Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bahasa Indonesia Dalam Konteks Pendidikan


Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan sarana untuk berinteraksi
dengan manusia lainnya di masyarakat (Jimat Susilo, 2014). Untuk berlangsungnya
kepentingan interaksi sosial itu, dibutuhkan suatu wahana komunikasi yang disebut
bahasa. Bahasa yang kita gunakan sebagai sarana komunikasi, tentunya bahasa
mempunyai fungsi berdasarkan kebutuhan seseorang baik secara sadar atau tidak
sadar. Bahasa yang kita gunakan adalah bahasa Indonesia yang merupakan bahasa
nasional dan telah ditetapkan sebagai bahasa Negara. Bahasa Indonesia merupakan
alat untuk mengekspresikan diri, alat komunikasi, dan sarana untuk kontrol sosial.
Lebih lanjut peran bahasa Indonesia dalam konteks pendidikan dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1. Bahasa sebagai sarana komunikasi
Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat begitu
juga dalam konteks pendidikan. Fungsi tersebut digunakan dalam berbagai
lingkungan, tingkatan, dan kepentingan yang beraneka ragam, misalnya: komunikasi
ilmiah, komunikasi kerja, dan komunikasi sosial.
2. Bahasa sebagai sarana integrasi dan adaptasi
Dengan bahasa, orang dapat menyatakan hidup bersama dalam suatu ikatan.
Misalnya: integritas kerja dalam sebuah kelompok kerja, integritas kerja dalam
sebuah institusi, integritas karyawan dalam sebuah departemen, integritas berbangsa
dan bernegara.
3. Bahasa sebagai sarana kontrol sosial
Bahasa sebagai kontrol sosial berfungsi untuk mengendalikan komunikasi agar
orang yang terlibat dalam komunikasi dapat saling memahami. Masing – masing
mengamati ucapan, perilaku, dan simbol – simbol lain yang menunjukan arah

3
4

komunikasi. Bahasa sebagai kontrol ini dapat diwujudkan dalam bentuk: aturan,
anggaran dasar, undang – undang dan lain – lain.
4. Bahasa sebagai sarana memahami diri
Dalam membangun karakter, seseorang harus dapat memahami dan
mengidentifikasi kondisi dirinya terlebih dahulu. Ia harus dapat menyebutkan potensi
dirinya, kelemahan dirinya, kekuatan dirinya, bakat, kecerdasan, kemampuan
intelektualnya, kemauannya, tempramennya, dan sebagainya. Pemahaman ini
mencakup kemampuan fisik, emosi, inteligensi, kecerdasan, psikis, karakternya,
psikososial, dan lain – lain. Dari pemahaman yang cermat atas dirinya, seseorang
akan mampu membangun karakternya dan mengorbitkannya ke arah pengembangan
potensi dan kemampuannya menciptakan suatu kreativitas baru.
5. Bahasa sebagai sarana ekspresi diri / fungsi personal
Bahasa sebagai ekspresi diri dapat dilakukan dari tingkat yang paling sederhana
sampai yang paling kompleks atau tingkat kesulitan yang sangat tinggi. Ekspresi
sederhana, misalnya, untuk menyatakan cinta (saya akan senatiasa setia, bangga dan
prihatin kepadamu), lapar (sudah saatnya kita makan siang).
6. Bahasa sebagai sarana memahami orang lain/fungsi interaksional
Untuk menjamin efektivitas komunikasi, seseorang perlu memahami orang lain,
seperti dalam memahami dirinya. Dengan pemahaman terhadap seseorang,
pemakaian bahasa dapat mengenali berbagai hal mencakup kondisi pribadinya.
7. Bahasa sebagai sarana mengamati lingkungan sekitar/fungsi heuristik
Bahasa sebagai alat untuk mengamati masalah tersebut harus diupayakan
kepastian konsep, kepastian makna, dan kepastian proses berfikir sehingga dapat
mengekspresikan hasil pengamatan tersebut secara pasti. Misalnya apa yang melatar
belakangi pengamatan, bagaimana pemecahan masalahnya, mengidentifikasi objek
yang diamati, menjelaskan bagaimana cara (metode) mengamati, apa tujuan
mengamati, bagaimana hasil pengamatan, dan apa kesimpulanya.
8. Bahasa sebagai sarana berfikir logis
Kemampuan berfikir logis memungkinkan seseorang dapat berfikir logis
induktif, deduktif, sebab – akibat, atau kronologis sehingga dapat menyusun konsep
5

atau pemikiran secara jelas, utuh dan konseptual. Melalui proses berfikir logis,
seseorang dapat menentukan tindakan tepat yang harus dilakukan. Proses berfikir
logis merupakan hal yang abstrak. Untuk itu, diperlukan bahasa yang efektif,
sistematis, dengan ketepatan makna sehingga mampu melambangkan konsep yang
abstrak tersebut menjadi konkret.
9. Bahasa membangun kecerdasan
Kecerdasan berbahasa terkait dengan kemampuan menggunakan sistem dan
fungsi bahasa dalam mengolah kata, kalimat, paragraf, wacana argumentasi, narasi,
persuasi, deskripsi, analisis atau pemaparan, dan kemampuan mengunakan ragam
bahasa secara tepat sehingga menghasilkan kreativitas yang baru dalam berbagai
bentuk dan fungsi kebahasaan.
10. Bahasa mengembangkan kecerdasan ganda
Selain kecerdasan berbahasa, seseorang dimungkinkan memiliki beberapa
kecerdasan sekaligus. Kecerdasan – kecerdasan tersebut dapat berkembang secara
bersamaan. Selain memiliki kecerdasan berbahasa, orang yang tekun dan mendalami
bidang studinya secara serius dimungkinkan memiliki kecerdasan yang produktif.
Misalnya, seorang ahli program yang mendalami bahasa, ia dapat membuat kamus
elektronik, atau membuat mesin penerjemah yang lebih akurat dibandingkan yang
sudah ada.
11. Bahasa membangun karakter
Kecerdasan berbahasa memungkinkan seseorang dapat mengembangkan
karakternya lebih baik. Dengan kecerdasan bahasanya, seseorang dapat
mengidentifikasi kemampuan diri dan potensi diri. Dalam bentuk sederhana
misalnya: rasa lapar, rasa cinta. Pada tingkat yang lebih kompleks , misalnya:
membuat proposal yang menyatakan dirinya akan menbuat suatu proyek, kemampuan
untuk menulis suatu laporan.
11. Bahasa Mengembangkan profesi
Proses pengembangan profesi diawali dengan pembelajaran dilanjutkan dengan
pengembangan diri (kecerdasan) yang tidak diperoleh selama proses pembelajaran,
tetapi bertumpu pada pengalaman barunya. Proses berlanjut menuju pendakian
6

puncak karier / profesi. Puncak pendakian karier tidak akan tercapai tanpa
komunikasi atau interaksi dengan mitra, pesaing dan sumber pegangan ilmunya.
Untuk itu semua kaum profesional memerlukan ketajaman, kecermatan, dan
keefektifan dalam berbahasa sehingga mempu menciptakan kreatifitas baru dalam
profesinya.
12. Bahasa sarana menciptakan kreativitas baru
Bahasa sebagai sarana berekspresi dan komunikasi berkembang menjadi suatu
pemikiran yang logis dimungkinkan untuk mengembangkan segala potensinya.
Perkembangan itu sejalan dengan potensi akademik yang dikembangkannya. Melalui
pendidikan yang kemudian berkembang menjadi suatu bakat intelektual. Bakat alam
dan bakat intelektual ini dapat berkembang spontan menghasilkan suatu kreatifitas
yang baru.
2.2 Bahasa Indonesia Dalam Konteks Kebudayaan
Di Indonesia, terdapat banyak bahasa dan budaya. Peranan Bahasa Indonesia
menjadi sangat penting karena diperlukannya satu bahasa untuk menyatukan banyak
bahasa yang ada di Indonesia. Salah satu peran penting Bahasa Indonesia adalah pada
aspek budaya. Bahasa Indonesia mempelopori tumbuhnya budaya dalam bangsa.
Bahasa sebagai suatu sistem komunikasi adalah suatu bagian dari kebudayaan,
bahkan bagian inti dari kebudayaan. Bahasa terlibat dalam semua aspek kebudayaan,
paling sedikit dengan cara mempunyai nama atau istilah dari unsur-unsur dari semua
aspek kebudayaan itu. Lebih penting lagi, kebudayaan manusia tidak akan mungkin
terjadi tanpa bahasa karena bahasa adalah faktor yang menentukan terbentuknya
kebudayaan. Bahasa Indonesia yang berperan sebagai bahasa persatuan dan bahasa
resmi di wilayah republik Indonesia sudah mulai diminati oleh penutur asing untuk
dipelajari. Di luar negeri, telah banyak universitas-universitas dan lembaga
pendidikan yang mengajarkan bahasa Indonesia kepada para mahasiswanya.
Berdasarkan data yang tercatat di pusat Bahasa, Bahasa Indonesia telah diajarkan
kepada orang asing di berbagai lembaga, baik di dalam maupun di luar negeri. Di
dalam negeri misalnya, saat ini tercatat tidak kurang dari 76 lembaga yang telah
mengajarkan Bahasa Indonesia kepada penutur asing, baik di perguruan tinggi,
7

sekolah maupun di lembaga-lembaga kursus. Sementara di luar negeri, pengajaran


Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) telah dilakukan di 46 negara, yang
tersebar di seluruh benua dengan 179 lembaga penyelenggara. Lembaga-lembaga
tersebut misalnya seperti perguruan tinggi, pusat-pusat kebudayaan, sekolah
Indonesia di luar negeri dan lembaga-lembaga kursus lainnya. Kebudayaan nasional
dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah “puncak-puncak dari kebudayaan
daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin dimantapkan,
sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan.
Hal ini menegaskan kita pada hubungan antara bahasa dan kebudayaan, yaitu
bahwa kunci pengertian yang mendalam atas suatu kebudayaan adalah melalui
bahasanya. Semua yang dibicarakan dalam suatu bahasa, terkecuali ilmu pengetahuan
yang kita anggap universal, adalah tentang hal-hal yang ada dalam kebudayaan
bahasa itu. Oleh karena itu, jika kita ingin mendalami suatu kebudayaan ialah melalui
bahasanya. Bahasa itu adalah produk budaya dan sekaligus adalah penyampai
kebudayaan dari masyarakat bahasa yang bersangkutan. Bahasa Indonesia yang telah
mulai memasuki ranah internasional dengan mulai banyaknya dipelajari oleh penutur
asing dapat diupayakan seoptimal mungkin sebagai sarana pengembang, pendukung,
dan penyampai kebudayaan Indonesia di dunia internasional. Hal-hal yang dapat
dilakukan untuk mengembangkan kebudayaan bangsa melalui pengajaran bahasa
Indonesia untuk penutur asing adalah dengan cara memaksimalkan konten-konten
budaya pada materi-materi pengajaran bahasa. Misalnya, dalam pelajaran membaca,
materi pelajaran adalah teks-teks yang sarat berisi kebudayaan-kebudayaan Indonesia
yang unik dan menarik, yang tidak hanya membantu mereka dalam menguasai aspek-
aspek kebahasaan dalam bahasa Indonesia, tetapi juga membuat mereka mengenal
budaya Indonesia lebih jauh melalui bahasa yang mereka pelajari. Bahasa terlibat
dalam semua aspek kebudayaan, paling sedikit dengan cara mempunyai nama atau
istilah dari unsur-unsur dari semua aspek kebudayaan itu. Lebih penting lagi,
kebudayaan manusia tidak akan mungkin terjadi tanpa bahasa karena bahasa adalah
faktor yang menentukan terbentuknya kebudayaan. Pembelajaran budaya suatu
masyarakat hendaknya mengutamakan unsur-unsur bahasa yang digunakan dalam
8

masyarakat tersebut. Budaya dan bahasa merupakan dua hal yang saling berkaitan
erat. Untuk belajar suatu budaya sekelompok masyarakat, seseorang harus menguasai
bahasa sekelompok masyarakat tersebut.
2.3 Konteks Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dan Tidak Baku
2.3.1 Bahasa indonesia baku atau bahasa baku
1. Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Poerwadarminta menuliskan:
baku I Jawa, (1) yang menjadi pokok, yang sebenarnya; (2) sesuatu yang
dipakai sebagai dasar ukuran (nilai, harga; standar) (1976 : 79).
2. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1988 : 71), kata baku juga
ada dijelaskan. baku I (1) pokok, utama; (2) tolak ukur yang berlaku untuk
kuantitas atau kualitas dan yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan;
standar.
3. Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Badudu dan Zain menjelaskan
makna kata baku yaitu yang menjadi pokok; (2) yang utama; standar.
(Manado), (1996 : 114).
4. Di dalam Logman Dictionary of Applied Linguistics, Richard, Jhon dan
Heidi berpengertian bahwa bahasa baku adalah ragam bahasa yang berstatus
tinggi di dalam suatu masyarakat atau bangsa dan biasa didasarkan penutur
asli yang berpendidikan di dalam berbicara dan menulis (Standard variaty;
standard variaty; standard dialect; standard language is the variaty of a
language which has on the speech and writing of educated native speakers
of the language) (1985 : 271).
Dapat disimpulkan bahwa bahasa baku ialah bahasa yang menjadi pokok,
yang menjadi dasar ukuran, atau yang menjadi standar. Bahasa Indonesia baku
juga merupakan salah satu ragam bahasa Indonesia yang bentuk bahasanya telah
dikodifikasi, diterima, dan difungsikan atau dipakai sebagai model oleh
masyarakat Indonesia secara luas.
9

Bahasa Indonesia baku mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai berikut:


1. Bahasa Indonesia baku berfungsi pemersatu
Bahasa Indonesia baku mempersatukan atau memperhubungkan penutur
berbagai dialek bahasa. Bahasa Indonesia baku mengikat kebhinekaan rumpun
dan bahasa yang ada di Indonesia dengan mangatasi batas-batas kedaerahan.
2. Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai penanda kepribadian
Bahasa Indonesia baku merupakan ciri khas yang membedakannya dengan
bahasa-bahasa lainnya. Bahasa Indonesia baku memperkuat perasaan
kepribadian nasional masyarakat bahasa Indonesia baku. Dengan bahasa
Indonesia baku kita menyatakan identitas kita.
3. Bahasa Indonesia baku berfungsi penambah wibawa
Pemilikan bahasa Indonesia baku akan membawa serta wibawa atau prestise.
Fungsi pembawa wibawa berkaitan dengan usaha mencapai kesederajatan
dengan peradaban lain yang dikagumi melalui pemerolehan bahasa baku. Di
samping itu, pemakai bahasa yang mahir berbahasa Indonesia baku “dengan
baik dan benar” memperoleh wibawa di mata orang lain. Fungsi yang
meyangkut kewibawaan itu juga terlaksana jika bahasa Indonesia baku dapat
dipautkan dengan hasil teknologi baru dan unsur kebudayaan baru. Warga
masyarakat secara psikologis akan mengidentifikasikan bahasa Indonesia
baku dengan masyarakat dan kebudayaan modern dan maju. Gengsi juga
melekat pada bahasa Indonesia karena ia dipergunakan oleh masyarakat yang
berpengaruh yang menambah wibawa pada setiap orang yang mampu
menggunakan bahasa Indonesia baku.
4. Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai kerangka acuan
Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai kerangka acuan bagi pemakainya
dengan adanya norma atau kaidah yang dimodifikasi secara jelas. Norma atau
kaidah bahasa Indonesia baku itu menjadi tolok ukur pemakaian bahasa
Indonesia baku secara benar. Oleh karena itu, penilaian pemakaian bahasa
Indonesia baku dapat dilakukan. Norma atau kaidah bahasa Indonesia baku
juga menjadi acuan umum bagi segala jenis pemakaian bahasa yang menarik
10

perhatian karena bentuknya yang khas, seperti bahasa ekonomi, bahasa


hukum, bahasa sastra, bahasa iklan, bahasa media massa, surat-menyurat
resmi, bentuk surat keputusan, undangan, pengumuman, kata-kata sambutan,
ceramah, dan pidato.
Bahasa Indonesia baku dipakai di dalam beberapa konteks :
1. Dalam komunikasi resmi, yaitu dalam surat-menyurat resmi atau dinas,
pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi resmi, perundang-
undangan, penamaan dan peristilahan resmi.
2. Dalam wacana teknis, yaitu dalam laporan resmi dan karangan ilmiah berupa
makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan laporan hasil penelitian.
3. Pembicaraan di depan umum, yaitu ceramah, kuliah, khotbah.
4. Pembicaraan dengan orang yang dihormati, yaitu atasan dengan bawahan di
dalam kantor, siswa dan guru di kelas atau di sekolah, guru dan kepala
sekolah di pertemuan-pertemuan resmi, mahasiswa dan dosen di ruang
perkuliahan.
2.3.2 Bahasa Indonesia tidak baku atau bahasa tidak baku
Bahasa non standar adalah bahasa yang digunakan dalam berbicara dan menulis
yang berbeda pelafalan, tata bahasa, dan kosakata dari bahasa baku dari suatu bahasa
(Richards, Jhon, dan Heidi , 1985 : 193).
Bahasa Indonesia tidak baku merupakan salah satu ragam Bahasa
Indonesia yang tidak dimodifikasi, tidak diterima dan tidak difungsikan
sebagai model masyarakat Indonesia secara luas, tetapi dipakai oleh
masyarakat secara khusus.
Bahasa Indonesia tidak baku memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Bentuk kalimatnya sederhana, singkat, kurang lengkap, tidak banyak
menggunakan kata penghubung.
2. Menggunakan kata-kata yang biasa dan lazim dipakai sehari-hari. Contoh:
bilang, bikin, pergi, biarin.
3. Biasanya digunakan dalam bahasa sehari-hari.
4. Sudah dipengaruhi oleh bahasa asing atau bahasa daerah.
11

5. Sudah dipengaruhi oleh perkembangan zaman.


6. Bentuknya mudah berubah-ubah.
7. arti yang sama meskipun terkesan berbeda dengan bahasa baku
Faktor yang menyebabkan munculnya kata tidak baku yaitu :
1. Yang menggunakan bahasa tidak mengetahui bentuk penulisan yang
dimaksud.
2. Yang menggunakan bahasa tidak memperbaiki ksalahan pengguna suatu kata
itu sebab dari menculnya bahasa baku ada.
3. Yang menggunakan bahas terkena pengaruh orang yang biasa menggunakan
kata tidak baku.
4. Yang menggunakan bahasa sudah terbiasa menggunakan bahasa tidak baku.

Contoh Kata Baku dan Tidak Baku :

Kata baku Kata tidak baku

Aktif Aktip

Pasif Pasip

Apotek Apotik

Efektif Efektip

Karena Karna

Foto Poto

Biosfer Biosfir

Bus Bis

Objek Obyek

November Nopember

Praktik Praktek
12

Negeri Negri

Teknik Tekhnik

Daftar Daptar

Nasihat Nasehat

Abjad Abjat

Adhesi Adesi

Afdal Afdol

Ambulans Ambulan

Antre Antri

Alarm Alaram

Asyik Asik

Adzan Azan

Anda mungkin juga menyukai