Anda di halaman 1dari 7

NAMA.

: Queen Sahara Hasna Azhari


NIM : 17010150
KELAS. : RK B
MATA KULIAH : KIMIA FARMASI ANALISIS 1
DOSEN. : BU INAWATI

PENGERTIAN ANTIHISTAMIN

Antihistamin (antagonis histamin) adalah zat yang mampu mencegah penglepasan atau kerja histamin. Istilah
antihistamin dapat digunakan untuk menjelaskan antagonis histamin yang mana pun, namun seringkali istilah
ini digunakan untuk merujuk kepada antihistamin klasik yang bekerja pada reseptor histamin H1.

Penggolongan Antihistamin

Antihistamin ini biasanya digunakan untuk mengobati reaksi alergi, yang disebabkan oleh tanggapan
berlebihan tubuh terhadap alergen (penyebab alergi), seperti serbuk sari tanaman. Reaksi alergi ini
menunjukkan penglepasan histamin dalam jumlah signifikan di tubuh.
Berdasarkan hambatan pada reseptor khas antihistamin dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :
1. Antagonis H1, terutama digunakan untuk pengobatan gejala-gejalal akibat reaksi alergi. Contoh obatnya
adalah: difenhidramina, loratadina, desloratadina, meclizine, quetiapine (khasiat antihistamin merupakan
efek samping dari obat antipsikotik ini), dan prometazina.
2. Antagonis H2, digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung pada pengobatan penderita pada tukak
lambung serta dapat pula dimanfaatkan untuk menangani peptic ulcer dan penyakit refluks gastroesofagus.
Contoh obatnya adalah simetidina, famotidina, ranitidina, nizatidina, roxatidina, dan lafutidina.
3. Antagonis H3, sampai sekarang belum digunakan untuk pengobatan, masih dalam penelitian lebih lanjut
dan kemungkinan berguna dalam pengaturan kardiovaskuler, pengobatan alergi dan kelainan mental. Contoh
obatnya adalah ciproxifan, dan clobenpropit.
Beberapa obat lainnya juga memiliki khasiat antihistamin. Contohnya adalah obat antidepresan trisiklik
dan antipsikotik.
Antihistaminika adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin terhadap tubuh
dangan jalan memblokir reseptor histamin (penghambatan saingan).
Histamin adalah suatu amin nabati yang ditemukan oleh Dr.Paul Ehrlich (1878) dan merupakan produk normal
dan pertukaran zat histidin. Asama amino ini masuk ke dalam tubuh terutama lewat daging dan di jaringan
(juga di usus halus) di ubah secara enzimatis menjadi histamin (dekarboksilasi).
Biasanya dengan istila “antihistaminika” selalu dimaksud H1-blokers. Selain bersifat antihistamin, obat-obat ini
juga memiliki berbagai khasiat lainnya, yakni daya antikolinergis, antiemetis, dan daya menekan SSP (sodatif),
sedangkan beberapa di antaranya mempunyai efek antiserotonin dan lokal anestetis (lemah)

MACAM-MACAM ANTIHISTAMIN
1. Antihistamin (AH1) non sedatif.
a. Terfenidin
Merupakan suatu derivat piperidin, struktur kimia. Terfenidin diabsorbsi sangat cepat dan mencapai
kadar puncak setelah 1-2 jam pemberian. Mempunyai mula kerja yang cepat dan lama kerja panjang. Obat ini
cepat dimetabolisme dan didistribusi luas ke berbagai jaringan tubuh. Terfenidin diekskresi melalui faeces
(60%) dan urine (40%). Waktu paruh 16-23 jam. Efek maksimum telah terlihat sekitar 3-4 jam dan bertahan
selama 8 jam setelah pemberian. Dosis 60 mg diberikan 2 X sehari.
b. Astemizol
Merupakan derivat piperidin yang dihubungkan dengan cincin benzimidazol, struktur kimia. Astemizol
pada pemberian oral kadar puncak dalam darah akandicapai setelah 1 jam pemberian. Mula kerja lambat,
lama kerja panjang. Waktu paruh 18-20 hari. Di metabolisme di dalam hati menjadi metabolit aktif dan tidak
aktif dan di distriibusi luas keberbagai jaringan tubuh. Metabolitnya diekskresi sangat lambat, terdapat dalam
faeses 54% sampai 73% dalam waktu 14 hari. Ginjal bukan alat ekskresi utama dalam 14 hari hanya
ditemukan sekitar 6% obat ini dalam urine. Terikat dengan protein plasma sekitar 96%.
c. Mequitazin
Merupakan suatu derivat fenotiazin, struktur kimia lihat Gbr.1. Absorbsinya cepat pada pemberian oral,
kadar puncak dalam plasma dicapai setelah 6 jam pemberian. Waktu paruh 18 jam, Onset of action cepat,
duration of action lama. Dosis 5 mg 2 X sehari atau 10 mg 1 X sehari (malam hari).
d. Loratadin
Adalah suatu derivat azatadin, Penambahan atom C1 meninggikan potensi dan lama kerja obat
loratadin. Absorbsinya cepat. Kadar puncak dicapai setelah 1 jam pemberian. Waktu paruh 8-11 jam, mula
kerja sangat cepat dan lama kerja adalah panjang. Waktu paruh descarboethoxy-loratadin 18-24 jam. Pada
pemberian 40 mg satu kali sehari selama 10 hari ternyata mendapatkan kadar puncak dan waktu yang
diperlukan tidak banyak berbeda setiap harinya hal ini menunjukkan bahwa tidak ada kumulasi, obat ini di
distribusi luas ke berbagai jaringan tubuh. Matabolitnya yaitu descarboetboxy-loratadin (DCL) bersifat aktif
secara farmakologi clan juga tidak ada kumulasi. Loratadin dibiotransformasi dengan cepat di dalam hati dan
di ekskresi 40% di dalam urine dan 40% melalui empedu. Pada waktu ada gangguan fiungsi hati waktu paruh
memanjang. Dosis yang dianjurkan adalah 10 mg 1 X sehari.
Hubungan struktur dan aktifitas antagonis H1
a. Gugus aril yang bersifat lipofil kemungkinan membentuk ikatan hidrofob dengan ikatan reseptor H1.
b. Secara umum untuk mencapai aktivitas optimal, atom pada N pada ujung amin tersier.
c. Kuartenerisasi dari nitrogen rantai samping tidak selalu menghasilkan senyawa yang kurang efektif.
d. Rantai alkil antara atom X dan N mempunyai aktifitas antihistamin optimal bila jumlah atom C = 2 dan
jarak antara pusat cincin aromatic dan N alifatik = 5 -6 A
e. Faktor sterik juga mempengaruhi aktifitas antagonis H1
f. Efek antihistamin akan maksimal jika kedua cincin aromatic pada struktur difenhidramin tidakterletak pada
bidang yang sama

1) Turunan eter amino alkil


Rumus : Ar(Ar-CH2) CH-O-CH2-CH2-N(CH3)2
Hubungan struktur dan aktifitas
a. Pemasukan gugus Cl, Br dan OCH3 pada posisi pada cincin aromatic akan meningkatkan aktivitas dan
menurunkan efek samping.
b. Pemasukan gugus CH3 pada posisi p-cincin aromatic juga dapat meningkatkan aktivitas tetapi pemasukan
pada posisi o- akan menghilangkan efek antagonis H1 dan akan meningkatkan aktifitas antikolinergik
c. Senyawa turunan eter aminoalkil mempunyai aktivitas antikolinergik yang cukup bermakna karena
mempunyai struktur mirip dengan eter aminoalkohol, suatu senyawa pemblok kolinergik.

Hubungan struktur antagonis H1 turunan ester aminoalkohol


a. Difenhidramin HCl, merupakan antihistamin kuat yang mempunyai efek sedative dan antikolonergik
b. Dimenhidrinat, adalah garam yang terbentuk dari difenhidramin dan 8-kloroteofilin.
c. Karbinoksamin maleat, mengandung satu atom C asimetrik yang mengikat 2 cincin aromatik.
d. Klemasetin fumarat, merupakan antagonis H1 kuat dengan masa kerja panjang.
e. Pipirinhidrinat

2) Turunan etilendiamin
Rumus umum ; Ar(Ar’)N-CH2-CH2-N(CH3)2
Merupakan antagonis H1 dengan keefektifan yang cukup tinggi, meskipun penekan system saraf dan iritasi
lambung cukup besar.
Hubungan struktur antagonis H1 turunan etilen diamin
a. Tripelnamain HCl, mempunyaiefek antihistamin sebanding dengan dufenhidramin dengan efek samping
lebih rendah.
b. Antazolin HCl, mempunyai aktivitas antihistamin lebih rendah dibanding turuan etilendiamin lain.
c. Mebhidrolin nafadisilat, strukturnya mengandung rantai samping amiopropil dalam system heterosiklik
karbolin dan bersifat kaku.

3) Turunan alkil amin


Rumus umum ; Ar (Ar’)CH-CH2-CH2-N(CH3)2
Merupakan antihistamin dengan indeks terapetik cukup baik dengan efek samping dan toksisitasnya sangat
rendah.
Hubungan struktur antagonis H1 dengan turunan alkil amin
a. Feniramin maleat, merupakan turunan alkil amin yang memunyai efek antihistamin H1 terendah.
b. CTM, merupakan antihistamin H1 yang popular dan banyak digunakan dalam sediaan kombinasi.
c. Dimetinden maleat, aktif dalam bentuk isomer levo.

4) Turunan piperazin
Turunan ini memunyai efek antihistamin sedang dengan awal kerja lambat dan masa kerjanya relatif panjang
Hubungan struktur antagonis H1 turunan piperazin
a. Homoklorsiklizin, mempunyai spectrum kerja luas, merupakan antagonis yang kuat terhadap histamine
serta dapat memblok kerja bradkinin dan SRS-a
b. Hidroksizin, dapat menekan aktivitas tertntu subkortikal system saraf pusat.
c. Oksatomid, merupakan antialergi baru yang efektif terhadap berbagai reaksi alerhi, mekanismenya
menekan pengeluaran mediator kimia dari sel mast, sehingga dapat menghambat efeknya.

5) Turunan fenotiazin
Selain mempunyai efek antihistamin, golongan ini juga mempunyai aktivitas tranquilizer, serta dapat
mengadakan potensiasi dengan obat analgesic dan sedativ.
Hubugan struktur antagonis H1 turunan fenontiazin
a. Prometazin, merupakan antihistamin H1 dengan aktivitas cukupan dengan masa kerja panjang.
b. Metdilazin
c. Mekuitazin. Antagonis H1 yang kuat dengan masa kerja panjang dan digunakan untuk memperbaiki gejala
alergi
d. Oksomemazin, mekanismenya sama seperti mekuitazin
e. Pizotifen hydrogen fumarat, sering digunakan sebagai perangsang nafsu makan.

2. ANTAGONIS RESEPTOR HISTAMIN H2 ( PENGHAMBAT ASMA )


Reseptor histamin H2 ditemukan di sel-sel parietal. Kinerjanya adalah meningkatkan sekresi asam lambung.
Dengan demikian antagonis reseptor H2 (antihistamin H2) dapat digunakan untuk mengurangi sekresi asam
lambung, serta dapat pula dimanfaatkan untuk menangani peptic ulcer dan penyakit refluks gastroesofagus.
Contoh obatnya adalah simetidina, famotidina, ranitidina, nizatidina, roxatidina, dan lafutidina
Antihistamin H2 secara struktur hampir mirip dengan histamin. Simetidin mengandung komponen imidazole,
dan ranitidin mengandung komponen aminomethylfuran moiety.

3. ANTAGONIS RESEPTOR HISTAMIN H3


Antagonis H3 memiliki khasiat sebagai stimulan dan memperkuat kemampuan kognitif. Penggunaannya
sedang diteliti untuk mengobati penyakit Alzheimer's, dan schizophrenia. Contoh obatnya adalah ciproxifan,
dan clobenpropit.

4. ANTAGONIS RESEPTOR H4
Memiliki khasiat imunomodulator, sedang diteliti khasiatnya sebagai antiinflamasi dan analgesik. Contohnya
adalah tioperamida.Beberapa obat lainnya juga memiliki khasiat antihistamin. Contohnya adalah obat
antidepresan trisiklik dan antipsikotik. Prometazina adalah obat yang awalnya ditujukan sebagai antipsikotik,
namun kini digunakan sebagai antihistamin.
Senyawa-senyawa lain seperti cromoglicate dan nedocromil, mampu mencegah penglepasan histamin dengan
cara menstabilkan sel mast, sehingga mencegah degranulasinya.

DERIVAT FENOTIAZIN
Fenotiazin adalah obat yang digunakan untuk mengobati gangguan mental dan emosional yang serius,
termasuk skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya, bekerja sentral dengan cara menghambat chemoreseptor
trigger zone. Beberapa digunakan juga untuk mengontrol agitasi pada pasien tertentu, mual dan muntah,
cegukan yang parah, dan nyeri sedang sampai berat .
Farmakodinamik : Salah satu derivat dari fenotiazin adalah Klorpromazin (CPZ) adalah 2-klor-N-(dimetil-
aminopropil)-fenotiazin. Derivat fenotiazin lain dapat dengan cara substitusi pada tempat 2 dan 10 inti
fenotiazin. CPZ (largactill) berefek farmakodinamik sangat luas. Largactill diambil dari kata large action.
Farmakokinetik:
Kebanyakan antipsikosis absorbsi sempurna, sebagian diantaranya mengalami metabolisme lintas pertama.
Biovailabilitas klorpromazin dan tioridazin berkisar antara 25-35% sedangkan haloperidol mencapai 65%.
Kebanyakan antipsikosis bersifat larut dalam lemak danterikat kuat dengan protein plasma(92-99%) serta
mamiliki volume distribusi besar ( >7 L/kg). Metabolit klorpromazin ditemukan di urin sampai beberapa
minggu setelah pemberian obat terakhir.

IUPAC Nama[hide]
10 H-fenotiazin
Nama lain [hide]
thiodiphenylamine,dibenzothiazine, dibenzoparathiazine, 10 H-Dibenzo-[b, e] -1,4-thiazine, PTZ
Secara umum pemasukan gugus halogen atau CF3 pada posisi 2 dan perpanjangan atom C rantai samping,
misal etil menjadi propil akan mningkatkan aktivitas tranquilizer dan menurunkan efek
antihistamin.

Hubungan struktur dan aktivitas


a. Gugus pada R2 dapat menentukan kerapatan elektron sistem cincin. Senyawa mempunyai aktivitas yang
besar bila gugus pada Rr bersifat penarik elektron dan tidak terionisasi. Makin besar kekuatan penarik
elektron makin tinggi aktivitasnya. Substitusi pada R2 dengan gugus Cl atau CF3 akan meningkatkan aktivitas.
Substituen CF3 lebih aktil dibanding Cl karena mempunyai kekuatan penarik elektron lebih besar tetapi elek
samping gejala ekstrapiramidal ternyata juga lebih besar. Substitusi pada R2 dengan gugus tioalkil (SCH3),
senyawa tetap mempunyai aktivitas tranquilizer dan dapat menurunkan efek samping ekstrapiramidal.
Substitusi dengan gugus asil (COR), senyawa tetap menunjukkan aktivitas tranquilizer.
b. Substitusi pada posisi 1,3 dan 4 pada kedua cincin aromatik akan menghilangkan aktivitastranquilizer.
c. Bila jumlah atom C yang mengikat nitrogen adalah 3, senyawa menunjukkan aktivitas tranquilizer
optimal. Bila jumlah atom C = 2, senyawa menunjukkan aktivitas penekan sistem saraf pusat yang moderat
tetapi efek antihistamin dan anti-Parkinson lebih
dominan.
d. Adanya percabangan pada posisi β-rantai alkil
dapat mengubah aktivitas farmakologisnya.
Substitusi β -metil dapat meningkatkan aktivitas
antihistamin dan antipruritiknya. Adanya substitusi
tersebut menyebabkan senyawa bersifat optis aktif
dan stereoselektif. Isomer levo lebih aktif dibanding
isomer dekstro.
e. Substitusi pada rantai alkil dengan gugus yang besar, seperti fenil atau dimetilamin, dan gugus yang
bersifat polar, seperti gugus hidroksi, akan menghilangkan aktivitas tranquilizer.
f. Penggantian gugus metil pada dimetilamino dengan gugus alkil yang lebih besar dari metil akan
menurunkan aktivitas karena meningkatnya pengaruh halangan ruang.
g. Penggantian gugus dimetilamino dengan gugus piperazin akan meningkatkan aktivitas tranquilizer, tetapi
juga meningkatkan gejala ekstrapiramidal.
h. Penggantian gugus metil yang terletak pada ujung gugus piperazin dengan gugus -CH2CH2OH hanya
sedikit meningkatkan aktivitas.
i. Kuarternerisasi rantai samping nitrogen akan menurunkan kelarutan dalam lemak, menurunkan
penetrasi obat pada sistem saraf pusat sehingga menghilangkan aktivitas tranquilizer.
j. Masa kerja turunan fenotiazin dapat diperpanjang dengan membuat bentuk esternya dengan asam
lemak yang berantai panjang seperti asam enantat dan dekanoat

Mekanisme kerja:
Obat anti psikosis memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neurondi otak, prosesnya di sistem
limbik dan sistem ekstrapiramidal (dopamine D2 reseptor antagonis). Obat anti psikosis yang baru (misalnya
risperidone) di samping berafinitas terhadap dopamine D2 reseptor juga terhadap serotonin.
Efek samping:
CPZ menghambat ovulasi dan menstruasi. CPZ juga menghambat sekresi ACTH. Efek terhadap sistem endrokin
ini terjadi berdasarkan efeknya terhadap hipotalamus. Semua fenotiazin, kecual klozapin enimbulkan
hiperprolaktinea lewat penghambatan efek sentral dopamin.batas keamanan CPZ cukup lebar, sehingga obat
ini cukup aman. Efek samping umumnyamerupaan perluasan efek farmakodinamiknya. Gejala idiosinkrasi
mungkin timbul,berupa ikterus, dermatitis dan leukopenia. Reaksi ini disertai eosinofilia dalam darah perifer.
Kardiovaskular: CPZ dapat menimbulkan hipotensi berdasarkan beberapa hal, yaitu: Refleks presor yang
penting untuk mempertahankan tekanan darah yang dihambat oleh CPZ.
CPZ berefek a-bloker.
CPZ menimbulkan efek intropotik negatif pada jantung
2. Derivat etilendiamin
1. Antazolin efek antihistaminnya tidak terlalu kuat tetapi tidak merangsang selaput lendir sehingga cocok
digunakan pada pengobatan gejala-gejala alergis pada mata dan hidung.
a) Ripelenamin
digunakan sebagai krem pada gatal-gatal pada alergi terhadap sinar matahari, sengatan serangga dan lain-
lain.
b) Mepirin
derivat metoksi dari tripilennamin yang digunakan dalam kombinasi dengan feneramin dan fenilpropanolamin
terhadap hypiper.
c) Klemizol
adalah derivat –klor yang hanydigunakan pada salep atau suppositoria antiwasir.

3. Derivat provilamin
1) Feniramin : Memiliki daya kerja antihistamin dan meredakan efek batuk yang cukup baik.
2) Klorfeneramin : adalah derivat klor dengan daya kerja 10x lebih kuat dan dengan derajat toksisitas yang
sama.
3) Deksklorfeneramin : Adalah bentuk dekltronya 2x lebih kuat dari pada bentuk trasemisnya.
4) Tripolidin : Adalah derivat dengan rantai sisi pirolidin yang daya kerjanya agak kuat. Mulai kerjanya pesat
dan bertahan lama sampai 24jam (tablet retard)

2. Penggolongan piperazine dan analisa kualitatif


Turunan piperazin
Turunan ini memunyai efek antihistamin sedang dengan awal kerja lambat dan masa kerjanya
relatif panjang
Hubungan struktur antagonis H1 turunan piperazin
a. Homoklorsiklizin, mempunyai spectrum kerja luas, merupakan antagonis yang kuat terhadap
histamine serta dapat memblok kerja bradkinin dan SRS-a
b. Hidroksizin, dapat menekan aktivitas tertntu subkortikal system saraf pusat.
c. Oksatomid, merupakan antialergi baru yang efektif terhadap berbagai reaksi alerhi,
mekanismenya menekan pengeluaran mediator kimia dari sel mast, sehingga dapat menghambat
efeknya.

PIPERAZIN SITRAT

Reaksi kristal dengan


Dragendorf → amati kristal
di bawah mikroskop

Zar uji pada drupple plate +


nikotinamid + asam asetat
glasial → aduk → warna violet

Zat uji + akuades + larutan HgCl2 + 8 tetes H2SO4 pekat → didihkan → dalam keadaan
panas + KMnO4 → warna violet hilang, timbul endapan putih

Anda mungkin juga menyukai