Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH HADIST TARBAWY HADIST MENUNTUT ILMU

MAKALAH

HADIST TARBAWY

“HADIST MENUNTUT ILMU”

Oleh:

Nama : Ridwan Sururi

NPM : 1222010030

Semester : 2 (dua)

Program : Ilmu Tarbiyah

Konsentrasi : Pendidikan Agama Islam

Mata Kuliah : Hadist Tarbawy

Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mandiri

Mata Kuliah Hadist Tarbawi

Dosen Pengampu

Dr. H. AINUL GHANI, M.Ag


IAIN RADEN INTAN BANDAR LAMPUNG

PROGRAM PASCA SARJANA (PPs)

KELOMPOK YASRI BANDAR LAMPUNG

TAHUN 2013

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya untuk Allah SWT. Karena berkat rahmat dan hidayah Nya,
kami dapat menyelesaikan Makalah Hadist Tarbawi ini dengan baik. Shalawat dan
salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan alam, yakni Nabi besar
Muhammad SAW, dengan mengucapkan “Allahumma shali’ala Muhammad
Wa’ala alihi Muhammad”, yang mana berkat ketekunan dan keuletan beliau yang
telah membawa kita dari alam kebodohan sampai ke alam yang terang benderang
seperti yang kita rasakan saat sekarang ini. Penulis merasa perlu mengangkat
judul makalah “Hadist Tarbawy Tentang Menuntut Ilmu”dikarenakan masih
banyaknya umat Islam yang mengganggap remeh mengenai ilmu. Padahal ilmu
itu sangatlah penting bagi kesejahteraan umat manusia. Untuk itu dengan
menghadirkan makalah ini, semoga orang – orang yang menganggap remeh ilmu
tersebut paham akan pentingnya sebuah ilmu. Kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca sangat diharapkan oleh penulis untuk kesempurnaan makalah
ini.

Bandar Lampung, April 2013

Penulis

( RIDUAN SURURI )

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA
PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR
ISI.................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................... 1

B. Rumusan masalah.................................................................................... 1

C. Tujuan.................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Hadits tentang menuntut ilmu................................................................... 2

B. Tafsir mufrodat tentang Hadits menuntut


ilmu............................................ 2

C. Tafsir nahwu shorof................................................................................. 2

D. Pohon sanad........................................................................................... 3

E. Terjemah hadits....................................................................................... 3

F. Penjelasan hadits..................................................................................... 4

G. Analisa kependidikan.............................................................................. 7

BAB III KESIMPULAN

A. Penutup.................................................................................................. 8

B. Saran...................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam mewajibkan umatnya untuk mencari ilmu, hal ini menunjukkan betapa
pentingnya menuntut ilmu. Dengan ilmu, manusia dapat menjadi hamba Allah
yang beriman dan beramal shaleh, dengan ilmu pula manusia mampu mengolah
kekayaan alam yang Allah berikan kepadanya. Dengan demikian , manusia juga
mampu menjadi hambaNya yang bersyukur, dan hal itu memudahkan menuju
surga.

Di sisi lain, manusia yang berilmu memiliki kedudukan yang mulia tidak hanya
disisi manusia, tetapi juga disisi Allah. Sebagaimana dijelaskan bahwa dalam
firman Allah dalam Q.S. Al-Mujadilah : 11, yang artinya “Allah akan
meninggikan orang – orang yang beriman diantara kamu dan orang – orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. Oleh karena itu, Islam memandang
bahwa menuntut ilmu itu sangat penting bagi kehidupan dunia maupun akhirat.

Pada makalah ini dalam pembahasannya akan memaparkan tentang hadist


tarbawy mengenai pentingya menuntut ilmu dalam perspektif Islam.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang makalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat
dirumuskan :

1. Bagaimana hukum menuntut ilmu menurut hadist ?

2. Bagaimana anjuran menjaga ilmu menurut hadist ?

3. Apa keutamaan menuntut ilmu menurut hadist ?

4. Bagaimana peran ilmu dalam pendidikan menurut hadist ?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana hukum menuntut ilmu menurut hadist.

2. Untuk mengetahui bagaimana anjuran menjaga ilmu menurut hadist.


3. Untuk mengetahui apa keutamaan menuntut ilmu menurut hadist.

4. Untuk mengetahui bagaimana peran ilmu dalam pendidikan menurut hadist.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hadist tentang menuntut ilmu

‫قال‬:‫قال‬.‫ف أَئ َ ْف ِس بن ما لك‬ ْ ‫ َع‬, َ‫ َع ْن ُم َح َّمدْ ِب ْن ِسي ِْر يْن‬,‫ َكثِي ُْر ِب ْن ِش ْن ِظي ِْر‬. َ‫سلَ ْي َمان‬
ُ ‫ص ِب ْن‬ُ ‫شا ُ ِم ِب ْن َع ّما َ ٍر َح ْف‬
َ ‫َحدَ ثَنَا ِه‬
.‫ضةٌ َعلَى ُك ِّل ُم ْس ِل ٍم‬ َ ‫عل ِم فَ ِر ْي‬ْ ‫طلَبُ اْ ِل‬ َ ( ‫س ْو ُل هللا صلى هللا عليه وسلم‬ ُ ‫اض ُع اْل ِع ِلم ِع ْندَ َغيْر اَ ْه ِل ِه َك ُمقَ ِلّ ِه َر‬
ِ ‫َو َو‬
.)‫َب‬ َ ‫ازي ِْر ْال َج ْوه ََر َوالُّلؤْ لُ ُؤ َوالذَّه‬
ِ َ‫[(رواه ابن مجاه) اْلَخف‬1]

B. Tafsir Mufrodat Hadist Tentang Menuntut Ilmu

‫ض ُع ْال ِع ْل ِم‬
ِ ‫َو َو‬ : Dan orang yang meletakkan ilmu, maksudnya orang
yang menempatkan ilmu

‫ِع ْندَ َغي ِْر اَ ْه ِل ِه‬ : Kepada orang yang bukan ahlinya, orang yang bukan faknya

ِ ‫ َك ُمقَ ِلّ ِد ْال َخن‬: Seperti babi yang dikalungi emas( sesuatu yang tidak pantas untuk
‫َازي ِْر‬
dilakukan dan akhirnya tidak ada gunanya )

C. Tafsir Nahwu Shorof


ْ ‫طلَبُ اْ ِل‬
‫عل ِم‬ َ : Mubtada’ (Mubtada’nya terdiri dari mudhof dan mudhof ilaih)
ٌ ‫ضة‬
َ ‫فَ ِر ْي‬ : Khabar

‫َعلَى ُك ِّل‬ : Susunan Jar Majrur, karena diawali dengan huruf jar “Ala”

‫ُك ِّل ُم ْس ِل ٍم‬ : Susunan Idhofah, yaitu mudhof dan mudhof ilaih dan mudhof

ilaih dibaca majrur (kasroh).

‫ض ُع ْال ِع ْل ِم‬
ِ ‫َو َو‬ : Wawunya bwrupa wawu athof, ‫ض ُع ْال ِع ْل ِم‬
ِ ‫ َو‬menjadi mubtada’
(terdiri dari susunan Idhofah, yaitu mudhof dan mudhof ilaih dan
mudhofilaih dibaca majrur (kasroh).

َ‫ِع ْند‬ : Khabar Syibhul Jumlah (bentuknya dharaf)

‫َغي ِْر اَ ْه ِل‬ : Susunan Idhofah, yaitu mudhof dan mudhof ilaih dan mudhof

ilaih dibaca majrur (kasroh).

‫اَ ْه ِل ِه‬ : Susunan Idhofah, yaitu mudhof dan mudhof ilaih dan mudhof

ilaih dibaca majrur (kasroh).

‫َك ُمقَ ِلّ ِد‬ : Susunan Jar Majrur, karena diawali dengan huruf jar “Kaf”

ِ ‫ُمقَ ِلّ ِد ْال َخن‬


‫َازي ِْر‬ : Susunan Idhofah, yaitu mudhof dan mudhof ilaih dan mudhof

ilaih dibaca majrur (kasroh).

‫ْال َج ْوه ََر‬ : Maf’ul Bih

‫َو‬ : Wawu athof

ُ‫الُّلؤْ لُؤ‬ : Ma’tuf awal (Diathofkan kepada Ma’tuf alaih berupa lafadz

‫ْال َج ْوه ََر‬

‫َو‬ : Wawu athof

َ ‫الذَّه‬
‫َب‬ : Ma’tuf awal (Diathofkan kepada Ma’tuf alaih berupa lafadz

D. Pohon Sanad

ُ ‫اِنّي ِ َر‬
‫م‬.‫س ْو ُل هللا ص‬

‫ف أَئ َ ْف ِس بن ما لك‬
ْ ‫َع‬

َ‫ُم َح َّمدْ ِب ْن ِسي ِْر يْن‬

‫َكثِي ُْر ِب ْن ِش ْن ِظي ِْر‬


َ‫سلَ ْي َمان‬ ُ ‫َح ْف‬
ُ ‫ص ِب ْن‬

‫شا ُ ِم بِ ْن َع ّما َ ٍر‬


َ ‫ِه‬

‫ابن مجاه‬

E. Terjemah Hadits

“Rosulullah Saw. Telah bersabda : Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap
muslim dan orang yang meletakkan ilmu kepada orang yang bukan ahlinya (orang
yang enggan untuk menerimanya dan orang yang menertawakan ilmu agama)
seperti orang yang mengalungi beberapa babi dengan beberapa permata, dan
emas. (H.R. Ibnu Majah)

F. Penjelasan Hadits

Hadits diatas menunjukkan bahwa fardhu bagi setiap orang muslim mencari ilmu,
dan orang yang memberikan ilmu bagi selain ahlinya adalah seperti orang yang
mengalungkan babi dengan mutiara, permata dan emas. Orang yang mempunyai
ilmu agama yang mengamalkannya dan mengajarkannya orang ini seperti tanah
tanah subur yang menyerap air sehingga dapat memberikan manfaat bagi dirinya
dan memberi manfaaat bagi orang lain, dan Allah juga akan memudahkan bagi
orang-orang yang selama hidupnya hanya untuk mencari, dipermudahkan baginya
jalan menuju kesurga. Dengan ilmu derjat orang tersebut tinggi dihadapan Allah,
Allah pun akan meninggikan derajatnya di dunia maupun diakhirat nanti, seorang
muslim memperbanyak mengamalkan ilmu kepada orang lain, maka semakin
tinggi pula derajatnya dihadapan Allah, dibawah ini salah satu hadits yang
menunjukkan bahwa seseorang yang menempuh suatu jalan dalam hidupnya
untuk mencari ilmu, maka Allah akan mempermudahkan baginya jalan menuju
surga. Selain Allah memberikan derajat/kedudukan yang tinggi di dunia maupun
di akhirat bagi orang muslim yang mengamalkan dan mengajarkan ilmunya
kepada orang yang belum tahu. Allah juga : Seorang yang keluar dari rumahnya
dalam mencari ilmu, maka para malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya untuk
orang tersebut. Jadi sangat mulai orang yang berniat hanya untuk mencari ilmu
semasa hidupnya.

Hadist tersebut merupakan penjelasan tentang hukum mencari ilmu bagi setiap
orang Islam laki laki maupun perempuan, yang telah diriwayatkan oleh Imam
Ibnu Majah dan lain lain. Akan tetapi hadist tersebut diberi tanda lemah oleh
imam Syuyuti.

Adapun hukum menuntut ilmu menurut hadist tersebut adalah wajib. Karena
melihat betapa pentingnya ilmu dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Manusia
tidak akan bisa menjalani kehidupan ini tanpa mempunyai ilmu. Bahkan dalam
kitab taklimul muta’allim dijelaskan bahwa yang menjadikan manusia memiliki
kelebihan diantara makhluk-makhluk Allah yang lain adalah karena manusia
memilki ilmu. Dan janganlah memberikan ilmu kepada orang yang enggan
menerimanya, karena orang yang enggan menerima ilmu tidak akan mau untuk
mengamalkan ilmu itu bahkan mereka akan menertawakannya.

Ilmu sebagai suatau pengetahuan, yang diperoleh melalui cara-cara tertentu.


Karena menuntut ilmu dinyatakan wajib, maka kaum muslimin menjalankannya
sebagai suatu ibadah, seperti kita menjalankan sholat,puasa. Maka orang pun
mencari keutamaan ilmu. Disamping itu, timbul pula proses belajar-mengajar
sebagai konsekuensi menjalankan perintah Rasulullah itu proses belajar mengajar
ini menimbulkan perkembangan ilmu, yang lama maupun baru, dalam berbagai
cabangnya. Ilmu telah menjadi tenaga pendorong perubahan dan perkembangan
masyarakat. Hal itu terjadi, karena ilmu telah menjadi suatu kebudayaan. Dan
sebagai unsur kebudayaan, ilmu mempunyai kedudukan yang sangat penting
dalam masyarakat Muslim dan dihadapak Allah. Jadi ilmu juga bisa diartikan atau
dijadikan sebagai pusat dari perubahan dan perkembangan di dalam suatu
masyarakat. Kaitannya dengan hadits diatas tersebut bahwasannya ilmu telah
diibaratkan dengan keutamaan atau kelebihan Nabi yg diberikan Allah kepadanya.
Begitu tingginya derajat orang yang berilmu disisi Allah dan manfaatnya ataupun
pentingnya sangat banyak untuk perubahan-perubahan dalam masyarakat.
“Sungguh mulia orang yang berilmu, dan semasa hidupnya hanya untuk mencari
ilmu adalah agar dimudahkan dalam masuk surga Allah, Allah pun juga akan juga
akan mempermudah baginya masuk surga”.[2]

“Ibnu munir menyatakan, bahwa keutamaan ilmu dalam hadits ini dapat dilihat
dimana ilmu telah diibaratkan dengan keutamaan atau kelebihan Nabi yang
diberikan Allah kepadanya”.[3] Dengan mengetahui pentingnya ilmu pengetahuan
maka dengan ilmu tersebut hukum. Hukum Allah dapat diamalkan, ditegakkan
dan dikembangkan. Tanpa ilmu sangat mustahil, karena salah satu kewajiban
islam yang sejajar dengan semua kewajiban lainnya adalah mencari dan menuntut
ilmu. Mencari ilmu ialah wajib hukumnya bagi setiap muslim, tidak hanya
dikhususkan satu kelompok dan tidak bagi kelompok lain seperti kewajiban
sholat, puasa, zakat.
Keutamaan orang yang berilmu sehingga melebihi orang yang ahli ibadah. Karena
ibadah tanpa ilmu tidak benar dan tidak diterima, dan untuk membuktikan
keutamaan ahli ilmu ini Allah bersama malaikat dan seluruh penghuni langit dan
bumi sampai semut dan ikan bershalawat untuk orang yang mengajari kebaikan.
Keutamaan ilmu tidak terletak beberapa ilmu yang yang didapat tetapi pada
pengembangan dan pengalamannya dalam kehidupan ataupun masyarakat.tujuan
akhir seorang mu’min adalah surga. Untuk itu seluruh ilmu yang mereka miliki
diamalkan. Caranya adalah mencari dan mengamalkan semua kebijakan tanpa
merasa lelah atau capek. Seorang mu’min itu tak akan merasa puas dan lelah
dalam mencari maupun mempelajari ilmu, karena dengan ilmu semua kebajikan
dapat diraih. Selain Allah memberikan derajat/kedudukan yang tinggi di dunia
maupun di akhirat bagi orang muslim yang mengamalkan dan mengajarkan
ilmunya kepada orang yang belum tahu. “Seorang yang keluar dari rumahnya
dalam mencari ilmu, maka para malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya untuk
orang tersebut. Jadi sangat mulai orang yang berniat hanya untuk mencari ilmu
semasa hidupnya”.[4] Keutamaan orang yang berilmu sehingga melebihi orang
yang ahli ibadah. Karena ibadah tanpa ilmu tidak benar dan tidak diterima, dan
untuk membuktikan keutamaan ahli ilmu ini Allah bersama malaikat dan seluruh
penghuni langit dan bumi sampai semut dan ikan bershalawat untuk orang yang
mengajari kebaikan. Keutamaan ilmu tidak terletak beberapa ilmu yang yang
didapat tetapi pada pengembangan dan pengalamannya dalam kehidupan ataupun
masyarakat.tujuan akhir seorang mu’min adalah surga. Untuk itu seluruh ilmu
yang mereka miliki diamalkan. Caranya adalah mencari dan mengamalkan semua
kebijakan tanpa merasa lelah atau capek. Seorang mu’min itu tak akan merasa
puas dan lelah dalam mencari maupun mempelajari ilmu, karena dengan ilmu
semua kebajikan dapat diraih. “Allah tidak pernah memerintahkan kepada Nabi-
Nya untuk mencari sesuatu kecuali menuntut ilmu syari’at, yang berfungsi untuk
menjelaskan apa-apa yang wajib bagi seorang mukallaf”.[5]

G. Analisa Kependidikan

Dari hadis diatas rasulullah SAW mengajarkan kepada umatnya, agar menuntut
ilmu, terutama sekali adalah ilmu agama kepada orang yang menguasai ilmu
tersebut, dan dalam hal ini yang disebut ulama, sebab ada hadis lain yang
mengatakan bahwa rasulullah itu wafat beliau seolah- olah beliau berkata kepada
para ulama, hai para ulama, aku meninggalkan kalian semua, aku tidak tinggalkan
emas, berlian, kepada kalian semua tapi aku tinggalkan ilmu kepada kalian, kalian
lah pewarisku, maka orang yang telah mengambilnya berarti ia telah mengambil
keuntungan yang banyak. Karena allah akan mencabut ilmu dengan mewafatkan
ulama, sehingga makin banyak ulama wafat maka ilmu semakin banyak
ditarik,sehinggga kalau bukan generasi muda kita yang akan bangkit mempelajari
ilmu itu, maka akan celakanya umat nantinya akibatnya umat akan mengangkat
pemimpin-pemimpin yang bodoh, yang akan memberikan fatwa menyesatkan.

Begitu Pentingnya Ilmu bagi diri sendiri dan orang lain, dan bagi perubahan dan
perkembangan masyarakat. Tanpa ilmu kita juga tidak akan mengetahui hukum-
hukum syariat yang wajib dilakukan oleh orang mukallaf tentang urusan Agama
yang meliputi Ibadah, Mualamalah, Ilmu tentang Allah dan sifat-sifatnya baik
yang wajib maupun yang mustahil baginya. Dari hadits dan ayat diatas dapat
disimpulkan bahwa menuntut itu wajib bagi setiap muslim, dan manfaatnya begitu
banyak baik bagi diri sendiri ataupun bagi orang lain, lebih banyak lagi bagi
perubahan dan perkembangan dalam suatu masyarakat. Dan Allah pun akan
meninggikan derajat yang tinggi di dunia maupun di akhirat nanti bagi bagi orang
yang berilmudan mengamalkan serta mengajarnya kepada orang lain yang belum
mengetahui. Orang yang mengamalkan ilmu terus menerus maka Allah juga akan
menambah derajatnya di dunia dan akhirat. Ilmu sebagai suatu pengetahuan yang
diperoleh melalui cara-cara tertentu. Dengan adanya proses belajar mengajar ini
menimbulkan perkembangan dan sebagai tenaga pendorong perubahan
masyarakat. Oleh karena itu peran ilmu dalam kehidupan sangat utama. Orang
yang keluar dan berniat mencari ilmu, maka malaikat akan meltakkan sayap-
sayapnya sebagai rasa senang atas apa yang dilakukan orang tersebut, dan semua
apa-apa yang dilangit dan dibumi pun juga akan mendo’akannya, ikan di air pun
ikut mendo’akan.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Penutup

Dari penjelasan hadist – hadist diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa : Menuntut
ilmu agama adalah wajib bagi setiap muslim dan jangan memberikan ilmu agama
kepada orang yang enggan menerima ilmu. Ilmu akan musnah jika sudah tidak
ada lagi para ulama sehingga banyak para pemimpin yang memberi fatwa tanpa
menggunakan ilmu pengetahuan, sehingga mereka saling menyesatkan satu sama
lain. Bahwa dengan ilmu manusia akan mendapatkan kebahagiaan didunia
maupun diakherat. Orang yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu sama
dengan orang yang sedang menempuh perjalanan menuju surga, Hal ini
merupakan kemuliaan yang diberikan Allah kepada orang yang mencari ilmu.
Ilmu mempunyai peranan sangat penting dalam dunia pendidikan, yang mana
pendidikan adalah Universal, ada keseimbangan antara aspek intelektual dan
spiritual, antara sifat jasmani dan rohani. Dengan pendidikan yang benar dan
akhlak yang kuat, maka akan tumbuh generasi penerus bangsa yang beradab dan
bermartabat.

B. Saran

Kita sebagai golongan terpelajar jangan hanya menjadikan kitab- kitab hadist
sebagai buku hiasan saja atau buku pelengkap referensi, tetapi hendaklah kita
baca, maknai, dan ditafsiri dengan baikdan selanjutnya di amalkan dengan
segenap kemampuan. Dan kiranya makalah kami ini sangat jauh dari
kesempurnaan, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi
meningkatkan kesempurnaan makalah yang kami tulis ini.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Mundiri Hafidz, Terjemah Attarghib wat tarhib. (Surabaya: Al-Hidayah Al


Qur’an Al Karim, 2000)

As Shobuni, Muhammad ‘Ali, Min Kunuz As Sunnah. (Jakarta: Dar Al Kutub Al


Islamiyah, 1999)

Az-zarnuzi. Ta’limul Muta’allim. (Surabaya: Al-Hidayah, tt)

Hadits Riwayat Sunan Ibnu Majah, Kitab Al-ilmi. (Beirut: Dar Al-Fikri, 2001)
Jilid 3
Ibnu Hajar Al-asqani, Al Imam Al Hafidz, Fathul Baari Syarah. (Jakarta : Pustaka
Azzam, 2002) Jilid 5.

Muhammad Zuhri, Terjemah Jawahirul Bukhari. (Indonesia: Darul Ihya’, 1993)

M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedi Al-qur’an. (Jakarta: Paramida, 1996)

Sunan Ibnu Majah, Kitab al-ilmi. Bab Keutamaan Ulama’ dan anjuran mencari
ilm. (ttp: Dar Al Fikri, 2001) Jilid 1

[1] Hadits Riwayat Sunan Ibnu Majah, Kitab al-ilmi, Bab Keutamaan Ulama’ dan
anjuran mencari ilmu (Bentuk-bentuk Dar Al Fikri 2001) Jilid 1. Hal 183.

[2] M. Dawam Rahardjo, SE, Ensiklopedi Al-qur’an (Jakarta : Paramida 1996) hal
530.

[3] Ibnu Hajar Al asqalani, Al-iman Al hafidzh, Fathul Baari syarah (jakarta :
pustaka Azzam, 2002) jilid 5, hal 345.

[4] Hadits Riwayat Sunan Ibnu Majah, Kitab Al-ilmi (Beirut : Dar Al-Fikri, 2001)
Jilid 3, hal 184.

[5] Ibnu Hajar Al-asqani, Al Imam Al Hafidz, Fathul Baari Syarah (Jakarta :
Pustaka Azzam : 2002) Jilid 5. Hal 263.

Anda mungkin juga menyukai