Anda di halaman 1dari 27

Induktansi

Topik Pekan Ini

Setelah mempelajari bab ini mahasiswa


seharusnya memahami:
 Induktansi bersama dan induktansi-sendiri
 Energi medan magnetik
 Rangkaian R-L, L-C dan L-R-C
Induktansi Bersama

Bila suatu arus i1 yang berubah-ubah dalam


sebuah rangkaian menyebabkan sebuah fluks
magnetik yang berubah-ubah dalam rangkaian
2 

kedua, maka sebuah TGE diinduksi dalam


rangkaian kedua.
di1
ε2  M
dt
Konstanta M dinamakan induktansi bersama.
Induktansi Bersama

Serupa halnya, sebuah arus i2 yang berubah-


ubah dalam rangkaian kedua akan menginduksi
sebuah tge dalam rangkaian yang pertama.
di2
ε1  M
dt
Satuan SI dari induktansi bersama M adalah
henry, yang disingkat H.
Induktansi Bersama

Jika rangkaian-rangkaian itu berturut-turut adalah


koil kawat dengan N1 dan N2 lilitan, maka
induktansi bersama itu dapat dinyatakan dalam
fluks rata-rata B2 yang melalui setiap lilitan koil 2
yang disebabkan oleh arus i1 dalam koil 1.
N2ΦB2 N1ΦB1
M  
i1 i2
Atau dinyatakan dalam fluks rata-rata B1 yang
melalui setiap lilitan koil 1 yang disebabkan oleh
arus i1 dalam koil 2.
TGE Induksi Sendiri

Arus dalam rangkaian akan menimbulkan medan


magnetik yang menyebabkan fluks magnetik
melalui koil tersebut. Bila arus dalam rangkaian
berubah, fluks juga berubah, dan tge induksi-
sendiri akan muncul dalam rangkaian tersebut.
Induktansi Sendiri

Suatu arus i yang berubah-ubah dalam


sebarang rangkaian akan menginduksi

sebuah tge dalam rangkaian yang sama
itu, yang dinamakan tge induksi sendiri.
di
ε  L
dt
Konstanta L dinamakan induktansi atau
induktansi sendiri.
Induktansi Sendiri

Induktansi sebuah koil yang terdiri atas N


lilitan dikaitkan kepada fluks
 B rata-rata
yang melalui setiap lilitan yang disebabkan
oleh arus i dalam koil itu.
NΦB
L
i

Sebuah alat rangkaian yang dimaksudkan


untuk mempunyai induktansi yang cukup
besar dinamakan sebuah induktor.
Induktor L

Bila sebuah arus i mengalir dari a ke b melalui


sebuah induktor, potensial itu turun dari a ke b
bila di/dt positif (arus yang semakin bertambah).
Dalam setiap kasus Vab = Va – Vb = L di/dt.
Bila i konstan Vab = 0.
Energi Medan Magnetik

Sebuah induktor dengan induktansi L yang


mengangkut arus i mempunyai energi.
1 2
U  Li
2

Energi ini diasosiasikan dengan medan


magnetik induktor. Jika medan berada dalam
ruang hampa, maka kerapatan energi magnetik
u (energi per satuan volume) adalah:
B2
u
2μ0
Rangkaian R-L

di
ε  iR  L  0
dt
di ε  iR ε R
   i
dt L L L
Pertumbuhan Arus dalam
Rangkaian R-L

ε
i  1  e Rt/L 

L R
R
 konstanta waktu untuk sebuah
rangkaian R - L
Peluruhan Arus dalam
Rangkaian R-L

(R/ L)t
i  I0 e
di
0  i R  Li
2
dt
L

R
= konstanta waktu untuk
sebuah rangkaian R -L
Rangkaian L-C
Rangkaian L-C
Rangkaian L-C

Sebuah rangkaian L-C, yang mengandung


induktansi L dan kapasitansi C, mengalami
osilasi listrik dengan frekwensi sudut .
1

LC
Rangkaian seperti ini analog dengan sebuah
osilator harmonik, dimana induktansi L analog
dengan masa m, 1/C analog dengan konstanta
gaya k, muatan q analog dengan pergeseran x,
dan arus i analog dengan kecepatan v.
Tabel Osilasi Rangkaian L-C
Rangkaian R-L-C

Sebuah rangkaian seri L-R-C, yang mengandung


induktansi, resistansi (hambatan) dan kapasitansi,
mengalami osilasi teredam untuk hambatan yang
cukup kecil. Frekuensi ’ dari osilasi teredam itu
adalah 1 R2
ω'   2
LC 4L
Energi ini diasosiasikan dengan medan magnetik
induktor. Jika medan berada dalam ruang hampa,
maka kerapatan energi magnetik u (energi per
satuan volume) adalah:
Rangkaian R-L-C

a. kurang redam (R kecil)


b. teredam kritis (R2=4L/C)
c. kelewat redam (R sangat besar)
Induktansi
 Hukum Faraday memberikan :

d  N B 
  11.1
dt
 Dengan :

N
L  Li  NΦ
B
B
11.2
i
 Sehingga :
d  N B 
   L
di
11.3a 
dt dt

 Dituliskan dalam bentuk : L   11.3b 

di dt
20
Perhitungan Induktansi
N B
L
 Dari persamaan (11.2): i
 Kita hitung induktansi L sebuah penampang
yang panjangnya l di dekat pusat sebuah
solenoida yang panjang.
N B  nl BA

 Medan magnet B untuk sebuah solenoida :


B   0 ni
 Menggabungkan persamaan-persamaan di atas
maka dihasilkan : N   n 2liA
B 0

N B
 21 Persamaan (11.4) menjadi : L    0 n 2
lA
i
RANGKAIAN LR
i
a c
S
b R
L
ε

Jika ac dihubungkan: Jika ab dihubungkan:


i

R
L
ε εL

22
Jika ac dihubungkan: Jika ab dihubungkan:
i

R
L
ε εL

  iR  L
di
11.6 di
0  L  iR 11.9
dt dt
   Rt / L

i  1  e  Rt / L
R
 11.7  i e
R
11.10
di   Rt / L
 e 11.8
dt L
23
Energi dalam medan magnet
dan medan Listrik
 Energi Tersimpan dalam  Energi Tersimpan dalam
Medan Magnet Medan Listrik

1 2
U B  Li 11.11 1
U B  CV 2
2 2
 Kerapatan Energi dalam
Medan Listrik
 Kerapatan Energi dalam
Medan Magnet 1
uB   0 E 2
1 B2 2
uB  11.12
2 0

24
1. Hitung nilai induktansi sebuah solenoida jika N =
100, l = 5 cm, dan A = 0,30 cm2.

25
2. Sebuah induktor 3 H ditempatkan seri dengan
sebuah hambatan 10 Ω, dan sebuah tegangan
gerak elektrik sebesar 3 V tiba-tiba dipakaikan
pada gabungan tersebut. Pada waktu 0,3 detik
setelah hubungan dibuat, (a) Berapakah daya
pada saat energi diantarkan oleh baterai ? (b)
Pada daya berapakah energi muncul sebagai
energi termal di dalam hambatan tersebut ? (c)
Pada daya berapakah energi disimpan di dalam
medan magnet ?

26
3. Sebuah koil mempunyai sebuah induktansi
sebesar 5 H dan sebuah resistansi sebesar 20 Ω.
Jika dipakaikan sebuah tegangan gerak elektrik
100 V, berapakah energi yang disimpan di dalam
medan magnet setelah arus menimbun sampai
nilai maksimumnya ε/R ?

27

Anda mungkin juga menyukai