Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM BIOFISIKA

PROTEKSI RADIASI SINAR-X

(B.PR)

Nama : Nikmatun umi


NIM : 1708531017
Tanggal : 18 Mei 2018
Kelompok : 3 (Tiga)
Nama Anggota : Tsaqila Ahzar (1708531012)
Ni Komang Nita Lestari (1708531013)
Fania Agustini (1708531014)
Yoseph Raymod Irawan (1708531015)
I Dewa Gede Cahyadi Kusuma (1708531016)

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
I. Tujuan dan Objek Percobaan
a. Untuk mempelajari sifat –sifat interaksi radiasi sinar –X dengan berbagai
material dengan energi ikat yang berbeda dan kemampuan tembus sinar
–X.
b. Menentukan bahan untuk tujuan proteksi

II. Dasar Teori

2.1 Pengertian Proteksi Radiasi

Keselamatan radiasi atau yang lazim disebut dengan proteksi radiasi merupakan
salah satu cabang ilmu pengetahuan atau teknik yang mempelajari masalah kesehatan
manusia maupun lingkungan dan berkaitan dengan pemberian perlindungan kepada
seseorang atau sekelompok orang maupun kepada keturunannya terhadap kemungkinan
yang merugikan kesehatan akibat paparan radiasi. Tujuan dari proteksi radiasi ini ialah
mencegah terjadinya efek deterministik yang membahayakan dan mengurangi
terjadinya efek stokastik serendah mungkin.

Melalui pemahaman cabang ilmu tersebut, sekelompok orang yang berhubungan


atau bekerja dengan radiasi pengion diusahakan agar dapat mempunyai apresiasi tentang
keselamatan radiasi dan sekaligus mempunyai pengertian tentang falsafah kesehatan
lingkungan dan dapat menjadi kawan yang baik dari radiasi pengion sehingga dapat
memperoleh manfaat secara maksimum dari radiasi tersebut dengan kemungkinan
menderita kerugian atau risiko yang minimum. Dari segi ilmiah dan teknik, ruang
lingkup proteksi radiasi terutama meliputi:

Pengukuran fisika berbagai jenis radiasi dan zat radioaktif.

Menentukan hubungan antara tingkat kerusakan biologi dengan dosis radiasi yang
diterima organ atau jaringan.

Penelaahan transportasi radionuklida di lingkungan, dan

Melakukan desain terhadap perlengkapan kerja, proses dan sebagainya untuk


mengupayakan keselamatan radiasi baik di tempat kerja maupun lingkungan.
Sedangkan tujuan dari proteksi radiasi ialah:

Pada pasien, dosis radiasi yang diberikan harus sekecil mungkin sesuai
keharusan klinis. Pada petugas, dosis radiasi yang diterima harus ditekan serendah
mungkin dan dalam keadaan bagaimanapun juga tidak boleh melebihi dosis maksimum
yang diperkenankan.

Pada awalnya ketika sinar X ditemukan bahayanya sendiri belum diketahui,


hanya para ahli menemukan bahwa sinar X ini sangat berguna karena memiliki sifat
yang unik terutama memiliki daya tembus yang besar yang dapat dimanfaatkan. Juga
belum ditemukannya detektor yang dapat mengetahui besarnya dosis radiasi yang
dihasilkan sehingga banyak orang yang mendapat resiko dan penyakit akibat radiasi.

Perkembangan teknologi pesawat sinar X juga begitu pesat namun hanya


mempertimbangkan bagaimana menghasilkan citra yang baik sehingga para praktisi
dengan mudah mendiagnosa penyakit atau mendapatkan informasi dari tubuh manusia.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa dalam perkembangan teknologi ini secara tidak
langsung terlintas adanya keselamatan pasien sebab dengan waktu penyinaran yang
singkat misalnya kegagalan penyinaran dapat dihindari sehingga pasien tidak perlu
diberikan radiasi secara berulang. Demikian juga halnya dengan perkembangan
teknologi pembuatan film dengan bahan tertentu akan dapat menghasilkan citra yang
sangat memuaskan.

Pemanfaatan radiasi di bidang diagnostik ini berkembang juga dari konvensional ke


teknologi intervensional dimana radiasi sangat mungkin diterima oleh pekerja maupun
pasien lebih besar lagi kalau teknologinya tidak dirawat dan diuji kehandalannya. Tidak
cukup hanya mempersoalkan teknologi akan tetapi juga harus diperlengkapi dengan
sumber daya manusia yang memenuhi standar internasional. Dengan teknologi yang
handal dan teruji akan dapat menghasilkan radiasi yang besar pada organ tertentu yang
tidak perlu bagi pasien bahkan tidak jarang melakukan penyinaran berulang sebab tidak
menghasilkan citra untuk mendapatkan informasi yang dikehendaki. Demikian juga
sebaliknya walaupun orang yang mengoperasikan telah disertifikasi dan memenuhi
persyaratan standar akan tetapi teknologinya tidak handal dan teruji maka akan
menimbulkan masalah yang sama. Untuk membuktikan teknologi tersebut handal dan
teruji maka harus ada institusi yang telah terakreditasi memberikan sertifikat kepada
pesawat sinar X tersebut sebagai jaminan layak dioperasikan.

Seperti disebutkan sebelumnya bahwa di Indonesia menghadapi persoalan ini


dimana sejak lama pengawasan hanya difokuskan pada keselamatan pekerja namun
pengaturan keselamatan pasien sangat minimum dilakukan. Oleh karena itu pada masa
yang akan datang pengawasan dan pengaturan dosis pasien ini menjadi perhatian utama
disamping tetap meningkatkan keselamatan pekerja, masyarakat, dan lingkungan hidup.
Untuk memenuhi ini maka akan dilakukan perbaikan peraturan yang menyangkut
kualifikasi pekerja untuk setiap jenis penggunaan pesawat sinar X, pengujian dan
perawatan pesawat sinar X, dan menetapkan persyaratan untuk uji kesesuaian.

Radiasi beta sebenarnya ada dua macam, yaitu Beta min dan Beta plus yang
keduanya memilki sifat berlainan. Pemakaina mindan plus adalah untuk menyatakan
muatan listrik yang dibawa oleh zarah radiasi beta.ditinjau dari segi struktu atomnya,
radiasi beta min ini terjadi pada atom yang kelebihan electron. Radiasi beta min pada
umumnya disertai juga dengan radiasi gamma. Radiasi beta plus serupa dengan
pancaran elktron positif atau positron dari inti atom. Radiasi beta plus terjadi pada
atom yang kelebihan potron.
Peristiwa absorbs adalah salah satu bentuk kehilangan energy zarah radiasi
beta bila mengenai medium. Berbeda dengan radiasi partikel bermuatan (a atau b),
daya tembus radiasi gamma dan sinar-X sangat tinggi bahkan tidak dapat diserap
secara keseluruhan.
Gambar 2. Penyerapan Radiasi Gelombang Elektromagnetik

III. PERALATAN DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


1. Pembangkitsinar –X 55490/94
2. Pencacah, Counter P 57545
3. End – window counter untuk sinar –X 55905
4. Material absorber dari material bilangan atomik Z yang berbeda
5. Pencatatan waktu
6. Volt meter

IV. HASIL PENGAMATAN/PERCOBAAN

4.1 Data Pengamatan


I. Absorbsi sinar – X oleh beberapa ketebalan materi (mm) Al
Ketebalan Cacahan / menit  Rata-
(mm) Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3 rata
0 3007 - - 3007
0,5 3050 3051 3032 3004,33
1,0 3036 3241 3134 3137
1,5 0110 0116 0123 116,33
2,0 0045 0102 0114 87
2,5 0106 0106 0103 105
3,0 0045 0044 0047 45,33
II. Absorbsi sinar – X oleh berbagai macam absorber (Material dengan bilangan atomik
Z berbeda) 0,5 mm
Bilangan Cacahan / menit  Rata-
Material
Atomik Level 4 Level 5 Level 8 rata
Ps 6 0147 0130 0140 139
Al 13 0143 0145 0146 144,66
Fe 26 0142 0110 0104 118,66
Cu 29 0084 0099 0101 94,66
Zr 40 0074 0131 0118 107,66
Ag 47 0116 0124 0118 119,33

4.2 Pelaksanaan Percobaan


 Absorpsi Sinar-X oleh beberapa ketebalan material
1. Terlebih dahulu ditepatkan material absorber (alumunium) dengan ketebalan
yang berbeda pada pemegang sampel G dan kemudian dimasukkan pada
lubang yang berhubungan dengan pengaruhnya (berada pada bagian
belakang) peralatan I pada posisi 0 mm.
2. Diarahkan salah satu material absorber ke arah datangnya sinar X (A)
(kolimator) dengan memutar pengarah yang berada pada bagian belakang
peralatan sinar X.
3. Peralatan sinar X dioperasikan dengan membawa tombol (c) ke posisi O.
Dipilih tinggi tegangan Ua(h) pada level 2, dan arus Iem(i) pada 0,05 mA.
4. Alat pencacah dihidupkan dengan menakan tombol pada posisi ON. Besar
tegangan pada voltmeter dibaca, yang memberikan besar tegangan UA=
√2.103 . V
5. Dibaca cacahan per menit , kemudian diulangi lagi untuk ketebalan yang
berbeda. Dicacat hasilnya dalam bentuk tabel.
 Absorpsi Sinar-X oleh berbagai macam absorber (material dengan
bilangan atomik Z berbeda )
1. Dirangkai peralatannya
2. Terlebih dahulu material absorber ditempatkan ( dengan beberapa jenis
material dengan ketebalan yang sama d = 0,5 mm dengan bilangan atomik
yang berbeda : alumunium ( Z = 13 ) ; iron ( Z = 26 ) ; zikronium ( Z = 40 ) ;
Silver ( Z = 47 ) ; Pada pemegang sampel G dan kemudian dimasukkan pada
lubang yang berhubungan dengan pengarahnya ( berada pada bagian
belakang ) peralatan sinar – X . Ditempatkan posisi salah satu absorber tegak
lurus dengan kolimator dan sesuai dengan jarum petunjuk bahan (i).
3. Salah satu material absorber diarahkan ke arah datangnya sinar – X ( A ) (
kolimator ) dengan memutar pengarah yang berada pada bagian belakang
peralatan sinar-X .
4. Peralatan sinar – X dioperasikan dengan membawa tombol ( c ) ke posisi ON
5. Tinggi tegangan dipilih UA( h ) pada level 4 , dan arus Iem( i ) pada 0,05 mA.
6. Alat pencacah dihidupkan dengan menekan tombol pada posisi ON.
7. Dibaca cacahan per menit , kemudian diulanginya lagi untuk bahan – bahan
yang berbeda ( dengan nomor atom bahan yang berbeda )
V. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Data


5.1.1 Grafik

Grafik Absorbsi Alumunium (Al)


3500
3137
3000 3007 3004.33

2500

2000

Koefisien Absorbsi
1500

1000

500

116.33 87 105 45.33


0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3

Grafik Absorbsi berbagai Macam Bilangan


Atomik Z
150
144.66
140 139

130

120 118.66 119.33

110 Koefisien Absorbsi


107.66
100
94.66
90

80
Ps Al Fe Cu Zr Ag

5.1.2 Pehitungan
5.1.3 Kesalahan
Pada praktikum yang kami lakukan ini, hasil yang didapat tidak sesuai
dengan teori yang ada. Hal ini bisa disebabkan karena alat yang digunakan
mengalami sedikit kerusakan atau sudah tidak berfungsi dengan baik,
sehingga dapat mempengaruhi hasi yang didapat. Selain itu ketelitian dari
mahasiswa juga dapat mempengaruhi hasil akhir.

5.2 PEMBAHASAN

Pada percobaan ini, ketebalan sangat berpengaruh terhadap cacahan yang terjadi.
Karena semakin tebal suatu material maka dalam waktu yang sama cacahan yang
dihasilkan semakin sedikit. Tetapi pada praktikum yang kami lakukan hasil yang
didapat sangat berbeda dengan teorinya. Hal ini disebabkan karena alat yang digunakan
mengalami kerusakan sehingga dapat mempengaruhi hasil yang didapat. Selain itu
ketelitian praktikum juga dapat mempengaruhi hasil yang didapat. Dalam kegiatan
praktikum yang telah dilakukan ketelitian merupakan hal yang sangat penting, karena
jika kita tidak tepat dalam menghitung waktu yang diperlukan untuk mencacah suatu
material maka data yang kita dapatkan tidak akan akurat. Selain itu ada praktikum yang
telah dilakukan kami mengalami beberapa kendala pada saat praktikum. Kendala
tersebut seperti kesulitan dalam penggunaan alat – alat yang tesedia di laboratorium dan
ketakutan akan radiasi yang dapat ditimbulkan oleh alat – alt yang ada. Akan tetapi
semua itu dapat teratasi dengan adanya arahan dan bimbingan dari dosen dan teknisi,
selaku pembimbing kami di laboratorium.
VI. KESIMPULAN

Berdasarkan kegiatan praktikum yang kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Untuk absorbs sinar-X oleh berbagai macam absorber (material dengan bilangan
atomik Z berbeda), kesimpulannya setiap absorber memiliki nilai cacahan yang
berbeda untuk masing – masing material, karena memiliki nilai atomik Z yang
berbeda.
2. Untuk percobaan absorbs Sinar-X oleh beberapa ketebalan material,
kesimpulannya semakin tebal suatu material dalam waktu yang maka sama
cacahan yang dihasilkan semakin sedikit dengan menggunakan ketelitian dan
ketepatan yang tinggi dan peralatan yang bagus.
3. Sinar X merupakan suatu gelombang elektro magnetic dengan panjang
gelombang yang cenderung sangat pendek, akan tetapi memiliki energi yang
sangat besar. Sinar X juga mempunyai daya tembus yang sangat tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Physics Experiments, Volume 3, Optics, Atomic and Nuclear Physics, Solid-state


Physics. Leybold-Heraeus GMBH, Germany.1986.

Sutapa, Gusti Ngurah, dkk. 2018. Penuntun praktikum Biofisika. Jimbaran : Jurusan
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana.

https://radiodiagnostik.wordpress.com/2012/05/25/pengukuran-laju-paparan-dosis-
radiasi-dan-pengukuran-kebocoran-tabung-pada-pesawat-sinar-x/
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai