Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENCEGAHAN DAN PENANGANAN GIZI BURUK PADA ANAK


BALITA

Dosen Pembimbing

Hj. Umi Kalsum,m.kes

Disusun Oleh Kelompok 6:

1. Annisa Vadira P07220118007

2. Arsiana P07220118035

3. Irma Suryani P07220228044

4. .Mustajam P07220118051

KEMENTERIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN GIZI BURUK PADA
ANAK BALITA

Topik : Gizi buruk


Pokok bahasan :Pencegahan dan penanganan Gizi Buruk Pada
Anak Balita
Sasaran : Balita dan Orang tua
Tempat : Balai Desa Dadimulya
Hari/Tgl/Jam : Rabu,28 Agustus 2019
Pelaksana : Mahasiswa Poltekkes Kemenkes kaltim
( Kelompok VI )
Diagnosa Keperawatan : Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor ekonomi

A. Tujuan intruksional Umum (TIU)


Setelah mendapatkan penyuluhan, masyarakat mampu memahami tentang
pentingnya Gizi Buruk Pada Balita

B. Tujuan instruksional khusus (TIK)


Setelah mendapatkan penyuluhan masyarakat mampu :
1. Mampu Menjelaskan pengertian Gizi Buruk pada balita
2. Mampu Menjelaskan penyebab gizi buruk
3. Menyebutkan faktor-faktor gizi buruk
4. Membedakan tanda dan gejala gizi buruk dari marasmus dan kwashirkor
5. Menyebutkan pencegahan dari gizi buruk marasmus dan kwashiorkor
6. Mampu menjelaskan penanggulangan Gizi Buruk

C. Analisa situasi
1. Memberikan penyuluhan bagi warga
A. Warga siap untuk mengikuti penyuluhan kesehatan dari mahasiswa
B. Warga sangat antusias dalam mengikuti penyuluhan terbukti dengan
adanya pertanyaan yang disampaikan
C. Penyuluhan dikatakan berhasil karna pada saat dievaluasi sebagian
warga mampu mengulang kembali penjelasan yang diberikan oleh
mahasiswa yang menleyeluruh
2. Penyuluhan mahasiswa Poltekkes
A. Mahasiswa mampu menguasai materi yang disampaikan
B. Mahasiswa mampu membuat suasana menarik saat penyuluhan
berlangsung

D. Pokok Materi
a. Pengertian gizi buruk
b. Penyebab gizi buruk
c. faktor-faktor gizi buruk
d. tanda dan gejal
e. pencegahan
f. Penanggulangan

E. Metode penyuluhan
a. Ceramah
b. Diskusi dan tanya jawab

F. Media
a. Laflet
b. Pengeras suara
c. Tanya jawab
d. Power point
e. Leptop

G. Kegiatan belajar mengajar


No Tahap Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta

1. Pembukaan 3 menit  Mengucapkan Salam  Menjawab Salam


 Menyampaikan topik dan  Mendengarkan/
tujuan yang akan dicapai memperhatikan
2. Pengembangan 15 menit  Menanyakan pendapat  Menanyakan respon
peserta tentang apa itu Gizi
Buruk
 Memberi reward pada  Merespon
peserta
 Menjelaskan pengertian  Mendengar/
Gizi Buruk Memperhatikan
 Menjelaskan faktor - faktor  Mendengar
Gizi Buruk
 Memberi kesempatan  Merespon/ mengulang
kepada peserta untuk
penjelasan materi kembali
 Memberikan reward  Merespon
 Menjelaskan tanda dan  Mendengar/
gejala gizi buruk memperhatikan
 Memberikan kesempatan  Merespon/ bertanya
kepada peserta untuk
bertanya
 Menjelaskan bagaimana  Mendengar/
pencegahan Gizi Buruk memperhatikan
 Menjelaskan mengenai  Mendengar /
cara penanganan gizi buruk memperhatikan
agar terhindar terjadinya
gizi buruk
3. Penutup 3 menit  Merangkum materi yang  Merangkum materi
dijelaskan bersama peserta bersama penyuluh
 Memberikan kesempatan  Bertanya
kembali kepada peserta
untuk bertanya
 Memberikan reward  Merespon
 Menanyakan hal penting  Menjawab
tentang pencegahan dan
penanganan Gizi Buruk
 Memberikan reward  Merespon
 Menutup dengan
mengucapkan terima kasih  Merespon membalas
 Memberi salam ucapan salam
H. Evaluasi
A. Evaluasi proses
Waktu penyuluhan 08: 30 - 10.00 wita Warga mendengarkan dengan
antusias dan pertanyaan tentang penyakit Gizi Buruk
B. Evaluasi dilakukan akhir pemberian penkes dengan cara menjawab
pertanyaan secara lisan :
a. Jelaskan pengertian Gizi B uruk pada balita
b. Menjelaskan penyebab gizi buruk
c. Menyebutkan faktor-faktor gizi buruk
d. Membedakan tanda dan gejala gizi buruk dari marasmus dan
kwashiorkor
e. Bagaimana pencegahan dari gizi buruk marasmus dan kwashiorkor
f. Bagaimana cara penanggulangan Gizi Buruk
LAMPIRAN MATERI GIZI BURUK PADA BALITA

A. Pengertian gizi buruk

Pengertian dari gizi buruk adalah sebuah keadaan tubuh yang merusak
beberapa bagian dalam tubuh akibat dari kurangnya gizi yang di konsumsi
anak tersebut. Gizi buruk ini terjadi ketika kondisi tubuh dalam keadaan
kekurangan gizi yang diakibatkan oleh kurangnya asupan makanan yang
mengandung gizi dan juga protein. Jadi dengan kata lain, gizi buruk terjadi
ketika anak tidak mendapatkan asupan energi dan protein yang cukup
sehingga perkembangan organ tubuh sang anak tidak bisa berkembang dengan
maksimal (Helda sihombing, 2013).

Pengertian gizi buruk menurut Depkes RI, masalah gizi buruk adalah
faktor pembunuh utama bagi bayi dan balita. Gizi buruk pada balita tidak
terjadi secara tiba – tiba, tetapi diawali dengan tidak bertambahnya berat
badan bayi sehingga tidak mampu melewati batas minimal berat bayi yang
sesuai dengan umurnya. Petunjuk awal terjadinya gizi buruk adalah perubahan
berat badan balita dari waktu kewaktu. Dalam periode 6 bulan, bayi yang
berat badannya tidak naik dua kali dari berat awalnya berisiko mengalami gizi
buruk 12,6 kali di bandingkan pada balita yang berat badannya naik terus
(Helda Sihombing, 2013).

Malnutrisi (gizi buruk) adalah suatu istilah umum yang merujuk pada
kondisi medis yang disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup.
Walaupun seringkali disamakan dengan kurang gizi yang disebabkan oleh
kurangnya konsumsi, buruknya absorpsi, atau kehilangan besar nutrisi atau

Defisiensi gizi dapat terjadi pada anak yang kurang mendapatkan


masukan makanan dalam waktu lama. Istilah dan klasifikasi gangguan
kekurangan gizi amat bervariasi dan masih merupakan masalah yang pelik.
Walaupun demikian, secara klinis digunakan istilah malnutrisi energi dan
protein (MEP) sebagai nama umum. Penentuan jenis MEP yang tepat harus
dilakukan dengan pengukuran antropometri yang lengkap (tinggi badan, berat
badan, lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit), dibantu dengan
pemeriksaan laboratorium (Dirga, 2012)

Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat
akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit
dalam waktu lama. Itu ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB
terhadap TB) dan atau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala
marasmus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor (Dirga, 2012).

B. Etiologi/ Penyebab
Dapat menyertai prematuritas atau merupakan penyakit pada neonatus,
dimana menyusuinya kurang baik karena daya isapnya belum baik. Juga terjadi
apabila terus-menerus hanya diberi susu ibu tanpa tambahan. Infeksi terutama
diare, seringkali merupakan penyakit penyerta.
Tanda – tanda:
a. Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit.
b. Wajah seperti orangtua
c. Cengeng, rewel
d. Perut cekung
e. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada.

f. Sering disertai diare kronik atau konstipasi / susah buang air, serta
penyakit kronik.
g. Tekanan darah, detak jantung dan pernafasan berkurang.
Pada marasmus kalori yang dibutuhkan kurang sekali. Pada diet yang
sempurna, kalori didapat dari :
 Hidrat arang : 50-55%
 Lemak : 30-35%
 Protein : 15%
Apabila hidrat arang kurang, maka depot glycogen yang akan digunakan.
Bila depot sudah habis, maka akan menggunakan subcutant fat akibatnya anak
akan menjadi kurus. Bila protein lemak sudah habis, maka akan menggunakan
protein jaringan, akibatnya otot-otot menjadi atrophy. Lemak yang terak

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi gizi buruk pada balita


Menurut Almatsier (2009), masalah gizi umumnya disebabkan oleh
a. kemiskinan
b. kurangnya ketersediaan pangan
c. kurang baiknya sanitasi
d. kurangnya pengetahuan tentang gizi menu seimbang dan kesehatan

D. Tanda-tanda balita yang mengalami gizi buruk


a. Pengukuran antropometri apabila berat badan menurut umur (BB/U)
dibandingkan dengan tabel Z-score
b. apabila berada kurang dari - 3 SD positif gizi buruk kemudian dicocokkan
dengan z-score (TB/PB terhadap BB) apabila juga positif gizi buruk berarti
termasuk gizi buruk kronis apabila dengan TB/BB tidak positif maka termasuk
gizi buruk akut
c. apabila tidak ada alat ukur TB dan PB bisa juga dilanjutkan dengan pengukuran
LILA bagian kiri balita, apabila LILAnya kurang dari 11,5 cm maka balita
tersebut gizi buruk akut (Nurul Setyorini, 2013). Menurut Arsad (2011) tanda-
tanda klinis gizi buruk ada tiga bentuk, yaitu :
a. Gejala klinis dari marasmus
Gejala Klinis Kurang Energi Protein (KEP) dari marasmus adalah :
1. Wajah seperti orang tua.
2. Cengen dan Rewel.
3. Sering disertai: peny. infeksi (diare, umumnya kronis berulang, TBC).
4. Tampak sangat kurus (tulang terbungkus kulit).
5. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada.
6. Perut cekung.
7. Iga gambang.

b. Gejala klinis dari kwarshiorkor


Gejala Klinis Kurang Energi Protein (KEP) dari kwashiorkor adalah :
1. Rambut tipis, merah spt warna
2. Edema (pd kedua punggung kaki, bisa seluruh tubuh)
3. rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok
4. Kelainan kulit (dermatosis)
5. Wajah membulat dan sembab
6. Pandangan mata sayu
7. Pembesaran hati
8. Sering disertai: peny. infeksi akut, diare, ISPA dll
9. Apatis & rewel
10. Otot mengecil (hipotrofi)

c. Gejala Klinis dari Marasmus-Kwashiorkor


Gejala Klinis Kurang Energi Protein (KEP) dari Marasmus-kwashiorkor pada
dasarnya adalah campuran dari gejala marasmus dan kwashiorkor, ciri khas
yang dapat terlihat secara klinis yakni :
1. Beberapa gejala klinik marasmus, terlihat sangat buruk dalam hal Berat
Badan (BB/U) berada dibawah < -3 SD dan bila di konfirmasi dengan
BB/TB dikategorikan sangat kurus: BB/TB < – 3 SD).
2. Kwashiorkorm secara klinis terlihat disertai edema yang tidak mencolok
pada kedua punggung kaki

E. Pencegahan Gizi Buruk


A. Pencegahan : Marasmus
1. Pendidikan pada orang tua.
2. Pemberihan makanan sapihan yang sesuai dan memadai, harus segera
dimulai pada umur 6 bulan
3. Deteksi dini oleh petugas kesehatan setempat, dan penatalaksanaan yang
sesuai bagi bayi yang kekurangan air susu ibu.
4. Pencegahan dan pemantauan terhadap penyakit infeksi.
B. Pencegahan : kwashiorkor
1. Pendidikan pada orang tua.
2. Pemberihan makanan sapihan yang sesuai dan memadai, disertai cukup
protein.
3. Pencegahan dan pemantauan terhadap penyakit infeksi dan infestasi
parasit, misalkan dengan imunisasi.
4. Deteksi dini oleh petugas kesehatan setempat, dan penatalaksanaan yang
sesuai bagi bayi yang kekurangan air susu ibu.

Sedangkan upaya pencegahan dapat dilakukan dengan menimbang


secara rutin dan menjaga kondisi gizi balita dengan baik untuk pertumbuhan
dan kecerdasannya, maka sudah seharusnya para orang tua memperhatikan
hal-hal yang dapat mencegah terjadinya kondisi gizi buruk pada anak.
Berikut adalah beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada
anak:
1. Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan.
Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai
pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih
setelah berumur 2 tahun.
2. Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan
protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya:
untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara
protein 12% dan sisanya karbohidrat.
3. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program
Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di
atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.
4. Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan
kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah
pulang dari rumah sakit.
5. Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan
kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula.
Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber
kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan
pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini
sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat,
terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara
umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik
yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian hari
(Arfi, 2012).

F. Cara Penanganan gizi buruk pada balita


gizi buruk pada balita, diantaranya adalah :
1. Beri makanan yang seimbang.
2. Beri ASI pada anak baru lahir sampai 2 tahun.
3. Minum obat cacing setiap 6 bulan sekali
4. Jaga kebersihan rumah dan lingkungan.
5. Beri makanan sedikit tapi sering.
6. Cuci tangan sebelum dan sesudah makan.
7. Ikuti program posyandu setempat, pemberian vitamin.

Anda mungkin juga menyukai