Undang Undangtentang Informasidan Transaksi Elektronik

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/324703851

Kajian mengenai Undang Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Article · April 2018

CITATIONS READS

0 16,989

1 author:

Adi Purnama
Bandung Institute of Technology
25 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Implementasi Teknik Iterative Improvement Heuristic for Flight Path Optimization dalam Penyelesaian TSP View project

Simulasi Event Diskrit View project

All content following this page was uploaded by Adi Purnama on 23 April 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Undang Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
Adi Purnama - 13514006

Undang undang adalah sebuah peraturan yang mengikat setiap orang selaku warga negara untuk
mengatur, menganjurkan, menyediakan dana , menghukum, memberikan, memdeklarasikan, atau
membatasi sesuatu hal. Undang undang dibuat untuk mengatur kehidupan bersama , sebagai alat
untuk mencegah kerusakan-kerusakan yang mungkin ditimbulkan oleh oknum pribadi / kelompok
dalam lingkungan masyarakat. Undang – undang ditetapkan atas persetujuan bersama antara DPR
dengan presiden.

Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (atau biasa disebut dengan UU ITE) adalah
undang undang yang mengatur mengenai teknologi informasi secara umum. Undang undang ini
penting untuk dipahami bagi siapapun yang terlibat dalam penggunaan teknologi informasi , baik
sebagai pengguna, maupun pengembang. Hal ini disebabkan karena beberapa tindakan-tindakan
yang berkaitan dengan teknologi informasi didefinisikan sebagai perbuatan yang dilarang , dalam
undang undang ini.

Pentingnya UU ITE

Beberapa pertimbangan pentingnya keberadaan undang-undang yang mengatur mengenai informasi


dan transaksi elektronik adalah sebagai berikut :

1. Sebuah respon atas perubahan di masyarakat


Pembangunan nasional adalah proses berkelanjutan yang tanggap terhadap berbagai
perubahan yang terjadi di masyarakat Indonesia. Salah satu perubahan yang terjadi akhir
akhir ini adalah globalisasi informasi. Globalisasi informasi telah menempatkan Indonesia
menjadi bagian masyarakat informasi dunia. Oleh karena itu, untuk mendukung
pembangunan nasional, perlu adanya respon yang tanggap terhadap perubahan yang terjadi
ini.

2. Pemanfaatan teknologi untuk kesejahteraan bangsa


Perlunya pengelolaan informasi dan transaksi elektronik ditingkat nasional. Harapannya,
pembangunan teknologi informasi dapat dilakukan secara optimal, merata, dan menyebar
ke seluruh lapisan masyarakat. Hal ini bertujuan untuk:
1. Sebagai sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
2. Dimanfaatkan untuk menjaga, memelihara, dan memperkukuh persatuan dan
kesatuan nasional.
3. Mendukung perdagangan dan pertumbuhan perekonomian nasional untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

3. Perbuatan hukum baru akibat teknologi


Perkembangan teknologi melahirkan bentuk-bentuk perbuatan hukum baru, yang belum
didefinisikan agar dapat ditangani lebih lanjut melalui jalur hukum. Oleh karena itu, perlu
pendefinisian perbuatan hukum yang berkaitan dengan pemanfaatan teknologi ini.

4. Mencegah penyalahgunaan
Pemerintah perlu mendukung pengembangan teknologi informasi melalui infrastruktur
hukum, sehingga teknologi informasi dapat dimanfaatkan tanpa disalahgunakan.
Infrastruktur hukum ini dibuat dengan memperhatikan nilai agama, sosial, dan budaya
masyarakat Indonesia.

5. Melaksanakan Undang Undang Dasar 1945


Undang undang dasar 1945 telah menyatakan bahwa informasi merupakan hak azazi yang
dilindungi oleh undang undang. Sebagaimana yang tercantum dalam pasal 28 F :

"Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk


mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya , serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan , mengolah, dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia."

Meskipun setiap warga negara memiiki hak dan kebebasan dalam menggunakan informasi
(seperti yang dijelaskan pada poin sebelumnya) , undang-undang dasar 1945 menyatakan
bahwa hak tersebut tetap harus dibatasi agar menghormati hak dan kebebasan orang lain
jua. Sebagaimana tercantum dalam pasal 28 J ayat 2.

“Dalam menjalankan hak dan kebebasannya , setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang undang dengan maksud semata mata untuk
menjamin serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain, untuk memenuhi
tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai nilai agama, keamanan, dan
ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.”

Pengelolaan informasi merupakan sesuatu yang penting bagi negara dan menguasai hajat
hidup orang banyak. Berdasarkan UUD 1945, hal ini perlu dikontrol oleh negara untuk
kemaslahatan orang banyak. Dalam pasal 33 ayat 2 UUD 1945, tertulis bahwa :

“Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara”

Cakupan Hukum UU ITE

Jangkauan undang undang ini tidak hanya di Indonesia, melainkan seluruh dunia. Siapa saja dan
dimana saja pihak tersebut,jika pihak tersebut melakukan sesuatu aktivitas (mengenai informasi dan
transaksi telektronik) yang memiliki akibat hukum di Indonesia atau merugikan kepentingan
Indonesia , pihak tersebut dapat terjerat UU ITE ini. Hal ini mengingat pemanfaatan teknologi yang
bersifat lintas teritorial / universal.

Beberapa definisi mengenai “merugikan kepentingan Indonesia” dijelaskan pada bagian penjelasan
UU ITE , yaitu :

1. Merugikan kepentingan ekonomi nasional


2. Perlindungan data strategis
3. Harkat dan martabat bangsa
4. Pertahanan dan keamanan negara
5. Kedaulatan negara, warga negara , badan hukum Indonesia

Asas Pemanfaatan Teknologi

Beberapa asas pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik adalah sebagai berikut :

1. Asas Kepastian Hukum


Landasan hukum bagi pemanfaatan teknologi mendapatkan pengakuan hukum di dalam dan
di luar pengadilan.
2. Asas Manfaat
Pemanfaatan teknologi informasi diupayakan untuk mendukung proses berinformasi,
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
3. Asas Kehati-hatian
Landasan bagi semua pihak, agar memperhatikan segenap aspek yang berpotensi
mendatangkan kerugian dalam pemanfaatan teknologi informasi.
4. Asas Iktikad Baik
Dalam menggunakan teknologi informasi, tidak bertujuan untuk secara sengaja
mengakibatkan kerugian bagi pihak lain, tanpa sepengetahuan pihak tersebut.
5. Asas netral teknologi
Yaitu kebebasan memilih teknologi. Pemanfaatannya tidak terfokus pada penggunaan
teknologi spesifik tertentu, sehingga dapat mengikuti perkembangan pada masa yang akan
datang.

Tujuan Pemanfaatan Teknologi

Sementara itu tujuan pemanfaatan teknologi , adalah sebagai berikut :

1. Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia.


2. Mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
3. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik
4. Membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap orang untuk memajukan pemikiran dan
kemampuan seoptimal mungkin.
5. Memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggara
teknologi informasi

Informasi , Dokumen, dan Sistem Elektronik

Sebelum memahami isi dari UU ITE, sebaiknya kita memahami beberapa pengertian dari istilah-
istilah yang ada di dalam undang undang ini, yaitu informasi elektronik, dokumen elektronik dan
sistem elektronik. Pengertian istilah ini tercantum dalam Bab 1 (Ketentuan Umum) pasal 1 UU No.11
tahun 2008.

Informasi elektronik adalah sekumpulan data elektronik yang telah diolah , memiliki arti, dan dapat
dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. Sistem elektronik adalah sserangkaian perangkat
dan prosedur elektronik untuk mempersiapkan, mengumpulkan , mengolah , menganalisis,
menyimpan, mengumumkan, mengirimkan, menyebarkan informasi elektronik. Sementara itu,
dokumen elektronik adalah informasi elektronik yang dibuat ,diteruskan , dikirimkan , diterima ,
disimpan dalam bentuk analog , digital , elektromagnetik , optikal ,dan sejenisnya yang dapat dilihat,
ditampilkan, didengar melalui sistem elektronik yang memiliki arti, dapat dipahami bagi orang yang
mampu memahaminya.

Jadi, kurang lebih, dokumen elektronik adalah berkas berkas elektronik seperti file gambar, file
dokumen, dll. Sementara itu, informasi elektronik adalah kandungan informasi dari dokumen
elektronik tersebut. Sistem elektronik adalah sistem untuk mengelola informasi elektronik tersebut,
seperti komputer, aplikasi , smartphone, dan sebagainya. Secara singkat, jika kamu mengakses file
gambar (yang berisi jadwal perkuliahan semester genap) dengan menggunakan smartphone. File
gambar tersebut adalah dokumen elektronik, informasi yang terkandung dalam file gambar tersebut
(jadwal perkuliahan) adalah informasi elektronik, dan smartphone yang kamu gunakan untuk
membuka file gambar tersebut adalah sistem elektronik.

Informasi Elektronik sebagai Alat Hukum Sah

Menurut undang undang ini, informasi elektronik dan hasil cetaknya merupakan bukti hukum yang
sah (dengan pengecualian untuk beberapa surat tertentu yang dinyatakan dalam undang undang,
surat tersebut harus dalam bentuk tertulis). Beberapa surat yang menjadi pengecualian , antara lain :

1. Surat berharga
2. Surat yang digunakan dalam proses penegakan hukum acara perdata, pidana,
administrasi negara.

Setiap orang dapat menyatakan hak, memperkuat hak yang sudah ada, atau menolak hak orang lain
berdasarkan informasi elektronik tersebut. Namun ia harus menjamin bahwa informasi elektronik itu
sah dan memenuhi syarat, yaitu dapat :

3. Diakses
4. Ditampilkan
5. Dijamin keutuhannya
6. Dapat dipertanggungjawabkan

sehingga dapat menerangkan suatu keadaan.

Perdagangan Online

Penggunaan teknologi informasi untuk mendukung kegiatan usaha juga diatur dalam undang undang
ini. Undang undang ini menerangkan bahwa pelaku usaha yang menawarkan produknya melalui
sistem elektronik (sebagai contoh : sistem eCommerce).

Selain itu , setiap pelaku usaha yang menyelenggarakan transaksi elektronik dapat disertifikasi oleh
lembaga sertifikasi keandalan. Lembaga ini berwenang untuk melakukan audit terhadap pelaku
usaha tersebut. Hasil audit ini adalah sertifikat keandalan transaksi elektronik. Sertifikat ini
memastikan bahwa pelaku usaha cukup dapat diandalkan / diyakini aman dalam hal pertukaran data
pada layanan transaksi elektronik tersebut.

Sistem Elektronik

Undang undang ini juga mengatur mengenai penyelanggara sistem elektronik. Penyelenggara sistem
elektronik adalah orang, penyelenggara negara, badan usaha, atau masyarakat yang menyediakan,
mengelola, dan mengoperasikan sistem elektronik, baik secara sendiri atau bersama sama kepada
pengguna sistem elektronik untuk keperluan dirinya atau pihak lain. Contoh penyelenggara sistem
elektronik adalah developer perangkat lunak, pengelola startup digital, divisi sistem informasi pada
suatu organisasi. Penyelenggara sistem elektronik harus memahami peraturan ini karena
pengelolaan informasi sudah masuk ke ranah hukum , sejak diberlakukannya undang undang ITE.

Setiap penyelenggara sistem elektronik harus menyelenggarakan sistem elektronik secara andal dan
aman serta bertanggung jawab terhadap beroperasinya sistem elektronik sebagaimana mestinya.
Andal berarti sistem elektronik memiliki kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan penggunanya.
Aman berarti sistem elektronik terlindungi secara fisik dan nonfisik. Beroperasi sebagaimana
mestinya berarti memiliki kemampuan sesuai dengan spesifikasinya. Sementara itu, bertanggung
jawab adalah ada subjek hukum yang bertanggungjawab secara hukum terhadap penyelenggaraan
sistem elektronik tersebut.

Penyelenggara sistem elektronik bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan sistem


elektroniknya, namun hal ini tidak berlaku jika keadaan memaksa, kesalahan / kelalaian pengguna.
Penyelenggara sistem elektronik wajib memenuhi persyaratan minimum sebagai berikut :

a. Dapat menampilkan kembali informasi elektronik secara utuh sesuai dengan masa retensi
yang ditetapkan dengan peraturan.
b. Dapat melindung ketersediaan, keutuhan, keotentikan, kerahasiaan, keteraksesan informasi
elektronik dalam penyelenggaraan sistem elektronik tersebut.
c. Dapat beroperasi sesuai dengan prosedur atau petunjuk dalam penyelenggaraan sistem
elektronik
d. Dilengkapi dengan prosedur atau petunjuk yang dapat dipahami pihak bersangkutan.
e. Memiliki mekanisme yang berkelanjutan untuk menjaga kebaruan, kejelasan , dan
kebertanggungjawabn petunjuk.
f. Penyelenggara sistem elektronik wajib menghapus informasi elektronik yang tidak relevan di
bawah kendalinya , atas permintaan orang yang bersangkutan berdasarkan penetapan
pengadulan.
g. Setiap penyelenggara sistem elektronik wajib menyediakan mekanisme penghapusan
informasi elektronik yang sudah tidak relevan.

Nama Domain & Karya Intelektual

Siapapun berhak memiliki nama domain berdasarkan prinsip pendaftar pertama (first come first
serve) . Pemilikan dan penggunaan nama domain harus didasarkan pada itikad baik, tidak melanggar
prinsip persaingan usaha secara sehat, tidak melanggar hak orang lain. Yang dimaksud dengan
“melanggar hak orang lain” adalah seperti pelanggaran terhadap merek terdaftar, nama badan
hukum terdaftar, nama orang terkenal, dan sejenisnya yang intinya merugikan orang lain.Siapapun
yang dirugikan karena penggunaan nama domain tanpa hak oleh orang lain, berhak mengajukan
gugatan pembatalan nama domain tersebut. Maksud dari penggunaan tanpa hak adalah
pendaftaran nama domain yang bertujuan untuk menghalangi atau menghambat orang lain untuk
menggunakan nama tertentu , menyesatkan konsumen, atau merusak reputasi orang yang sudah
ternama.

Pengelola nama domain adalah pemerintah dan masyarakat. Jika terjadi perselisihan pengelolaan
nama domain oleh masyarakat, pemerintah berhak mengambil alih sementara pengelolaan nama
domain yang diperselisihkan. Pengelola nama domain yang berada di luar negeri, dan domain-
domain yang mereka registrasikan diakui keberadaannya sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan. Informasi elektronik yang disusun menjadi karya intelektual, situs
internet dilindungi sebagai hak kekayaan intelektual.

Data Pribadi

Penggunaan setiap informasi melalui media elektronik yang menyangkut data pribadi seseorang
harus dilakukan atas persetujuan orang yang bersangkutan (kecuali ditentukan lain oleh peraturan
undang undang). Setiap orang yang dilanggar haknya (soal penggunaan data pribadi ini) dapat
mengajukan gugatan.

Larangan - larangan

UU ITE secara eksplisit menyebutkan perbuatan – perbuatan terlarang mengenai informasi dan
transaksi elektronik. Berikut adalah larangan – larangan tersebut :
1. Dilarang dengan sengaja membuat atau menyebarkan informasi yang bemuatan :
a. Asusila
b. Perjudian
c. Penghinaan
d. Pencemaran nama baik
e. Pemerasan
f. Pengancaman kekerasan, menakut-nakuti.
g. Berita bohong
h. Informasi menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen
i. Cyber bullying

2. Dilarang mengakses sistem elektronik milik orang lain.


3. Dilarang mengakses sistem elektronik milik orang lain, dengan tujuan untuk memperoleh
informasi.
4. Diarang mengakses sitem elektronik milik orang lain, dengan cara melanggar, menerobos,
melampaui, atau menjebol sistem keamanan.
5. Dilarang melakukan penyadapan atas informasi dalam komputer milik orang lain. Kecuali
dilakukan oleh pihak khusus dengan izin khusus (seperti untuk upaya penegakan hukum).
6. Dilarang melakukan penyadapan transmisi elektronik yang bersifat privat. Baik sifatnya :
a. Hanya melakukan penyadapan
b. Melakukan perubahan informasi
c. Melakukan penghilangan informasi
d. Melakukan penghentian informasi
Kecuali dilakukan oleh pihak khusus dengan izin khusus (seperti untuk upaya penegakan
hukum). Yang dimaksud dengan penyadapan adalah kegiatan untuk :
a. Mendengarkan
b. Merekam
c. Membelokkan
d. Mengubah
e. Menghambat
f. Mencatat
terhadap penghiriman informasi elektronik yang bersifat privat.
7. Dilarang
a. Mengubah
b. Menambah
c. Mengurangi
d. Menyebarkan
e. Merusak
f. Menghilangkan
g. Memindahkan
h. Menyembunyikan
informasi elektronik milik orang lain atau milik publik
8. Dilarang memindahkan atau mengirimkan informasi elektronik kepada sistem elektronik
orang lain yang tidak berhak.
9. Dilarang melakukan aktivitas untuk mengganggu sistem elektronik, yang mengakibatkan
sistem elektronik tidak bekerja sebagaimana mestinya.
10. Dilarang membuka informasi elektronik yang bersifat rahasia menjadi dapat diakses publik.
11. Dilarang dengan sengaja
a. Memproduksi
b. Menjual
c. Mengadakan
d. Mengimpor
e. Mendistribusikan
f. Menyediakan
g. Memiliki
perangkat keras atau perangkat lunak yang dirancang secara khusus untuk memfasilitasi
perbuatan – perbuatan yang dilarang pada poin – poin sebelumnya. Dengan pengecualian,
hal ini tidak dilarang jika perangkat ini digunakan untuk kegiatan penelitian, pengujian
sistem, atau upaya perlindungan sistem elektronik.
12. Dilarang
a. Memanipulasi
b. Menciptakan
c. Merubah
d. Menghilangkan
e. Merusak
informasi elektronik dengan tujuan agar informasi tersebut dianggap seolah-olah data yang
otentik.
13. Dilarang melakukan perubatan-perbuatan terlarang yang telah disebutkan pada poin-poin
diatas dari luar wilayah Indonesia terhadap sistem elektronik yang berada di wilayah
Indonesia

Setiap orang dapat mengajukan gugatan terhadap pihak yang menyelenggarakan sistem elektronik
atau pihak yang menggunakan teknologi informasi apabila pihak tersebut menimbulkan kerugian.

Peran Pemerintah dan Masyarakat

Pemerintah memfasilitasi pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik sesuai


ketentuang perundang-undangan. Pemerintah juga melindungi kepentingan umum dari segala jenis
gangguan akibat penyalahgunaan teknologi ini yang dapat mengganggu ketertiban umum.
Pemerintah wajib melakukan pencegahan penyebarluasan dan penggunaan informasi elektronik
yang memiliki muatan terlarang. Untuk melakukan kewajiban ini, pemerintah berwenang melakukan
pemutusan akses , dengan cara memerintahkan penyelenggara sistem elektronik untuk melakukan
pemutusan akses tersebut.

Sementara itu, masyarakat berperan meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi melalui


penggunaan yang sesuai dengan undang undang.
Kasus-Kasus UU ITE

1. Seorang mahasiswa universitas di Yogyakarta dilaporkan karena menghina masyarakat


Yogya melalui akun path. Dijerat pasal penghinaan dan pencemaran nama baik dalam UU
ITE.
2. Seorang pemilik akun twitter dinyatakan bersalah atas tindak pidana pencemaran nama baik
salah satu anggota DPR akibat tweet yang dibuatnya.
3. Seorang blogger yang mengulas dugaan penyelewengan dana pungutan pada suatu sekolah,
dijerat dengan pasal pencemaran nama baik dalam UU ITE oleh komite sekolah.
4. Seorang pasien rumah sakit, mengeluhkan pelayanan rumah sakitnya melalui surat
elektronik. Kemudian surat tersebut tersebar ke mailing list. Pihak rumah sakit menjerat
pasien dengan pencemaran nama baik dengan UU ITE.
5. Seorang dosen, yang menyebarkan video pidato Gubernur melalui media sosial, dijerat pasal
28 ayat (2) UU ITE. Yaitu , mengenai penyebaran informasi kebencian, permusuhan individu
berdasarkan SARA.
6. Gubernur Jakarta , dijerat pasal 28 ayat (2) UU ITE, mengenai penyebaran informasi
bermuatan SARA akibat tersebarnya video pidato yang mengandung penistaan agama.
7. Seorang guru SD terjerat UU ITE setelah menulis komentar di facebook dengan nada
penghinaan. Melanggar pasal 27 (3) (Penyebaran informasi bermuatan penghinaan)
8. Seorang PNS , mengkritik seorang Bupati dalam percakapan grup LINE, dijerat dengan pasal
27 ayat 3 , UU ITE. (Pencemaran nama baik)
9. Seorang wanita, menuliskan keluhat atas kejadian yang menimpa suaminya melalui status
facebook. Terjerat UU ITE, pencemaran nama baik
10. Seseorang melakukan penghinaan agama melalui video youtube , dan dijerat UU ITE,
informasi bermuatan SARA

Pendapat

UU ITE berperan baik dalam menjaga ketertiban umum dari potensi potensi buruk yang dapat
ditimbulkan oleh teknologi. Dengan adanya undang-undang ini, keadilan dapat lebih ditegakkan.
Namun demikian, beberapa kelemahan dari UU ITE , selama ini dijadikan sebagai alat untuk
membungkam kebebasan berpendapat. Pasal pencemaran nama baik sering digunakan untuk
menjerat seseorang. Selain itu, bukti dokumen elektronik memiliki potensi untuk dipalsukan.
Pemalsuan bukti dokumen elektronik merupakan kelemahan dari UU ITE, mengingat UU ITE
menganggap dokumen elektronik merupakan bukti hukum yang sah.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai