Anda di halaman 1dari 13

JURNAL INKUIRI

ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 4, 2015 (hal 87-99)


http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI MODEL


PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY DIPADU DENGAN
NUMBERED HEAD TOGETHER PADA MATERI STRUKTUR
TUMBUHAN DAN PEMANFAATANNYA DALAM
TEKNOLOGI DI SMPN 4 KARANGAYAR

Rizki Permata Yusniawati1, Sajidan2, Sugiyarto3


1Program Studi Magister Pendidikan Sains, FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
kiki_skypea@yahoo.com
2
Program Studi Magister Pendidikan Sains, FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
adjids2002@yahoo.com
3Program Studi Magister Pendidikan Sains, FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
sugiyarto_ys@yahoo.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian yaitu: 1) mengembangkan model pembelajaran guided discovery yang dipadu dengan
NHT, 2) mengetahui kelayakan model pembelajaran guided discovery yang dipadu dengan NHT, 3)
mengetahui efektifitas model pembelajaran guided discovery yang dipadu dengan NHT pada materi struktur
tumbuhan dan pemanfaatannya dalam teknologi di SMPN 4 Karangayar. Penelitian menggunakan metode
Research And Development (R & D) mengacu pada model Borg, and Gall (1981) yang dimodifikasi menjadi
sembilan tahap. Analisis hasil penelitian menggunakan dua teknik yaitu deskriptif dan kualitatif.Hasil
penelitian meliputi: 1) hasil pengembangan model pembelajaran paduan antara guided discovery dengan
NHT yaitu model Numbered Team in Guided Discovery (NTGD). Model NTGD memiliki lima unsur utama
model pembelajaran yaitu adanya sintak, sistem sosial, sistem pendukung, peran guru dan siswa, dampak
instruksional dan dampak pengiring. Sintak NTGD meliputi tahap Nomori, Amati, Pertayaan, Kumpulkan,
Tim diskusi, Luaskan, dan Simpulkan (NAPAKTILAS), 2) hasil pengembangan berupa model NTGD
disertai dengan perangkat pembelajaran, LKS, dan materi ajar berdasarkan validasi dari ahli dan praktisi
layak digunakan, 3) model NTGD efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Keefektifan model
ditunjukkan oleh perbedaan yang signifikan dari rerata hasil belajar antara kelas penerapan model NTGD
lebih baik dibanding kelas existing lerning. Perbedaan hasil belajar kelas model pada ranah afektif dalam
sikap bekerjasama, teliti, disiplin, tanggungjawab dan inovatif lebih baik dibandingkan dengan kelas existing
lerning; hasil belajar ranah kognitif pada kelas implementasi model NTGD memperoleh 79,36 dan kelas
existing learning64,75; ranah psikomotor kelas implementasi model memperoleh 95,96 dan kelas existing
learning79,36.
Kata kunci: guided discovery, NHT, Numbered Team Guided in Discovery (NTGD), research and
development (R&D), hasil belajar

Pendahuluan proses perolehan pengetahuan tersebut. Oleh


Sains menurut Nuryani (2005) sebab itu, pembelajaran sains berorientasi
merupakan body of knowledge, karena sains pada empat hal yaitu konten atau produk,
berisi kumpulan fakta hasil observasi dan proses atau metode, sikap dan teknologi
penelitian yang menjelaskan apa, mengapa (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008).
dan bagaimana suatu fenomena dapat terjadi. Empat komponen diharapkan
Pengetahuan sendiri terdiri dari dari konsep, berkesinambungan agar siswa dapat
prinsip, fakta, hukum teori tentang dunia di memahami sains secara utuh.
sekitar kita bekerja (Nuryani, 2005). Proses pembelajaran di sekolah
Pembelajaran Sains tidak hanya sebatas merupakan salah satu bagian penting dalam
memberikan pengetahuan, namun meliputi mengenalkan siswa tentang sains.

87
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 4, 2015 (hal 87-99)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Pembelajaran sains tidak cukup hanya analisis hasil Ujian Nasional Tahun Pelajaran
dengan penyampaian informasi dari guru ke 2012/2013 menunjukkan bahwa SMP N 4
siswa, tetapi siswa juga diharapkan dapat Karanganyar menduduki peringkat ke-20 dari
memahami proses terjadinya fenomena 76 sekolah, dengan rata-rata nilai UN IPA
melalui berbagai kegiatan seperti 6,82 (BSNP, 2012a; BSNP, 2013b).
pangamatan, percobaan, penemuan dan Salah satu nilai Kompetensi dasar yang
diskusi. Melalui pembelajaran sains siswa patut mendapat perhatian adalah Materi
juga akan ditanamkan sikap ilmiah dan Struktur dan Fungsi Jaringan/ Organ pada
kecakapan menggunakan teknologi yang Tumbuhan yang memperoleh nilai persentase
berkembang di sekitar mereka. Proses 54,21% pada tahun pelajaran 2011/2012 dan
pembelajaran sains di sekolah tidak akan 64,98% pada tahun pelajaran 2012/2013.
lepas dari penggunaan model pembelajaran. Mengacu pada rendahnya persentase pada
Model pembelajaran yang digunakan memuat standar proses dan hasil ujian nasional, maka
empat komponen yaitu produk, proses, sikap dilakukan observasi lanjutan di SMP N 4
dan teknologi. Selain mengacu kepada Karanganyar. Hasil observasi menunjukkan
keempat komponen, model pembelajaran bahwa kegiatan pembelajaran di kelas lebih
sains juga memberikan proses pengalaman sering dilakukan dengan ceramah
belajar (kebermaknaan) pada materi ajar. menggunakan powerpoint dari guru yang
Keberhasilan siswa dalam menguasai dilanjutkan dengan diskusi dan presentasi.
materi pelajaran salah satumya dipengaruhi Selain observasi dilakukan juga
dari kecakapan guru dalam memilih dan pemberian kuisioner, angket dan wawancara
menggunakan model pembelajaran pada pada guru dan siswa. Hasil kuisioner yang
suatu materi. Supriyono (2011) menyakan telah dilakukan kepada guru menyatakan
bahwa model pembelajaran ialah pola yang bahwa kegiatan pembelajaran IPA di sekolah
digunakan sebagai pedoman dalam telah berjalan sesuai dengan rencana. Metode
merencanakan pembelajaran di kelas maupun yang sering digunakan adalah metode
tutorial. Kesesuaian model pembelajaran ceramah, diskusi dan presentasi. Walaupun
dengan materi ajar akan mendukung begitu guru mengutarakan beberapa
keberhasilan siswa dalam memahami materi kelemahan model yang digunakan selama ini
yang diajarkan (Nuryani, 2005). Model yaitu siswa yang kurang aktif dan alokasi
pembelajaran hendaknya tidak hanya waktu yang terbatas. Guru mengaku jarang
berpusat pada guru (teacher centered), menggunakan model pembelajaran yang
namun juga melibatkan siswa secara aktif inovatif untuk proses belajar mengajar di
dalam proses pembelajaran (student kelas dengan alasan keterbatasan waktu.
centered) (Depdiknas, 2006 ). Tanggapan siswa terhadap model yang
Model pembelajaran dalam kaitannya selama ini digunakan oleh guru adalah baik.
dengan Standar Nasional Pendidikan Hasil wawancara dengan siswa menunjukkan
merupakan bagian dari Standar Proses atau bahwa metode atau strategi yang digunakan
Standar 2 dari delapan standar yang telah pada saat proses pembelajaran adalah
ditetapkan oleh BSNP. Berdasarkan hasil ceramah, diskusi dan presentasi. Siswa
observasi Delapan Standar Nasional kadang-kadang merasa bosan dengan proses
Pendidikan di SMP N 4 Karanganyar pada pembelajaran yang monoton dan
tahun 2013, diperoleh selisih antara skor mengharapkan model pembelajaran yang
ideal dengan skor perolehan yaitu 2,31%. bervariasi. Siswa mengaku jarang melakukan
Selisih pada standar proses merupakan selisih praktikum di laboratorium karena biasanya
terbayak dibanding ke tujuh standar yang guru memilih praktikum yang sederhana
lain. Berdasarkan analisis hasil Ujian tanpa menggunakan laboratorium. Siswa juga
Nasional Tahun Pelajar 2011/2012 pernah diajak untuk melakukan observasi di
menunjukkan bahwa SMP N 4 Karanganyar luar kelas pada saat proses pembelajaran IPA.
menduduki peringkat ke-40 dari 76 sekolah Guru mengharapkan adanya
dengan rata-rata nilai UN IPA 6,75 yang pengembangan model yang dapat digunakan
masih di bawah nilai rata-rata kota/kab, pada pelajaran IPA yang melibatkan
provinsi dan nasional. Sedangkan untuk eksperimen dan pratikum. Guru juga

88
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 4, 2015 (hal 87-99)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

mengharap pengembangan model tersebut learning merupakan salah satu metode yang
mampu mengakomodasi ranah kognitif, memungkinkan para anak didik terlibat
afektif dan psikomotor. Selain sesuai dengan langsung dalam kegiatan belajar mengajar,
ranah pengetahuan siswa, pengembangan sehingga mampu menggunakan proses
model yang simpel, efisien dan efektif juga mentalnya untuk menemukan suatu konsep
dibutuhkan sehingga dapat diaplikasikan atau teori yang sedang dipelajari. Tahapan
dalam prsoses pembelajaran yang memiliki pembelajaran Guided discovery meliputi
waktu terbatas. Model juga diharapkan tidak stimulation (stimulai), problem statment
hanya meningkatkan hasil belajar namun juga (penetapan masalah), data collecting
berpotensi mengembangkan kemampuan- (pengumpulan data), data proessesing
kemapuan siswa yang menunjang (pemrosesan data), verification (verifikasi)
pembelajaran sains seperti berpikir ilmiah dan generalization (menyimpulakan).
dan keterampilan proses sains. Guided discovery efektif digunakan
Salah satu pembelajaran inovatif yang dalam pembelajaran karena memuat dua
dapat digunakan pada meteri struktur kriteria penting dalam pembelajaran aktif,
tumbuhan adalah model pembelajaran yaitu membangun pengetahuan untuk
berbasis konstruktivis salah satunya adalah membentuk pemahaman tentang informasi
guided discovery atau penemuan terbimbing. baru dan mengontegrasikan pengetahuan
Berdasarkan penelitian guided discovery baru dengan pengetahuan awal siswa
dapat membangkitkan motivasi belajar sehingga terbentuk pengetahuan yang tepat
(Lavine, 2005), hasil belajar (Eva, 2013), (Mayer, 2009). Namun dalam penerapannya
kemampuan berpikir (Candra, 2012; Ali, guided discovery masih memiliki
2013), kemampuan memecahkan masalah kekurangan. Menurut Bonwell (1998) dan
(Nastiti, 2012), kemandirian, kemapuan Muhammad (2012) kekurangan tersebut
mengingat (Akinbobola & Afolabi, 2010) adalah belajar menggunakan discovery
serta pemahaman konsep-konsep tentang learning tidak akan menyelesaikan materi
sains (Bambang & Anwar, 2009; Akanmu & hingga akhir pertemuan, belajar penemuan
Fejenidagba, 2013). Pembelajaran berbasis akan memerlukan persiapan yang banyak dan
penemuan terbimbing atau Guided discovery memakan waktu, ukuran kelas yang terlalu
memberikan siswa kesempatan untuk besar atau terlalu kecil tidak sesuai dengan
menemukan sendiri fakta dan konsep tentang strategi ini.
hasil eksperimen. Selain kekurangan yang telah
Konsep dibelakang pendekatan diutarakan oleh Bonwell, kegiatan
penemuan adalah bahwa motivasi siswa pengembangan sikap sosial dalam guided
untuk belajar IPA akan meningkat apabila discovery kurang terfasilitasi. Padahal
siswa mempunyai pengalaman seperti yang melalui pembelajaran sosial atau kooperatif
dialami para peneliti ketika menemukan memberikan mekanisme penting untuk
sendiri temuan ilmiah (Dettrick dalam perkembangan peserta didik. Supriyono
Nuryani, 2005). Menurut Nuryani (2005) (2011) mengungkapkan keterlibatan dengan
apabila dalam suatu proses pembelajaran orang lain akan membuka kesempatan bagi
digunakan pendekatan penemuan berarti mereka mengevaluasi dan memperbaiki
dalam kegiatan belajar mengajar siswa diberi pemahaman.
kesempatan untuk menemukan sendiri fakta Pengabungan model ataupun
dan konsep tentang penemuan ilmiah. pendekatan dapat dilakukan untuk
Penemuan ilmiah tersebut tidak hanya mendapatkan kesuksesan dalam
menemukan fenomena atau temuan baru, merealisasikan pembelajaran untuk
namun siswa diarahkan untuk melakukan mencapau tujuan yang diinginkan (Passerini
kegiatan yang secara langsung berhubungan dan Granger, 1999). Salah satu alternatif
dengan hal yang akan ditemukan karena pada yang dapat dilakukan adalah memadukan
umumnya materi ajar sudah ditentukan oleh guided discovery dengan model pembelajaran
guru. berbasis kooperatif. Latar belakang pemilihan
Muhammad (2012) berpadangan pendekatan kooperatif diharapkan proses
bahwa discovery strategy atau discovery belajar mengajar akan lebih baik dalam

89
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 4, 2015 (hal 87-99)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

pengelolaan waktu dan struktur kelas yang dan mengemas jawaban mereka dalam
tadinya kompetitif individual akan menjadi bentuk presentasi dan diakhiri dengan
kooperatif. Pengelolaan proses belajar dari penyimpulan jawaban secara bersama-sama
segi waktu maupun siswa memiliki potensi dengan bimbingan guru.Melalui
untuk dapat dimanajemen dengan baik. Salah pengembangan dan implementasi model yang
satu model pembelajaran berbasis kooperatif tepat diharapkan dapat meningkatkan hasil
yang dinilai mampu meminimalisisr belajar siswa pada materi Struktur tumbuhan
kekuarangan dari guided discovery adalah dan pemanfaatannya dalam teknologi.
Numbered head together yang biasa dikenal
dengan NHT. Metode Penelitian
Latar belakang pemilihan NHT karena Penelitian ini dilaksanakandi SMPN 4
kelebihan dari model ini dinilai memiliki Karanganyar. Waktu pelaksanaan di semester
potensi untuk dapat meminimalkan I Tahun Pelajaran 2014/2015. Jenis penelitian
kekurangan dari guided discovery.NHT adalah penelitian dan pengembangan dari
memberikan kesempatan yang sama pada Barg and Gall (research and development)
siswa yang memiliki prestasi rendah maupun (Emzir 2012), dalam penelitian ini hanya
tinggi untuk mengutarakan jawaban (Kagan, digunakan hingga tahap ke 9.
2009; Daniel, 2013). Menurut Suproyono Tahap penelitian dan pengembangan
(2011) dengan penggunaan model NHT guru ini adalah: 1) Melakukan penelitian
memberikan kesempatan siswa untuk pendahuluan dan pengumpulan informasi
berdiskusi sehingga terjadi pertukaran (research and information collecting), 2)
pengetahuan antara siswa yang memiliki Merencanakan (planning), 3)
prestasi tinggi, rendah maupun sedang, Mengembangkan produk awal (develop
seluruh siswa dalam kelompok juga preliminary form of product), 4) Validasi
diharuskan memahami dan mengusai materi produk (preliminary field testing),5). Revisi
serta jawaban dari pertanyaan yang diberikan produk awal (main product revision), 6) Uji
oleh guru, pada akhir pembelajaran tiap coba lapangan terbatas (main field testing),7)
kelompok dapat mempresentasikan hasil Revisi produk II (operational product
diskusi mereka di depan kelas, sehingga revision),8) Uji lapangan operasional
dapat terjadi pertukaran informasi antar (operational field testing), dan 9) Revisi
kelompok.Penilitian Daniel (2013) produk akhir (final product revision).
mengungkapkan bahwa penggunaan NHT Teknik pengumpulan data yang
lebih efektif digunakan daripada digunakan adalah angket untuk analisis
pembelajaran individual. NHT membuat kebutuhan, validasi ahli, praktisi, uji skala
siswa merasa lebih nyaman dan lebih banyak terbatas, dan uji lapangan operasional.
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Lembar observasi untuk hasil belajar sikap,
Berdasarkan kelebihan dan kekurangan keterampilan, dan keterlaksanaan sintaks.
masing-masing model pembelajaran maka Wawancara untuk analisis kebutuhandan uji
perlu dikembangkan suatu model lapangan operasional. Tes untuk hasil belajar
pembelajaran inovatif yang tidak hanya pengetahuan. Instrumen dalam penelitian
memberikan kesempatan siswa untuk terdiri atas dua yaitu: instrumenpelaksanaan
memperoleh pengetahuaannya melalui penelitian dan instrumen pengambilan data.
pengamatan, namun juga memfasilitasi Instrumen yang dibuat divalidasi ahli dan
mereka untuk saling berintaraksi dengan praktisi sebelum digunakan dalam penelitian.
siswa lain melaui kegiatan diskusi, Instrumen pelaksanaan penelitian terdiri dari
pengamatan, eksperimen, pemecahan silabus, RPP, materi ajar dan instrumen
masalah bersama dan presentasi. Model penilaian kognitif, afektif, dan psikomotor.
pembelajaran yang dikembangkan dari model Instrumen pengambilan data terdiri dari
guided discovery yang dipadu dengan angket kebutuhan untuk kepala sekolah, guru,
Numbered Head Together (NHT) akan dan siswa, serta angket penilaian model.
mengakomodasi kegiatan pengamatan dan Instrumen tes pengetahuan dilakukan uji coba
penemuan yang dilakukan oleh siswa, untuk mengetahui validitas, realibilitas, daya
mengarahkan siswa untuk melakukan diskusi

90
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 4, 2015 (hal 87-99)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

beda, dan taraf kesukaran dari soal tes unsur utama model pembelajaran, model
pengetahuan. NTGD memiliki lima unsur utama model
Data analisis kebutuhan dianalisis pembelajaran yaitu adanya sintak, sistem
secara kualitatif. Data penilaian ahli dan sosial, Prinsip rekasi, sistem pendukung,
praktisi mengenai model guided discovery dampak instruksional dan dampak pengiring
yang dipadu dengan NHT skor diubah serta peran guru dan siswa.
menjadi data kualitatif berskala empat. Pada 1. Sintaks pembelajaran yang dikembangkan
uji skala kecil dilakukan pemberian angket. merupakan perpaduan dari model
Hasil angket diubah menjadi skala empat. pembelajaran dan NHT menghasilkan7
Data uji coba lapangan terdiri dari tahapan sintaks yaitu:. Nomori, Amati,
hasil keterlaksanan sintak, hasil belajar Pertanyaan, Kumpulkan, Tim Diskusi,
kognitif, afektif, dan psikomotor serta Luaskan dan
penilaian terhadap model. Hasil Simpulakan(NAPAKTILAS).Penggabung
keterlaksanaan sintak dihitung berdasarkan an sintak dapat diamati pada tabel .
hasil observasi. Hasil uji coba lapangan untuk Tabel 1. Penggabungan Sintak Model guided
hasil belajar afektif dihitung berdasarkan discovery dengan Model NHT
nilai rata-rata observasi, penilaian diri dan Sintak Guided Sintak
Sintak NTGD
Discovery NHT
penilaian antar teman untuk masing-masing Numbering
sikap. Hasil belajar kognitif dihitung (Numbering) (pemberian
berdasarkan hasil uji kompetensi kemudian Nomori nomor
dilakukan uji prasyarat untuk mengetahui siswa)
normalitas dan homogenitas data hasil belajar Stimulation (Stimulation
yang dilanjutkan dengan uji non parametrik (memberikan melalui
dengan mann whitney u test. Hasil belajar gambaran pengamatan)
awalan) Amati
psikomotor dihitung berdasarkan nilai rata-
rata hasil observasi kemudian dilakukan uji Problem (Problem Questioning
prasyarat untuk mengetahui normalitas dan statment statmen + (Pengajuan
homogenitas data hasil belajar yang (Menetapkan Questioning) pertanyaan)
dilanjutkan dengan uji non parametrik masalah) Pertanyaan
dengan mann whitney u test.Hasil penilaian Data collection (Data
terhadap model berdasarkan angket yang (mengumpulkan Collection)
diubah menjadi skala empat serta hasil data) Kumpulkan
wawancara yang disajikan secara deskriptif. Think
(Data
together
Data prosessing Prosessing +
(siswa
(mengolah data) Think together)
Hasil penelitian dan Pembahasan Tim diskusi
berpikir
A. Pengembangan model pembelajaran bersama)
guided discovery yang dipadu dengan Verification (Verification+
Answering
(pengujian Answering)
NHT (menjawab)
jawaban) Luaskan
Pengembangan model pembelajaran
model pembelajaran guided discovery yang Generalization
(Generalization)
(penarikan
dipadu dengan NHT adalah model Numbered kesimpulan)
Simpulkan
Team in Guided Discovery (NTGD). Model
NTGD dikembangkan berdasarkan analisis
2. Sistem sosial dari model NTGDadalah
kebutuhan dan kajian teori. Pengembangan
memfasilitasi interaksi siswa dengan
model dilakukan dengan menganalisis
teman dalam kelompok atau lain
kelebihan dan kekurangan model
kelompok sehingga sistem kerjasama
pembelajaran guided discovery dan model
antar siswa dapat terbentuk. Selain itu
NHT. Model NTGD dikembangkan
model NTGD juga mengarahkan interaksi
berdasarkan pandangan konstruktivis yang
antara guru dengan siswa selama
didukung oleh teori proses kognitif Piaget
pembelajaran berlangsung.
dan teori pembelajaran sosial Vygotsky, dan
3. Prinsip reaksi dalam model NTGD adalah
teori penemuan Jarome Bruner. Sesuai
pemberian masalah oleh guru dimana
dengan Joice et al (2000) mengenai lima
siswa diminta untuk memecahkan

91
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 4, 2015 (hal 87-99)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

masalah tersebut secara bersama-sama Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata


dalam satu kelompok. Kegiatan penilaian dari validator ahli masuk
pemecahan masalah dapat berjalan dengan kedalamkategori sangat baik sedangkan
baik apabila seluruh anggota kelompok untuk pratiki memperoleh rata-rata kategori
bekerjasama. baik. Perbaikan yang dilakukan sesuai
4. Sistem pendukung pada model NTGD dengan saran dan masukan dari validator ahli
yaitu silabus, RPP (Rencana Pelaksanaan dan praktisi. Saran dari ahli dan praktisi
Pembelajaran), lembar kerja siswa (LKS), diantaranya adalah pada cover, pemilihan
perangkat penilaian, laptop, LCD, ruang gambar, tampilan, menambah dasar teori,
kelas dan sumber belajar. menjabarkan secara lebih rinci mengenai
5. Dampak instruksional pada model NTGD unsur utama model dan tata tulis. Uji coba
antara lain pembelajaran menjadi berpusat lapangan terbatas dihasilkan penilaian
pada siswa (student centered), penemuan kelayakan model olehsiswa. Uji coba
konsep oleh siswa secara mandiri, hasil lapangan terbatas dilakukan pada sembilan
belajar kognitif, afektif, psikomotor. siswa pada kelas yang berbeda dengan kelas
Dampak pengiring dari model NTGD penelitian Hasil penilaian tersebut disajikan
yaitu pemberdayakan kemampuan pada table 4.
berpikir dan keterampilan proses sains Tabel 4. Hasil penilaian siswa terhadap model pada Uji
6. Peran guru dalam model NTGD adalah Coba Terbatas
No. Aspek Skor Skor Nilai
sebagai pembimbing sekaligus fasilitator ideal
yang bertugas membantu proses 1 Nuansa 54 63 85,71
pembelajaran agar dapat berjalan dengan Guided
baik. Proses pembelajaran pada model Discovery
NTGD lebih menitik beratkan pada 2 Nuansa NHT 26 27 96,30
3 Materi 16 18 88,89
kegiatan pengumpulan informasi oleh 4 Waktu 1 9 11,11
siswa secara mandiri daripada 5 Peran Guru 7 9 77,78
penyampaian penjelasan dari guru. 6 Kerjasama 9 9 100,00
7 Soal 9 9 100,00
8 Fasilitas 9 9 100,00
B. Kelayakan model pembelajaran guided pendukung
discovery yang dipadu dengan NHT 9 Sikap 9 9 100,00
Kelayakan produk pengembangan Jumlah 140 156 84,42
yang telah dibuat divalidasi oleh tiga ahli dan
satu praktisi. Ahli yang memvalidasi Berdasarkan tabel 3 hasil penilaian
diantaranya ahli pengembang model, ahli siswa terhadap model diperoleh nilai rata-rata
materi, dan ahli perangkat pembelajaran serta sebesar 84,42 dengan katagori sangat
satu orang guru mata pelajaran IPA SMPN 4 baik.Pada uji lapangan terbatas mendapatkan
Karanganyar.Hasil validasi ahli mengenai saran dan masukan dari siswa untuk
penilaian model yang dilengkapi perangkat, mengalokasikan waktu sesuai dengan
LKS dan materi ajar disajikan pada tabel 2 kegiatan dalam sintak serta mengganti video
serta penilaian praktisi pada tabel 3. dengan gambar agar lebih mengefisienkan
Tabel 2. Hasil validasi oleh ahli waktu.
No. Aspek Nilai Katagori
1 Model 73,33 Baik
2 Perangkat 86,11 Sangat baik C. Efektifitas model pembelajaran guided
pembelajaran discovery yang dipadu dengan NHT
4 LKS 98,21 Sangat baik 1. Keterlaksanaan sintak
5 Materi ajar 97 Sangat baik Data keterlaksanaan sintaks
Rata-rata 88,66 Sangat baik
pembelajaran dengan menggunakan model
Tabel 3. Hasil validasi oleh praktisi NTGD pada tahap uji coba lapangan yang
No. Aspek Nilai Katagori telah dilakukan disajikan pada Tabel 5.
1 Model 95 Sangat baik Tabel 5. Keterlaksanaan Sintaks Model Pembelajaran
2 RPP 83,33 Baik NTGD
3 LKS 75 Baik Kegiatan Guru Siswa
5 Materi ajar 82 Baik Pembelajaran
Rata-rata 83,83 Baik Pertemuan 1 85,71 71,42

92
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 4, 2015 (hal 87-99)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Kegiatan Guru Siswa MODEL EXISTING LEARNING


Pembelajaran
Pertemuan 2 100 71,42 30
Pertemuan 3 100 100
25 26
Pertemuan 4 85,71 85,71

JUMLAH SISWA
Pertemuan 5 100 100 20
Jumlah 471,42 428,55
Rata-rata 94,28 85,71 15
10 11
8 7
Tabel 5 menunjukan nilai 5
keterlaksanaan sintaks pembelajaran guru 2 2
0 0 0
dan siswa yang diperoleh dari lima kali kurang cukup baik sangat baik
pertemuan. Rerata yang diperoleh aktivitas
guru pada pertemuan I adalah 85,71, Gambar 1. Perbandingan nilai sikap gotong-royong
pada kelas model dan kelas existing learning
sedangkan siswa memperoleh 71,42.
Aktivitas guru pertemuan II adalah 100, 25
23
sedangkan aktivitas siswa adalah 71,42. 20
Aktivitas guru pertemuan III adalah 100, dan

JUMLAH SISWA
siswa memperolah 100, pertemuan 4 aktivitas 15
14
guru memperoleh 85,71 dan aktifvitas siswa
10
memperoleh 85,71. Terakhir pertemuan ke 5
aktivitas guru memperoleh 100 dan siswa 5 6
4 4
memperoleh 85,71. Rata-rata keterlaksanaan 1
0 0
sintak baik guru maupun siswa menunjukkan
kurang cukup baik sangat
sintak dapat dilaksanakan dengan sangat baik
baik.
Gambar 2. Perbandingan nilai sikap Teliti pada kelas
2. Hasil belajar afektif model dan kelas existing learning
Hasil belajar afektif siswa dinilai untuk
mengetahui pencapaian afektif yang aspek 20
19
dan indikator telah disesuaikan dengan tujuan
penelitian. Hasil afektif yang dinilai adalah 15
JUMLAH SISWA

gotong-royong, teliti, disiplin, tanggung- 13


jawab, dan inovatif. Perbandingan nilai 10
afektif siswa kelas model dan kelas existing 8
7
learning dapat dilihat pada Tabel 6dan 6
5
Gambar 1, Gambar 2, Gambar 3, Gambar 4, 2
dan Gambar 5. 1
0 0
Tebel 6.Perbandingan nilai afektif kelas model dan kurang cukup baik sangat
kelas existing learning baik

Jumlah Siswa Gambar 3. Perbandingan nilai sikap Disiplin pada kelas


Sikap
model dan kelas existing learning
SB B C K
30
M EL M EL M EL M EL
Gotong 25 26
26 11 2 7 - 8 - 2
JUMLAH SISWA

royong
20
Teliti 23 14 4 4 1 6 - 4
15
Disiplin 19 13 7 8 - 6 2 1
10 12
10
Tanggung 6
jawab
26 12 2 10 - 6 - - 5
0 2
Inovatif 25 12 3 5 - 10 - 1 0 0 0
kurang cukup baik sangat
baik
Keterangan :
SB : Sangat baik M : Kelas model NTGD Gambar 4. Perbandingan nilai sikap Tanggungjawab
B : Baik EL : Kelas Existing Learning pada kelas model dan kelas existing learning
C : Cukup
K : Kurang

93
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 4, 2015 (hal 87-99)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

30 belajar akan dipuji dan didukung oleh teman


satu timnya, ini bertolak belakang dengan
25 25 situasi di dalam kelas tradisional (Slavin,
JUMLAH SISWA

20 2009).
15 Beberapa kajian telah menemukan
12 bahwa ketika siswa bekerja bersama-sama
10 untuk meraih sebuah tujuan kelompok,
5 1
5 membuat mereka mengekspresikan norma-
3
0 0 0
norma yang baik dalam melakukan apapun
kurang cukup baik sangat yang diperlukan untuk keberhasilan
baik kelompok (Deutch, 1945; Thomas, 1975).
Gambar 5. Perbandingan nilai sikap Inovatif pada kelas Sejalan dengan kajian di atas, penelitian dari
model dan kelas existing learning Daniel (2013) mengungkapkan bahwa
pembelajaran dengan struktur kooperatif
Berdasarkan tabel 6menunjukkan melalui model NHT dapat meningkatkan
bahwa rata-rata nilai afektif siswa pada kelas semangat serta motivasi siswa untuk belajar.
model lebih tinggi dibandingkan dengan Pembelajaran dengan NTGD yang berbasis
kelas existing learning.Data nilai afektif penemuan mengarahkan siswa untuk dapat
kelas model dan kelas existing learning belajar dengan mandiri secara bertahap.
selanjutnya diuji prasyarat parametrik yaitu Akinbobola dan Affolabi (2010)
uji homogenitas dan normalitas sebelum mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan
dilakukan uji lanjut untuk mengetahui penemuan terbimbing akan mampu
keefektifan model NTGD terhadap hasil mengarahkan siswa untuk belajar secara
belajar afektif siswa. Hasil uji homogenitas mandiri dan menigkatkan motivasi siswa
dan normalitas dapat dilihat pada Tabel 7. dalam belajar (Akanmu & Fejinedagba,
Tabel 7. Uji prasyarat parametrik 2013). Selain itu kegiatan pembelajaran
Uji yang Jenis uji sig kesimpulan dengan basis penemuan meningkatkankan
dilakukan
a. Uji Kolmogorof kemampuan siswa dalam
Normalitas Smirnov mengkomunikasikan konsep (Udo, 2010).
0,042 Data kelas
Kelas Model (<0,05) model tidak
3. Hasil belajar kognitif
Ho diterima berdistribusi Data hasil belajar kognitif diperoleh
Kelas
0,200 normal& dari nilai ujian akhir bab. Perbandingan nilai
(>0,05) kelas EL
Existing
Ho ditolak berdistribusi kognitif siswa kelas modul, kelas model dan
learning
normal kelas existing learning dapat dilihat pada
b. Uji Levene 0,101 tidak Tabel dan serta data selengkapnya dapat
Homogentas Statistic (>0,05) homogen
Ho ditolak dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Perbandingan Nilai Kognitif Kelas Modul,
Model dan Existing learning
Data nilai afektif kelas model dan
Perbandingan
kelas Existing learningselanjutnya dilakukan Kelas Rata- Nilai Nilai
uji lanjut yaitu Uji Nonparametrik.Hasil uji Rata Maksimum Minimum
nonparametrik dengan Mann-Whitney U Test Modul 82,12 100,00 58,00
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil uji uji nonparametrik dengan Mann- Model 79,36 95,00 65,00
Whitney U Test Existing
64,75 83,00 50,00
Variabel Z Sig Kesimpulan learning
Kelas (model -1,852 0,044(<0,05) Ada
dan existing Ho ditolak perbedaan
learning )

Hasil belajar antara kelas model dan


existing learning tersebut sesuai dengan
pendapat Slavin bahwa di dalam kelas
kooperatif siswa yang berusaha keras, selalu
hadir di kelas, dan membantu yang lain

94
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 4, 2015 (hal 87-99)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

pembelajaran. Perbandingan nilai psikomotor


modul model existing learning
siswa kelas modul, kelas model dan kelas
120
100 95
existing learning dapat dilihat pada tabel 10.
100 Tabel 10.Perbandingan Nilai Psikomotor Kelas Modul,
82.12 79.36 83
Model dan Existing learning
80 65
64.75 58 58 Perbandingan
60 Kelas Nilai Nilai
40 Rata-Rata Maksimum Minimum
20 Modul 99,23 100,00 92,50
0 Model 95,96 100,00 90,00
rata-rata nilai nilai maksimum nilai minimum Existing
79,38 84,40 68,20
learning
Gambar 6 Perbandingan Nilai kognitif Kelas Modul,
Model dan Existing learning modul model existing learning
150
Berdasarkan rerata nilai yang diperoleh 99.23 95.96 100 100 92.5 90
100 79.38 84.4
oleh kelas yang menggunakan model NTGD 68.2
lebih baik dibanding kelas existing learning. 50
Penggunaan model NTGD berbasis pada
kegiatan penemuan atau discovery. 0
Pembelajaran dengan penemuan menurut rata-rata nilai maksimum nilai minimum
Bruner (Dahar, 2011) sesuai dengan Gambar 7.Histogram Perbandingan Nilai psikomotor
pencarian pengetahuan secara aktif oleh Kelas Modul, Model dan Existing learning
manusia dan dengan sendirinya memberikan Data nilai psikomotor kelas model dan
hasil yang paling baik. Menurut Bruner kelas existing learning selanjutnya diuji
(Supriyono, 2009) perkembangan kognitif prasyarat parametrik yaitu uji homogenitas
individu dapat ditingkatkan melalui dan normalitas sebelum dilakukan uji lanjut
penyusunan materi pelajaran dan untuk mengetahui keefektifan model NTGD
mempresentasikannya sesuai tahap terhadap hasil belajar psikomotor siswa.
perkembangan individu tersebut. Hasil uji homogenitas dan normalitas dapat
Belajar dengan metode penemuan dilihat pada tabel 11.
memberikan kesempatan secara luas kepada Tabel 11. Rangkuman Uji Prasyarat Parametrik
Uji yang Jenis uji sig kesimpulan
siswa untuk mendapatkan pengalaman. dilakukan
Melalui pengalaman belajar dengan c. Uji Kolmogorof
pengamatan langsung, siswa akan lebih Normalitas Smirnov
0,071 tidak
termotivasi untuk belajar. Hasil belajar Kelas Model (>0,05) berdistribusi
dengan memberikan pengalaman berupa Ho diterima normal
pengamatan langsung akan membuat materi Kelas 0,000
Existing (>0,05)
ajar akan bertahan lebih lama pada memori learning Ho ditolak
siswa (Dahar, 2011). Senada dengan teori d. Uji Levene 0,000 tidak
Homogentas Statistic (>0,05) homogen
Bruner, hasil penelitian Bambang dan Anwar Ho ditolak
(2009) mengungkapkan bahwa pembelajaran
dengan penemuan terbimbing sukses Berdasarkan Tabel 11 dapat
meningkatkan pemahaman konsep tentang disimpulkan bahwa pada uji normalitas
pendidikan sains. Hasil penelitian tersebut dengan Kolmogorof Smirnof pada kelas
dapat membuktikan bahwa pembelajaran model berdistribusi normal dan kelas existing
dengan penemuan terbimbing dapat learning menunjukkan data tidak terdistribusi
menigkatkan pemahaman konsep sehingga normal, sedangkan uji homogenitas dengan
meningkatkan hasil belajar siswa. Levene Statistic menunjukkan data populasi
4. Hasil belajar psikomotor tidak homogen. Data nilai psikomotor kelas
Hasil belajar psikomotor siswa dinilai model berdistribusi normal dan kelas existing
untuk mengetahui pencapaian psikomotor learning yang tidak berdistribusi normal dan
yang aspek dan indikator telah disesuaikan tidak homogen selanjutnya dilakukan uji
dengan tujuan penelitian. Hasil psikomotor lanjut yaitu Uji Nonparametrik.Hasil uji
yang dinilai adalah aktivitas siswa selama

95
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 4, 2015 (hal 87-99)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

nonparametrik dengan Mann-Whitney U Test langsung. Sesuai dengan Kelly (2006),


dapat dilihat pada tabel 12. pengunaan penemuan terbimbing dalam kelas
Tabel 12. Rangkuman Mann-Whitney U Test memberikan siswa kesempatan untuk
Variabel Z Sig Kesimpulan
Kelas (model dan -6,452 0,000 Ada
mengembangkan proses ilmiah yang benar.
existing learning ) (<0,05) perbedaan Siswa mendapatkan keuntungan untuk
Ho ditolak membangun pengetahuannya berdasarkan
kombinasi dari fakta, teori dan pengalaman.
Tabel 12 menunjukkan bahwa terdapat Pembelajaran dengan penemuan terbimbing
perbedaan antara hasil belajar psikomotor membuat siswa merasa nyaman untuk
siswa kelas model dengan kelas existing mencoba sehingga lebih memahami materi
learning. Hasil Mann-Whitney Test (Dorin, 2008). Paradigma baru dalam
memperlihatkan adanya perbedaan signifikan pembelajaran sains tidak lagi mengarahkan
antara kelas model dengan kelas existing siswa untuk memperoleh hukum dan konsep
learning yang menunjukkan bahwa dari buku teks, namun memberikan
penggunaan model NTGD dalam kesempatan kepada siswa untuk
pembelajaran dapat memberdayakan hasil mengeksplorasi, mencoba, terkadang bermain
belajar psikomotor siswa. dan menikmati belajar dalam dunia mereka,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seperti layaknya para ilmuan yang melakukan
rata-rata nilai psikomotor siswa pada kelas penelitian di laboratorium (Ostrovsky et al,
implementasi model NTGD lebih tinggi 1991).
dibandingkan dengan kelas existing learning 5. Penilaian guru dan siswa terhadap model
yang menggunakan model ceramah, diskusi, Hasil penilaian model pembelajaran
dan tanya jawab.Rata-ratayang diperoleh NTGD oleh siswa dilakuakan dengan
siswa pada kelas implementasi model NTGD menggunaan angket dan wawancara kepada
adalah 95,96 sedangkan dengan kelas beberapa siswa. Data hasil analisis angket
existing learning 79,38. penilaian model disajikan pada Tabel 13.
Penilaian psikomotor siswa diamati Tabel 13. Hasil Analisis Angket Penilaian Model
dari aspek persiapan alat dan bahan, No Pernyataan Jumlah Nilai
skor
pelaksanaan praktikum sesuai dengan 1 Menyenangkan 106 94,64
prosedur, menuliskan hasil pengamatan, 2 Membuat semangat dan aktif 102 91,07
menyimpulkan dan mempresentasikan hasil Mengarahkan untuk berfikir
3 87 77,67
pengamatan. Aspek persiapan alat dan bahan, ilmiah
pelaksanaan praktikum dan menuliskan 4 Fokus belajar 96 85,71
hasilpengamatan dapat diamati dalam tahap Ingin menggunakan kembali
5 untuk materi berikutnya 101 90,17
kumpulkan. Aspek menyimpulkan dapat
diamati pada tahap simpulkan. Aspek
mempresentasikan dapat diamati pada tahap Hasil wawancara terhadap guru
luaskan. Hasil belajar psikomotor pada kelas menunjukkan bahwa tanggapan guru positif
model sesuai dengan hasil penelitian oleh dengan pembelajaran menggunakan model
Todd et al (2010). Penelitian Todd pembelajaran NTGD, pembelajaran dengan
mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan model NTGD dapat meningkatkan hasil
kooperatif membuat siswa memiliki tingkat belajar dan KPS, penggunaan NTGD dapat
keterampilan serta perilaku yang baik. memfasilitasi pendekatan saintifik, guru
Pembelajaran dengan menggunakan NTGD merasa tidak mengalami kesulitan
yang mengadopsi keunggulan kooperatif dari menggunakan model NTGD, model NTGD
NHT mampu memfasilitasi siswa untuk dapat menjadi alternatif model pembelajaran
mengembangkan keterampilan mereka dalam IPA.
melakukan pengamatan dan eksperimen. Hasil wawancara terhadap siswa
Kelas yang menggunakan NTGD menunjukan bahwa model pembelajaran
memiliki kesempatan untuk membangun NTGD menyenangkan dan mudah
keterampilan lebih baik dibanding kelas dimengerti. Selain itu model NTGD dapat
existing learning. Kelas NTGD memfasilitasi meningkatkan hasil belajar dan KPS.
siswa untuk melakukan pengamatan secara Menurut siswa model ini dapat

96
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 4, 2015 (hal 87-99)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

mengembangkan kemampuan menanya, rerata hasil belajar antara kelas existing


mencoba, menalar dan mengamati. Model learning dengan kelas penerapan model
NTGD juga membuat siswa merasa lebih NTGD, dengan hasil belajar pada ranah
aktif dalam mengikuti pelajaran. Namun afektif dalam sikap bekerjasama, teliti,
siswa juga memberikan saran agar ketika disiplin, tanggungjawab dan inovatif lebih
menggunakan model NTGD kadang terlalu baik dibandingkan dengan kelas existing
serius, seharusnya ada saat untuk bercanda learning; hasil belajar ranah kognitif pada
dan tidak terlau tegang. Siswa memeberi kelas implementasi model NTGD
masukan juga agar LKS ditambah dengan memperoleh 79,36 dan kelas existing
warna dan gambar yang menarik sehingga learning 64,75; ranah psikomotor kelas
lebih memacu ssiwa untuk belajar. Model implementasi model memperoleh 95,96
NTGD menurut pendapat siswa dapat dan kelas existing learning 79,36.
menjadi alternatif model pembelajaran IPA Mengacu pada hasil dan pelaksanaan
untuk materi-materi berikutnya. penelitian maka direkomendasikan:
Kesimpulan dan Rekomendasi 1. Bagi guru
Kesimpulan yang diperoleh dari a. Penerapan model pembelajaran NTGD
penelitian dan pengembangan ini adalah memerlukan waktu persiapan yang cukup
sebagai berikut: dan baik agar pembelajaran berjalan
1. Hasil pengembangan model pembelajaran sesuai dengan RPP
paduan antara Guided discovery dengan b. Model pembelajaran NTGD dimanfaatkan
NHT adalah model pembelajaran yaitu secara optimal oleh guru sebagai salah
model Numbered Team in Guided satu contoh pengembangan model
Discovery (NTGD). Model NTGD pembelajaran dengan materi yang lain
memiliki lima unsur utama model c. Pengembangan model pembelajaran
pembelajaran yaitu adanya sintak, sistem memerlukan kemampuan guru dalam
sosial, sistem pendukung, peran guru dan pembuatan model dan validasi dari ahli-
siswa, dampak instruksional dan dampak ahli yang kompeten agar dihasilkan model
pengiring. Sintak NTGD meliputi tahap pembelajaran yang baik
Nomori, Amati, Pertayaan, Kumpulkan, d. Kegiatan eksperimen pada tahap
Tim diskusi, Luaskan, dan Simpulkan kumpulkan dapat disesuaikan dan
(NAPAKTILAS). dikembangkan dengan materi yang akan
2. Hasil pengembangan berupa model digunakan oleh guru
NTGD disertai dengan perangkat 2. Bagi Penelitian Lanjutan
pembelajaran, LKS, dan materi ajar layak a. Peneilitian ini masih terbatas pada uji
digunakan. Kelayakan model lapangan yang melibatkan satu sekolah
pembelajaran NTGD berdasarkan sehingga perlu dilakukan penelitian
penilaian dari ahli model memperoleh lanjutan dan diseminasi dengan
73,33 dengan kategori baik, ahli menggunakan sampel yang lebih luas.
perangkat memperoleh 86,11 dengan Pemanfaatan model pembelajaran NTGD
kategori sangat baik, LKS memperoleh dapat disosialisasikan di sekolah-sekolah
98,21 dengan kategori sangat baik, materi lain dan pada berbagai jenjang pendidikan
ajar memperoleh 97 dengan kategori b. Perlu adanya pengkajian lanjutan dengan
sangat baik dan penilaian praktisi untuk experimental research tentang dampak
model pembelajaran memperoleh 95 implementasi hasil pengembangan model
dengan kategori sangat baik, perangkat berupa NTGD dibandingkan dengan
memperoleh 83,33 dengan kategori sangat guided discovery maupun NHT dalam
baik, LKS memperoleh 75 dengan berbagai aspek
kategori baik, materi ajar memperoleh 82
dengan kategori baik. Daftar Pustaka
3. Model pembelajaran NTGD efektif untuk Akanmu, M.A., & Fejenidagba. 2013. Guided-
meningkatkan hasil belajar siswa. discovery Learning Strategy and Senior
Efektifitas model ditunjukkan dengan School Students Performance in
adanya perbedaan yang signifikan dari Mathematics in Ejigbo, Nigeria. Journal of
Education and Practice, 4 (12): 82-89.

97
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 4, 2015 (hal 87-99)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Akinbobola & Afolabi. 2010. Constructivist Dorin, D. 2008. Integration of Guided Discovery
practices through guided discovery in the Teaching of Real Analisis. Paper
approach: The effect on students’ cognitive The University of Arizona USA.
achievement in Nigerian senior secondary Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan:
school physics. Eurasian Journal Physcal Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta : Raja
Chemistry Education, 2(1):16-25. Grafindo Persada.
Ali, G. 2013. Studying the Effect of Guided Eva, A. 2013. Pengembangan LKS Terstruktur
Discovery Learning on Reinforcing The Berbasis Guided Discovery Learning
Creative Thingking of Sixth Grade Girl (Penemuan Terbimbing) pada Pokok
Student in Qom during 2012-2013 Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Kelas
Academic Year. Journal of Applied Sciece VII Semester 2 SMP Negeri 2 Margorejo.
and Agriculture, 8(5): 576-584. Skripsi IKIP PGRI Semarang.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2012. Joyce, C. 2002. Discovery Learning for the 21st
Laporan Hasil Ujian Nasional SMP/MTs Century: What is it and how does it
Tahun Pelajaran 2011/2012. Jakarta: Pusat compare to traditional learning
Penilaian Pendidikan BALITBANG in effectiveness in the 21st Century?.
KEMENDIKBUD Paper Valdosta State University.
. 2013. Laporan Hasil Ujian Nasional SMP/MTs Kagan, S. & Kagan, M. 2009. Kagan Cooperative
Tahun Pelajaran 2012/2013. Jakarta: Pusat Learning. San Clemetente, CA: Kagan
Penilaian Pendidikan BALITBANG Publishing.
KEMENDIKBUD Kelly, S.C. 2006. Discovery Learning VS
Bambang, S., dan Anwar, S. 2009. Traditional Instruction in Secondary
Pengembangan Model Pembelajaran Science Classroom. Paper SED 690.
Discovery Learning Ilmu Pendidikan Lavine, R.A. 2005. Commentary : Guided
untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Discovery Learning with Videotaped Case
Pendidikan Mahasiswa PGSD FIP UNY. Presentation in Neurobiology. Department
Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan 2(1): of Pharmacologi & Physioclogy JIAMSE,
54. 15: 4-7.
Bonwell, C.C. 1998. Active Learning : Energizing Mayer, R.E. 2004. Should There Be a Three-
The Class Room. Green Mountain Falls, Strikes Rule Against Pure Discovery
Co : Active Learning Workshop. Learning?: The Case for Guided Methods
Borg & Gall. 1983. Education Research an of Instruction. American Psychologist
Introduction. New York & London: Journal 59(1): 14-19.
Longman Inc Choksy. Muhammad, T.I. 2012. Pembelajaran Discovery
Candra E.P., Sunyoto E.N., & Wiyanto. 2012. Strategi & Mental Vacational skill.
Penerapan Model Pembelajaran Guided Yogyakarta : Diva Press.
Discovery pada Materi Pamantulan Nuryani R. 2005. Strategi Belajar Mengajar
Cahaya untuk Meningkatkan Berpikir Biologi. Malang : Universitas Negeri
Kritis. Unnes Physics Educational Malang.
Journal, 1(1): 26-32. Nastiti, S., Antonius,. & Woro, S. 2012.
Dahar, R.W. 2011. Teori-Teori Belajar dan Efektifitas Model Pembelajaran Guided
Pembelajaran. Jakarta : Erlangga. Discovery Learning terhadap Kemampuan
Daniel, P.B. 2003. The Effect of Implementing Memecahkan Masalah Kimia. Chemistry
The Cooperative Learning Struture, in Education 2(1): 49-55.
Numbered Head Together, in Chemestry Ostrovsky, B., Poole, P.H., & Sciortino, F. 1991.
Classes at a Rural, Low Performing High Learning Science Through Guided
School. The Interdeparmental Program in Discovery: Liquid Water and Molecular
Natural Sciences. Lousiana State Networks. Elsevier Science Publishers
University. B.V. Physica A, 177: 281-293
Depdiknas, 2006. Model Pembelajaran Terpadu Passerini, K & Granger, M. J. 2000. A
IPA SMP/MTs/SMP LB. Jakarta: Pusat Development Model for Distance Learning
Kurikulum Balitbang Diknas using The Internet. Journal Computer and
Deutc, M. 1949. A Theory of Cooperation and Education, 34: 1-15.
Competition. Human Relation, 2: 129-152 Reni, R.F. 2011. Penerapan Model Pembelajaran
Direktotat Tenaga Kependidikan. 2008. Strategi NHT (Numbered Head Together) dengan
Pembelajaran MIPA. Jakarta: Dikjen pendekatan SAVI dalam Meningkatkan
PMPTK. Hasil Belajar TIK Siswa. Skripsi FPMIPA
UPI.

98
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 4, 2015 (hal 87-99)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Slavin, R. 2009. Psikologi pendidikan: Teori,


Riset dan Praktek. Bandung : Nusa Media
Supriyono, A. 2009. Cooperative Learning Teori
dan Aplikasi PAIKEM. Surabaya: Pustaka
Pelajar
Taufik, W.D.S. 2012. Pengaruh Penerapan
Model Pembelajaran Guided Discovery
terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Teras
Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012.
Skripsi FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Thomas E.J. 1975. Effect of Facilatitative Role of
Interdependence on Group Funcitioning.
Human Relation, 10: 347-366
Todd, H., Lawrence, M,. & William, H. 2010.
Effect of Numbered Head Together on The
Daily Quiz Score and on task Behavior of
Students With Disabillities. Springer
Journal Behavior Education, 19: 222-238
Udo, M. E. 2010. Effect of Guided-Discovery,
Student- Centred Demonstration and the
Expository Instructional Strategies on
Students’ Performance in Chemistry. An
International Multi-Disciplinary Journal
Ethiopia 4(4): 16

99

Anda mungkin juga menyukai