DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah.....................................................................
C. Tujuan .......................................................................................
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSATAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemahaman akan ilmu tak akan pernah luput dan surut, seiring dengan era-era baru
yang muncul seiring itu pula ilmu terus tumbuh subur. Sebagai dasar pengetahuan,
tolok-ukur kehidupan, dan suatu langkah masa depan. Menggabung dengan awal dari
pada ilmu itu sendiri, filsafat menghadirkan tahap padauan antara Filsafat dan Ilmu
yang menjadikan ilmu pengetahuan itu sendiri menjadi objek kajiannya dengan sedalam
penelitian yang dilakukan.
Dengan hadirnya makalah ini semoga menjadi satu jalan agar kegiatan keilmuan terus
berlanjut. Sedemikian rupa kami coba dengan sebisa mungkin kami menelaah paham
yang telah umum sebagai sajian pengantar yang akan kami jelaskan. Sempurna atau
tidaknya tergantung pada penjelasan kami, mendapat respon sepakat bukanlah mudah,
dengan demikian hadirnya makalah awal pelajaran ini semoga akan menjadi tonggak
awal dan gerbang awal bagi pembahasan selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
A. Pengertian Filsafat
Kita mulai dengan sedikit menggali penjelasan tentang filsafat. Kami rasa terlalu
sering kita membahas tentang pengertian filsafat dari segi etimologi, yang dimulai
tentang upaya Socrates dalam memerangi kaum sophis sekelompok orang yang
memiliki pengetahuan cukup luas tentang beberapa pengetahuan, piawai
berargumentasi dalam sebuah perdebatan hingga mereka menjadi pelatih retorika pada
saat itu untuk membuat sebuah kebenaran menjadi sebuah kebatilan dan sebaliknya,
hingga tidak mereka sadari mereka juga ikut masuk kedalam permainannya dan
terjebak dalam sebuah pengingkaran terhadap kebenaran dan realitas. Sikap mereka
tidak sesuai dengan apa yang mereka sandang dan mereka akui, mereka mengaku
sebagai sekelompok orang yang bijaksana.
Lalu jika kita merujuk ke buku yang ditulis oleh Franz Magnis Suseno di sana di
jelaskan bahwa filsafat itu adalah sebuah ilmu kritis dan memberikan pengertian yang
diambil dari tujuan filsafat menjadi beberapa pengertian sebagai berikut :
Namun sayang bidang ilmu-ilmu itu hanya terbatas pada wilayah cakupannya masing-
masing, mereka membuat dan memiliki metode-metode khusus, mereka membatasi diri
pada tujuan dan bidang tertentu untuk meneliti bidang masing-masing secara optimal.
Dan oleh karena itulah mereka tidak memiliki sarana teoritis untuk ikut campur ataupun
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diluar perspektif pendekatan khusus masing-
masing.
Ilmu pengetahuan yang berkembang saat ini memang telah mampu menenggelamkan
manusia kedalam dunia, hingga manusia mampu mengetahui apa saja yang terdapat
dalam dunia ini. Namun sayang semua itu tidak mengantarkan manusia pada sebuah
jawaban atas pertanyaan mendasar hidup manusia, pertanyaan-pertanyaan yang
selama ini telah menjadi pertanyan abadi yang dengan sendirinya telah ada dalam diri
manusia, seperti : Apakah makna hidup ini? Apakah tujuan hidup ini? Bagaimana saya
harus menjalani hidup agar saya menjadi seorang manusia yang baik ?. tidak ada
disiplin ilmu yang mampu menjawab dan rela meneliti tentang beberapa pertanyaan-
pertanyaan diatas, hanya sikap kritis yang muncul dari Socrates lah yang mampu
menjawab pertanyaan seperti itu.
Jadi kami kira pengertian filsafat sebagai ilmu kritis lah yang saat ini cocok untuk
kita pakai hingga nanti akan sesuai dengan pembahasan selanjutnya, dan pengertian
ini setidaknya tidak jauh melenceng dari apa yang telah dilakukan Socrates selama ini
sebagai seorang yang rela meminum racun karena sikap kritisnya, hanya untuk
memberikan jalan untuk manusia agar manusia mampu menjawab dengan kesadaran
diri sendiri atas pertanyaan-pertanyaan mendasar hidup.
Namun tidak hanya disana ternyata sikap kritis filsafat, karena tak sedikit para filosof
juga yang menggunakan filsafat sebagai sebuah pisau analisa untuk mempertanyakan
dan mengkritisi idiologi-idiologi yang telah mapan, mengkritisi tatanan sosial ataupun
system kenegaraan, dan kepercayaan.
Sikap kritis filsafat mungkin telah membuat sebuah pemikiran selalu di pertanyakan
kembali, kritiikan menghampiri dari berbagai sisi, misalkan dari systememisasi
penelitian, relefansi sebuah pemikiran dengan kenyataan, objek pemikiran yang
terkadang dikeritisi dan dianggap tidak real. Sikap kritis itu memang telah membuka
segala kesalahan yang mungkin terjadi namun terkadang semua itu dibiarkan begitu
saja tanpa mampu filsafat sendiri memberikan jawaban yang memadai atas kritikannya.
Seluruh bangunan pemikiran dibongkar dan di kritisi tanpa kita mampu lagi untuk
membangun kembali pemikiran yang telah runtuh itu hanya akan menyebabkan kesia-
siaan.
Filsafat harus bisa mengkritisi sebuah pemikiran secara radikal namun harus juga
memberikan jawaban yang rasional juga. Dan yang membedakan antara jawaban yang
sepontan dengan jawaban seorang filosof adalah seorang filosof dan filsafatnya harus
mampu mempertanggung jawabkan jawaban yang ia argumenkan dengan rasionalisasi
dan sistematisasi yang benar dan membuka diri atas kritikan yang akan muncul. Dan
oleh karena itulah terkadang jawaban atas pembahasan filsafat tidak pernah berujung
pada kebenaran yang mutlak, karena filsafat selalu membuka ruang yang luas untuk
kritikan.
B. Pengertian Ilmu
Ilmu yang dipakai dalam bahasa Indonesia adalah akar kata dari kata bahasa arab
‘alima. namun terkadang pengertian yang di berikan berbeda. Ilmu menurut logika
adalah hadirnya suatu gambaran kedalam akal atau benak kita, hingga nanti ilmu dibagi
menjadi beberapa bagian menurut pandangan ini. Namun jika kita melihat kondisi dan
perkembangan saat ini ilmu itu diartikan sinonim dengan kata science dalam bahasa
inggris yaitu rangkaian sistematis sebuah proposisi yang membutuhkan pada sebuah
eksperimen ilmiah dan memiliki nilai (aksiologi). dan juga ada yang mengartikan ilmu
dengan pengertian yang sinonim dengan kata knowledge dalam bahasa inggris.
Berkaitan dengan pembahasan filsafat ilmu, kami kira pengertian yang sinonim dengan
kata science lah yang tepat untuk di pakai, agar nanti sesuai dengan bahasan dalam
filsafat ilmu ini. dengan beberapa pengertian diatas fikir kami itu telah sedikit
memberikan sebuah gambaran untuk membedakan antara filsafat dan ilmu. Filsafat
menurut kami dalam bahasan ini lebih diartikan sebagai sebuah alat untuk menganalisa
atau mengkritisi sebuah sistematisasi ilmu lebih tepatnya sebagai pisau analisa. Dan
ilmu lebih kami berikan pengertian sesuai dengan yang telah dibahas diatas.
Berdasarkan dari beberapa penjelasan yang telah kami jelaskan diatas kita
sedikit lebih mengerti bahwa ilmu dalam disiplin filsafat ilmu itu berposisi sebagai objek
dari kerja filsafat. Filsafat ilmu adalah suatu telaah kritis terhadap suatu disiplin ilmu.
Filsafat ilmu adalah telaah lanjutan terhadap suatu bidang ilmu atau secondary
reflexion. dengan mengalihkan perhatian dari objek-objek kajian suatu disiplin ilmu
kepada sebuah kerja ilmiah suatu disiplin ilmu atau terhadap ilmu tersebut. Hingga
menjadi jelaslah keterkaitan antara objek-objek kajian dengan metode-metode, antara
masalah-masalah yang akan dipecahkan dengan tujuan kerja ilmiah, lalu jelas juga
antara pendekatan secara ilmiah dan pengolahan bahan-bahan secara ilmiah.
Dalam filsafat ilmu ini kita mencoba menerapkan kefilsafatan dalam kegiatan
ilmiah, para penyelenggara kegiatan keilmuan setidaknya bisa mengetahui lebih jelas
lagi apakah anggapan dia terhadap sebuah kebenaran kegiatan keilmuan itu memang
benar sesuai dengan kebenaran setelah diterpkan kefilsafatan dalam ilmu itu. Lalu
perbedaan yang dapat kita lihat dari filsafat ilmu dengan sejarah ilmu, fisikologi ilmu,
dan sosiologi ilmu yaitu terletak pada objek yang hendak dipecahkan serta metode
yang digunakan. Filsafat ilmu tidak berhenti pada pertanyaan bagaimana
perkembangan ilmu pada saat ini atau dan bagaimana cara penyelenggaraannya,
namun filsafat ilmu mempertenyakan masalah metodologik yaitu azas-azas apakah
yang mampu menyebabkan ilmu telah memperoleh pengetahuan ilmiah.
Untuk menjawab pertanyaan itu tidak mungkin dilakukan oleh bidang ilmu
tersebut namun membutuhkan kefilsafatan yang kritis dan jujur. Namun sebaliknya
sang filoso ilmu harus menguasai filsafat sekaligus ilmu itu sendiri. Titik tolak yang
digunakan bukan hasil dari refleksi sedehana terhadap skematik ilmu namun harus
benar-benar bertitik tolak atas penyelenggaraan ilmu itu sendiri. Pertalian antara filsafat
dan ilmu harus benar-benar menjelma pada sang filosof ilmu.
Dalam filsafat ilmu akan dibahas masalah persoalan epistemologi yang berkaitan
dengan penyelenggaraan sebuah kegiatan ilmiah dan keabsahan simbol-simbol yang di
pakai dalam suatu pembahasan keilmuan baik ilmu empirik, ilmu rasional, dan juga
bidang ilmu etika dan estetika, kesejarahan, lalu dalam filsafat ilmu juga akan di bahas
mengenai nilai konsekuensi pragmatik suatu ilmu terhadap realitas, mengkritisi masalah
keempirisan suatu bidan ilmu empiris maupun kerasionalan.
Filsafat pengetahuan atau epistemologi ini terlihat samar sama dengan filsafat ilmu.
Jika kita tidak memperhatikan terlebih dahulu terhadap pengertian atas dua kata antara
ilmu dan pengetahuan. Pengertian ilmu mungkin telah di jelaskan diatas, namun beralih
pada pengertian pengetahuan susah rasanya untuk mendefinisikan filsafat karena
ketika kita bertanya tentang Apakah pengetahuan itu? Itu sendiri telah menunjukan
sebuah kegiatan pengetahuan, itu memperlihatkan upaya mengetahui. Maka dari itu
sebenarnya pengetahuan merupakan sebuah keba’dihian bagi manusia. Jika saja kita
mencoba untuk mendefinisikan pengetahuan maka kita akan berputar-putar pada kata
itu.
Filsafat pengetahuan atau epistemology ini adalah salah satu bagian yang terdapat
dalam filsafat selain ontology dan aksiologi. Namun sebenarnya epistemology sendiri
muncul baru-baru saat ini, meskipun sebenarnya persoalanya muncul sudah sejak
lama. Karena pada zaman filosof-filosof seperti Mulla sadra ataupun Aristoteles
epistemologi masih merupakan bagian dari pembahasan ontologi.
Dalam epistemologi akan dibahas tentang beberapa hal, mengenai apa sebenarnya
pengetahuan itu lalu dengan apakah kita akan memiliki atau mendapatkan
pengetahuan, alat apa saja yang bisa kita gunakan untuk kita mendapatkan
pengetahuan, adakah sumber ataupun objek untuk kita mengetahui dan mendapatkan
pengetahuan.
Telaah kritis pada pengetahuan ini telah mengantarkan berbagai aliran filsafat pada
jalannya masing-masing dan pada idiologinya masing-masing.
3. Objek Kajian
Umumnya objek kajian ini dibagi menjadi dua objek, yaitu: objek material dan objek
formal. Yang akan dijelaskan sebagai berikut.
Sebagai sasaran penyelidikan oleh suatu ilmu adalah konsep dari pada filsafat ilmu
sebagai objek tersebut. Dengan langkah material ini menerangkan bahwa filsafat ilmu
adalah ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara
sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya secara umum.
Objek formal adalah suatu pandang dimana sang subjek menelaah objek materialnya.
Setiap ilmu pasti berbeda dalam objek formalnya. Objek formal filsafat ilmu adalah
esensi pengetahuan itu sendiri, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian kepada
problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu itu sesungguhnya?
Bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah? Apa fungsi ilmu pengetahuan itu bagi
manusia? Problem inilah yang dibicarakan dalam landasan pengembangan ilmu
pengetahuan, yakni landasan ontologis, epitemologis, dan aksiologis.[1]
1. Empiris
( Filsuf yang berpaham empiris menganggap setiap objek sebagai suatu golangan yang
nyata dari fenomena yang dapat diselidiki.)
2. Rasionalis
3. Transendental
4. Lingkup Kajian
1. Peter Angeles
Menurut filsuf ini, filsafat ilmu mempunyai empat bidang konsentrasi yang utama:
Telaah mengenai berbagai konsep, praanggapan, dan metode ilmu, berikut analisis,
perluasan, dan penyusunan untuk memperoleh pengetahuan yang lebih ajeg dan
cermat.
Telaah dan pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu berikut struktur
perlambangannya.
Telaah mengenai akibat-akibat pengetahuan ilmiah bagi hal-hal yang berkaitan dengan
penyerapan dan pemahaman manusia terhadap realitas, sumber dan keabsahan
realitas, entitas teoretis, sumber dan keabsahan pengetahuan, serta sifat dasar
kemanusiaan.
2. Cornelius Benjamin
Filsuf ini membagi pokok soal filsafat ilmu dalam tiga bidang berikut.
Telaah mengenai metode ilmu, lambang ilmiah, dan struktur logis dari sistem
perlambangan ilmiah. Telaah ini banyak menyangkut logika dan teori pengetahuan, dan
teori umum tentang tanda.
Penjelasan mengenai konsep dasar, pranggapan, dan pangkal pendirian ilmu, berikut
landasan-landasan empiris, rasional, atau pragmatis yang menjadi tepat tumpuannya.
Segi ini dalam banyak hal berkaitan dengan metafisika, karena mencakup telaah
terhadap berbagai keyakinan mengenai dunia kenyataan, keseragaman alam, dan
rasionalitas dari proses alamiah.
Aneka telaah mengenai saling kait diantara beragai ilmu dan implikasinya bagi suatu
teori alam semesta seperti misalnya idealism, materialism, monism, atau pluralism.
3. Marx Wartofsky
Menurut filsuf ini rentangan luas dari soal-soal interdisipliner dalam filsafat ilmu meliputi:
4. Ernest Nagel
Dan hasil penyelidikan filsuf ini menyimpulkan bahwa filsafat ilmu mencakup tiga bidang
luas:
Kesimpulan
Ilmu dan filsafat jelas membdakan diri masing-masing, baik yang disebut Ilmu Filsafat
atau pun Filsafat ilmu. Namun dari keduanya memiliki kaitan yang akrab.
Terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara Filsafat Ilmu dan Filsafat
Pengetahuan atau modern ini sering disebut sebagai Epitemologi yang selalu berkaitan
dengan bagaimana pembenaran itu menjadi benar-benar benar atau tidak disalah
artikan.
Dalam objek kajian filsafat ilmu kita akan menemukan dua bagian umum untuk
objeknya, yaitu: Objek Material dan Objek Formal. Objek Formal membuahkan
landasan ilmu pengetahuan, antara lain, landasan Ontologis, Epistemologis, dan
Aksiologi.
Epistemologi dalam bagian Objek Formal membagi dua metode, pertama, Metode
Siklus Empiris dan yang kedua, Metode Linier.
Lingkup Kajian yang digambarkan banyak oleh para filsuf diatas menggambarkan ilmu
tidak akan selesai dalam kajian walaupun hanya satu bidang yang dikaji, karena
pendapat adalah tinjauan penting dan yang akan membuka jalan awal bagi penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Suseno M, Franz, Filsafat sebagai Ilmu Kritis, (Yogyakarta: Penerbit Kansius, 2010).
OLEH:
15 14 079
BI. 6-2