Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK

PEMBUATAN PREPARAT APUS DARAH

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Mikroteknik

Dosen Pengampu: Ir. Nur Rahayu Utami, M. Si

oleh

Kelompok 1 Rombel 2 Pendidikan Biologi

Indriyati (4401417025)

Firda Natasha (4401417030)

Ricki Suprobo (4401417038)

Selvi Kumalasari (4401417042)

Ain Amalia Rahmawati (4401417045)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2019
I. Judul Praktikum : Preparat Apus Darah

II. Tujuan Praktikum


1. Membuat preparat apus darah dengan pewarna giemsa
2. Menganalisis hasil pembuatan preparat apus darah dengan pewarna
giemsa

III. Landasan Teori


Preparat apus darah merupakan preparat permanen, yaitu preparat yang
keawetannya bertahun-tahun. Preparat permanen ini proses pembuatannya cukup
sukar, memerlukan berbagai macam zat kimia, perlu perencanaan yang matang
dan ketelitian. Tujuan pembuatan preparat permanen adalah untuk menyediakan
obyek yang bersangkutan selalu tersedia pada setiap waktu diperlukan secara
umum, prosedur pembuatan preparat permanen melalui tahapan: fiksasi,
pencucian, dehidrasi dengan disisipi staining, dealkoholisasi/clearing, mounting
atau penutupan dan labeling (Rudyatmi, 2019).
Preparat apus atau smear adalah preparat yang proses pembuatannnya
dengan metode apus atau smear, yaitu dengan cara mengapuskan atau membuat
lapisan tipis atau film suatu bahan yang berupa cairan atau bukan cairan diatas
gelas benda yang bersih dan bebas lemak. Selanjutnya melakukan fiksasi,
mewarnai, dan menutupnya dengan gelas penutup untuk diamati dibawah
mikroskop. Preparat apus darah adalah untuk mempelajari struktur eritrosit,
leukosit, dan trombosit.
Pembuatan preparat apus darah ini menggunakan suatu metode yang
disebut metode oles (metode smear) yangmerupakan suatu sediaan dengan jalan
mengoles atau membuat selaput (film) dan substansi yang berupa cairan atau
bukan cairan di atas gelas benda yang bersih dan bebas lemak untuk kemudian
difiksasi, diwarnai dan ditutup dengan gelas penutup (Handari, 2003).
Untuk melihat struktur sel darah dengan menggunakan mikroskop cahaya
pada umumnya dibuat sediaan apus darah. Sediaan apus darah ini tidak saja untuk
mempelajari bentuk masing-masing sel darah, tetapi juga dapat digunakan untuk
menghitung perbandingan antara masing-masing jenis sel darah (Subowo, 2002).
Pada masa kini sering digunakan pewarnaan metoda Giemsa dan Wright
yang merupakan modifikasi metoda Romanowsky. Pada dasarnya bahan pewarna
selalu terdiri atas zat warna basa dan zat warna asam (Subowo, 2002).
Pewarna giemsa sebagai pewarna yang umum digunakan dalam pembuatan
sediaan apus, agar sediaan terlihat lebih jelas. Pewarnaan ini sering disebut juga
pewarnaan Romanowski. Metode pewarnaan ini banyak dipakai untuk
mempelajari morfologi darah, sel-sel sumsum dan juga untuk identifikasi parasit-
parasit darah misalnya dari jenis protozoa. Giemsa ini memberikan warna biru
(Mescher, 2012)
Darah adalah suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma yang dapat
dianggap sebagai jaringan pengikat dalam arti luas, karena pada dasarnya darah
terdiri atas unsur-unsur sel dan substansi interseluler yang berbentuk plasma.
Fungsi utama dari darah adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel
diseluruh tubuh. Darah manusia bisa dijadikan suatu preparat untuk diamati,
prosedur yang paling sering dilakukan dalam pembuatan preparat atau jaringan
sediaan histology atau irisan jaringan yang dapat dipelajari dengan bantuan
mikroskop cahaya. Di bawah mikroskop cahaya, jaringan diamati melalui berkas
cahaya yang menembus jaringan. Karena jaringan dan organ biasanya terlalu tebal
untuk ditembus cahaya, jaringan tersebut harus diiris menjadi lembaran-lembaran
tipis yang translusendan kemudian diletakkan diatas kaca objek sebelum jaringan
tersebut diperiksa (Mescher, 2012).
Darah tersusun atas plasma dan sel darah. Sel darah mencakup eritrosit,
leukosit, dan trombosit. Plasma darah mengandung sekitar 90% air dan berbagai
zat terlarut / tersuspensi di dalamnya (Isnaeni, 2006).
Jenis sel darah:
1. Eritrosit, berbentuk sebagai cakram bulat bikonkaf dengan diameter sekitar
7,2 µm tanpa memiliki inti.
2. Leukosit, mempunyai fungsi utama dalam sistem pertahanan. Berdasarkan
ada tidaknya butir-butir dalam sitoplasma dibedakan:
a. Granulosit yaitu adanya butir-butir spesifik yang mengikat zat warna dalam
sitoplasma.
1) Neutrofil, berlobus berjumlah 2—5 lobi atau lebih, berwarna biru atau ungu.
2) Eosinofil, inti terdiri atas 2 lobi, berwarna merah atau orange.
3) Basofil, separuh sel dipenuhi inti, berwarna biru tua dan kasar memenuhi
sitoplasma.
b. Agranulosit, tidak mempunyai butir-butir spesifik
1) Limfosit, inti gelap berwarna ungu
2) Monosit, inti berbentuk oval seperti tapal kuda.
3. Trombosit, berbentuk seperti kepingan-kepingan sitoplasma berukuran 2—
5µm (Subowo, 2002).

IV. Alat dan Bahan


1. Alat dan Bahan
a. Object glass f. Jarum franke
b. Larutan alkohol 70% g. Jarum preparat
c. Larutan metil alkohol h. Kapas
d. Zat pewarna giemsa i. Mikroskop
e. Akuades j. Alat tulis

V. Cara Kerja

Mensterilkan ujung jari dan jarum Mengusap darah


blood lancet pendengan alcohol pertamadengan kapas
70% lalu ditusuk dengan jarum beralkohol dan tetesan
dengan bantuan blood lancet pen berikutnya diteteskan pada
dan darah dikeluarkan gelas benda A yang bebas
lemak pada posisi 0,5 cm
Mendorong glas benda B
menegakkan gelas benda Bdi
kearah kiri dengan kuat dan
sebelah kiri tetesan darah
kecepatan yang konstan,
kemiringan 45º lalu gelas
sehingga terbentuk film
benda B ditarik kearah tetesan
darah tipis dan rata
darah (ke kanan) sehingga
terjadi kapilaritas

difiksasi dengan metil alcohol mencuci preparat Label


lalu dikeringanginkan (5 dilekatkan pada ujung
menit), kemudian diwarnai kanan gelas benda. Lalu
giemsa 3%dikeringanginkan preparat diamati, difoto
sampai kering dan dianalisis hasilnya

VI. Hasil

1
2

Keterangan :
1. Leukosit (neuutrofil)
2. Nukleus
3. Eritrosit
Perbesaran : 10x10

VII. Pembahasan
Nama : Indriyati
NIM : 4401417025
Praktikum ini bertujuan untuk membuat preparat apus darah,
pembuatan preparat menggunakan metode smear/apus/oles, yang mana
sample darah yang digunakan adalah sample darah manusia. Preparat
apus darah yang menggunakan pewarna giemsa terlihat cukup baik dan
berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh saat pengamatan dibawah
mikroskop sel darah dapat terlihat jelas pada perbesaran 10 x 10 selain
itu sel darah yang terlihat mampu dibedakan antara sel darah merah, sel
darah putih. Pada pengamatan jumlah eritrosit terlihat lebih banyak jika
dibandingkan dengan jumlah leukosit.
Pada pembuatan preparat apus darah ini menggunakan beberapa
larutan diantaranya adalah alkohol 70% yang berfungsi untuk
mensterilkan jari tangan sebelum diambil darahnya guna menghindari
kontaminasi yang masuk melalui jarum lanset dan untuk mensterilkan
gelas benda yang akan digunakan untuk preparasi. Methyl alkohol
digunakan dalam pembuatan preparat sebagai fiksator dan pewarna
giemsa yang berfungsi untuk melakukan pewarnaan seluruh permukaan
film sehingga yang terwarnai hanya intinya saja selain itu darah agar
dapat dibedakan sel sel yang terlihat didalamnya. Ketika meneteskan
darah pada gelas benda, darah yang diteteskan adalah darah tetesan
kedua dengan tujuan untuk menghindari kontaminasi dengan alkohol
sehingga tetesan darah yang selanjutnya dapat digunakan untuk sample
dan diamati bagian – bagian sel nya karena dianggap steril. Selain itu
juga digunakan akuades steril agar tidak ada mikroorganisme lain yang
menempel pada apus darah ketika dilakukan pengamatan dan
menghindari salah analisis.

Eritrosit yang tampak ketika pengamatan berwarna bening


transparan dengan bentuk bulat seperti cakram dan tidak berinti,
sedangkan pada leukosit terlihat seperti sel yang memiliki inti berwarna
ungu. Warna ungu yang terlihat pada leukosit disebabkan oleh inti
leukosit yang bersifat basa sehingga mudah menyerap zat warna giemsa.
Pada pengamatan leukosit yang terlihat hanya beberapa diantaranya
adalah neutrofil dan eosinofil. Presentasi leukosit yang ada didalam
darah manusia paling banyak adalah neutrofil yaitu sekitar 50-70% dan
yang paling sedikit adalah basofil yaitu 1%.Masing – masing leukosit
memiliki fungsi diantaranya adalah :
Neutrofil, merupakan sel darah putih dengan jumlah terbanyak
didalam sel, neutrofil berfungsi untuk mengahalangi infeksi kuman atau
bakteri yang mencoba masuk kedalam darah melalui luka. Sel darah
inilah yang paling aktif dan banyak terdapat luka ketika terjadi infeksi.
Limfosit, berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh dan sangat
berperan dalam imunitas humoral.
Monosit,berfungsi untuk menghancurkan sel – sel asing,
mengangkat jaringan yang telah mati, membunuh sel kanker dan
meransang jenis sel darah putih yang lain dalam melindungi tubuh.
Eosinofil, berfungsi untuk mencegah alergi, mengahancurkan
antigen dan antibodi serta berperan dalam merespon alergi.
Basofil, berfungsi untuk memberi reaksi antigen dan alergi dengan
mengaktifkan atau mengeluarkan histamin sehingga terjadi peradangan,
mencegah adanya penggumpalan dalam darah, membantu dalam
memperbaiki luka dan memperbesar pembuluh darah.
Pada preparat yang diamati, terlihat sel – selnya rapat hal ini
dikarenakan apusan darah terlalu tebal sehingga sel – sel bertumpuk dan
sulit untuk diidentifikasi sel darah jenis apa saja yang terlihat didalamnya
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi hasil dari preparat apus
darah dan pengamatan diantaranya adalah :
1. Kondisi kaca objek
2. Kemiringan kaca objek penggeser darah dan kecepatan
ketika mengapus darah.
3. Kurangnya keterampilan praktikan dalam menggunakan
mikroskop
4. Banyaknya tetesan darah saat pembuatan film darah yang
melebihi kapasitas, sehingga tidak terjadi kapilaritas namun
terjadi penumpukan lapisan darah.
5. Kesalahan prosedur yang dilakukan sehingga terdapat sel
yang rusak akibat tertekan.
6. Ciri – ciri apus darah yang baik adalah :
7. Sediaan tidak melebar sampai tepi gelas benda
8. Pada sediaan terdapat beberapa bagian yang tipis seehingga
dapat dilakukan pengamatan.
9. Ujung preparat harus rata.
Nama : Firda Natasha
Nim : 4401417030
Praktikum pembuatan apusan darah manusia ini menggunakan
metode apus/ smear/ oles. Darah yang digunakan adalah darah manusia .
Berdasarkan foto dari hasil pengamatan preparat apus darah manusia
dengan pewarnaan Giemsa diketahui bahwa preparat secara fisik cukup
baik, bersih, dan terwarna. Dapat terlihat adanya eritrosit dalam jumlah
banyak.
Eritrosit teramati terwarna agak bening transparan. Eritrosit
berbentuk bulat, dengan bentuk seperti cekungan (cakram) pada sisi
dalam (tengah) dan tak berinti. Jika ditemukan leukosit maka
ditunjukkan dengan sel yang memiliki inti berwarna ungu. Warna ungu
disebabkan oleh inti leukosit yang basa sehingga mudah menyerap zat
warna giemsa. Leukosit yang paling banyak dijumpai ialah neutrofil dan
monosit berkisar antara 10-15%, serta sedikit eosinofil dengan presentase
kurang dari 5%. Presentase neutrofil memang paling banyak dalam
darah, yaitu mencapai 50-70% dari jumlah leukosit yang ada.
Preparat tampak rapat namun sel-selnya kurang dapat teramati
dengan baik karena bertumpuk, hal tersebut menunjukkan bahwa apusan
masih terlalu tebal.
Tahapan-tahapan dalam pembuatan preparat antara lain
pengambilan sampel darah, pembuatan film darah, pengeringan, fiksasi,
pengeringan, pewarnaan, pencucian, dan pelabelan. Setiap tahapan
mempunyai fungsi dan maksud yang berbeda-beda. Pengambilan sampel
darah dimaksudkan untuk mengambil darah probandus dengan bantuan
blood lancet pen, kemudian pembuatan film darah untuk membuat hasil
apusan darah. Apusan darah harus setipis mungkin agar dapat diamati
dan sel darah tidak saling menumpuk dan rapat. Pengeringan dilakukan
dengan bantuan kipas angin agar darah hasil apusan cepat kering
sehingga ketika dilakukan fiksasi tidak luntur. Fiksasi bertujuan agar
elemen-elemen sel mati tetapi tetap mempertahankan bentuk, struktur,
maupun ukurannya. Fungsi utama fiksasi yaitu untuk mempertahankan
struktur sel darah yang dijadikan obyek, mengubah indeks bias sel darah
agar mudah diamati, dan mengubah sel agar mudah menyerap zat warna.
Pengeringan dilakukan agar sel terfiksasi dengan sempurna, fiksatif yang
tersisa menguap dan hasil apusan tetap kering dan tidak luntur ketika
diwarnai. Pewarnaan menggunakan Giemsa yang terdiri atas methylen
blue dan eosin yang memberi warna biru pada inti sel. Kemudian
dilakukan pengeringan agar warna menempel sempurna dan pencucian
dilakukan agar zat warna yang tidak mewarnai sel larut terbawa aliran
air. Digunakan akuades steril agar tidak ada mikroorganisme lain yang
menempel pada apus darah karena ketika dilakukan pengamatan dapat
terjadi kesalahan analisis.
Nama : Ricki Suprobo
NIM :4401417038
Pembuatan preparat apus darah ini, dilakukan dengan metode apus
(smear/oles). Sampel darah yang digunakan yaitu darah manusia.
Berdasarkan hasil dan foto yang didapatkan saat pengamatan di bawah
mikroskop, preparat apus darah dengan pewarnaan giemsa ini terlihat
cukup baik dan dapat terlihat adanya eritrosit dan beberapa macam
leukosit yang tampak menonjol dengan warna ungu. Jumlah eritrosit
tampak paling banyak jika dibandingkan dengan leukosit.
Eritrosit tampak dimikroskop berwarna merah transparan dengan
bulatan ditengah yang sebenarnya adalah cekungan dan tidak berinti.
Leukosit, terdapat bagian yang berwarna lebih gelap, yaitu inti sel. Jenis
leukosit yang tampak pada pengamatan yang adalah neutrofil (paling
banyak) dan limfosit.
Pada pembuatan preparat apus darah ini menggunakan beberapa
larutan,diantaranya yaitu alkohol, yang berfungsi untuk mensterilkan jari
tengah dan peralatan seperti jarum franke dan gelas benda.Metil alcohol
berfungsi untuk fiksator dalam proses fiksasi, dan larutan giemsa
berfungsi untuk melakukan pewarnaan seluruh permukaan film darah.
Tujuan dilakukannya pewarnaan pada preparat apus darah yaitu
agar memudahkan dalam melihat berbagai jenis sel dan juga dalam
mengevaluasi morfologi dari sel-sel tersebut (Rodak, et al., 2007)
International Council for Standardization in Haematology (ICSH)
merekomendasikan metode pewarnaan Romanowsky karena pewarnaan
ini mampu memberikan hasil memuaskan pada apusan darah tepi
Beberapa pewarnaan yang termasuk dalam metode pewarnaan
Romanowsky yaitu pewarnaan Wright, Giemsa, Wright-Giemsa,
Leishman, May-Grundwald dan pewarnaan Jenner. Pewarna
Romanowsky mengandung pewarna kationik atau basa seperti azure B
yang dapat memberikan warna biru-ungu atau biru pada inti sel,
nukleoprotein, granula basofil dan granula neutrofil, dan pewarna anion
atau asam, seperti eosin Y dapat memberikan warna.
Di Indonesia, pewarnaan yang umum digunakan ialah pewarnaan
Giemsa sebab Giemsa lebih tahan lama dalam iklim tropis. Terkadang
pewarnaan Giemsa juga dikombinasikan dengan Wright, dimana
diharapkan kelebihan dari tiap-tiap zat warna Giemsa dan Wright bisa
didapatkan dan akan menjadikan sediaan apus darah tepi lebih jelas
terlihat secara mikroskopis dan jadi lebih tahan lama
Giemsa sangat baik untuk mengidentifikasi berbagai sel granulosit
dan sel-sel darah lainnya, menghasilkan gambaran inti yang jelas, sangat
baik dalam membedakan komponen basofilik atau eosinofilik dari sel
limfoid dan mieloid, dan keunggulan utama Giemsa ialah lebih tahan
lama dalam iklim tropis dan sangat baik untuk mempelajari parasit-
parasit darah (Barcia, 2007).
Oleh sebab itu, sel yang terwarnai dengan Giemsa memberikan
hasil yang representatif dan preparat apus darah tepi juga dapat bertahan
dengan baik
Sediaan apus yang dipulas dan dibuat baik merupakan syarat untuk
mendapatkan hasil yang baik. Kriteria sediaan yang baik :
Sediaan tidak melebar sampai pinggir gelas benda, panjangnya ½
sampai 2/3 panjang gelas benda
Harus ada bagian yang cukup tipis untuk diamati,pada bagian itu
eritrosit terletak berdekatan tanpa bertumpukan dan tidak menyusun
gumpalan atau rouleaux
Pinggir sediaan rata dan sediaan tidak boleh berlubang lubang
ataupun bergaris.
Penyebaran leukosit tidak boleh berhimpitan pada pinggir pinggir
atau ujung ujung sediaan.(Subrata,G 2007)
Maksud dari pembuangan tetesan darah pertama saat pembuatan
film darah yaitu agar darah tidak terkontaminasi dengan alcohol sewaktu
jari tengah dibersihkan dan tetesan kedua dan ketiga dianggap sudah
steril dan baru bisa diambil untuk dijadikan sample dan diamati bagian-
bagian maupun morfologinya.
Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pembuatan preparat, terutama pada pembuatan preparat apus diantaranya
:
1. Pengambilan sampel
Sampel yang diambil adalah darah yang masih segar, karena darah
merupakan jaringan hidup yang dapat melakukan proses pembekuan saat
terjadi luka dan pendarahan.
2. Pemrosesan
Pemrosesan juga sangat mempengaruhi keberhasilan pembuatan
preparat terutama dalam proses perlakuan penggeseran darah pada kaca
benda, karena hal ini berpengaruh terhadap sel-sel darah.
3.Pewarnaan
Pemberian zat warna yang berlebihan akan mengakibatkan bagian-
bagian sel darah yang amat terlalu tebal, sehingga sulit diamati. Lamanya
pemberian zat warna juga berpengaruh karena adanya daya serap
jaringan juga berbeda. Sehingga dalam hal ini diperlukan keterampilan
dan pengamatan yang cukup (Maskoeri, 2008).
Nama : Selvi Kumalasari
NIM : 4401417042
Pembuatan apusan darah manusia ini menggunakan metode apus/
smear/ oles. Yaitu dengan mengulaskan/menggoreskan di atas obyek
glass sehingga mendapatkan selaput tipis .Darah yang digunakan adalah
darah manusia. Preparat apusan darah merupakan preparat semi permanen
atau sementara karena pada proses pembuatannya tidak melalui tahap
dehidrasi.
Pada praktikum ini menggunakan teknik pewarnaan romanowski,
karena pewarnaan ini mampu memberikan hasil memuaskan pada apusan
darah tepi (Bain, 2014). Pewarna Romanowsky yaitu dengan giemsa 3%
(campuran metylen blue dan eosin) mengandung pewarna kationik atau
basa seperti (1) azure B yang dapat memberikan warna biru-ungu atau
biru pada inti sel, nukleoprotein, granula basofil dan granula neutrofil,
dan (2) pewarna anion atau asam, seperti eosin Y dapat memberikan
warna merah a pada eritrosit dan granula eosinofil serta mewarnai inti sel
(Ardina, 2018).
Sebelum dibuat apusan darah jari tangan harus dibersihkan dengan
alcohol 70% yang bertujuan untuk mensterilkan tangan. Kemudian dibuat
apusan darah setipis mungkin agar sel-sel darah dapat diamati dengan
baik dan tidak menumpuk. Selanjutnya dilakukan fiksasi menggunakan
methanol selama 5 menit, fiksasi bertujuan Kemudian dilakukan
pewarnaan dengan giemsa yang bertujuan untuk mematikan sel-sel pada
sediaan tanpa mengubah struktur organela yang ada didalamnya. Setelah
itu dilakukan pewarnaan dengan giemsa agar dapat diamati morfologi dan
jenis sel darah.
Hasil pengamatan dengan perbesaran 10x10 diperoleh apusan
darah yang bersih tipis dan baik, sel-sel darah terwarna dengan baik.
Terlihat jelas morfologi eritrosit dan leukosit. Eritrosit teramati berwarna
merah dan berbentuk cekung bikonkaf dan tidak memiliki inti sel. Warna
merah terbentuk karena pada pewarna giemsa terdapat eosin yang
asidofilik atau eosinophilia sehingga menyebabkan warna merah atau
merah muda pada eritrosit. Hal ini sesuai dengan teori yaitu Eritrosit
berbentuk bulat gepeng yang kedua permukaannya cekung. Eritrosit tidak
memiliki inti sel dan mengandung hemoglobin. Dari samping Eritrosit
kelihatan berbentuk seperti cakram dengan kedua permukaannya cekung
(biconcav disk) (Tahir, 2012).
Dari hasil pengamatan juga dapat diamati adanya leukosit
(Naurtrofil) yang sitoplasmanya berwarna ungu muda dan nukleusnya
berwarna ungu kebiru-biruan karena inti leukosit bersifat basa sehingga
mudah menyerap warna giemsa (azure B).
Preparat apusan darah tidak hanya digunakan untuk mempelajari
morfologi sel darah tetapi juga digunakan untuk mengetahui dan
menghitung perbandingan jumlah masing-masing sel darah. Dari hasil
pengamatan didapatkan bahwa eritrosit berjumlah sangat banyak dan
hanya ditemukan sedikit leukosit.
Tetapi tidak semua eritrosit dapat diamati dengan baik ada
beberapa sel yang terlihat masih menumpuk. Hal ini dapat dikarenakan
kurangnya ketrampilan saat proses pembuatan apusan kurang tipis
sehingga masih terdapat sel darah merah yang menumpuk. Juga dapat
disebabkan karena tetesan darah yang telalu banyak. Jika ingin membuat
apusan sebaiknya menggunakan sedikit tetesan darah agar hasil yang
didapatkan maksimal dan sel-sel darah tidak menumpuk.
Jika ingin mendapatkan hasil yang baik dan maksimal maka
pembuatan apusan darah harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti. Ala-
alat yang digunakan harus steril. Dan yang paling penting adalah
ketrampilan yang baik dalam pembuatan apusan dan pewarnaan.
Nama : Ain Amalia R
NIM :4401417045
Praktikum yang telah dilakukan bertujuan untuk mengetahui cara/
teknik pembuatan preparat apus darah dengan pewarnaan Giemsa.
Sebelum proses pembuatan preparat dimulai meja dan alat yang
digunakan untuk praktikum harus disterilkan terlebih dahulu dengan
menggunakan alkohol 70% dan kapas. Hal ini untuk mengurangi resiko
kontaminasi dan juga pensterilan terhadap mikroorganisme yang
kehadirannya tidak dikehendaki.
Darah yang digunakan dalam pembuatan apusan darah yaitu
berasal dari darah salah satu praktikan yang kemudian diletakkan diatas
object glass steril. Pengambilan darah menggunakan jarum lancet sekali
pakai, jarum lancet yang telah digunakan oleh orang lain tidak boleh
digunakan kembali dengan orang yang berbeda untuk mencegah
penyebaran penyakit. Selain alat untuk praktikum yaitu object glass,
tangan yang akan ditusuk dengan jarum lancet juga harus disterilkan
dengan alkohol 70% untuk sterilisasi dan mencegah infeksi
mikroorganisme. Darah yang keluar pertama harus dibuang dengan
menggunakan kapas karena darah yang pertama merupakan darah yang
terkontaminasi dengan alkohol 70% yang digunakan untuk sterilisasi.
Setelah darah selanjutnya diteteskan ke object glass segera darah diapus
dengan object glass yang lain dengan sudut 45º dan dikering anginkan.
Pengapusan harus dilakukan dengan cepat untuk menghindari
penggumpalan darah dan agar apusan yang dihasilkan tipis.
Sebelum diberikan pewarna terlebih dahulu apus darah tersebut
harus difiksasi dengan menggunakan metil alkohol selama 5 menit.
Penggunaan metil alkohol dikarenakan metil alkohol merupakan fiksatif
yang cocok dengan pewarna Giemsa. Menurut Jusuf (2009) apabila
jaringan direndam terlalu lama pada larutan fiksatif dapat menyebabkan
kerapuhan pada jaringan. Fungsi fiksasi adalah untuk menjaga sel dan
komponen jaringan pada keadaan “life-like state” dan mencegah autolisis
dan degradasi jaringan serta komponen jaringan sehingga mereka dapat
diamati baik secara anatomis dan mikroskopis (Howat, 2014). Banyak
faktor yang mempengaruhi proses fiksasi antara lain konsentrasi ion
hidrogen (pH netral), temperatur fiksasi (suhu kamar), kemampuan
penetrasi (penetration rate) dan ketebalan pemotongan (3-4 mm),
konsentrasi larutan, dan durasi fiksasi. Pemilihan larutan fiksatif yang
digunakan tergantung kepada jenis pewarnaan dan jenis molekul yang
ingin dilindungi (Musyarifah dan Salmiah, 2018).
Selanjutnya apus darah diberi pewarna dengan menggunakan
pewarna Giemsa 3% selama 30-40 menit agar pewarna dengan sempurna
diserap dan mewarnai sel. Pewarna Giemsa 3% terbuat dari larutan
buffer ditambah dengan Giemsa sehingga ketika digunakan sebagai
pewarna tidak menimbulkan krenasi/plasmolisis pada sel darah
(Pramudianti, dkk, 2013). International Council for Standardization in
Haematology (ICSH) merekomendasikan metode pewarnaan
Romanowsky termasuk juga pewarna Giemsa karena pewarna ini
mengandung pewarna kationik atau basa seperti azure B yang dapat
memberikan warna biru-ungu atau biru pada inti sel karena inti bersifat
asam sehingga pewarna basa akan mudah terserap, dan pewarna anion
atau asam, dapat memberikan warna merah atau oranye pada eritrosit dan
granula eosinofil serta mewarnai inti sel (Bain, 2014). Selain itu
penggunaan pewarna Giemsa dikarenakan lebih tahan lama dalam iklim
tropis (Riswanto, 2013).
Pewarna Giemsa berfungsi untuk mewarnai sel agar dapat
dibedakan antara bagian satu dengan bagian yang lainnya karena setiap
bagian sel memiliki tingkat penyerapan zat warna yang berbeda-beda.
Setelah itu dicuci dengan menggunakan air kran mula-mula dengan
aliran lambat kemudian semakin kuat untuk menghilangkan kelebihan
pewarna dan dikering anginkan (Pramudianti, dkk, 2013).
Pembuatan preparat apus darah sangat penting adalah apusan yang
dihasilkan tipis untuk menghindari sel-sel darah bertumpuk satu sama
lain sehingga ketika sel darah tersebut tidak bertumpuk maka akan
mudah mengamati dan membedakan sel darah satu dengan yang lain.
Selain itu jika sel darah tersebut tidak bertumpuk maka akan mudah
mengidentifikasi ciri masing-masing sel darah.
Prerapat apus darah yang layak untuk diperiksa, harus memenuhi
beberapa persyaratan yang telah ditetapkan. Apusan darah yang baik
secara visual, persyaratan yang harus dipenuhi diantaranya yaitu:
1. Ketebalanya gradual, paling tebal di daerah kepala, makin
menipis kearah ekor (pada saat proses pengeringan dimulai
dari bagian ekor menuju ke kepala).
2. Apusan tidak melampaui atau menyentuh pinggir kaca
obyek.
3. Tidak bergelombang atau tidak terputus-putus.
4. Tidak berlubang-lubang
5. Panjang apusan kira-kira 2/3 panjang kaca obyek.
6. Sel darah tidak bertumpuk sehingga jelas teramati bagian-
bagiannya.
(Kiswari R, 2014)
Hasil pembuatan preparat apus darah yang telah dilakukan
yaitu dengan perbesaran 10X10 nampak eritrosit berwarna merah dengan
bentuknya yang bikonkaf, hasil nampak eritrosit tidak bertumpuk
sehingga terlihat jelas. Leukosit yang terlihat yaitu jenis neutrofil dengan
sitoplasmanya berwarna transparan dan inti ungu. Trombosit yang
terlihat yaitu keping darah berupa titik-titik yang berada di sekitar sel
darah yang lain. Sedangkan plasma darah berwarna transparan. Jika
dilihat dengan seksama ukuran sel darah putih merupakan yang paling
besar, kemudian eritrosit dan paling kecil yaitu trombosit.
Hasil ini sudah sesuai dengan ciri preparat yang layak menurut
Kiswari (2014) yang meliputi inti pada leukosit berwarna ungu,
trombosit berwarna merah muda dengan latar belakangnya preparat
transparan. Selain itu apusan darah yang baik adalah memiliki eritrosit
tidak bertumpuk dan terlihat jelas struktur masing-masing sel darah.
Terdapat 5 jenis leukosit yang utama, yaitu neutrofil, eosinofil,
basofil, limfosit, dan monosit. Neutrofil memiliki 3-5 lobus dengan
granula. Eosinofil yaitu dengan 2 lobus bergranula. Basofil yaitu
bergranula dengan inti 2 lobus berbentuk seperti huruf U. Limfosit dan
monosit yaitu tidak bergranula dengan inti satu lobus, monosit berbentuk
seperti kacang sedangkan limfost seperti lingkaran penuh (Palmer, et al.,
2015).
Pada pembuatan preparat hanya 1 yang memenuhi persyaratan dari
3 preparat yang dibuat. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu:
1. Tetesan terlalu banyak atau terlalu sedikit sehingga ketika
diapus terjadi pengumpulan sel-sel darah yang tebal.
2. Kaca objek kotor akan mempengaruhi penampakan hasil
dari apusan darah karena akan mengganggu penglihatan
pada sel darah yang ada.
3. Lambat melakukan apusan setelah darah diteteskan pada
kaca objek akan menyebabkan penggumpalan darah
sehingga akan bertumpuk dan tidak dapat diapus
menghasilkan apusan tipis.
4. Sudut geseran terlalu besar atau terlalu kecil sehingga
gesekan apusan tidak maksimal.
5. Apusan terlalu tebal dan panjang atau tipis dan pendek.
6. Kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan apusan lama
menjadi kering.

VIII. Kesimpulan
1. Preparat apus darah dapat dibuat dengan metode apus/ smear/ oles
dan menggunakan pewarnaan romanowski dengan zat warna giemsa
3%. Sehingga antara eritrosit, leukosit, dan trombosit dapat
dibedakan.
2. Dari hasil pengamatan preparat apusan darah didapatkan bentuk sel
darah merah (eritrosit) bulat bikonkaf, tidak memiliki inti, dan
berwarna merah. Sedangkan sel darah putih (leukosit) terlihat
sitoplasma berwarna ungu dan nucleus berwarna ungu kebiru-biruan,
ukurannya tampak lebih besar dan memiliki nukleus dengan bentuk
yang bermacam-macam, dengan dua jenis yaitu ada yang granulosit
maupun agranulosit.

IX. Daftar Pustaka


Ardina, Rinny, danSherly Rosalinda. 2018. Morfologi Eosinofil Pada
Apusan Darah Tepi Menggunakan Pewarnaan Giemsa, Wright,
Dan Kombinasi Wright-Giemsa. Jurnal Surya Medika Volume 3
No. 2 : 5-8.
Bain, B.J.. 2014. Blood Cells: A Practical Guide. USA: John Wiley &
Sons.
Bain, B.J.. 2014. The Giemsa Stain: Its History and Applications.
International Journal of Surgical Pathology. 15 (3) : 292- 296.
Howat WJ, Wilson BA. 2014. Tissue fixation and the effect of molecular
fixatives on downstream staining procedures. Journal Elsevier Inc
Methods.70 (1): 12–9.
Jusuf, A.A. 2009. Histoteknik Dasar. Bagian Histologi Fakultas
Kedokteran. Universitas Indonesia. Jakarta.
Kiswari, R., 2014. Hematologi dan Transfusi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Musyarifah, Zulda dan Salmiah Agus. 2018. Proses Fiksasi Pada
Pemeriksaan Hispatologik. Jurnal Kesehatan Andalas. 7 (3): 433-
453.
Palmer, L., C. Briggs, S. McFadden, G. Zini, J. Burthem, G. Rozenberg,
M. Proytcheva, and S. J. Machin. 2015. ICSH Recommendations
for The Standardization of Nomenclature And Grading of
Peripheral Blood Cell Morphological Features. International
Journal of Laboratory Hematology. 37 (3) : 287-303.
Pramudianti, dkk. (2013). Gambaran Morfologi Eritrosit dan Kadar
Hemoglobin Pada Petani Perokok Aktif di Desa Suruhan Kidul
Kecamatan Bandung Kabupaten Tulungagung. Jurnal Analis
Kesehatan Sains. 01 (4): 125-145.
Riswanto. 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta:
Alfamedia dan Kanal Medika.
Rodak, B.F., George, A. F, andKathryn, D. 2007. Hematology: Clinical
Principles and Applications. Sanders Elsevier. USA.
Sudiro, M., T. H. S. Madiadipoer, dan B. Purwanto. 2010. Eosinofil
Kerokan Mukosa Hidung Sebagai Diagnostik Rinitis Alergi.
Majalah Kedokteran Bandung. 42 (1) : 1-6.
Tahir.Zulkifli. 2012. Analisa Metode Radial Basis Function Jaringan
Saraf Tiruan untuk Penentuan Morfologi Sel Darah Merah
(Eritrosit) Berbasis Pengolahan Citra. Forum Pendidikan Tinggi
Teknik Elektro Indonesia (FORTEI) 2012.
Vegas, M. 2013. Perbedaan Hasil Pewarnaan Giemsa dan Wreigh
Terhadap Morfologi Eritrosit dan Kualitas Kerataan Cat Pada
Preparat Darah Apus. Jurnal Hematologi. Vol 5. No 2. Hal 24-29.

X. Lampiran

Memberikan metil Mengering Apusan darah


alkohol (proses anginkan yang sudah
fiksasi) pada apusan apusan darah diwarnai
darah yang sudah yang sudah dengan
kering difiksasi 5 Giemsa
menit

Hasil apusan darah yang teramati pada


mikroskop perbesaran 40x10
Terlihat eritrosit, leukosit dan trombosit

Anda mungkin juga menyukai