Anda di halaman 1dari 19

KATARAK

1. Definisi

Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies. Inggeris Cataract, dan Latin cataracta
yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti
tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada
lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa
atau akibat kedua-duanya (Sidarta Ilyas, 2000).

Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa
di dalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang terjadi pada semua
orang yang berusia lebih dari 65 tahun. Penyebab terjadinya kekeruhan lensa bisa
disebabkan oleh gangguan perkembangan dan metabolisme dasar lensa atau akibat
sekunder dari tindakan pembedahan lensa, penggunaan kortikosteroid jangka panjang, dan
penyakit lokal ataupun umum (Vaughan, 1999).

Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan gangguan penglihatan.
Category of Visual Implairment Level of Visual Aculty (Snellen).

Katarak adalah suatu opasifikasi dari lensa yang normalnya transparan seperti kristal,
jernih. Kondisi ini biasanya sebagai akibat dari penuaan namun dapat saja terjadi saat lahir.
Katarak juga dapat berkaitan dengan trauma tumpul atau penetrasi, penggunaan
kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik seperti diabetes mellitus,
hipoparatiroidisme, pemajanan terhadap radiasi, pemajanan terhadap cahaya yang terang
atau cahaya matahari yang lama (cahaya ultraviolet), atau kelainan mata lainnya (Brunner
& Suddarth, 2000).

Katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, yang
menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak terjadi karena faktor usia, namun juga
dapat terjadi pada anak-anak yang lahir dengan kondisi tersebut. Katarak juga dapat terjadi
setelah trauma, inflamasi atau penyakit lainnya.
2. Klasifikasi

Berdasarkan usia, katarak diklasifikasikan dalam :

 Katarak congenital, katarak yang sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun
 Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
 Katarak senilis, katarak yang terjadi setelah usia 50 tahun

Bila mata sehat dan tidak terdapat kelainan sistemik maka hal ini biasanya terdapat pada
hampir semua katarak senilis, katarak herediter dan kongnital.

1) Katarak kongenital :
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir
dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab
kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang
tepat.

Katarak kongenital digolongkan dalam katarak :

 Kapsulolentikuler dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsular dan katarak
polaris.
 Katarak lentikular termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai korteks dan
nukleus lensa saja.

Dalam kategori ini termsuk kekeruhan lensa yang timbul sebagai kejadian primer atau
berhubungan dengan penyakit ibu dan janin local atau umum.

Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat


prenatal infeksi ibu seperti rubella pada kehamilan trimester pertama dan pemakaian
obat selama kehamilan. Kadang-kadang pada ibu hamil terdapat riwayat kejang, tetani,
ikterus atau hepatosplenomegali. Bila katarak disertai dengan uji reduksi pada urin
yang positif, mungkin katarak terjadi akibat galaktosemia. Sering katarak kongenital
ditemukan pada bayi premature dan gangguan sistem saraf seperti retardasi mental.
Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada hubungan
katarak congenital dengan diabetes mellitus, kalsium dan fosfor. Hampir 50% dari
katarak kongenital adalah sporadic dan tidak diketahui penyebabnya.

Penanganan tergantung pada unilateral dan bilateral, adanya kelainan mata lain, dan
saat terjadi katarak. Katarak kongenital prognosisnya kurang memuaskan karena
tergantung pada bentuk katarak dan mungkin sekali pada mata tersebut telah terjadi
ambliopia. Bila tredpat nistagmus maka keadaan ini menunjukkan hal yang buruk pada
katarak kongenital.

Pada katarak kongnital dapat dikenal beberapa bentuk :

 Katarak piramidalis atau Polaris anterior


 Katarak piramidalis atau Polaris posterior
 Katarak zonularis atau lamalaris
 Katarak pungtata dan lain-lain.

Pada pupil mata bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat bercak putih atau
leukokoria. Pada setiap leukokoria diperlukan pemeriksaan yang lebih teliti untuk
menyingkirkan diagnosis banding lainnya. Pemeriksaan leukokoria dilakukan dengan
melebarkan pupil.

Pada katarak kongenital total penyulit yang dapat terjadi adalah macula lutea yang tidak
cukup mendapat rangsangan. Macula ini tidak akan berkembang sempurna walaupun
dilakukan ekstraksi katarak maka visusnya biasanya tidak akan mencapai 5/5. Hal ini
disebut ambliopia sensoris (ambyopia ex anopsia). Katarak congenital dapat
menimbulkan komplikasi lain berupa nistagmus dan strabismus.

Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang
menderita penyakit rubella, galaktosemia, homosisteinuria, inklusi sitomegalik,
diabetes mellitus, hipoparatiroidism, toksoplasmosis, dan histoplasmosis. Penyakit lain
yang menyertai katarak congenital biasanya merupakan penyakit-penyakit herediter
seperti mikroftalmus, aniridia, koloboma iris, karatoknus, iris heterokromia, lensa
ektopik, dysplasia retina, dan megalo kornea.

2) Katarak Juvenil
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya pada
usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenile biasanya merupakan
kelanjutan katarak congenital.
Katarak juvenile biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolic
dan penyakit lainnya seperti :

 Katarak metabolik
 Katarak diabetic dan galaktosemia (gula)
 Katarak hipokalsemik (tetanik)
 Katarak defisiensi gizi
 Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom lowed an homosistinuria)
 Penyakit Wilson
 Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik
 Otot
 Distrofi miotonik (umur 20 sampai 30 tahun)
 Katarak traumatic
 Katarak komplikata
 Kelainan congenital dan hereditary (siklopia, koloboma, mikroftalmia,
aniridia, pembuluh hialoid persisten, heterokromia iridis)
 Katarak degenerative (dengan myopia dan distrofi vitreoretinal), seperti
Wagner dan retinitis pigmentosa, dan neoplasma
 Katarak anoksik
 Toksid (kortikosteroid sistemik atau topical, ergot, naftalein, dinitrofenol,
triparanol [MER-29], antikolinesterase, klorpromazin, miotik, busulfan,
dan besi)
 Katarak radiasi
3) Katarak senile
Katarak senile adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia
di atas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti.

Perubahan lensa pada usia lanjut:

 Kapsul
 Menebal dan kurang elastic (1/4 diabnding anak)
 Mulai presbiopia
 Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
 Terlihat bahan granular
 Epitel – makin tipis
 Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat
 Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
 Serat lensa
 Lebih irregular
 Pada korteks jelas kerusakan serat sel
 Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein
nucleus (histidin, triptofan, metionin, sistein, dan tirosin) lensa, sedang
warna coklat protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan
disbanding normal.
 Korteks tidak berwarna karena:
 Kadar a. askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi
 Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda

Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai
terjadi pada usia lebih dari 60 tahun.

Pada katarak senile sebaiknya disingkirkan penyakit mata local dan penyakit sistemik
seperti diabetes mellitus yang dapat menimbulkan katarak komplikata. Katarak secara
klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur, intumessen, matur dan
hipermatur.
Perbedaan stadium katarak senile :

Insipien Imatur Matur Hipermatur


Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Berkurang
Bertambah
Cairan lensa Normal Normal (air+masa lensa
(masuk)
keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata
Normal Dangkal Normal Dalam
depan
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopos
Uveitis +
Penyulit – Glaukoma –
glaukoma

a) Katarak Insipien
Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut :
Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan
posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat didalam korteks.
Katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular
posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degenaratif
(benda morgagni) pada katarak insipien.
Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak
sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu
yang lama.
b) Katarak Intumessen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat yang degenerative menyerap
air. Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan
besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding
dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit
glaucoma. Katarak intumessen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat
dan mengakibatkan myopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi
korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah yang
akan memberikan miopisasi.
Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak
lamel serat lensa.
c) Katarak Imatur
Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai seluruh lapis
lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degenerative. Pada keadaan lensa
mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaucoma
sekunder.
d) Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan ini
bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau
intumessen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali
pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama
akan mengakibatkan kelsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman
normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji
bayangan iris negative.
e) Katarak Hipermatur
Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat
menjadi keras atau lembek dan mencair.
Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi
mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam
dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga
hubungan dengan zonula zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut
disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks akan memperlihatkan bentuk
menjadi sekantong susu disertai dengan nucleus yang terbenam didalam korteks
lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak morgagni.

3. Anatomi Fisiologi
Mata adalah organ sensorik kompleks yang mempunyai fungsi optikal untuk melihat
dan saraf untuk transduksi (mengubah bentuk energi ke bentuk lain ) bentuk sinar. Aparatus
optikus mata membentuk dan mempertahankan ketajaman fokus objek dalam retina.
Fotoreseptor dalam retina mengubah rangsangan sinar ke dalam bentuk sinyal saraf
kemudian mentransmisikan ke pusat visual di otak melalui elemen saraf integratif.

Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan gangguan penglihatan.
Lensa adalah struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus,
berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina. Lensa tidak mempunyai suplai darah
atau inervasi setelah perkembangan fetal dan ini semua tergantung sepenuhnya pada
humor akuos untuk fungsi metabolisme dan pembuangan. Lensa terletak dibelakang iris
dan dianterior dari korpus vitreous. Lensa ditopang oleh zonula Zinii, yang terdiri atas
serabut-serabut kuat yang melekat ke korpus siliaris. Bagian lensa terdiri atas kapsul,
epithelium lensa, korteks dan nukleus.

Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu yaitu :

 Kenyal atau lentur karena memegang peranan penting dalam akomodasi untuk menjadi
cembung
 Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan
 Terletak ditempatnya

Keadaan patologik lensa adalah :

 Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan presbiopia


 Keruh atau apa yang disebut katarak
 Tidak berada pada tempatnya atau apa yang disebut subluksasi dan dislokasi

Struktur Mata Beserta Fisiologisnya :

 Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang berwarna putih dan
relatif kuat.
 Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar
sklera.
 Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris,
pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.
 Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.
 Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan
di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara
merubah ukuran pupil.
 Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus;
berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.
 Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata;
berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak.
 Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visual dari retina ke
otak.
 Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea
(mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan
kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.
 Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina
(mengisi segmen posterior mata).
Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Iris mengatur jumlah cahaya
yang masuk dengan cara membuka dan menutup, seperti halnya celah pada lensa kamera.
Jika lingkungan di sekitar gelap, maka cahaya yang masuk akan lebih banyak, jika
lingkungan di sekitar terang, maka cahaya yang masuk menjadi lebih sedikit. Ukuran pupil
dikontrol oleh otot sfingter pupil, yang membuka dan menutup iris.
Lensa terdapat di belakang iris. Dengan merubah bentuknya, lensa memfokuskan
cahaya ke retina. Jika mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otot silier akan
berkontraksi, sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Jika mata memfokuskan
pada objek yang jauh, maka otot silier akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan
lebih lemah. Sejalan dengan pertambahan usia, lensa menjadi kurang lentur,
kemampuannya untuk menebal menjadi berkurang sehingga kemampuannya untuk
memfokuskan objek yang dekat juga berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia.
Retina mengandung saraf-saraf cahaya dan pembuluh darah. Bagian retina yang paling
sensitif adalah makula, yang memiliki ratusan ujung saraf. Banyaknya ujung saraf ini
menyebabkan gambaran visual yang tajam. Retina mengubah gambaran tersebut menjadi
gelombang listrik yang oleh saraf optikus dibawa ke otak.
Saraf optikus menghubungkan retina dengan cara membelah jalurnya. Sebagian serat
saraf menyilang ke sisi yang berlawanan pada kiasma optikus (suatu daerah yang berada
tepat di bawah otak bagian depan). Kemudian sebelum sampai ke otak bagian belakang,
berkas saraf tersebut akan bergabung kembali.

Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh cairan:


1) Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa, berisi humor aqueus yang
merupakan sumber energi bagi struktur mata di dalamnya. Segmen anterior sendiri
terbagi menjadi 2 bagian (bilik anterior : mulai dari kornea sampai iris, dan bilik
posterior : mulai dari iris sampai lensa). Dalam keadaan normal, humor aqueus
dihasilkan di bilik posterior, lalu melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian
keluar dari bola mata melalui saluran yang terletak ujung iris.
2) Segmen posterior : mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke retina, berisi humor
vitreus yang membantu menjaga bentuk bola mata.
Mata mempunyai otot, saraf serta pembuluh darah. Beberapa otot bekerja sama
menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial tertentu. Tulang orbita yang
melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya, yaitu :

 Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina ke otak
 Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata
 Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan merangsang otot
pada tulang orbita.
Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan,
sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis. Pembuluh darah
ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.

Struktur Pelindung Mata


Struktur di sekitar mata melindungi dan memungkinkan mata bergerak secara bebas
ke segala arah. Struktur tersebut melindungi mata terhadap debu, angin, bakteri, virus,
jamur dan bahan-bahan berbahaya lainnya, tetapi juga memungkinkan mata tetap terbuka
sehingga cahaya masih bisa masuk. adapun struktur pelindung mata, meliputi :

 Orbita
Orbita adalah rongga bertulang yang mengandung bola mata, otot-otot, saraf,
pembuluh darah, lemak dan struktur yang menghasilkan dan mengalirkan air mata.
 Kelopak Mata
Kelopak mata merupakan lipatan kulit tipis yang melindungi mata. Kelopak mata
secara refleks segera menutup untuk melindungi mata dari benda asing, angin, debu
dan cahaya yang sangat terang. Ketika berkedip, kelopak mata membantu menyebarkan
cairan ke seluruh permukaan mata dan ketika tertutup, kelopak mata mempertahankan
kelembaban permukaan mata. Tanpa kelembaban tersebut, kornea bisa menjadi kering,
terluka dan tidak tembus cahaya. Bagian dalam kelopak mata adalah selaput tipis
(konjungtiva) yang juga membungkus permukaan mata.
 Bulu mata
Bulu Mata merupakan rambut pendek yang tumbuh di ujung kelopak mata dan
berfungsi membantu melindungi mata dengan bertindak sebagai barrier (penghalang).
Kelenjar kecil di ujung kelopak mata menghasilkan bahan berminyak yang mencegah
penguapan air mata.
 Kelenjar lakrimalis
Kelenjar Lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri dan kanan dan
menghasilkan air mata yang encer. Air mata mengalir dari mata ke dalam hidung
melalui 2 duktus lakrimalis; setiap duktus memiliki lubang di ujung kelopak mata atas
dan bawah, di dekat hidung. Air mata berfungsi menjaga kelembaban dan kesehatan
mata, juga menjerat dan membuang partikel-partikel kecil yang masuk ke mata. Selain
itu, air mata kaya akan antibodi yang membantu mencegah terjadinya infeksi.

4. Etiologi
Penyebab sistemik katarak adalah diabetes, kelainan metabolik lain (termasuk
galaktosemia, penyakit fabry, hipokalsemia), cedera mata, obat-obatan sistemik (terutama
steroid, klorpomazin), infeksi (rubella konginetal), distrofi miotonik, dermatitis atopik,
sindrom sistemik (down, lowe), , konginetal, termasuk katarak turunan, radiasi sinar x.

Pada banyak kasus, penyebabnya tidak diketahui. Katarak biasanya terjadi pada usia
lanjut dan bisa diturunkan. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan,
seperti merokok atau bahan beracun lainnya. Katarak bisa disebabkan oleh : cidera mata
penyakit metabolik (misalnya diabetes) obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).

Katarak kongenitalis adalah katarak yang ditemukan pada bayi ketika lahir (atau
beberapa saat kemudian). Katarak kongenitalis bisa merupakan penyakit keturunan
(diwariskan secara autosomal dominan) atau bisa disebabkan oleh :

 Infeksi nosokomial, seperti campak jerman


 Berhubungan dengan penyakit metabolik, seperti galaktosemia.

Faktor resiko terjadinya katarak kongenitalis adalah :

 Penyakit metabolik yang diturunkan


 Riwayat katarak dalam keluarga
 Infeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam kandungan

Katarak pada dewasa biasanya berhubungan dengan proses penuaan. Katarak pada dewasa
dikelompokkan menjadi :

 Katarak immatur : lensa masih memiliki bagian yang jernih


 Katarak matur : lensa sudah seluruhnya keruh
 Katarak hipermatur : bagian permukaan lensa yang sudah merembes melalui kapsul
lensa dan bisa menyebabkan peradangan pada struktur mata lainnya.

Banyak penderita katarak yang hanya mengalami gangguan penglihatan yang ringan dan
tidak sadar bahwa mereka menderita katarak. Faktor yang mempengaruhi terjadinya
katarak adalah :
- Kadar kalsium darah yang rendah
- Diabetes
- Pemakaian kortikosteroid jangka panjang
- Berbagai penyakit peradangan dan penyakit metabolic
- Faktor lingkungan (trauma, penyinaran, sinar ultraviolet)

5. Manifestasi Klinis
1) Penglihatan akan suatu objek benda atau cahaya menjadi kabur, buram. Bayangan
benda terlihat seakan seperti bayangan semu atau seperti asap.
2) Kesulitan melihat ketika malam hari.
3) Mata terasa sensitif bila terkena cahaya.
4) Bayangan cahaya yang ditangkap seperti sebuah lingkaran.
5) Membutuhkan pasokan cahaya yang cukup terang untuk membaca atau beraktifitas
lainnya.
6) Sering mengganti kacamata atau lensa kontak karena merasa sudah tidak nyaman
menggunakannya.
7) Warna cahaya memudar dan cenderung beubah warna saat melihat, misalnya
cahaya putih yang ditangkap menjadi cahaya kuning.
8) Jika melihat hanya dengan satu mata, bayangan benda atau cahaya terlihat ganda.

Pada beberapa pasien tajam penglihatan yang diukur di ruangan gelap mungkin tampak
memuaskan, sementara bila tes tersebut dilakukan dalam keadaan terang maka tajam
penglihatan akan menurun sebagai akibat dari rasa silau dan hilangnya kontras.

Katarak terlihat hitam terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa dengan
oftalmoskopi direk. Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan katarak secara
rinci dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya terletak
didaerah nukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak terinduksi steroid umumnya terletak
di subkapsular posterior. Tampilan lain yang menandakan penyebab okular katarak dapat
ditemukan , sebagai contoh deposisi pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi
sebelumnya atau kerusakan iris menandakan trauma mata sebelumnya
6. Patofisiologi
Katarak

Usia : penuaan Penyakit sistemik : DM

Lensa secara bertahap Korteks memproduksi Kadar glukosa darah Ketidak seimbangan
kehilangan air serat lensa baru meningkat metabolisme protein mata

Metabolit larut air Serat lensa ditekan Serbitol menetap di dalam Protein dalam serabut-
dengan BM rendah menuju sentral lensa serabut lensa dibawah
masuk ke sel pada kapsul mengalami deturasi
nucleus lensa
Distensi lensa
Protein lensa berkoagulasi
Kortek lensa > terhidrasi
daripada nucleus lensa Hilangnya transparansi
lensa

Lensa menjadi cembung Kekeruhan lensa Mata buram seperti


iris terdorong ke kaca susu
depan

Sinar terpantul kembali Blocking sinar yang


Sudut bilik mata depan
masuk kornea
sempit
Bayangan tidak sampai
keretina Bayangan semu yang
Aliran COA tak lancar sampai keretina
Bayangan > jelas pada
TIO meningkat malam hari Otak mempresentasikan
sebagai bayangan berkabut
Komplikasi glaukoma Ketakutan

Gangguan sensori Pandangan kabur


Resiko cidera
perceptual (visual)
Resiko infeksi

Membentuk daerah keruh Protein lensa terputus disertai


Daya akomodasi lensa terganggu menggantikan serabut-serabut protein dengan influx air kelensa

Pupil kontriksi
Mata berair Serabut lensa yang tegang menjadi patah

Sinar tidak7. Komplikasi


tertampung banyak
pada siang hari Transmisi sinar terganggu
Komplikasi yang dapat terjadi pada katarak tergantung stadiumnya. Pada stadium
Blurres vision Menghambat jalan cahaya keretina
imatur dapat terjadi glaukoma sekunder akibat lensa yang mencembung, sehinnga

Pandangan > jelas Pandangan berkabut


malam hari

Resiko jatuh
mendorong iris dan terjadi blokade aliran aqueus humor. Sedangkan pada stadium
hipermatur dapat terjadi glaukoma sekunder akibat penymbatan kanal aliran aquous humor
oleh masa lensa yang lisis, dan dapat juga terjadi uveitis fakotoksi.
Komplikasi juga dapat diakibatkan pasca operasi katarak, seperti ablasio retina,
astigmatisma, uveitis, endoftalmitis, glaukoma dan pendarahan.

8. Pemeriksaan Penunjang
1) Kartu mata snellen / mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa,akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,
penglihatan retina.
2) Lapang penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
3) Pengukuran Tonografi : TIO (12-25 mmHg)
4) Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
5) Tes Provokatif : menentukan adanya / tipe glukoma.
6) Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema,
perdarahan.
7) Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik/ infeksi.
8) EKG, kolesterol serum, lipid, tes toleransi glukosa : kontrol DM.

9. Penatalaksaan

Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat progresivitas atau
mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih tetap dengan pembedahan.

(Vaughan DG & Arif, Mansjoer)

Penatalaksanaan Non-Bedah

1) Terapi Penyebab Katarak


Pengontrolan diabetes mellitus, menghentikan konsumsi obat-obatan yang bersifat
kataraktogenik seperti kortikosteroid, fenotiasin, dan miotik kuat, menghindari iradiasi
(inframerah atau sinar-X) dapat memperlambat atau mencegah terjadinya proses
kataraktogenesis.
2) Memperlambat Progresivitas
3) Penilaian terhadap perkembangan visus pada katarak insipien dan imatur
a. Refraksi : dapat berubah sangat cepat, sehingga harus sering dikoreksi.
b. Pengaturan pencahayaan : pasien dengan kekeruhan di bagian perifer lensa (area
pupil masih jernih) dapat diinstruksikan menggunakan pencahayaan yang terang.
Berbeda dengan kekeruhan pada bagian sentral lensa, cahaya remang yang
ditempatkan di samping dan sedikit di belakang kepala pasien akan memberikan
hasil terbaik.
c. Penggunaan kacamata gelap : pada pasien dengan kekeruhan lensa di bagian
sentral, hal ini akan memberikan hasil yang baik dan nyaman apabila beraktivitas
diluar ruangan.
d. Midriatil : dilatasi pupil akan memberikan efek positif pada lateral aksial dengan
kekeruhan yang sedikit. Midriatil seperti fenilefrin 5% atau tropikamid 1% dapat
memebrikan penglihatan yang jelas.

Pembedahan Katarak

Indikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup :

1) Indikasi visus : merupakan indikasi paling sering.


2) Indikasi medis
3) Indikasi kosmetik

Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa
mata, tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak
perlu dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan
sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat
dipertimbangkan untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan penyakit mata
lainnya, seperti uveitis yakni adalah peradangan pada uvea. Uvea (disebut juga saluran
uvea) terdiri dari 3 struktur :

 Iris : cincin berwarna yang melingkari pupil yang berwarna hitam.


 Badan silier : otot-otot yang membuat lensa menjadi lebih tebal.
 Koroid : lapisan mata bagian dalam yang membentang dari ujung otot silier ke saraf
optikus di bagian belakang mata.

Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan. Peradangan yang terbatas
pada iris disebut iritis, jika terbatas pada koroid disebut koroiditis. Juga operasi katarak
akan dilakukan bila berbarengan dengan glaukoma, dan retinopati diabetikum. Selain itu
jika hasil yang didapat setelah operasi jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan
risiko operasi yang mungkin terjadi. Pembedahan lensa dengan katarak dilakukan bila
mengganggu kehidupan social atau atas indikasi medis lainnya.

10. Masalah yang Lazim Muncul


1) Ketakutan b.d kehilangan pandangan komplet, jadwal pembedahan, atau
ketidakmampuan mendapatkan pandangan.
2) Resiko infeksi b.d pertahanan primer dan prosedur invasif (bedah pengangkatan
katarak).
3) Resiko cidera b.d peningkatan tekanan intra orbital.
4) Resiko jatuh.
5) Defisiensi pengetahuan b.d terbatasnya informasi atau kesalahan interpretasi informasi
yang sudah didapat sebelumnya.

11. Discharge Planning


1) Jelaskan tentang mata dan peran lensa bagi penglihatan.
2) Lakukan pemeriksaan rutin pre operasi.
3) Pahami tentang katarak, kejadian pre dan post operasi.
4) Aktivitas yang perlu diperhatikan setelah dioperasi yaitu berbaring pada sisi yang
dioperasi, membungkuk melewati pinggang, mengangkat benda yang beratnya
melebihi 10kg, mengedan selama defekasi karena pembatasan tersebut diperlukan
untuk mengurangi gerakan mata dan mencegah peningkatan tekanan okuler.
5) Pelajari cara menjaga hygiene mata (membuang drainase yang mengeras dengan
menyeka kelopak mata yang terpejam menggunakan bola kapas yang dilembabkan
dengan larutan irigasi mata), dan tidak menekan mata bila merawat mata.

DAFTAR PUSTAKA
Librianty, Nurfanida. 2015. Menjadi Dokter Pertama Panduan Mandiri Melacak Penyakit.
Jakarta : Lintas Kata
Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
Nanda (North American Nursing Diagnosis Association) Nic-Noc, Panduan Penyusunan
Asuhan Keperawatan Profesional. Yogyakarta : MediaAction
Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi Edisi 4. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2009. Asuhan Keperawatan Periopertif Konsep, Proses dan
Komplikasi. Jakarta : Salemba Medika
James, Bruce. Chris, Chew. dkk. 2003. Lecture Notes Oftalmologi Edisi Kesembilan. Jakarta :
Erlangga
Baughman, Diane C dan JoAnn C. Hackley. 2000. Keperawatan Medikal Bedah Buku Saku dari
Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC
Ilyas, Sidarta. 2000. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah Vol 2. Jakarta : EGC
Hollwich, Fritz. 1993. Oftalmologi Edisi Kedua. Jakarta : Binarupa Aksara
Youngsen, Robert. 1985. Segala Sesuatu Mengenai Mata. Jakarta : Arcan
Aldodokter. 2015. Pengertian Katarak pada Manula. http://www.alodokter.com/katarak-pada-
manula/. Diakses pada 05 Maret 2016 (12.00)
Insurance, Lippo. Katarak. 2016. https://www.lippoinsurance.com/katarak/. Diakses pada 03
Maret 2016 (20.00)
________. 2012. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26260/4/Chapter%20II.pdf.
Diakses pada 03 Maret 2016 (19.45)

Anda mungkin juga menyukai