh pelarut yang digunakan untuk ekstraksi. Substansi
ekstrak kering yaitu eksipien (bahan pengisi), stabilizers (penstabil), dan preservative
(bahan pengawet). Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk.
Ekstrak kering (Extracta sicca) dibagi dalam dua bagian, yaitu:
1. Ekstrak kering, yang dibuat dengan suatu cairan etanol dan karena tidak larut
sepenuhnya dalam air. Contohnya adalah Ekstraktum Granati, Ekstraktum Rhei.
2. Ekstrak kering yang dibuat dengan air. Contohnya antara lain Ekstraktum Aloes,
Ekstraktum Opii, Ekstraktum Ratanhiae (Van Duin, 1947).
b. Ekstrak Kental (Spissum)
Ekstrak Kental atau ekstrak semisolid, adalah sediaan yang memiliki tingkat
kekentalan di antara ekstrak kering dan ekstrak cair. Suatu ekstrak kental diartikan
dengan ekstrak dengan kadar air antara 20-25%; hanya pada Extractum Liquiritae
diizinkan kadar air sebanyak 35% (Van Duin, 1947).

Pada ekstrak kental, yang terpisah adalah:

1. Extractum Filicis, yang dibuat dengan perkolasi dengan eter, setelah itu eter
dihilangkan sama sekali dengan penyulingan. Dalam Farmakope dinyatakan
bahwa sebelum Ekstractum Filicis harus diaduk terlebih dahulu.
2. Extractum Cannabis indicae, yang dibuat dengan etanol 90% dan mungkin tidak
mengandung jumlah air yang berarti. Jika ekstrak ini pada waktu pengolahan
harus dilarutkan, maka untuk itu kita harus memakai etanol 90%.
Ekstrak lainnya dapat digolongkan dengan jelas dalam dua golongan:

a. Ekstrak kental yang dibuat dengan etanol 70% dan dimurnikan dengan
air, contoh: Ekstrak Belladonnae, Extractum Visci albi, Extractum Hyoscyami.
b. Ekstrak kental yang dibuat dengan air, contoh: Extractum liquiritae,
Extractum Gentianae, Extractum Taraxaci (Van Duin, 1947).
c. Ekstrak cair (Liquidum)
Ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia nabati, yang mengandung etanol
sebagai pelarut atau sebagai pengawet atau sebagai pelarut dan pengawet. Jika tidak
dinyatakan lain pada masing-masing monografi, tiap ml ekstrak mengandung bahan aktif
dari 1 g simplisia yang memenuhi syarat. Contoh ekstrak cair adalah Extractum Chinae
liquidum, Extractum Hepatis liquidum (Van Duin, 1947).
2.3. Metode Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh kandungan senyawa
kimia dari jaringan tumbuhan maupun hewan. Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair
dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh
cahaya matahari langsung, ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk. Cairan penyari
yang digunakan air, etanol dan campuran air etanol (Depkes RI, 1979).

2.3.1 Metode Ekstraksi


Ekstraksi dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pembagian metode ekstraksi
menurut Ditjen POM (2000) yaitu:
1. Cara dingin
a. Maserasi
Maserasi merupakan Maserasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan
pelarut dengan perendaman dan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada
temperatur ruangan (kamar). Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke
dalam rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya
perbedaan kosentrasi larutan zat aktif didalam sel dan diluar sel maka larutan terpekat
didesak keluar. Proses ini berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara
larutan didalam dan diluar sel. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol,
metanol, etanol-air atau pelarut lainnya. Remaserasi berarti dilakukan penambahan
pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya. Remaserasi
berarti dilakukan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama,
dan seterusnya.
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan
yang digunakan sederhana yang mudah diusahakan.
b. Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan
penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Proses perkolasi terdiri dari
tahapan pengembang bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya
(penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat).
Perkolasi bertujuan supaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya dan biasanya dilakukan
untuk zat berkhasiat yang tahan ataupun tidak tahan pemanasan. Cairan penyari
dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan
zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak kebawah
disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya, dikurangi
dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan. Kekuatan yang berperan pada
perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi,
osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi).
2. Cara panas
a. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur tititk didihnya, selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya
pendingin balik.
b. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang pada umumnya
dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dan jumlah pelarut
relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
c. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur
yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada
temperatur 40-500 C.
d. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik didih
air, yakni 30 menit pada suhu 90-1000 C.
2.3.1 Macam-macam Maserasi
3.1.Konvensional
Salah satu contoh ekstraksi maserasi konvensional adalah soxhlet. Soxhlet adalah
ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat
khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah plarut relatif konstan dengan
adanya pendingin balik (Depkes RI., 2000). Metode konvensional pada umumnya
menggunakan pelarut organik dalam jumlah besar, selain itu membutuhkan waktu yang
relatif lama seperti maserasi pada umunya yaitu selama 2x24 jam, waktu yang lama
dianggap tidak efektif, karena menggunakan energi dalam jumlah besar dengan kandungan
dalam bahan yang rusak karena pemanasan yang lama (Susanti dkk., 2014).
b. Kinetik
Berdasarkan penelitian Fauzana (2010), maserasi sederhana didefinisikan sebagai
metode ekstraksi dimana sampel direndam menggunakan pelarut dalam kurun waktu tertentu
dengan atau tanpa pengadukan pada suhu ruang. Kinetika maserasi dan maserasi dengan
tekanan tidak jauh berbeda dengan maserasi sederhana. Titik perbedaan kinetika maserasi
terletak pada dilakukannya pengadukan berkecepatan konstan. Metode maserasi yang
digunakan dalam penelitian sebelumnya cenderung mengarah pada kinetika maserasi karena
menggunakan pengadukan yang konstan, yakni 200 rpm dan waktu selama 4 jam.
c. Ultrasonik
Maserasi ultrasonik merupakan metode maserasi yang dimodifikasi dengan
menggunakan bantuan sinyal dengan frekuensi tinggi. Wadah yang berisi serbuk sampel
ditempatkan dalam wadah ultrasonik. Hal ini dilakukan untuk memberikan tekanan
mekanik pada sel hingga menghasilkan rongga pada sampel. Kerusakan sel dapat
menyebabkan peningkatan kelarutan senyawa dalam pelarut dan meningkatkan hasil
ekstraksi (Mukhriani, 2014).
Getaran uktrasonik (> 20.000 Hertz) memberikan efek pada proses ekstrak dengan
prinsip meningkatkan permeabilitas dinding sel, menimbulkan gelembung spontan sebagai
stress dinamik serta menimbulkan fraksi interfase. Hasil ekstraksi tergantung pada
frekuensi getaran, kapasitas alat dan lama proses ultrasonik (Depkes RI., 2000).
Pada praktikum kali ini akan digunakan metode maserasi rendaman 24x3 jam.
BAB III

PROSEDUR KERJA

3.1 Alat dan Bahan


Alat : Bahan :

1. Botol selai 1. Serbuk rimpang kencur

2. Pipet panjang 2. Etanol 96%

3. Pipet pendek 3. Cab-o-sil

4 Aliminium foil

5 Beaker glass

6 Loyang

7 Rotavapor dan alat penyaring

8 Toples

9 Kertas saring

10 Batang pengaduk
3.2. Kerangka operasional

Timbang 400 g Masukkan ke Tambahkan


serbuk rimpang bejana 1000 ml etanol
kencur 96%

Tutup bejana dengan alumunium, Hasilnya


diamkan selama 24 jam, hasil disaring ditambah 600
ml etanol 96%

Residu Diamkan
Tampung filtrat ditambah 1200 selama 24 jam,
ml etanol hasil

Diamkan Residu
selama 24 jam, ditambah 1200 Tampung filtrat
hasil ml etanol

Filtrat yang Ratakan


Tampung filtrat
terkumpul ekstrak ke
dilakukan dalam loyang
pemekatan

Diamkan semalam (sampai kering), Taburkan cab-


homogenkan dan simpan dalam wadah o-sil sebanyak
serta beri label identitas 5% dari ekstrak
3.3. Prosedur Operasional
1. Ditimbang 400 g serbuk rimpang kencur, dimasukan dalam bejana maserasi
2. Ditambahkan 1000 ml etanol 96%, aduk sampai serbuk terbasahi
3. Hasil no. 2 ditambahkan 600 ml etanol 96%, aduk sampai homogen, tutup bagian
mulut bejana dengan alumunium, dan diamkan selama 24 jam
4. Hasil maserasi pada no. 2 di saring. Tampung filtrat dan lakukan kembali maserasi
dengan 1200 ml etanol 96% pada residu selama 24 jam
5. Disaring hasil maserasi pada no. 3 tampung filtrat dan lakukan kembali maserasi
dengan 1200 ml etanol pada residu selama 24 jam
6. Disaring kembali maserasi no. 4. Kumpulkan semua filtrat menjadi satu
7. Kaliberasi labu pada rotavapor (berisi ekstrak), berikan tanda pada volume 400 ml
8. Filtrat yang terkumpul dilakukan pemekatan dengan rotavapor yaitu penguapan
dengan penururnan tekanan hingga volume tersisa ± 400 ml (tanda kaliberasi) dan
pindahkan hasilnya kedalam loyang. Ratakan ekstrak pada loyang
9. Ditambahkan cab-o-sil sebanyak 5% dari ekstrak (20 g) dengan ditaburkan sedikit
demi sedikit secara merata. Kemudian diamkan selama semalam (sampai kering)
10. Homogenkan dan simpan pada wadah tertutup (botol selai)
11. Berikan label identitas pada wadah
DAFTAR PUSTAKA

Afriastini. 1990. Daftar Jenis Nama Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta

Backer, C. A. R. C. B. Van den Briak. 1986. Flora of Java, Vol 2. Walters Noordhoff. N. v.
Groningen. P. 33.

Departemen Kesehatan RI. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan RI. (2000). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.

Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan Pertama.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI

https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt#null, (online)(24 September 2018).

https://www.bing.com/images/search?q=kaempferia+galanga&FORM=HDRSC2,
(online)(24 September 2018).

Inayatullah, M.S. 1997. Standarisasi rimpang kencur dengan parameter etil para metoksi
sinamat. Fakultas Farmasi, Universitas Erlangga.Surabaya.

Mukhriani. 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa Aktif. Jurnal
kesehatan. Volume VII No.2

Rostiana, O., W. Haryudin dan Rosita, SMD, 2003. Stabilitas hasil lima nomor harapan
kencur. Jurnal Penelitian Tanaman Indutri. Vol 12. No 4. Des 2006. hal. 140 – 145.

Rukmana, R. 1994. Kencur. Kanisius. Yogyakarta.

Susanti, dkk. 2014. Pembuatan Minuman Serbuk Markisa Merah (Passifora edulis f. edulis
Sims) (Kajian Konsentrasi Tween 80 dan Suhu Pengeringan). Jurnal Pangan dan
Agroindustri. Universitas Brawijaya. 2(3):170-179.

Van Duin, C.F., 1947, Buku Penuntun Ilmu Resep Dalam Praktek Dan Teori, Penerjemah K.
Satiadarma Apt., Pecenongan, Jakarta.
Winarto, W. P., 2007. Tanaman Obat Indonesia Untuk Pengobatan Herbal, 152- 153,
Jakarta, Karyasari Herba Media.

Anda mungkin juga menyukai