Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari

beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme

kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama

individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya

sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis

(Marsono, 1977).

Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat

mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda

dengan vegetasi di tempat lain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Dari

segi floristis ekologis pengambilan sampling dengan cara random sampling hanya

mungkin digunakan apabila lapangan dan vegetasinya homogen, misalnya padang

rumput dan hutan tanaman (Marsono, 1977).

Hal yang perlu diperhatikan dalam analisis vegetasi adalah penarikan unit

contoh atau sampel. Dalam pengukuruan dikenal dua jenis pengukuran untuk

mendapatkan informasi atau data yang diinginkan. Kedua jenis pengukuran

tersebut adalah pengukuran yang bersifat merusak (destructive measures) dan

pengukuran yang bersifat tidak merusak (non-destructive measures) (Anonim1,

2010).

Teknik sampling kuadrat ini merupakan suatu teknik survey vegetasi yang

sering digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan. Petak contoh yang

dibuat dalam teknik sampling ini bisa berupa petak tunggal atau beberapa petak.

1
Petak tunggal mungkin akan memberikan infornasi yang baik bila komunitas

vegetasi yang diteliti bersifat homogen. Adapun petak--petak contoh yang dibuat

dapat diletakkan secara random atau beraturan sesuai dengan prinsip-prinsip

teknik sampling (Kusmana, C, 1997).

B. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui komposisi jenis,

penyebaran dan struktur dari suatu tipe vegetasi yang diamati.

C. Manfaat Praktikum

Praktikum ini dapat menambah pengetahuan mengenai metode praktikum

dan dapat memberikan informasi ilmiah terkait dengan klasifikasi dari berbagai

tumbuhan yang didapatkan di lokasi praktikum.

2
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Vegetasi

Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari

beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme

kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama

individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya

sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono

dalam Irwanto, 2007). Dengan kata lain, vegetasi tidak hanya kumpulan dari

individu-individu tumbuhan melainkan membentuk suatu kesatuan di mana

individu-individunya saling tergantung satu sama lain, yang disebut sebagai suatu

komunitas tumbuh-tumbuhan. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan

vegetasi di tempat lain karena berbeda pula faktor lingkungannya.

Analisis vegetasi merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui

seberapa besar sebaran berbagai spesies dalam suatu area melaui pengamatan

langsung. Analisis vegetasi dilakukan dengan membuat plot dan mengamati

morfologi serta identifikasi vegetasi yang ada. Kehadiran vegetasi pada suatu

landscape akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam

skala yang lebih luas. Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem

terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam

udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah

dan lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area

memberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada

struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu. Pada umumnya

3
analisis vegetasi dibedakan atas analisis vegetasi kualitatif dan kuantitatif (Syafei,

1990).

a. Analisis Vegetasi Kualitatif

Komposisi dan struktur komunitas tumbuhan secara kualitatif dan dapat di

deskripsikan dengan observasi visual tanpa sampling khusus serta pengukuran.

Studi analisi vegetasi kualitatif meliputi perhitungan secara stratifikasi, aspeksi,

sosiabilitas, floristik, dan bentuk hidup (Anonim2, 2009)

b. Analisis Vegetasi Kuantitatif

Dalam analisis ini diperlukan suatu perkiraan atau estimasi. Hal tersebut

dapat dibuat dengan observasi spesies tumbuhan pada tempat berbeda dalam

habitat. Beberapa metode yang sering digunakan adalah metode kuadrat, metode

lop, metode titik, dan metode transek. Dengan informasi kuantitatif tentang

struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan, komunitas vegetasi

dikelompokkan menjadi vegetasi iklim dan vegetasi tanah yang berhubungan erat

dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik (Anonim2,

2009).

B. Komunitas Vegetasi

Komunitas vegetasi adalah kumpulan populasi hakhluk hidup yang

berinteraksi di suatu habitat. Pengertian pandangan individualisme ialah suatu

komposisi yang dalam keadaan stabil yang mana dalam mengambil sample dari

beberapa populasi hanya diambil satu saja pada tiap spesies tidak semuanya.

Sedangkan pada pandangan organisme lebih menekankan pada komunitasnya,

tidak hanya diambil satu tetapi semuanya dijadikan sample. Keanekaragaman ada

3 yaitu kelimpahan relative, struktur trofik, bentuk dan karakter hidup.

4
Kelimpahan relative yaitu suatu kelimpahan pada satu spesies pada total

individu pada komunitas. Struktur trofik yaitu suatu struktur yang ditentukan

berdasarkan jenis makanan suatu spesies, misalnya piramida makanan. Bentuk

dan karakter hidup yaitu suatu karaker tumbuhan yang dominan, misalnya ialah

tumbuhan gugur. Para ahli menyimpulkan bahwa komunitas itu organisme super.

Ialah kumpulan organisme yang memiliki respon yang sama terhadap

lingkungannya. Secara keseluruhan presentasi kelompok 7 cukup baik beberapa

pertanyaan dari audiens sudah dapat dijawab dengan baik begitu pula audiens

dapat memahami materi yang telah disampaikan oleh anggota kelompok ini

sehingga presentasi dapat berjalan dengan lancar.

C. Faktor-Faktor Lingkungan

1. Suhu

Permukaan bumi mendapatkan energi panas dari radiasi matahari dengan

intensitas penyinaran yang berbeda-beda di setiap wilayah. Daerah-daerah yang

berada pada zona lintang iklim tropis, menerima penyinaran matahari setiap

tahunnya relatif lebih banyak jika dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya.

Selain posisi lintang, faktor kondisi geografis lainnya yang mempengaruhi tingkat

intensitas penyinaran matahari antara lain kemiringan sudut datang sinar matahari,

ketinggian tempat, jarak suatu wilayah dari permukaan laut, kerapatan penutupan

lahan dengan tumbuhan, dan kedalaman laut. Perbedaan intensitas penyinaran

matahari menyebabkan variasi suhu udara di muka bumi.

Kondisi suhu udara sangat berpengaruh terhadap kehidupan hewan dan

tumbuhan, karena berbagai jenis spesies memiliki persyaratan suhu lingkungan

hidup ideal atau optimal, serta tingkat toleransi yang berbeda-beda di antara satu

5
dan lainnya. Misalnya, flora dan fauna yang hidup di kawasan kutub memiliki

tingkat ketahanan dan toleransi yang lebih tinggi terhadap perbedaan suhu yang

tajam antara siang dan malam jika dibandingkan dengan flora dan fauna tropis.

Khusus dalam dunia tumbuhan, kondisi suhu udara adalah salah satu

faktor pengontrol persebaran vegetasi sesuai dengan posisi lintang, ketinggian

tempat, dan kondisi topografinya. Oleh karena itu, sistem penamaan habitat flora

seringkali sama dengan kondisi iklimnya, seperti vegetasi hutan tropis, vegetasi

lintang sedang, vegetasi gurun, dan vegetasi pegunungan tinggi.

2. Kelembapan Udara

Selain suhu, faktor lain yang berpengaruh terhadap persebaran makhluk

hidup di muka bumi adalah kelembapan. Kelembapan udara yaitu banyaknya uap

air yang terkandung dalam massa udara. Tingkat kelembapan udara berpengaruh

langsung terhadap pola persebaran tumbuhan di muka bumi. Beberapa jenis

tumbuhan sangat cocok hidup di wilayah yang kering, sebaliknya terdapat jenis

tumbuhan yang hanya dapat bertahan hidup di atas lahan dengan kadar air yang

tinggi.

3. Tanah

Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda

menyebabkan organisme yang hidup di dalamnya juga berbeda. Tanah juga

menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama

tumbuhan.

6
4. Angin

Di dalam siklus hidrologi, angin berfungsi sebagai alat transportasi yang

dapat memindahkan uap air atau awan dari suatu tempat ke tempat lain. Gejala

alam ini menguntungkan bagi kehidupan makhluk di bumi, karena terjadi

distribusi uap air di atmosfer ke berbagai wilayah. Akibatnya, secara alamiah

kebutuhan organisme akan air dapat terpenuhi. Gerakan angin juga membantu

memindahkan benih dan membantu proses penyerbukan beberapa jenis tanaman

tertentu.

5. Curah Hujan

Air merupakan salah satu kebutuhan vital bagi makhluk hidup. Tanpa

sumber daya air, tidak mungkin akan terdapat bentuk-bentuk kehidupan di muka

bumi. Bagi makhluk hidup yang menempati biocycle daratan, sumber air utama

untuk memenuhi kebutuhan hidup berasal dari curah hujan. Melalui curah hujan,

proses pendistribusian air di muka bumi akan berlangsung secara berkelanjutan.

Sebagaimana telah Anda pelajari di kelas X, bahwa titik-titik air hujan yang jatuh

ke bumi dapat meresap pada lapisan- lapisan tanah dan menjadi persediaan air

tanah, atau bergerak sebagai air larian permukaan, kemudian mengisi badan-badan

air, seperti danau atau sungai.

Begitu pentingnya air bagi kehidupan mengakibatkan pola penyebaran dan

kerapatan makhluk hidup antarwilayah pada umumnya bergantung dari tinggi-

rendahnya curah hujan. Wilayah-wilayah yang memiliki curah hujan tinggi pada

umumnya merupakan kawasan yang dihuni oleh aneka spesies dengan jumlah dan

jenis jauh lebih banyak dibandingkan dengan wilayah yang relatif lebih kering.

7
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Lokasi dan Waktu Praktikum

Praktikum ini dilakukan pada hari Minggu, 18 Januari 2015 di Danau

Laguna pada pukul 13:30 WIT.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum dapat dilihat pada

tabel 1 berikut.

Tabel 1. Alat dan Bahan

No. Alat dan Bahan Kegunaan


1. Meteran rol Untuk mengukur jenis tumbuhan
2. Tali raffia Untuk menentukan luas petak percobaan
3. Alat tulis dan Koran Untuk mengumpulkan data
4. Buku identifikasi Mengidentifikasi jenis tumbuhan
5. Tumbuhan Sebagai objek praktikum

C. Prosedur Kerja

1. Tentukan suatu areal tipe vegetasi yang menjadi objek untuk di analisis.

2. luas petak contoh dibuat dengan bentuk bujur sangkar atau persegi panjang

dengan ukuran 1×1m.

3. Penentuan awal petak contoh dilakukan secara acak atau secara sistematis

atau kombinasi keduanya, yaitu pertama dibuat acak dan selanjutnya

dilakukan sistematis.

4. Sampel yang diambil dalam petak contoh (plot) dimasukkan pada kantong

plastik atau koran.

8
5. Setelah data diambil semua kemudian diidentifikasi sesuai dengan buku-

buku identifikasi.

6. Dalam setiap petak contoh dicatat data setiap individu yang terdapat. Data

yang dicatat tersebut berupa:

 Kerapatan Mutlak Jenis i atau KM (i)

jumlah individu suatu jenis i


KM (i) =
jumlah total luas areal yang digunakan untuk penarikan contoh

 Kerapatan Relatif Jenis i atau KR (i)

kerapatan mutlak jenis i


KR (i) = kerapatan total seluruh jenis yang terambil dalam penarikan contoh X 100%

 Frekuensi Mutlak Jenis i atau FM (i)

jumlah satuan petak contoh yang diduduki oleh jenis i


FM (i) =
jumlah banyaknya petak contoh dibuat dalam analisis vegetasi

 Frekuensi Relatif Jenis i atau FR (i)

Frekuensi mutlak jenis i


FR (i) = X 100%
Frekuensi total seluruh jenis

 Dominansi Mutlak Jenis i atau DM (i)

DM (i) = jumlah luas basal dasar/diameter suatu jenis i atau

DM (i) = Jumlah penutupan tajuk jenis i

 Dominansi Relatif Jenis i atau DR (i)

Jumlah Dominansi mutlak jenis i


DR (i) = X 100%
Jumlah dominansi seluruh jenis

7. Tentukan besarnya Indeks Nilai Penting (INP) dari masing-masing jenis

dengan menjumlahkan parameter masing-masing jenis tersebut.

9
8. Tentukan Perbandingan Nilai Penting (SDR). SDR menunjukkan jumlah

Indeks Nilai Penting dibagi dengan besaran yang membentuknya. SDR

dipakai karena jumlahnya tidak lebih dari 100%, sehingga mudah untuk

diinterpretasikan.

10
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Dari praktikum ini ditemukan beberapa jenis tumbuhan yang dapat dilihat

pada tabel 2.

Tabel 2. Daftar Nama Jenis (latin) dan Nama Lokal

No Nama Jenis Nama Lokal


1 Mangifera indica Mangga
2 Myristica fragrans houtt Pala
3 Adiantum cuneatum Paku kawat
4 Citrus limon Lemon cui
5 Musa paradisiaca Pisang
6 Colocasia esculeuta Keladi
7 Terminalia catappa Katapang
8 Piper caduci bracteum Siri hutan
9 Solanum rudepan Terong pipit/terong hutan

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa tumbuhan yang ditemukan di

lokasi praktikum terdiri dari 9 jenis yaitu Mangifera indica (mangga), Myristica

fragrans houtt (pala), Adiantum cuneatum (paku kawat), Citrus limon (lemon cui),

Musa paradisiaca (pisang), Colocasia esculeuta (keladi), Terminalia catappa

(katapang), Piper caduci bracteum (siri hutan) dan Solanum rudepan (terong

pipit/terong hutan).

11
1. Hasil Pengamatan

Tabel 3. Jenis-jenis tumbuhan yang berada didalam Plot (kuadrat)

Plot
No Nama Jenis Jumlah
1 2 3 4 5
1 Mangifera indica 1 5 7 2 - 15
2 Myristica fragraus houtt - - - 1 - 1
3 Adiantum cuneatum 7 4 8 4 8 31
4 Citrus limon - 1 - - - 1
5 Musa paradisiaca 2 - 2 4 3 11
6 Colocasia esculeuta 5 3 - - 4 12
7 Terminalia catappa 2 - 2 4 3 11
8 Piper caduci bracteum - 2 - - 4 6
9 Solanum rudepan - - 3 - 4 7
Total 95

Dari tabel 3 di atas menunjukkan bahwa jenis yang ditemukan di lokasi

sebanyak 9 jenis. Mangifera indica ditemukan sebanyak 15, Myristica fragraus

houtt ditemukan sebanyak 1, Adiantum cuneatum ditemukan sebanyak 31, Citrus

limon sebanyak 1, Musa paradisiaca sebanyak 11, Colocasia esculeuta sebanyak

12, Terminalia catappa sebanyak 11, Piper caduci bracteum sebanyak 6 dan

Solanum rudepan sebanyak 7. Dan untuk jumlah total dari semua jenis tersebut

sebanyak 95.

2. Kerapatan

Kerapatan merupakan nilai yang menunjukkan jumlah individu dari jenis-

jenis yang menjadi angggota suatu komunitas tumbuhan dalam luas tertentu.

Sementara itu kerapatan relative menunjukkan persentase dari jumlah individu

jenis yang bersangkutan di dalam komunitasnya. Untuk hasil analisis kerapatan

dari jenis tumbuhan yang didapatkan di lokasi dapat dilihat pada tabel 4 berikut.

12
Tabel 4. Analisis Kerapatan jenis vegetasi

No. Nama Jenis KM KR %


1 Mangifera indica 15 15,79
2 Myristica fragraus houtt 1 1,05
3 Adiantum cuneatum 31 32,63
4 Citrus limon 1 1,05
5 Musa paradisiaca 11 11,58
6 Colocasia esculeuta 12 12,63
7 Terminalia catappa 11 11,58
8 Piper caduci bracteum 6 6,32
9 Solanum rudepan 7 7,37
Total 95 100

Dari tabel 4 diatas dapat diketahui nilai kerapatan tertinggi adalah

tumbuhan Adiantum cuneatum dengan nilai kerapatan mutlak (KM) 31 dan

kerapatan relative (KR) 32,63 %, dan untuk kerapatan terendah adalah tumbuhan

Myristica fragraus houtt dan tumbuhan Citrus limon dengan nilai kerapatan

mutlak (KM) 1 dan kerapatan relative (KR) 1,05 %.

3. Frekuensi

Frekuensi merupakan nilai besaran yang menyatakan derajat penyebaran

jenis di dalam komunitasnya. Angka ini diperoleh dengan melihat perbandingan

jumlah dari petak-petak yang diduduki oleh suatu jenis terhadap keseluruhan

petak yang diambil sebagai petak contoh di dalam melakukan analisis vegetasi.

Analisis frekuensi dari data yang didapatkan dapat dilihat pada tabel 5 berikut.

13
Tabel 5. Analisis Frekuensi

No. Nama Jenis FM FR %


1 Mangifera indica 0,33 2,47
2 Myristica fragraus houtt 5 37,45
3 Adiantum cuneatum 0,16 1,20
4 Citrus limon 5 37,45
5 Musa paradisiaca 0,45 3,37
6 Colocasia esculeuta 0,42 3,15
7 Terminalia catappa 0,45 3,37
8 Piper caduci bracteum 0,83 6,22
9 Solanum rudepan 0,71 5,32
Total 13,35 100

Dari tabel 5 di atas dapat diketahui frekuensi tertinggi pertama yaitu

tumbuhan Myristica fragraus houtt dan Citrus limon dengan nilai frekuensi

mutlak (FM) 5 dan frekuensi relative 37,45 %, frekuensi tertinggi kedua yaitu

tumbuhan Piper caduci bracteum dengan frekuensi mutlak (FM) 0,83 dan

frekuensi relative 6,22 %, kemudian disusul tumbuhan Solanum rudepan dengan

nilai frekuensi mutlak (FM) 0,73 dan frekuensi relative 5,32 %. Dan untuk

frekuensi terendah adalah tumbuhan Adiantum cuneatum dengan nilai frekuensi

mutlak (FM) 0.16 dan frekuensi relative (FR) 1,20 %.

4. Dominasi

Dominasi adalah besaran yang digunakan untuk menyatakan derajat

penguasaan ruang atau tempat tumbuh, beberapa luas areal yang ditumbuhi oleh

sejenis tumbuhan, atau kemampuan sesuatu jenis tumbuhan untuk bersaing

terhadap jenis lainnya. Dalam pengukuran dominasi dapat digunakan prosen

kelindungan (penutupan tajuk), luas basal areal, biomassa atau volume. Analisis

dominasi dari data yang didapatkan dapat dilihat pada tabel 6 berikut.

14
Tabel 6. Analisisi Dominasi

No. Nama Jenis DM DR %


1 Mangifera indica 66 35,11
2 Myristica fragraus houtt 42 22,34
3 Adiantum cuneatum 2 1,06
4 Citrus limon 4 2,13
5 Musa paradisiaca 7 3,72
6 Colocasia esculeuta 9 4,79
7 Terminalia catappa 32 17,02
8 Piper caduci bracteum 22 11,70
9 Solanum rudepan 4 2,13
Total 188 100

Dari tabel 6 diatas dapat diketahui bahwa dominasi jenis tertinggi pertama

adalah tumbuhan Mangifera indica dengan nilai dominasi mutlak (DM) 66 dan

dominasi relative (DR) 35,11%, dominasi tertingggi kedua adalah tunbuhan

Myristica fragraus houtt dengan nilai dominasi mutlak (DM) 42 dan dominasi

relative (DR) 22,34 %, dominasi tertinggi ketiga adalah tumbuhan Terminalia

catappa dengan nilai dominasi mutlak (DM) 32 dan dominasi relative (DR) 17,02

%, kemudian disusul tumbuhan Piper caduci bracteum dengan nilai dominasi

mutlak (DM) 22 dan dominasi relative (DR) 11,70 %, kemudian tumbuhan

Colocasia esculeuta dengan nilai dominasi mutlak (DM) 9 dan dominasi relative

(DR) 4,79 %, dan tumbuhan Musa paradisiaca dengan nilai dominasi mutlak

(DM) 7 dan dominasi relative (DR) 3,72 %, dan kemudian ada dua tumbuhan

yang memiliki nilai dominasi yang sama yaitu tumbuhan Citrus limon dan

Solanum rudepan dengan nilai dominasi mutlak (DM) 4 dan nilai dominasi

relative (DR) 2,13 %. Dan untuk nilai dominasi terendah terdapat pada tumbuhan

Adiantum cuneatum dengan dominasi mutlak (DM) 2 dan dominasi relative (DR)

1,06 %.

15
5. Indeks Nilai Penting (INP) dan Summed Dominance Ratio (SDR)

Indeks Nilai Penting (INP) didapat dari jumlah nilai relative dari

frekuensi, kerapatan dan dominasi suatu jenis, INP sering dipakai arena

memudahkan dalam interpretasi hasil analisis vegetasi. Sedangkan Perbandingan

nilai penting (Summed Dominance Ratio/SDR) adalah jumlah Indeks penting

dibagi dengan besaran yang membentuknya. SDR biasa dipakai karena jumlahnya

tidak melebihi 100 %, sehingga mudah untuk dijabarkan. Analisis INP dan SDR

dapat dilihat pada tabel 7 berikut.

Tabel 7. Analisis INP dan SDR

No. Nama Jenis INP SDR


1 Mangifera indica 53,37 17,79
2 Myristica fragraus houtt 60,84 20,28
3 Adiantum cuneatum 34,89 11,63
4 Citrus limon 40,63 13,54
5 Musa paradisiaca 18,67 6,22
6 Colocasia esculeuta 20,57 6,86
7 Terminalia catappa 31,97 10,66
8 Piper caduci bracteum 24,24 8,08
9 Solanum rudepan 14,82 4,94
Total 300 100

Dari tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa nilai INP dan SDR tertinggi

adalah tumbuhan Myristica fragraus houtt dengan nilai INP 60,84 dan SDR

20,28, kemudian Mangifera indica dengan nilai INP 53,37 dan SDR 17,79, Citrus

limon dengan nilai INP 40,63 dan SDR 13,54, Adiantum cuneatum dengan nilai

INP 34,89 dan SDR 11, 63, Terminalia catappa dengan nilai INP 31,97 dan SDR

10,66, Piper caduci bracteum dengan nilai INP 24,24 dan SDR 8,08, Colocasia

esculeuta dengan nilai INP 20,57 dan SDR 6,86, Musa paradisiaca dengan nilai

INP 18,67 dan SDR 6,22, dan untuk nilai INP dan SDR yang terendah adalah

jenis tumbuhan Solanum rudepan dengan nilai INP 14,82 dan SDR 4,94.

16
B. Pembahasan

a. Vegetasi

Analisis vegetasi merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui

seberapa besar sebaran berbagai spesies dalam suatu area melaui pengamatan

langsung. Analisis vegetasi dilakukan dengan membuat plot dan mengamati

morfologi serta identifikasi vegetasi yang ada. Kehadiran vegetasi pada suatu

landscape akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam

skala yang lebih luas. Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem

terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam

udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah

dan lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area

memberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada

struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu. Pada umumnya

analisis vegetasi dibedakan atas analisis vegetasi kualitatif dan kuantitatif (Syafei,

1990).

Komunitas vegetasi adalah kumpulan populasi hakhluk hidp yang

berinteraksi di suatu habitat. Pengertian pandangan individualisme ialah suatu

komposisi yang dalam keadaan stabil yang mana dalam mengambil sample dari

beberapa populasi hanya diambil satu saja pada tiap spesies tidak semuanya.

Sedangkan pada pandangan organisme lebih menekankan pada komunitasnya,

tidak hanya diambil satu tetapi semuanya dijadikan sample.

17
b. Faktor-Faktor Lingkungan

1. Suhu

Permukaan bumi mendapatkan energi panas dari radiasi matahari dengan

intensitas penyinaran yang berbeda-beda di setiap wilayah. Daerah-daerah yang

berada pada zona lintang iklim tropis, menerima penyinaran matahari setiap

tahunnya relatif lebih banyak jika dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya.

Selain posisi lintang, faktor kondisi geografis lainnya yang mempengaruhi tingkat

intensitas penyinaran matahari antara lain kemiringan sudut datang sinar matahari,

ketinggian tempat, jarak suatu wilayah dari permukaan laut, kerapatan penutupan

lahan dengan tumbuhan, dan kedalaman laut. Perbedaan intensitas penyinaran

matahari menyebabkan variasi suhu udara di muka bumi.

Kondisi suhu udara sangat berpengaruh terhadap kehidupan hewan dan

tumbuhan, karena berbagai jenis spesies memiliki persyaratan suhu lingkungan

hidup ideal atau optimal, serta tingkat toleransi yang berbeda-beda di antara satu

dan lainnya. Misalnya, flora dan fauna yang hidup di kawasan kutub memiliki

tingkat ketahanan dan toleransi yang lebih tinggi terhadap perbedaan suhu yang

tajam antara siang dan malam jika dibandingkan dengan flora dan fauna tropis.

Khusus dalam dunia tumbuhan, kondisi suhu udara adalah salah satu

faktor pengontrol persebaran vegetasi sesuai dengan posisi lintang, ketinggian

tempat, dan kondisi topografinya. Oleh karena itu, sistem penamaan habitat flora

seringkali sama dengan kondisi iklimnya, seperti vegetasi hutan tropis, vegetasi

lintang sedang, vegetasi gurun, dan vegetasi pegunungan tinggi.

18
2. Kelembapan Udara

Selain suhu, faktor lain yang berpengaruh terhadap persebaran makhluk

hidup di muka bumi adalah kelembapan. Kelembapan udara yaitu banyaknya uap

air yang terkandung dalam massa udara. Tingkat kelembapan udara berpengaruh

langsung terhadap pola persebaran tumbuhan di muka bumi. Beberapa jenis

tumbuhan sangat cocok hidup di wilayah yang kering, sebaliknya terdapat jenis

tumbuhan yang hanya dapat bertahan hidup di atas lahan dengan kadar air yang

tinggi.

3. Tanah

Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda

menyebabkan organisme yang hidup di dalamnya juga berbeda. Tanah juga

menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama

tumbuhan.

4. Angin

Di dalam siklus hidrologi, angin berfungsi sebagai alat transportasi yang

dapat memindahkan uap air atau awan dari suatu tempat ke tempat lain. Gejala

alam ini menguntungkan bagi kehidupan makhluk di bumi, karena terjadi

distribusi uap air di atmosfer ke berbagai wilayah. Akibatnya, secara alamiah

kebutuhan organisme akan air dapat terpenuhi. Gerakan angin juga membantu

memindahkan benih dan membantu proses penyerbukan beberapa jenis tanaman

tertentu.

19
5. Curah Hujan

Air merupakan salah satu kebutuhan vital bagi makhluk hidup. Tanpa

sumber daya air, tidak mungkin akan terdapat bentuk-bentuk kehidupan di muka

bumi. Bagi makhluk hidup yang menempati biocycle daratan, sumber air utama

untuk memenuhi kebutuhan hidup berasal dari curah hujan. Melalui curah hujan,

proses pendistribusian air di muka bumi akan berlangsung secara berkelanjutan.

Sebagaimana telah Anda pelajari di kelas X, bahwa titik-titik air hujan yang jatuh

ke bumi dapat meresap pada lapisan- lapisan tanah dan menjadi persediaan air

tanah, atau bergerak sebagai air larian permukaan, kemudian mengisi badan-badan

air, seperti danau atau sungai.

Begitu pentingnya air bagi kehidupan mengakibatkan pola penyebaran dan

kerapatan makhluk hidup antarwilayah pada umumnya bergantung dari tinggi-

rendahnya curah hujan. Wilayah-wilayah yang memiliki curah hujan tinggi pada

umumnya merupakan kawasan yang dihuni oleh aneka spesies dengan jumlah dan

jenis jauh lebih banyak dibandingkan dengan wilayah yang relatif lebih kering.

20
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil yang didapatkan di lokasi praktikum dapat disimpulkan bahwa:

1. Komposisi jenis tumbuhan yang ditemukan di lokasi praktikum terdiri dari 9

jenis diantaranya Mangifera indica, Myristica fragraus houtt, Adiantum

cuneatum, Citrus limon, Musa paradisiaca, Colocasia esculeuta, Terminalia

catappa, Piper caduci bracteum dan Solarum rudepan.

2. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa pola penyebaran dari

masing-masing jenis yang ditemukan tidak semuanya sama. Jenis Mangifera

indica, Myristica fragraus houtt, Citrus limon, Colocasia esculeuta,

Terminalia catappa, Piper caduci bracteum, dan Solarum rudepan pola

sebarannya acak, dan untuk jenis Adiantum cuneatum dan Musa paradisiaca

pola sebarannya mengelompok.

B. Saran

Dari praktikum ini dapat disarankan bahwa kehati-hatian dalam

melakukan praktikum itu perlu diperhatikan untuk dapat diutamakan, hal ini agar

kita tidak terluka saat malakukan praktek dalam mengukur diameter untuk

tumbuhan berduri.

21
DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. 2010. Teknik Analisis Vegetasi Metode dengan Petak.


(http://www.irwantoshut.net/analisis_vegetasi_Teknik_Analisis_Vegetasi.
html) Diakses 27 Maret 2012.

Anonim2.2009.AnalisisVegetasi.
(http://bpkaeknauli.org/index.php?option= comcontent&task=view&id
=18&Itemid=5). Diakses pada 27 Maret 2012.

Hariyanto, Sucipto, dkk. 2008. Teori dan Praktik Ekologi. Surabaya: Penerbit
Universias Airlangga (Airlangga Press).

John E. Weaver and Frederic E. Clements. 1938. Plant Ecology. New York;
London: McGraw-Hill Book Company, inc.

Kershaw, K.A. 1979. Quantitatif and Dynamic Plant Ecology. London: Edward

Arnold Publishers.

Kusmana, C, 1997. Metode Survey Vegetasi. Bogor: PT. Penerbit Institut


Pertanian Bogor.

Marsono, D. 1977. Diskripsi Vegetasi dan Tipe-tipe Vegetasi Tropika. Bagian


Penerbitan Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan Universitas Gajah
Mada, Yogyakarta.

Utoyo, B. 2014.Geografi Membuka Cakrawala Dunia Kelas XI.


(https://www.blogger.com/Hendry.boby.hartono.Diakses pada 04
November 2014.

22
Lampiran 1
Tabel 9. Pengolahan Data Frekuensi
Plot
No Nama Jenis FM
1 2 3 4 5
1 Mangifera indica 1 5 7 2 - 0,33
2 Myristica fragraus houtt - - - 1 - 5
3 Adiantum cuneatum 7 4 8 4 8 0,16
4 Citrus limon - 1 - - - 5
5 Musa paradisiaca 2 - 2 4 3 0,45
6 Colocasia esculeuta 5 3 - - 4 0,42
7 Terminalia catappa 2 - 2 4 3 0,45
8 Piper caduci bracteum - 2 - - 4 0,83
9 Solarum rudepan - - 3 - 4 0,71
Total 13,35

Lampiran 2.
Tabel 10. Perhitungan INP dan SDR
KR FR DR
No Nama Jenis KM FM DM INP SDR
(%) (%) (%)
1 Mangifera indica 15 15,79 0,33 2,47 66 35,11 53,37 17,79
2 Myristica fragraus houtt 1 1,05 5 37,45 42 22,34 60,84 20,28
3 Adiantum cuneatum 31 32,63 0,16 1,20 2 1,06 34,89 11,63
4 Citrus limon 1 1,05 5 37,45 4 2,13 40,63 13,54
5 Musa paradisiaca 11 11,58 0,45 3,37 7 3,72 18,67 6,22
6 Colocasia esculeuta 12 12,63 0,42 3,15 9 4,79 20,57 6,86
7 Terminalia catappa 11 11,58 0,45 3,37 32 17,02 31,97 10,66
8 Piper caduci bracteum 6 6,32 0,83 6,22 22 11,70 24,24 8,08
9 Solarum rudepan 7 7,37 0,71 5,32 4 2,13 14,82 4,94
Total 95 100 13,35 100 188 100 300 100

 Analisis Data

1. Kerapatan

a. Kerapatan Mutlak Jenis i atau KM (i)

jumlah individu suatu jenis i


KM (i) =
jumlah total luas areal yang digunakan untuk penarikan contoh

15
KM (i) = = 15
1

1
KM (i) = 1 = 1

23
31
KM (i) = = 31
1

11
KM (i) = = 11
1

12
KM (i) = = 12
1

11
KM (i) = = 11
1

6
KM (i) = 1 = 6

7
KM (i) = 1 = 7

Total = 95

b. Kerapatan Relatif Jenis i atau KR (i)

kerapatan mutlak jenis i


KR (i) = kerapatan total seluruh jenis yang terambil dalam penarikan contoh X 100%

15
KR (i) = 95 X 100% = 15,79

1
KR (i) = 95 X 100% = 1,05

31
KR (i) = 95 X 100% = 32,63

1
KR (i) = 95 X 100% = 1,05

11
KR (i) = 95 X 100% = 11,58

12
KR (i) = 95 X 100% = 12,63

11
KR (i) = 95 X 100% = 11,58

6
KR (i) = 95 X 100% = 6,32

7
KR (i) = 95 X 100% = 7,37

Total = 100

24
2. Frekuensi
a. Frekuensi Mutlak Jenis i atau FM (i)

jumlah satuan petak contoh yang diduduki oleh jenis i


FM (i) =
jumlah banyaknya petak contoh dibuat dalam analisis vegetasi

5
FM (i) = 15 = 0,33

5
FM (i) = 1 = 5

5
FM (i) = = 0,16
31

5
FM (i) = 1 = 5

5
FM (i) = = 0,45
11

5
FM (i) = 12 = 0,42

5
FM (i) = 11 = 0,45

5
FM (i) = 6 = 0,83

5
FM (i) = 7 = 0,71

Total = 13,35

b. Frekuensi Relatif Jenis i atau FR (i)

Frekuensi mutlak jenis i


FR (i) = X 100%
Frekuensi total seluruh jenis

0,33
FR (i) = 13,35 X 100% = 2,47

5
FR (i) = 13,35 X 100% = 37,45

0,16
FR (i) = 13,35 X 100% = 1,20

5
FR (i) = 13,35 X 100% = 37,47

0,45
FR (i) = 13,35 X 100% = 3,37

25
0,42
FR (i) = 13,35 X 100% = 3,15

0,45
FR (i) = 13,35 X 100% = 3,37

0,83
FR (i) = 13,35 X 100% = 6,22

0,71
FR (i) = 13,35 X 100% = 5,32

Total = 100

3. Dominan

a. Dominansi Mutlak Jenis i atau DM (i)

DM (i) = jumlah luas basal dasar/diameter suatu jenis i atau

DM (i) = Jumlah penutupan tajuk jenis i

DM = 66

DM = 42

DM = 2

DM = 4

DM = 7

DM = 9

DM = 32

DM = 22

DM = 4

Total = 188

b. Dominansi Relatif Jenis i atau DR (i)

Jumlah Dominansi mutlak jenis i


DR (i) = X 100%
Jumlah dominansi seluruh jenis

66
DR (i) = 188 X 100% = 35,11

26
42
DR (i) = 188 X 100% = 22,34

2
DR (i) = 188 X 100% = 1,06

4
DR (i) = 188 X 100% = 2,13

7
DR (i) = 188 X 100% = 3,72

9
DR (i) = 188 X 100% = 4,79

32
DR (i) = 188 X 100% = 17,02

22
DR (i) = 188 X 100% = 11,70

4
DR (i) = 188 X 100% = 2,13

Total = 100

4. Indeks Nilai Penting (SDR)

INP = KR + FR + DR

INP = 15,79 + 2,47 + 35,11 = 53,37

INP = 1,05 + 37,45 + 22,34 = 60,84

INP = 32,63 + 1,20 + 1,06 = 34,89

INP = 1,05 + 37,45 + 2,13 = 40,63

INP = 11,58 + 3,37 + 3,72 = 18,67

INP = 12,63 + 3,15 + 4,79 = 20,57

INP = 11,58 + 3,37 + 17,02 = 31,97

INP = 6,32 + 6,22 + 11,70 = 24,24

INP = 7,37 + 5,32 + 2,13 = 14,82

Total = 300

27
5. Summed Dominance Ratio (SDR)

INP
SDR =
3

53,37
SDR = = 17,79
3

60,84
SDR = = 20,28
3

34,89
SDR = = 11,63
3

40,63
SDR = = 13,54
3

18,67
SDR = = 6,22
3

20,57
SDR = = 6,86
3

31,97
SDR = = 10,66
3

24,24
SDR = = 8,08
3

14,82
SDR = = 4,94
3

Total = 100

28

Anda mungkin juga menyukai