Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM SEDIAAN LIQUID SEMISOLID

PERCOBAAN I

PEMBUATAN SEDIAAN POTIO

DAN EVALUASI POTIO


Dosen Pengampu : sulistiorini indriyati,S.Si.,M.Farm.,Apt.

NAMA: DEWI KARTIKA


NIM: 12118009

PRODI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH CIREBON
2019
I. TUJUAN PRAKTIKUM
- Mahasiswa dapat membuat sediaan potio
- Mahasiswa dapat melakukan evaluasi potio
- Untuk mengetahui sifat dan kandungan potio
- Untuk mengetahiu macam-macam potio
- Untuk mengetahui sediaan obat liquid dalam bentuk potio
II. DASAR TEORI
Potio adalah sediaan berupa cairan yang dimaksudkan untuk diminum, diramu
dan diracik sedemikian rupa hingga dimungkinkan untuk bahan dalam volume dosis
tunggal dalam jumlah yang banyak umumnya 50 ml (Voight, 1984).
Potiones atau obat minum adalah larutan yang dimasukkan untuk pemakaian
dalam. Selain berbentuk larutan potio dapat juga berbentuk emulsi atau suspensi
misalnya potio alba contra tussim (Obat Batuk Putih/OBP) dan Potio nigra contra
tussim ( Obat Batuk Hitam/OBH) (Syamsuni, 2006).
Larutan adalah sediaan cair yang dibuat dengan melarutkan satu atau lebih zat
kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air atau dalam pelarut, dimaksudkan
kedalam rongga tubuh (Formulasi Nasional)
Penggolongan Larutan
Larutan dapat dibagi menjadi 3 golongan yang luas yaitu :
1. Larutan mikromolekul
Larutan mikromolekuler adalah larutan yang mengandung keseluruhan mikro
unit yang terdiri dari molekul ataupun ion seperti alkohol, sukrose, gliserin, ion
natrium dan klorida.
2. Larutan miseler
Larutan miseler adalah larutan dimana solute (zat terlarut) terdiri dari agregat
(misel) dari solute molekul ion.
3. Larutan makromolekuler
Larutan makromolekuler adalah suatu sistem dimana solutenya merupakan
dispersi molekuler seperti pada larutan mikromolekuler

Komposisi Larutan
1. Bahan aktif / solute / zat terlarut. Contoh: kamfer, iodin, mentol
2. Solute / zat pelarut
Contoh:
 Air untuk melarutkan garam-garam
 Spiritus untuk melarutkan kamfer, iodin, mentol
 Eter untuk melarutkan tannin, zat samak, boraks, fenol
 Minyak untuk melarutkan kamfer
 Paraffin liquidum untuk melarutkan cera dan cetasium
 Kloroform untuk melarutkan minyak-minyak lemak
3. Bahan tambahan
 Corrigen odoris : untuk memperbaiki bau obat
Contoh : oleum cinnamommi, oleum rosanum, oleum ciitri, oleum
menthol pip.
 Corrigen saporis : untuk memperbaiki rasa obat
Contoh : saccharosa/sirupus simpex, sirup aurantiorum, tingture
cinnamommi, dll.
 Corrigen coloris : untuk memperbaiki warna obat
Contoh : karminum (merah), karamel (coklat), tinture croci (kuning)
 Corrigen solubilis : untuk memperbaiki kelarutan dari obat utama
Contoh : iodium dapat mudah larut dalam larutan pekat
 Pengawet : untuk mengawetkan obat
Contoh : asam benzoat, natrium benzoat, nipagin, nipasol
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan :
1. Sifat dari solute atau solvent
Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar, demikian
sebaliknya
2. Cosolvensi
Peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan
pelarut lain atau modifikasi pelarut
Contoh: luminal tidak larut air, namun larut dalam solutio petit
3. Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, zat yang sukar larut
memerlukan banyak pelarut
4. Temperatur
Zat padat umumnya bertambah larut jika suhunya dinaikian
5. Salting out
Peristiwa zat terlarut yang mempunyai kelarutan lebih besar dibanding
zat utama
Contoh : kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila air tersebut
ditambahkan NaCl jenuh
6. Salting in
Adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama
dalam solvent menjadi berat
Contoh : riboflavinum tidak larut dalam air, tapi larut dalam larutan yang
mengandung nicotinamidum
7. Pembentukan kompleks
Peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan zat yang
larut dengan membentuk garam kompleks.
Contoh : iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh
Macam-macam sediaan larutan obat
Bentuk sediaan larutan berdasarkan cara permberiannya dibedakan atas:
A. Larutan oral
Sediaan cair untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau
tanpa bahan pengaroma, pemanis, atau pewarna yang larut dalam air atau
campuran kosolven-air
1. Potiones (larutan)
Solutio yang dimaksudkan untuk pemakaian dalam (per oral).
2. Elixir
Sediaan larutan yang mengandung bahan obat dan bahan tambahan
(pemanis, pengawet, pewarna, pewangi) sehingga memiliki bau dan rasa
yang sedap dan sebagai pelarut digunakan campuran air-etanol
3. Sirup
Sediaan pekat campuan air dan gula atau pengganti gula, dengan atau tanpa
zat pewangi dan zat obat
Sirup ada 3 macam, yaitu :
a. Sirup obat
Sediaan larutan gula yang mengandung satu atau lebih obat dengan atau
tanpa zat tambahan, digunakan untuk pengobatan
b. Sirup pewangi
Sirup yang tidak mengandung obat, hanya mengandung zat pewangi atau
zat penyedap
c. Sirup simplex
Mengandung 65% gula dalam larutan nipagin 0,25%b/v
4. Netralisasi, saturasi dan potio effervescent
a. Netralisasi adalah obat minum yang dibuat dengan mencampurkan
bagian asam dan basa sampai reaksi selesai dan larutan bersifat netral
b. saturasi adalah obat yang dibuat dengan mereaksikan asam basa tetapi
gas yang terjadi ditahan dalam wadah sehingga larutan jenuh dengan gas
c. potio effervescent adalah saturatio yang CO2 nya lewat jenuh
5. Guttae (drop)
Sediaan caiar berupa larutan, emulsi atau suspensi, apabila tidak dinyatakan
lain dimaksudkan untuk obat dalam. Cara penggunaann sediaan ini adalah
dengan meneteskan mengguankan pipet tetes

B. Larutan topikal
Larutan yang biasanya mengandung air tetapi seringkali juga pelarut lain,
misalnyaa etanol untuk penggunaan topikal pada kulit dan topika pada mulut
Sediaan-sediaan yang teramsuk larutan topikal
1. Collutorium
Larutan pekat dalam air mengandung deadoran, antiseptik, lokal anstetik,
adstringensia digunakan untuk obat cuci mulut
2. Collunarium
Larutan yang digunakan sebagai obat cuci hidung berupa larutan dalam air
yang ditunjukan untuk membersihkan hidung, hendaknya memperhatikan ph
dan isotonisnya
3. Gargarisma (gargle)
Obat kumur mulut adalah sediaan berupa larutan umumnya dalam kedaan
pekat yang harus diencerkan dahulu sebelum digunakan. Digunakan untuk
pencegahan atau pengobataan infeksi tenggorokan
4. Litus oris (oles bibir)
Cairan agak kental dan pemakaiannya secara disapukan dalam mulut
Contoh : larutan 10% borax dalam gliserin
5. Guttae oris (tetes mulut)
Obat tetes yang digunakan untuk mulut dengan cara mengencerkan lebih
dahulu dengan air untuk dikumur-kumur, tidak untuk ditelan
6. Guttae nasales (tetes hidung)
Obat yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat kedalam
rongga hidung, dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar dan pengawet
7. Guttae auriculares (tetes telinga)
Obat tetes yang digunakan dengancara meneteskan obat dalam telinga
8. Inhalationes
Sediaan yang dimaksudkan untuk sedot hidung atau mulut, atau
disemprotkan dalam bentuk kabut kedalam saluran pernafasan.
9. Lavement/clysma/enema.
Cairan yang pemakiannya per rectum/colon yang digunakan untuk
membersihkan atau menghasilkan efek terapi setempat atau sistemik.
10. Douche
Larutan dalam air yang dimaksudkan dengan suatu alat kedalam vagina, baik
untuk pengobatan maupun membersihkan.
11. Ephitema/obat kompres
Cairan yang dipakai untuk mendatangkan rasa dingin pada tempat yang sakit
dan panas karena radang atau beradasrkan sifat perbedaan tekanan osmose
digunakan untuk mengeringkan luka bernanah. Contoh : solutio rivanol,
liquor burowi dll
Syarat-syarat sediaan larutan
1. Zat terlarut harus larut sempurna dalam pelarutnya
2. Zat harus stabil, baik pada suhu kamar dan pada penyimpanan
3. Jernih
4. Tidak ada endapan
Evaluasi mutu fisik sediaan larutan
 Tes organoleptis  warna, bau, rasa, bentuk
Cara pengujian:
1. Sediaan dituang pada wadah
2. Diamati bentuk dan warna secara visual
3. Diamati bau dengan indera pencium
 Cara homogenitas mengetahui tingkat tercampurnya sediaan
Cara pengujian
1. Sediaan dikocok
2. Sample diteteskan pada kaca objek, ditutup dengan cover glass
3. Diamati tingkat kehomogenaan
 Uji intensitas warna
Cara pengujian:
Dilakukan pengamataan pada waktu larutan mulai minggu 0-4.
Warna yang terjadi selama penyimpanan dibandingkan dengan warna pada
minggu 0. Uji ini bertujuan untuk mengetahui perubahan warna sediaan cair
yang disimpan selama waktu tertentu
 PH
Alat
1. Indikator PH universal
2. pH meter
 Bobot jenis
Alat :
1. Piknometer
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛−𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
BJ = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

2. Hidrometer
 Uji viskositas
Viskositas adalah sifat yang menunjukan besar dan kecilnya tahanan dalam
fluida terhadap gesekan.
Fluida yang mempunyai viskositas rendah, misalnya air mempunyai tahanan
dalam terhadap gesekan yang lebih kecil dibandingkan dengan fluida yang
mempunyai viskositas yang lebih besar
Alat : viskometer ostwald, viskometer hoppler, viskomete cup and bo,
viskometer cone and plate (brookefield)
Cara pengujian:
1. Diisi tabung ostwald dengan sample
2. Dengan bantuan tekanna/penghisapan, atur minikus cairan dalam tabung
kapiler hingga garis graduasi teratas
3. Dibuka kedua tabung pengisi dan tabung kapiler agar cairan dapat mengalir
bebas kedalam wadah melawan tekanan atmosfir
4. Dicatat waktu dalam detik yang diperlukan cairan untuk mengalir dari batas
atas hingga bawah dalam tabung kapiler

III. MATERI PRAKTIKUM


A. RESEP
Dr.Hadi S
SIP : 123/DU-DI/VII/2010
Jln.Burangrang No.41A
No.01 Cirebon, 1 September 2019

R/ OBH 120 ml
Adde
Codein HCL 0,050
m.f.potio
S.3 dd C. 1 PC

Pro : Sandra ( 12 tahun)


Alamat: JL.Tangkuban Perahu d 19
Keterangan :
No Singkatan Bahasa latin Arti
1. 1. R/ Recipe Raciklah
2. 2. m.f potio Misce fac potio Campur dan buatlah
potio
3. 3. S 3 dd c 1 PC Signa 3 de die Tandai 3x sehari 1
cochlear 1 post sendok makan
choenam (sesudah makan)

4. 4. Adde Adde Tambahkan

B. SKRINING RESEP DAN SOLUSI


Skrining Administrasi
Bagian Tidak
Kelengkapan Ada Keterangan
Resep ada
Inscriptio Nama Dokter √ Dr. Hadi S
SIP √ SIP : 123/DU-DI/VII/2010
Alamat Dokter √ Jln.Burangrang No.41A K
No Telp/HP Dokter √ R/
Tempat dan Tanggal √
Penulisan Resep √

Prescriptio Nama dan Jumlah √ R/ OBH 150


Obat Adde
Cosein hcl 0,05
m.f potio

Bentuk Sediaan √

potio
Nama Pasien √ Sandra
Umur Pasien √ 12 tahun
Alamat Pasien √ JL.Tangkuban Perahu d 19

No Telp/HP Pasien √ S 3 dd c 1 PC
Aturan Pakai √
Subcriptio Paraf/Tanda Tangan √
Dokter

Skrining Farmasetika
Bentuk Sediaan pada Resep yaitu Potio OBH Sebanyak 120 ml , Codein HCL
0,050 g. Obat tersebut dibuat dalam bentuk potio . Hal ini dilakukan untuk
memudahkan Pasien dalam meminum Obat sesuai dengan umur dan penyakit yang
diderita pasien tersebut.
Dosis Codeini hydrochloridum tidak melebihi dosis maksimal, karena dalam
resep ini ada golongan obat narkotika maka didalam resep harus diberi tanda yaitu
digaris bawahi menggunakan spidol merah ataupun menggunakan bulpoin merah.
Uraian Bahan
1. OBH ( Formularium Nasional Edisi II halaman 251)
Komposisi :
Tiap 300 ml mengandung :
Glycirrhizae Succus 10 gram
Amonii Choridum 6 gram
Ammonii Anisi Spiritus 6 gram
Aqua Destilata hingga 300 ml
Penyimpanan : Dalam Wadah Tertutup
Dosis : 4 sampai 5 kali sehari 1 sendok makan
2. Codein HCL ( FI edisi III halaman 172 )
Nama Resmi : Codeini Hydrochloridum
Nama Lain : Kodeina Hidroksida
Pemerian : Sebruk Hablur Putih Atau Hablur jarum
tidak berwarna
Kelarutan : Larut dalam 20 Bagian air dan dalam
lebih kurang 90 bagian etanol
Penyimpanan : Dalam Wadah tertutup Baik, Terlindung
dari cahaya Kegunaan : Antitusivum
Dosis maksimum : Sekali 60 mg. Sehari 300 mg
Perhitungan Dosis
 Dosis Lazim : -
 Dosis Maksimum :
1. Ammonii chloridum (FI III HALAMAN 960)
Satu Kali : -
Satu Hari : 10g
Rumus Dilling :
𝑈𝑚𝑢𝑟 𝑃𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑥 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
20
Untuk pasien berumur 12thn
12
DM 1h : 20 𝑥10𝑔 = 6 𝑔 = 6000 mg

15𝑚𝑙
1x minum : 120𝑚𝑙 𝑥2400𝑚𝑔 = 300𝑚𝑔
300 𝑚𝑔
%DM 1h : 6000 𝑚𝑔 𝑥100% = 15%

2. Codeini hydrochloridum ( FI III HALAMAN 964 )


Satu Kali : 60mg
Satu Hari : 300mg
Rumus Dilling :
𝑈𝑚𝑢𝑟 𝑃𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑥 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
20
Untuk pasien berumur 12thn
12
DM 1x : 20 𝑥60𝑚𝑔 = 36𝑚𝑔
12
DM 1h : 20 𝑥300𝑚𝑔 = 180𝑚𝑔
15𝑚𝑙
1x minum : 120𝑚𝑙 𝑥50𝑚𝑔 = 6,25𝑚𝑔
6,25𝑚𝑔
%DM 1x : 𝑥100% = 17,36%
36𝑚𝑔
3 𝑥 6,25𝑚𝑔
%DM 1h : 𝑥100% = 10,41%
180𝑚𝑔

Perhitungan penimbangan obat


120 𝑚𝑙
1. Glycirrhizae succus : 300 𝑚𝑙 𝑥 10 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 4 = 4000 mg
120 𝑚𝑙
2. Ammonia chloridum : 300 𝑚𝑙 𝑥 6 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 2,4 = 2400𝑚𝑔
120 𝑚𝑙
3. Ammoniae anisi spiritus : 300 𝑚𝑙 𝑥 6 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 2,4 = 2400𝑚𝑔

4. Aquadestillata ad 120 ml
5. Codeine hydrochloridum : 50 mg

Penimbangan Bahan
1. Glyccrhizae Succus = 5 g
2. Ammonii Choridum = 3 g
3. Ammonii Spiritus =3g
4. Aquadest ad 110 ml
Cara Pembuatan Resep
1. Siapakan Alat dan Bahan
2. Setarakan Timbangan
3. Kalibrasi Botol 110 ml
4. Timbang Masing- masing Bahan sesuai penimbangan. Timbang
ammoniae anisi spiritus dengan menggunakan cawan porselen
5. Larutkan Glycirrhizae Succus dengan menggunakan air panas dalam
beker glass aduk sampai larut, lalu masukan Kedalam Botol. Dinginkan
6. Masukan Ammonii Chloridum Kedalam Beker Glass larutkan dengan
aquadest sampai larut, masukan Kedalam Botol
7. Masukkan Ammonii Anisi Spiritus Kedalam Botol. Kocok homogen
8. Masukan aquadest kedalam botol batas kalibrasi ad 120ml
9. Larutkan Codein hydohloridum dengan sirup OBH hingga larut. Masukan
Kedalam, Masukan Kedalam Botol
10. Kemas rapih
11. Beri Etiket putih, label NI dan label kocok dahulu
12. Lakukan uji evaluasi sediaan potio, antara lain :
 Uji organoleptis
Lakukan dengan mengamati bentuk, warna, rasa dan bau dari
sediaan
 Uji Ph
Lakukan dengan mengambil cuplikan dari sediaan potio Obh
untuk pengecekan Ph dengan menggunakan wadah yaitu pot.
Masukkan bagian elektroda dari Ph meter yang sudah dikalibrasi
kedalam sampel, tekan tombol read dan tunggu sampai Ph muncul
pada layar. Selain itu juga kita untuk pengecekan Ph
menggunakan indikator universal.
 Bobot jenis
Yang pertama kita menimbang piknometer kosong, piknometer
dengan aquadest penuh , dan piko dengan sediaan potio.
Kemudian catat masing masing bobot. Hitung jenis bobot jenis
sediaan
 Viskositas
Dengan menggunakan alat viscometer Ostwald. Dilakukan dengan
membadingkan viskositas larutan pembanding aquadest dan
viskositas sediaan
APOTEK STF MUHAMMADIYAH CIREBON
JL. CIDENG INDAH NO.3 CIREBON Telp.
(0231)230984
APA : Drs. H AFFAIR MASNUN,M.Si., Apt
SIPA : 3439/b
Tgl 21 September 2018
No. : 13
Untuk : Dinda
Aturan Pakai : 3 x sehari 1 sendok makan
Sebelum/Sesdah Makan
NI
Kocok Dahulu

IV. EVALUASI
Evaluasi potio nigra
A. Uji organoleptis
Uji organoleptis bertujuan untuk mengidentifikasi suatu sediaan, sehinga
hanya dengan indera penglihatan dan penciuman nama dari sediaan tersebut
dapat kita ketahui, yang diidentifikasi dalam uji organoleptis adalah:
- Bau : berbau khas glycirrhizae succus
- Warna : coklat gelap
- Rasa : -
- Bentuk : cair (larutan)
B. Uji PH
Pengujiaan PH dalam sediaan farmasi amat sangat penting, dikarenakan
ada beberapa sediaan farmasi yang PHnya tidak boleh melebihi atau bahkan
mengurangi ketentuan yang telah disepekati, salah satunya adalah sediaan
farmasi berupa potio. Potio adalah sediaan cair yang penggunannya melalui
oral, semua obat yang melalui oral pasti akan melewati sitem pencernaan
didalam sistem pencernaan PHnya itu asam, oleh karena itu potio yang
dibuat diharapkan bersifat basa, namun jika bersifat asam harus asam lemah
bukan asam kuat
Cara mengujinya Sediaan larutan diambil secukupnya, dimasukkan
dalam beaker glaas lalu ambil alat tes ph, tekan tombol on masukkan ke
dalam larutan dan ph menunjukkan 5,66 dan menggunakan indikator
universal Ph nya 5 , PH tersebut termasuk asam lemah jadi OBH tersebut
masi aman jika digunakan, namun jika pasien menderita penyakit magh
diharapkan makan terlebih dahulu sebelum mengkonsumsi OBH tersebut
C. Bobot jenis
Cara pengujian bobot jenis adalah Piknometer kosong ditimbang, lalu di isi
aquadest sampai leher piknometer, kemudian tutup dan lap tumpahannya
lalu di timbang lagi dan kosongkan piknometer dan isi dengan larutan
sampel dan timbang
Formula Replika Berat (gram) 𝜌 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 (𝑔
Rata
W1 W2 W3 /𝑚𝑙) -rata
1 1. 19,888 48,8211 49,5336
1
2. 19,888 48,8154 49,5314
6
3. 19,888 48,7852 49,5310
8
Perhitungan:
𝑊3−𝑊1
𝜌= 𝑥 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑐𝑎𝑖𝑟
𝑊2−𝑊1

Keterangan:
- W1 : Pikno kosong
- W2 : Bobot pikno dan aquadest
- W3 : Bobot pikno dan potio
a. Menghitung bobot air dengan suhu 27,8 oC ( FI IV : 1030)
T 𝜌 𝑎𝑖𝑟
25 996,02
27,8 .......
30 994,62
- Untuk T
27,8- 25 = 2,8
30-25 = 5

𝜌 = 996,02 - 994,62 = 1,4

2,8 ×
=
5 1,4
5x = 2.8 × 1,4
3,92
X= = 0,784
5

Maka 𝜌 𝑎𝑖𝑟 pada suhu 27,8oC adalah

996,02-0,784= 995,236 : 1000 = 0,995236 (𝜌𝑜 )

b. Replikasi formula (𝜌 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛)


49,5336−19,8881
1. 𝑥 0,995236 = 1,0197 g/ml
48,8211−19,8881
49,5314− 19,8886
2. 𝑥 0,995236 = 0,9857 g/ml
48,8154 − 19,8886
49,5310− 19,8888
3. 𝑥 0,995236 = 1,0209g/ml
48,7857 − 19,8888
1,0197+0,9857+1,0209
Rata-rata = = 1,01 g/ml
3

D. Viskositas
𝜂𝑜.𝑡.𝜌
Perhitungan : 𝜂: 𝑡𝑜 − 𝜌𝑜

Keterangan :
𝜂: viskositas cairan sampel
𝜂𝑜 : viskositas cairan pembanding
𝑡: waktu aliran cairan sampel
𝑡𝑜: waktu aliran cairan pembanding
𝜌 : massa jenis cairan sampel
𝜌𝑜 : massa jenis cairan pembanding
1. Interpolasi viskositas
Suhu T (oC) 27,8 oC
T 𝜌 𝑎𝑖𝑟
20 1,0019
27,8 .......
40 0,6530
- Untuk T

27,8-20 = 7,8

40-20 = 20

𝜌 = 1,0019 − 0,6530 = 0,3489

7,8 𝑦
=
20 0,3489

7,8 𝑥 0,3489
𝑦= =0,1360
20

𝜂(𝑦 ) = 1,0019 − 0,1360


= 0,8659 = 0,0008659
2. Viskositas cairan sampel
a. Replika 1
𝜂𝑜. 𝑡. 𝜌
𝜂:
𝑡𝑜 − 𝜌𝑜
8,94 𝑥 1,02
= 0,0008659 . 6,95 𝑥 0,995236

= 0,00114 cp
b. Replika 2
𝜂𝑜.𝑡.𝜌
𝑡𝑜 − 𝜌𝑜
8,76 𝑥 0,99
= 0,0008659 . 6,54 𝑥 0,995236

= 0,00115 cp
c. Replika 3
𝜂𝑜.𝑡.𝜌
𝑡𝑜 − 𝜌𝑜
8,85 𝑥 1,02
= 0,0008659 . 6,75 𝑥 0,995236

= 0,00135 cp
Rata – rata viskositas
= 0,00114 + 0,00115+ 0,00135
= 0,0012
V. PEMBAHASAN
Dalam percobaan kali ini dalam pembuatan potio kita bisa mengetahui bahwa
dalam pembuatan sediaan potio sedian harus bersifat basa karena lebih aman
untuk dikonsumsi namun data yang diihasilkan dalam pengecekan Ph
menggunakan PH meter data yang dihasilkan yaitu 5,66 hasil ini masih dianggap
aman karena masih rentang dalam asam lemah selanjutnya yaitu
VI. KESIMPULAN
Larutan adalah sediaan cair yang dibuat dengan melarutkan satu atau
lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air atau dalam
pelarut, dimaksudkan kedalam rongga tubuh (Formulasi Nasional). Bentuk
sediaan larutan dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Larutan oral (pemberian melalui oral/mulut)
1. Potiones (larutan)
2. Elixir
3. Sirup
4. Netralisasi, saturasi dan potio effervescent
5. Guttae (drop)
b. Larutan topikal (penggunaan topikal pada kulit dan topika pada mulut)
1. Collutorium
2. Collunarium
3. Gargarisma (gargle)
4. Litus oris (oles bibir)
5. Guttae oris (tetes mulut)
6. Guttae nasales (tetes hidung)
7. Guttae auriculares (tetes telinga)
8. Inhalationes
9. Lavement/clysma/enema.
10. Douche
11. Ephitema/obat kompres
Evaluasi potio mencakup beberapa pengujian, ysaitu
1. Uji organoleptis
2. Uji ph
3. Bobot jenis
4. viskositas
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI., 1978. Formularium Nasional Edisi II. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta
Depkes RI, 1979. Farmakope Indonesia Edisis III. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta
Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. Buku Kedokteran. EGC . Jakarta
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai