Anda di halaman 1dari 14

PROFESIONAL GURU, KOMPETENSI DAN INDIKASINYA

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam

Dengan dosen pengampu:


Drs. H. Fathurrazi, M. Pd.i

disusun oleh :
Putri Naily Rohmatika

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (II B)


FKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS
PAITON PROBOLINGGO
2018

Ilmu Pendidikan Islam PAI II B | 1


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya pendidikan adalah kunci dari keberhasilan dari sebuah
Negara, Negara akan maju dan berhasil jika ditunjang dengan pendidikan yang
bermutu akan tetapi begitu juga sebaliknya jika pendidikanya saja tidak
bermutu maka sudah barang tentu Negara tersebut tidaklah dikatakan sebagai
Negara maju, dengan pendidikan maka akan terlahir pemimpin yang
berkarakter.
Pendidikan erta kaitanya dengan keberadaan guru didalamnya. Seorang
guru dituntut keprofesioanalanya agar dapat mengahsilkan peserta didik yang
bermutu.
Guru yang profesioanal tidak hanya mengajar akan tetapi juga
membimbing, mengarahkan, menata dan mengelola kelas agar peserta didik
dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai
tujuan akhir dari proses pendidikan.
Seorang guru harus memiliki kompetensi dalam mengajar agar tujuan
yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal.
Oleh karenanya, pemenuhan persyaratan kualifikasi akademik minimal
S1/D4 dibuktikan dengan ijazah dan persyaratan relevansi mengacu pada
jenjang pendidikan yang dimiliki dan mata pelajaran yang dibina. Misalnya,
guru SD dipersyaratkan lulusan S1/D4 Jurusan/Prodram
PGSD/Psikologi/Pendidikan dan lainnya, sedangkan guru Matematika SMP,
MTs, SMA, dan SMK dipersyaratkan lulusan S1/D4 jurusan /program studi
Matematika atau Pendidikan Matematika. Pemenuhan persyaratan penguasaan
kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogis, kompetensi profesional dan
ompetensi sosial dibuktikan dengan sertifikasi pendidik.1

1
Syamsul Bachri Thalib, “Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif”,
(Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 273

Ilmu Pendidikan Islam PAI II B | 2


B. Rumusan Masalah
Dengan adanya latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka
penulis menemukan tujuan dari tulisan ini, yaitu:
1. Apakah pengertian dari profesionalisme guru ?
2. Apakah pengertian dari kompetensi guru ?
3. Indikasi yang seperti apakah seorang guru bisa dikatakan sebagai guru
profesioanal dan mempunyai kompetensi dibidangnya ?
C. Tujuan
Dari pembahasan materi ini diharapkan pada akhirnya :
1. Memahami pengertian dari profesionalisme guru
2. Memahami pengertian dari kompetensi guru
3. Mengetahui indikasi-indikasi seorang guru bisa dikatakan sebagai guru
profesioanal dan mempunyai kompetensi dibidangnya.

Ilmu Pendidikan Islam PAI II B | 3


BAB II
PEMBAHASAN

A. Profesionalisme Guru
a. Pengertian Profesionalisme
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, profesionalisme mempunyai
makna; mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu
profesi atau yang profesional. Profesionalisme merupakan sikap dari
seorang profesional. Artinya sebuah term yang menjelaskan bahwa setiap
pekerjaan hendaklah dikerjakan oleh seseorang yang mempunyai keahlian
dalam bidangnya atau profesinya.
Konsep profesionalisme, seperti yang dikembangkan oleh Hall, kata
tersebut banyak digunakan peneliti untuk melihat bagaimana para
profesional memandang profesinya, yang tercermin dari sikap dan perilaku
mereka. Konsep profesionalisme seperti yang dijelaskan Sumardi, bahwa
ia memiliki lima prinsip atau muatan pokok, yaitu:
pertama, afiliasi komunitas (community affilition) yaitu menggunakan
ikatan profesi sebagai acuan, termasuk di dalamnya organisasi formal atau
kelompok-kelompok kolega informal sumber ide pertama pekerjaan.
Melalui ikatan profesi ini para profesional membangun kesadaran profesi.
Kedua, kebutuhan untuk mandiri (autonomy demand) merupakan
suatu pandangan bahwa seseorang yang profesional harus mampu
membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah,
klien, mereka yang bukan anggota profesi).setiap adanya campur tangan
(intervensi) yang datang dari luar, dianggap sebagai hambatan terhadap
kemandirian secara profesional. Banyak yang menginginkan pekerjaan
yang memberikan hak-hak istimewa untuk membuat keputusan dan
bekerja tanpa diawasi secara ketat. Rasa kemandirian dapat berasal dari
kebebasan melakukan apa yang terbaik menurut yang bersangkutan dalam
situasi khusus.

Ilmu Pendidikan Islam PAI II B | 4


Ketiga, keyakinan terhadap peraturan sendiri/profesi (belief self
regulation) dimaksud bahwa yang paling berwenang dalam menilai
pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, bukan “orang luar”
yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan
mereka.
Keempat, dedikasi pada profesi (dedication) dicerminkan dari dedikasi
profesional dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang
dimiliki. Keteguhan tetap untuk melaksanakan pekerjaan meskipun
imbalan ekstrinsik dipandang berkurang. Sikap ini merupakan eskpresi
dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan
sebagai tujuan. Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi , sehingga
kompensasi utama yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan ruhani
dan setelah itu baru materi.
Kelima, kewajiban sosial (social obligation) merupakan pandangan
tentang pentingnya profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh
masyarakat maupun profesional karena adanya pekerjaan tersebut.
Kelima pengertian di atas merupakan kreteria yang digunakan untuk
mengukur derajat sikap profesional seseorang. Berdasarkan defenisi
tersebut maka profesionalisme adalah konsepsi yang mengacu pada sikap
seseorang atau bahkan bisa kelompok, yang berhasil memenuhi unsur-
unsur tersebut secara sempurna.
b. Pengertian guru
Dalam Kamus Besar Indonesia, definisi guru adalah “orang yang
pekerjaan, mata pencarian atau profesinya mengajar.” Guru merupakan
sosok yang mengemban tugas mengajar, mendidik dan membimbing. Jika
ketiga sifat tersebut tidak melekat pada seorang guru, maka ia tidak dapat
dipandang sebagai guru. Menurut Henry Adam, seperti yang dikutip A.
Malik Fadjar, “guru itu berdampak abadi, ia tidak pernah tahu, dimana
pengaruhnya itu berhenti”.
Menurut Moh. Uzer Usman guru adalah jabatan atau profesi yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Untuk menjadi guru

Ilmu Pendidikan Islam PAI II B | 5


diperlukan syarat-syarat tertentu, apalagi sebagai guru yang profesional
yang harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran
dengan berbagai ilmu pengetahuan ilmu lainnya yang perlu dibina dan
dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan pra-
jabatan.
Guru sebagai salah satu komponen di sekolah menempati profesi yang
memainkan peranan penting dalam proses belajar mengajar. Kunci
keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan di sekolah ada di
tangan guru. Ia mempunyai peranan dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan siswanya, pengetahuan, keterampilan, kecerdasan, dan
sikap serta pandangan hidup siswa. Oleh karenanya, masalah sosok guru
yang dibutuhkan adalah guru dapat membantu pertumbuhan dan
perkembangan siswa sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan yang
diharapkan pada setiap jenjang sekolah.
Keberadaan guru sebagai salah satu komponen dalam sistem
pendidikan sangat mempengaruhi hasil proses belajar mengajar di sekolah.
Keberadaannya memiliki relasi yang sangat dekat dengan peserta
didiknya. Relasi antara gru dan peserta didik, adalah relasi kewibawaan.
Relasi kewibawaan bukan menimbulkan rasa takut pada peserta didik,
akan tetapi relasi yang membutuhkan kesadaran pribadi untuk belajar.
Kewibawaan tumbuh karena kemampuan guru menampakkan kebulatan
pribadinya, sikap yang mantap karena kemampuan profesionalnya yang
dimilikinya, sehingga relasi kewibawaan itu menjadi katalisator peserta
didik mencapai kepribadiannya sebagai manusia secara utuh atau bulat.
Guru adalah bagian dari masyaraka yang mempunyai tugas besar.
Masyarakat itu berkembang, berubah mengalami kemajuan dan
pembaharuan. Masyarakat dinamis menghendaki perubahan dan
pembaharuan untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik, untuk mencapai
harkat kemanusiaan yang lebih tinggi dari keadaan dan statusnya sekarang.
Status yang demikian itu, telah dibuktikan oleh sejarah, hanya dapat
dicapai melalui pendidikan. Dalam pendidikan peran guru tidak dapat

Ilmu Pendidikan Islam PAI II B | 6


dilepaskan, karena guru berperan sebagai agen pembaharuan,
mengarahkan peserta didik dan juga masyarakat itu sendiri. Untuk
mencapai pembaharuan yang diinginkan itu mustahil dilakukan tanpa
perubahan. Untuk melakukan perubahan perlu ada pendidikan, dan proses
pendidikan tidak berjalan dengan sendirinya akan tetapi perlu diarahkan.
Di sinilah peranan dan fungsi guru sebagai sebagai agen pembaharuan.
c. Pengertian profesionalisme guru
Berdasarkan masing-masing pengertian di atas, maka dapat ditarik
pengertian bahwa profesionalisme guru adalah suatu pekerjaan yang di
dalamnya terdapat tugas-tugas dan syarat-syarat yang harus dijalankan
oleh seorang guru dengan penuh dedikatif, sesuai dengan bidang
keahliannya dan selalu melakukan improvisasi diri.
Profesionalisme guru dapat dilihat juga dari kesesuaian atau relevansi
keluaran pendidikan dengan profesi yang disandangnya. Dalam bahasa
yang lain dapat dikatakan bahwa, profesionalisme guru sama halnya
dengan “skilled performer” (pelaku yang terampil), seorang guru
profesional dapat tampil dengan penuh perkasa, inovatif, original, dan
invensif. Menurut Stevenlor dan Stigler, sebagaimana yang dikutip Dedi
Supriadi, bahwa guru adalah seorang yang senantiasa mencintai
profesinya, dan pengembangan profesionalnya sebagai guru adalah melalui
interaksi dengan sesama guru.
Profesionalisme guru bisa ditilik dari sejauh mana ia menguasai
prinsip-prinsip pedagogis secara umum maupun didaktik-metodik secara
khusus yang berlaku setiap pelajaran. Serta segi lain yang perlu dicatat
adalah sikap profesionalisme guru merupakan wujud dari pengabdian, dan
menjunjung tinggi kode etik profesi kependidikan/keguruan.
Di antara faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya profesionalisme
guru antara lain: 1) Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya
secara utuh, hal ini disebabkan oleh banyak guru yang bekerja di luar jam
kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga waktu
untuk membaca dan menulis untuk meningkatkan diri tidak ada; 2)

Ilmu Pendidikan Islam PAI II B | 7


Kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta sebagai
pencetak guru yang lulusannya asal jadi tanpa mempehitungkan outputnya
kelak di lapangan sehingga menyebabkan banyak guru yang tidak patuh
terhadap etika profesi keguruan; 3) Kurangnya motivasi guru dalam
meningkatkan kualitas diri karena guru tidak dituntut untuk meneliti
sebagaimana yang diberlakukan pada dosen di perguruan tinggi.2
B. Kompetensi Seorang Guru
Kompetensi secara umum berarti kewenangan untuk menentukan dan
memutuskan sesuatu.3 Dalam Pasal 1 ayat 10 UU No 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, 20 disebutkan bahwa kompetensi adalah seperangkat
pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan
dikuasai guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.4
Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, per- kembangan dan kondisi
peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya.5
Kompetensi adalah suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau
kemampuan seseorang baik yang kualitatif maupun kuantitatif. Dari pengertian
ini terdapat dua makna. Pertama sebagai indicator kemampuan yang
menunjukkan kepada perbuatan yang diamati,kedua sebagai konsep yang
mencakup aspek-aspek kognitif, afektif, dan perbuatan-perbuatan serta tahap-
tahap pelaksanaanya secara utuh.
Menurut Rustiyah kompetensi adalah suatu tugas memadai atau pemilikan
pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang dituntu oleh jabatan
tertentu.Sedangkan menurut Ida dan Piet Sahertian kompetensi adalah
kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan dan
pelatihan yang bersifat kognitif, afektif, dan performens.

2
Hasan Baharun, ‘Total Moral Quality: A New Approach for Character Education in
Pesantren’, Ulumuna, 21.1 (2017), 57–80.
3
Hasan Baharun, ‘Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Sistem Kepemimpinan
Kepala Madrasah’, At-Tajdid: Jurnal Ilmu Tarbiyah, 6.1 (2017), 1–25.
4
Hasan Baharun and Robiatul Awwaliyah, ‘Pendidikan Multikultural Dalam
Menanggulangi Narasi Islamisme Di Indonesia’, Jurnal Pendidikan Agama Islam (Journal of
Islamic Education Studies), 5.2 (2017), 224–43.
5
Hasan Baharun, Pengembangan Kurikulum : TEORI DAN PRAKTIK, 2017.

Ilmu Pendidikan Islam PAI II B | 8


Jadi kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang
harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan
efektif. Kompetensi tersebut meliputi :
1. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, dan berwibawa 6,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara perinci
supkompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Supkompetensi kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator
esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum, bertindak sesuai dengan
norma sosial, bangga sebagai guru, dan memiliki konsistensi dalam
bertindaksesuai dengan norma.
b. Subkompetensi kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial:
menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memili
etos kerja sebagai guru.
c. Subkompetensi kepribadian yang arif memiliki indikator esensial:
menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik,
sekolah, dan masyarakat sertamenunjukkan keterbukaan dalam berpikir
dan bertindak.
d. Subkompetensi kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial:
memiliki prilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan
memiliki perilaku yang disegani.
e. Subkompetensi kepribadian yang akhlak mulia dan dapat menjadi teladan
memiliki indikator esensial: bertindak sesuai norma religius (iman dan
takwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiiki perilaku yang
diteladani.7
2. Kompetensi pedagogis

6
Pancaran kelebihan seseorang atas orang lain dalam suasana pengakuan dan
penerimaan yang tulus dari orang lain itu. Lihat Ramayulis, “Ilmu Pendidikan Islam”, (Jakarta:
Kalam Mulia, 2002), hlm. 128
7
Syamsul Bachri Thalib, “Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif”,
(Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 274.

Ilmu Pendidikan Islam PAI II B | 9


Kompetensi pedagogis adalah kompetensi atau kemampuan guru dalam
pengelolaan pembelajaran peserta didik,8 kompetensi pedagogis meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.9 Kompetensi
tersebut diantaranya:
a. Memahami landasan pendidikan
b. Mampu merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi proses
pembelajaran
c. Memahami, meengembangkan potensi peserta didik
d. Kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjang misalnya
paham akan administrasi sekolah, bimbingan, dan konseling
e. Kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah untuk
meningkatkan kinerja sebagai pendidik
3. Kompetensi profesional
Kompetensi profesional merupakan peguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum
mata pelajarandi sekolah dan subtansi keilmuan yang menaungi materinya,
serta penguasaan terhadap struktur dan metodelogi keilmuannya. Setiap
subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial sebagai berikut:
a. Subkompetensi menguasai keilmuan yang terkait dengan bidang studi
memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam
kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan metode keilmuan
yang menaungi atau koheren dengan materi ajat; memahami hubungan
konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep
keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Subkompetensi menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki
indikator esensial: memliki langkah-langkah penelitian dan kajian kritis
untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.
8
Ramayulis, “Ilmu Pendidikan Islam”, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hlm. 131
9
Syamsul Bachri Thalib, “Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris
Aplikatif”...hlm. 275

Ilmu Pendidikan Islam PAI II B | 10


4. Kompetensi sosial
Kompetensi sosialmerupakan kemampuan seorang guru untuk
berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensialsebagai
berikut:
a. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
subkompetensi ini memiliki indikator esensial:berkomunikasi secara
efektif dengan peserta didik.
b. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama
pendidik dan tenaga kependidikan.
c. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali
peserta didik dan masyarakat sekitar.
Perlu dijelaskan bahwa sebenarnya keempat kompetensi (kepribadian,
pedagogis, profesional, dan sosial) tersebut dalam praktiknya merupakan
satu kesatuan yang utuh. Pemilahan tersebut semata-mata untuk kemudahan
memahaminya. Hal ini mengacu pada pandangan yang menyebutkan bahwa
sebagai guru yang berkompeten memiliki (a) pemahaman terhadap
karakteristik peserta didik, (b) penguasaan bidang studi, baik dari sisi
keilmuan maupun kependiidkan, (c) kemampuan penyelenggaraan
pembelajaran yang mendidik, dan (d) kemauan dan kemampuan
mengembangkan profesionalitas dan kepribadian secara berkelanjutan.10
C. Indikasi-Indikasi Seorang Guru
Indikasi merupakan tanda-tanda kemampuan yang dimiliki seseorang,
indikasi seorang guru dikatakan profesional dan memiliki kompetensi antara
lain:
1. Mampu menjabarkan berbagai bentuk pembelajaran ke dalam berbagai
bentuk cara penyampaian

10
Syamsul Bachri Thalib, “Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris
Aplikatif”,... hlm 274-276

Ilmu Pendidikan Islam PAI II B | 11


2. Mampu merumuskan tujuan pembelajaran kognitif tingkat tinggi, seperti
analisis, sintesis, dan evaluasi. Melalui tujuan tersebut maka kegiatan
belajar peserta didik akan lebih aktif dan komprehensif.
3. Menguasai berbagai cara belajar yang efektif sesuai dengan tipe dan gaya
belajar yang dimiliki oleh peserta didik secara individual.
4. Memiliki sifat positif terhadap tugas profesinya, mata pelajaran yang
dibinanya sehingga selalu berupaya untuk meningkatkan kemampuan dan
melaksanakn tugasnya sebagai guru.
5. Terampil dalam membuat alat peraga pembelajaransederhana sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan mata pelajaran yang dibinanya serta penggunaannya
dalam proses pembelajaran.
6. Terampil dalam menggunakan berbagai model dan metode pembelajaran
yang dapat menumbuhkan minat sehingga diperoleh hasil belajar yang
optimal.
7. Terampil dalam melakukan interaksi dengan peserta didik, dengan
mempertimbangkan tujuan dan materi pelajaran, kondisi pesertadidik,
suasana belajar, jumlah peserta didik, waktu yang tersedia, dan faktor yang
berkenaan dengan diri guru itu sendiri.
8. Memahami sifat dan karateristik peserta didik, terutama kemampuan
belajarnya, cara dan kebiasaan belajar, motivasi untuk belajar, dan hasil
belajar yang telah dicapai.
9. Terampil dalam menggunakan sumber-sumber belajar yang ada sebagai
bahan ataupun media belajar bagi peserta didik dalam proses pembelajaran.
10. Terampil dalam mengelola kelas atau memimpin peserta didik dalam
belajar sehingga suasana belajar menjadi menarik dan menyenangkan.

Ilmu Pendidikan Islam PAI II B | 12


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari apa yang telah kami tulis di atas, dapat disimpulkan bahwa
profesionalisme guru adalah suatu pekerjaan yang di dalamnya terdapat tugas-
tugas dan syarat-syarat yang harus dijalankan oleh seorang guru dengan penuh
dedikatif, sesuai dengan bidang keahliannya dan selalu melakukan improvisasi
diri.
Dan seorang guru tidak dapat dikatakan sebagai guru yang profesional jika
tidak memenuhi empat kopetensi berikut juga indikasi-indikasinya yang telah
kami cantumkan di atas. Adapun ke empat kompetensi tersenut adalah:
1. Kompetensi kepribadian
2. Kompetensi pedagogis
3. Kompetensi profesional
4. Kompetensi sosial

Ilmu Pendidikan Islam PAI II B | 13


DAFTAR PUSTAKA
Baharun, Hasan, Pengembangan Kurikulum : TEORI DAN PRAKTIK, 2017
———, ‘Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Sistem Kepemimpinan Kepala
Madrasah’, At-Tajdid: Jurnal Ilmu Tarbiyah, 6 (2017), 1–25
———, ‘Total Moral Quality: A New Approach for Character Education in
Pesantren’, Ulumuna, 21 (2017), 57–80
Baharun, Hasan, and Robiatul Awwaliyah, ‘Pendidikan Multikultural Dalam
Menanggulangi Narasi Islamisme Di Indonesia’, Jurnal Pendidikan Agama
Islam (Journal of Islamic Education Studies), 5 (2017), 224–43
Thalib, Syamsul Bahri. 2013. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris
Aplikatif. Jakarta, Kencana.
Ramayulis. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Ilmu Pendidikan Islam PAI II B | 14

Anda mungkin juga menyukai