Anda di halaman 1dari 8

MENGURANGI RASA PESIMIS PADA ANGGOTA ORGANISASI

Mata Kuliah: Teori dan Teknik Intervensi Individu

Rizka Yudha Abdi Utama 201710230311077


Gifariandi Kairupan 201710230311078

Dosen Pengampu: Uun Zulfiana, M.Psi, psikolog


Asisten : Salma Qatrunnada Alfaranandi

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam realitas kehidupan tidak semua orang memiliki kepribadian yang optimis.
Sangat banyak orang membentuk dirinya menjadi pribadi pesimis. Orang-orang pesimis
menularkan kekuatan pesimis kepada orang-orang di sekitarnya. Akibatnya, orang-orang
optimis yang belum terlalu kuat untuk bermental optimis, pada akhirnya menjadi
terpengaruh danikut-ikutan menjadi pesimis.

Pesimis adalah sebuah kekuatan yang dihasilkan dari ketidakpercayaan diri, untuk
melakukan sebuah perubahan atau tindakan yang menantang risiko. Orang-orang pesimis
lahir dari ketidakmampuan dirinya untuk menghadapi realitas lingkungan di sekitarnya,
dan mungkin pernah mencoba beberapa kali dengan sikap optimisme untuk perubahan,
tapi karena gagal, maka dia pikir hal itu tidak mungkin dapat dilakukan, sehingga secara
perlahan-lahan mentalnya mulai dihinggapi kekuatan pesimis. Dan, karena setiap hari dia
berpikir dan bertindak dalam sikap pesimis, lama-kelamaan sikap pesimis ini menjadikan
pribadinya kehilangan rasa berani untuk melakukan perubahan. Takut dan ragu selalu
menjadi sahabat terdekat dari orang-orang pesimis. Sifat pesimis membuat mereka kebal
terhadap perubahan, dan membuat mereka kehilangan kepercayaan diri untuk bertindak.
Orang-orang pesimis tetap berkarya dan bekerja dalam sikap pesimis, dan senang
mengeluh kadang menggerutu untuk realitas yang dihadapi, dalam seribu satu alasan,
serta tidak punya keberanian untuk menjadi pemberani yang optimis.

Orang-orang optimis di sekitar orang-orang pesimis berpotensi menjadi korban


dari kuatnya pengaruh pesimis. Ketika yang memimpin adalah kekuatan pesimis, maka
energi pesimis mulai tumbuh dan berkembang dalam kepribadian setiap orang yang
dipimpin. Panutan yang pesimis adalah pemadam energi optimis. Orang-orang pesimis
akan menghabiskan berjam-jam dari waktu produktifnya hanya untuk menegaskan
bahwa lingkungan atau organisasinya sudah tidak mungkin dirubah. Mereka hanya akan
mencari seribu satu pembenaran untuk mematikan energi optimisme yang muncul di
sekitarnya. Semua inspirasi dan motivasi selalu ditanggapi dengan perasaan sinis, sebab
kepercayaan diri mereka sudah hilang untuk menjadi optimis. Keberaniaan mereka telah
dikekang oleh dirinya sendiri, dan diperkuat oleh mentalnya yang menciptakan pola pikir
untuk bertahan dan berkembang bersama kekuatan pesimis.

Selama bertahun-tahun hidup dan berproses dalam kekuatan dan pengaruh


pesimis, maka tidaklah mungkin dapat diharapkan dari orang-orang pesimis ini untuk
bisa menghasilkan maha karya buat kehidupan. Karena, mereka sangat terlatih untuk
menemukan alasan dan pembenaran buat bertahan dengan realitas yang ada. Dan,
mereka juga akan melawan bila kekuatan optimis tumbuh untuk melakukan perubahan.
Saat kekuatan optimisme tumbuh dan berkuasa, maka kekuatan pesimis pasti kehilangan
pekerjaan atau juga mungkin kekuasaan yang selama ini dinikmati. Kekuatan pesimis
hanya dapat diatasi dengan kepemimpinan yang berani dan penuh optimisme.
Kepemimpinan yang optimisme ini harus dibentuk dari budaya organisasi yang optimis;
dibentuk dari tata kelola yang memotivasi dan membentuk disiplin untuk berpikir positif
dan optimis. Saat sistem, budaya, tata kelola, dan kepemimpinan memaksakan energi
optimisme di setiap sudut organisasi; maka semua pengaruh pesimis, secara perlahan-
lahan akan kehilangan kekuatan, dan mungkin juga orang-orang pesimis akan pergi
meninggalkan organisasi, karena keyakinannya bertolak belakang dengan yang optimis,
atau bisa juga orang-orang pesimis menjadi sadar, bahwa sikap optimisme adalah sesuatu
yang sangat indah, untuk mengembangkan diri mereka menjadi berani dalam perubahan.

Perlu diingat, pesimisme tidaklah mungkin dapat dihapus total dari realitas
organisasi. Pesimisme hanya dapat dilemahkan oleh kekuatan kepemimpinan yang
terkoordinasi secara solid dalam optimisme. Jadi, pesimisme harus dikendalikan dan
dilemahkan secara konsisten melalui disiplin dan motivasi dari orang-orang optimis.
Energi optimisme harus terus-menerus dinyalakan untuk menerangi pikiran dan emosi
setiap orang, agar semua orang yang berkomitmen untuk optimis dapat menjalani proses
kerja dengan penuh optimisme. Pesimisme adalah kekuatan yang selalu akan menantang
perubahan, karena dia sangat suka zona kenyamanan. Orang-orang pesimis selalu
berargumen, kalau sudah nyaman kenapa harus mencari tantangan baru, walau rasa
nyaman itu terbentuk dari realitas yang tidak diinginkan, tapi karena merasa terbiasa dan
sudah nyaman, ya nikmati saja.

Subjek memiliki rasa yang tidak percaya diri atau selalu pesimis dalam
mengerjakan sesuatu. Subjek selalu memamndang negatif hal yang akan terjadi, selalu
memandang buruk kepada dirinya sendiri suatu ketika mengerjakan sesuatu dan hasilnya
akan gagal. Ketika menjalankan perannya dalam orda, subjek selalu mengatakan bahwa
hasilnya akan buruk, dan iya tidak bisa melakukannya dengan baik. Subjek kebanyakan
memandang negatif dari pada hal postif ketika melakukan sesuatu. Subjek memandang
apa yang akan dikerjakan akan selalu gagal dan kecil kemungkinannya untuk berhasil.
Ketika menanyakan kepada teman subjek, ternyata subjek memiliki pengalaman yang
kurang menyenangkan ketika mendapatkan amanat menjalankan suatu kegiatan, subjek
gagal untuk mendatangkan anggota divisi dalam kegiatan tersebut sehingga untuk
melakukan sesuatu dia merasa terbayang bahwa dia tidak mampu dan akan selalu gagal
dalam menjalankan sesuatu.

B. BASELINE & ANALISA MASALAH


1. Baseline
a. Antecedent
Pesimis ialah sebuah kekuatan yang dihasilkan dari ketidakpercayaan diri,
untuk melakukan sebuah perubahan atau tindakan yang beresiko. Orang-orang
pesimis lahir ketika individu kurang mampu untuk menghadapi realitas
lingkungan di sekitarnya, dan mungkin pernah beberapa kali mencoba dengan
sikap optimisme untuk perubahan, tapi karena gagal, maka dia akan berpikiran hal
itu tidak mungkin dapat dilakukan, sehingga secara perlahan-lahan mentalnya
mulai dihinggapi kekuatan pesimis. Karena setiap hari dia berpikir dan bertindak
dalam sikap pesimis, lambat laun sikap pesimis ini menjadikan pribadinya
kehilangan rasa berani untuk melakukan perubahan. Takut dan ragu selalu
menjadi sahabat terdekat dari orang-orang pesimis. Sifat pesimis membuat mereka
kebal terhadap perubahan, dan membuat mereka kehilangan kepercayaan diri
untuk bertindak. Orang-orang pesimis tetap berkarya dan bekerja dalam sikap
pesimis, dan senang mengeluh kadang menggerutu untuk realitas yang dihadapi,
dalam seribu satu alasan, serta tidak punya keberanian untuk menjadi pemberani
yang optimis.

b. Behavior
Perilaku maldaftif yang terjadi pada subjek adalah rasa pesimis yang terus
menerus datang ketika mengerjakan sesuatu, dimana subjek merasa hal negatif
yang akan terjadi. Bahkan Ketika menjalankan perannya dalam orda, subjek selalu
mengatakan bahwa hasilnya akan buruk, dan iya tidak bisa melakukannya dengan
baik. Subjek kebanyakan memandang negatif dari pada hal postif ketika
melakukan sesuatu. Subjek memandang apa yang akan dikerjakan akan selalu
gagal dan kecil kemungkinannya untuk berhasil.

c. Consequence

Konsekuensi dari perilaku maldaftif ialah Orang-orang pesimis yang akan


menghabiskan berjam-jam dari waktu produktifnya hanya untuk menegaskan
bahwa lingkungan atau organisasinya sudah tidak mungkin dirubah. Mereka
hanya akan mencari seribu satu pembenaran untuk mematikan energi optimisme
yang muncul di sekitarnya. Semua inspirasi dan motivasi selalu ditanggapi
dengan perasaan sinis, sebab kepercayaan diri mereka sudah hilang untuk
menjadi optimis. Keberaniaan mereka telah dikekang oleh dirinya sendiri, dan
diperkuat oleh mentalnya yang menciptakan pola pikir untuk bertahan dan
berkembang bersama kekuatan pesimis.

hidup dan berproses dalam kekuatan dan pengaruh pesimis, maka tidaklah
mungkin dapat diharapkan dari orang-orang pesimis ini untuk bisa menghasilkan
maha karya buat kehidupan. Karena, mereka sangat terlatih untuk menemukan
alasan dan pembenaran buat bertahan dengan realitas yang ada. Dan, mereka juga
akan melawan bila kekuatan optimis tumbuh untuk melakukan perubahan. Saat
kekuatan optimisme tumbuh dan berkuasa, maka kekuatan pesimis pasti
kehilangan pekerjaan atau juga mungkin kekuasaan yang selama ini dinikmati.
2. Analisa Masalah

C. RANCANGAN PROGRAM

1. Definsi Operasional
Pesimis merupakan keadaan pikiran yang cenderung mengharapkan hasil yang
tidak menyenangkan atau keyakinan bahwa keburukan dan kesulitan dalam dunia
ini lebih dominan dari pada kebaikan dan kemudahan (Seligman, 2005). Baxt
(2013) dalam complete counseling solution menyebutkan bahwa seseorang dengan
kepribadian yang pesimis seringkali tidak santai dan tidak muah diajak bergaul.
Mereka memiliki pandangan negatif tentang dunia sekitar mereka pada saat ini
maupun yang akan datang. Tidak pernah ada hal baik yang dirasaka, merasa orang
lain yang berbuat baik pada mereka tidak pernah tulus dan tidak ingin memiliki
mimpi atau tujuan karena merasa tidak akan tercapai. Orang yang pesimis
cenderung merasa tidak pernah memiliki tujuan yang berarti di dalam hidupnya dan
bahkan merasa tidak ada guna untuk mencoba. Ada beberapa orang yang kadang-
kadang merasa pesimis, namun ada juga orang-orang yang selalu konsisten merasa
pesimis pada diri mereka, hidupnya dan dunia di sekitarnya.

2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini untuk menghilangkan rasa pesimis atau
mengembalikan rasa percaya diri client
3. Sasaran
subjek pada modifikasi perilaku ini adalah perempuan yang berproses
disebuah organisasi bernama Daning Nurhaliza Kairupan (DNK). Subjek
merupakan salah satu anggota inti dari organisasi yang ada di Universitas
Brawijaya. Alasan konselor memilih subjek adalah karena subjek sudah sangat
sering merasakan pesimis dan perilaku itu sangat nampak, beberapa kali subjek
menceritakan kepada konselor tentang hal-hal yang dia alami yang membuat dia
merasa pesimis.

4. Pelaksana
Pelaksana merupakan dua orang mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang yanng sedang mengampu mata kuliah Intervensi Individu.

5. Tempat kegiatan
Pelaksanan intrevensi kali ini dilakukan di Jl Bendungan Sutami, Gang 6.
Landungsari

6. Waktu kegiatan
Minggu ke-
Kegiatan 1 2 3 4
Asessment +pretest
Merancang program
Implementasi program
Evaluasi + posttes

7. Media yang Digunakan


Pada intervensi kali ini konselor menggunakan media time schedule
dikarenakan konselor menggunakan teknik escape, subjek harus membuat time
schedule dan mengikuti time schedule tersebut.

8. Gambaran kegiatan (implementasi program)


Proses yang dilakukan untuk mencapai tujuan dalam praktikum ini terjadi
dari beberapa seni, diantaranya. Sesi pertama dilakukan pada hari Jum’at 19 April
2019 dari pukul 15.00 hingga pukul 17.45 kami membangun rapport yang
mendalam dengan subjek sehingga mempermudah praktikum ini. Kemudian kita
memberikan intervensi kepada subjek agar subjek menemukan jalan keluar.
Setelah itu pada hari Senin, 22 april 2019 yakni sesi kedua, kami membuat
kesepakatan dengan subjek untuk mengatur rencana-rencana kedepannya agar dia
akan lebih mampu dalam menghadapi salah satu hal. Kemudia pada hari Selasa, 23
April 2019 kami melakukan controlling tetapi tidak mengamati subjek secara
langsung karena kami tidak dapat mengontrol satu hari full, namun kami
mengontrol melalui online dengan menanyakan langsung ke subjek dengan cara
menelpon namun pada hari pertama controlling ini subjek masih belum terbiasa
beberapa kali subjek belum bisa mengikuti time schedule yang dibuat. Kemudia
hari kedua controlling yakni hari Rabu, 24 April 2019 subjek sudah mulai terbiasa
dengan time scedule yang telah dibuat ini diketahui dari controlling yang dilakukan
oleh konselor melalui online atau ditelfon. Dan pada hari terakhir controlling yani
pada Kami, 25 April 2019 subjek sudah mampu menyesuaikan diri dengan time
schedule yang telah dibuat ini diketahui dari controling yang dilakukan melalui
media online.

9. Rundown Acara
Minggu ke- Hari/Tanggal Kegiatan keterangan
Pembangunan raport dan
1 Jum’at 19 April 2019
Intervensi
2 Senin 22 April 2019 pembuatan time Schedulu
3 Selasa 23 April 2019 Controlling
4 Rabu 24 April 2019 Controlling
5 Kamis 25 April 2019 Controlling

D. PEMBAHASAN

Subjek memiliki perilaku maldaptif yaitu rasa pesimis yang selalu muncul ketika di
hadapkan dengan seuatu hal baru atau hal telah direncanakan. Subjek sudah melakukan
beberapa cara seperti mengurangi rencana-rencananya tapi rencana-rencana yang tersisah
masih belum maksimal. Subjek juga beberapakali merasa prustasi dengan dirinya karena
sudah terlalu banyak rencananya yang tidak terjalankan dengan maksimal atau sangta
kurang. Ketika sudah membuat rencana subjek akan terus mencoba mengingat-ngingat
rencana yang telah dibuat tersebut dan mempersiapkan dari jauh-jauh waktu agar dapat
maksimal. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari, Widiani dan
Trishinta (2019) dimana hasilnya menyatakan bahwa individu yang memiliki pola pikir
yang pesimis dapat meningkatkan resiko depresi.

E. PENUTUP
 Kesimpulan

Subjek memiliki perilaku maldaptif yaitu rasa pesimis yang selalu muncul
ketika di hadapkan dengan seuatu hal baru atau hal telah direncanakan. Kemudia
konselor menggunakan teknik escape dalam bentuk pemberian intervensi dan
membuat time scedule dan teknik ini berhasil dalam memodifiksai perilaku
maldaptif pada subjek yakni membuat subjek lebih bisa dalam hal mengatur
waktu sehingga mengakibatkan subjek lebih bisa menghadapi hal yang
sebelumnya membuat dia pesimis.
 Saran
Saran ini di tunjukan kepada anak-anak organisasi agar lebih dapat membuat
time schedule yang baik agar mengurangi pesimis yang muncul sebelum
melakukan sesuatu hal.

F. Daftar Pustaka

Baxt, J 2013. Pessimism and Depression dalam


http;//www.completeconselingsolution.com/artichle/100/Pessimism-and-
depresion diakses pada tangga 19 juni 2019
Seligman, M. 2005. Authenting Happiness: Menciptakan Kebahgiaan dengan Psikologi
Positif. Bandung: PT. Mizan Pustaka.
Sari, D. L; Widiani, E., & Trishinta, S. M. 2019. Hubungan pola pikir pesimis dengan
resiko depresi pada remaja. Nursing News. Volume 4, Nomor 1, Hal 88-99.

Anda mungkin juga menyukai