Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
1.

C. Tujuan Penulisan
1

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
1.

B. Penyebab
Ada beberapa penyebab Diabetes Mellitus yakni sebagai berikut :
1. Diabetes Tipe I
Diabetes Tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas. Kombinasi faktor
genetik, imunologi, dan mungkin pula lingkungan diperkirakan turut
menimbulkan destruksi sel beta.
a. Faktor Genetik
Penderita Diabetes Mellitus tidak mewarisi Diabetes Tipe I itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya Diabetes Tipe
I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA
(Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor Imunologi
Pada Diabetes Tipe I terdapat bukti adanya suatu proses autoimun. Respon ini merupakan
respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya saolah-olah sebagai jaringan asing.
autoantibodi terhadap sel-sel pulau langerhans dan insulin endogen (interna) terdeteksi
pada saat diagnosis dibuat dan bahkan beberapa tahun
sebelum timbulnya tanda-tanda klinis Diabetes Tipe I.
c. Faktor Lingkungan
Infeksi virus misalnya Coxsackie B4, gondongan (mumps), rubella, sitomegalovirus dan
toksin tertentu misalnya golongan nitrosamin yang terdapat pada daging yang diawetkan
dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta pankreas.

2. Diabetes Tipe II

2
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada Diabetes Tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat pula
faktor-faktor risiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Tipe II.
Faktor-faktor ini adalah:

a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)


b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik (di Amerika Serikat, golongan Hispanik serta penduduk asli Amerika
tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya Diabetes Tipe II
dibandingkan dengan golongan Afro-Amerika).

C. Insiden
Penyakit degeneratif telah menjadi epidemi yang meluas di berbagai negara di
seluruh dunia. Akibatnya hampir 17 juta orang meninggal lebih awal setiap tahun.
Indonesia sebagai negara berkembang, merupakan salah satu negara dengan prevalensi
penyakit degeneratif meningkat paling cepat, khususnya penyakit diabetes. Jumlah
penderita Diabetes Mellitus di Indonesia bertambah 150-200 orang setiap hari. Itu
artinya, setiap enam menit, jumlah penderita diabetes bertambah satu orang. Pada tahun-
tahun mendatang jumlah ini akan terus meningkat dengan prevalensi penderita yaitu
orang-orang usia produktif di perkotaan.

D. Patofisiologi
1. Diabetes Tipe I
Pada Diabetes Melitus Tipe I terdapat kekurangan insulin absolut sehingga pasien
membutuhkan suplai insulin dari luar.keadaan ini disebabkan oleh lesi pada sel beta
pankreas karena mekanisme autoimun yang pada keadaan tertentu dipicu oleh infeksi
virus. Pulau pankreas diinfiltrasi oleh limfosit T dan dapat ditemukan autoantibodi
terhadap jaringan pulau (antibodi sel langerhans) dan insulin. Setelah merusak sel beta,
antibodi sel langerhans menghilang. Namun saat sel beta pankreas telah dirusak maka
produksi insulin juga akan mengalami gangguan. Dimana sel beta pankreas tidak akan
dapat memproduksi insulin sehingga akan terjadi defisiensi insulin. Maka akan terjadi

3
hiperglikemia dimana glukosa akan meningkat di dalam darah sebab tidak ada yang
membawa masuk glukosa ke dalam sel (Silbernalg, 2014).
2. Tipe II
Pada DM tipe II (DM yang tidak tergantung insulin (NIDDM), sebelumnya
disebut dengan DM tipe dewasa) hingga saat ini merupakan diabetes yang paling sering
terjadi. Pada tipe ini, disposisi genetik juga berperan penting. Namun terdapat defisiensi
insulin relatif; pasien tidak mutlak bergantung pada suplai insulin dari luar. Pelepasan
insulin dapat normal atau bahkan meningkat, tetapi organ target memiliki sensitifitas
yang berkurang terhadap insulin. Sebagian besar pasien DM tipe II memiliki berat badan
berlebih. Obesitas terjadi karena disposisi genetik, asupan makanan yang terlalu banyak,
dan aktifitas fisik yang terlalu sedikit. Ketidakseimbangan antara suplai dan pengeluaran
energi meningkatkan konsentrasi asam lemak di dalam darah. Hal ini selanjutnya akan
menurunkan penggunaan glukosa di otot dan jaringan lemak. Akibatnya, terjadi resistensi
insulin yang memaksa untuk meningkatan pelepasan insulin. Akibat regulasi menurun
pada reseptor, resistensi insulin semakin meningkat. Obesitas merupakan pemicu yang
penting, namun bukan merupakan penyebab tunggal Diabetes Tipe II.
Penyebab yang lebih penting adalah adanya disposisi genetik yang menurunkan
sensitifitas insulin. Sering kali, pelepasan insulin selalu tidak pernah normal. Beberapa
gen telah di identifikasi sebagai gen yang menigkatkan terjadinya obesitas dan DM tipe
II. Diantara beberapa faktor, kelaian genetik pada protein yang memisahkan rangkaian di
mitokondria membatasi penggunaan substrat. Jika terdapat disposisi genetik yang kuat,
Diabetes Tipe II dapat terjadi pada usia muda. Penurunan sensitifitas insulin terutama
mempengaruhi efek insulin pada metabolisme glukosa, sedangkan pengaruhnya pada
metabolisme lemak dan protein dapat dipertahankan dengan baik. Jadi, Diabetes Tipe II
cenderung menyebabkan hiperglikemia berat tanpa disertai gangguan metabolisme
lemak (Silbernalg, 2014).

E. Tanda dan Gejala


Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing
manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan
kadar gula dalam darah mencapai nilai 160-180 mg/dL dan air seni (urine) penderita
kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau
dikerubuti semut.

4
Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini
meskipun tidak semua dialami oleh penderita :
1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang
tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat
berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama
pada seorang anak yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1. Lain halnya pada
penderita Diabetes Mellitus Tipe II, umumnya mereka tidak mengalami berbagai gejala
diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing manis
(Shadine, 2013).

F. Komplikasi
Komplikasi penyakit diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
komplikasi bersifat akut dan kronis (menahun). Kompliasi akut merupakan kompliasi
yang harus ditindak cepat atau memerlukan pertolongan dengan segera. Kompliasi
kronis merupakan kompliasi yang timbul setelah
penderita mengidap diabetes mellitus selama 5-10tahun atau lebih.
Komplikasi akut meliputi Diabetic Ketoacidosis (DKA), koma non-ketosis
hiperosmolar (koma hiperglikemia), hiperglikemia. Sementara komlipkasi kronis
meliputi komplikasi mikrovaskuler (komplikasi dimana pembuluh-pembuluh rambut
kaku atau menyempit sehingga organ yang seharusnya mendapatkan suplai darah dari
pembuluh-pembuluh tersebut menjadi kekurangan suplai) dan dan komplikasi
makrovaskuler (komplikasi yang mengenai pembuluh darah arteri yang lebih besar
sehingga terjadi aterosklerosis) (Tobing, 2016).

5
G. Test Diagnostik

1. Glukosa darah : Meningkat 200 – 100 mg/dl, atau lebih.


2. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok.
3. Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat.
4. Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l.
5. Elektrolit.

6. Hemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2 – 4 kali lipat dari normal yang


mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir (lama hidup SDM)
karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan DKA dengan control tidak adekuat
versus DKA yang berhubungan dengan insiden (mis. ISK baru).
7. Gas darah arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada

HCO3 (asidosis etabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.

8. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat (dehidrasi); leukositosis, hemokonsentrasi,


merupakan respons terhadap stres atau infeksi.
9. Ureum/kreatinin : Mungkin meningkat atau normal (dehidrasi / penurunan fungsi ginjal).
10. Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pankreatitis akut
sebagai penyebab dari DKA.

H. Pencegahan
Upaya pencegahan penyakit diabetes mellitus dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :

1. Pencegahan Primer
Cara ini adalah cara yang paling sulit karena sasarannya orang sehat. Hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk mencegah agar DM tidak terjadi pada orang atau populasi
yang rentan (risiko tinggi), yang dilakukan sebelum timbul tanda-tanda klinis dengan
cara :
a. Makan seimbang artinya yang dimakan dan yang dikeluarkan seimbang disesuiakan
dengan aktifitas fisik dan kondisi tubuh, dengan menghindari makanan yang

6
mengandung tinggi lemak karena bisa menyebabkan penyusutan konsumsi energi.
Mengkonsusmsi makanan
dengan kandungan karbohidrat yang berserat tinggi dan bukan olahan.
b. Meningkatkan kegiatan olah raga yang berpengaruh pada sensitifitas insulin dan menjaga
berat badan agar tetap ideal.
c. Kerjasama dan tanggung jawab antara instansi kesehatan, masyarakat, swasta dan
pemerintah, untuk melakukan penyuluhan kepada masyarakat

2. Pencegahan Sekunder
a. Ditujukan pada pendeteksian dini DM serta penanganan segera dan efektif, sehingga
komplikasi dapat dicegah.
b. Hal ini dapat dilakukan dengan skrining, untuk menemukan penderita sedini mungkin
terutama individu/populasi.
c. Kalaupun ada komplikasi masih reversible / kembali seperti semula.
d. Penyuluhan kesehatan secara profesional dengan memberikan materi penyuluhan seperti
: apakah itu DM, bagaimana penatalaksanaan DM, obat-obatan untuk mengontrol
glukosa darah, perencanaan makan, dan olah raga.
3. Pencegahan Tersier
a. Upaya dilakukan untuk semua penderita DM untuk mencegah komplikasi.
b. Mencegah progresi dari komplikasi supaya tidak terjadi kegagalan organ.
c. Mencegah kecacatan akibat komplikasi yang ditimbulkan.
Strategi yang bisa dilakukan untuk pencegahan DM adalah :
1. Population/Community Approach (Pendekatan Komunitas) :
Mendidik masyarakat menjalankan gaya hidup sehat dengan cara
a. Mengendalikan berat badan, glukosa darah, lipid, tekanan darah, asam urat.
b. Menghindari gaya hidup berisiko.
c. Kerjasama dengan semua lapisan masyarakat.
2. Individual High Risk Approach (Pendekatan Individu) :
a. Umur > 40th
b. Obesitas
c. Hipertensi
d. Riwayat keluarga / keturunan
e. Dislipidemia / timbunan lemak dalam darah yang berlebihan
f. Riwayat melahirkan > 4 kg
7
g. Riwayat DM pada saat kehamilan

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Diabetes Melitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala
yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai
normal.
2. Ada beberapa penyebab Diabetes Mellitus yakni : Faktor Genetik, Faktor Imunologi,
Faktor Lingkungan, Usia, Obesitas dan Riwayat keluarga
3. Insiden Diabetes Mellitus di Indonesia bertambah 150-200 orang setiap hari. Itu artinya,
setiap enam menit, jumlah penderita diabetes bertambah satu orang. Pada tahun-tahun
mendatang jumlah ini akan terus meningkat dengan prevalensi penderita yaitu orang-
orang usia produktif di perkotaan
4. Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis
yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar
gula dalam darah mencapai nilai 160-180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing
manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti
semut.
5. Komplikasi penyakit diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi dua, yaitu komplikasi
bersifat akut dan kronis (menahun).

8
6. Upaya pencegahan penyakit diabetes mellitus dapat dilakukan dengan cara: Pencegahan
Primer, Pencegahan Sekunder dan Pencegahan Tersier.

B. Saran
Adapun saran bagi pembaca dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Selalu berhati-hatilah dalam menjaga pola hidup. Sering berolah raga dan istirahat yang
cukup.
2. Jaga pola makan anda. Jangan terlalu sering mengkonsumsi makanan atau minuman yang
terlalu manis. Karena itu dapat menyebabkan kadar gula melonjak tinggi.

9
10

Anda mungkin juga menyukai