Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya,
kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah
dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi.
Untuk mencapai program asuhan sayang ibu diperlukan manajemen pelayanan kebidanan
yang terstruktur. Upaya meminimalisasi dan menurunkan tingkat kematian ibu hamil, bayi
dan balita maka semua persalinan yang ditangani oleh dukun bayi harus beralih ditangani
oleh bidan. Kecuali hal-hal yang berhubungan dengan adat dan kebiasaan setempat dengan
menjalin hubungan antara dukun dan bidan, tetapi kemitraan yang berjalan saat ini masih
dalam batas pemaknaan transfer ilmu pengetahuan, serta masih dalam bentuk pembinaan
cara-cara persalinan yang higienis kepada dukun bayi. Salah satu kasus kesehatan yang masih
banyak terjadi di Indonesia adalah persalinan dengan pertolongan oleh dukun bayi.
Kenyataannya, hampir semua masyarakat Indonesia baik itu yang tinggal di pedesaan
maupun perkotaan lebih senang ditolong oleh dukun. Hal tersebut disebabkan oleh tradisi dan
adat istiadat setempat. Dan cara atau strategi untuk membangun cohesive network di antara
para pemuka setempat, masyarakat, dukun dan bidan dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan maternal dan perinatal secara bersama-sama.
1.2 Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswi dapat menjelaskan tentang
manajemen dan organisasi pelayanan kebidanan pada ibu bersalin

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Manajemen Pelayanan Kebidanan


a. Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari kata manage atau managiare (romawi kuno) berarti
melatih dalam melangkahkan kaki. Manajemen adalah proses pengaturan berbagai
sumberdaya organisasi untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan melalui pelaksanaan
fungsi-fungsi tertentu.
Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan sumua sumber daya yang ada
pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dalam pelayanan kebidanan ,manajemen adalah proses pelaksanaan pemberian


pelayanan kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan kepada klien dengan tujuan
menciptakan kesejahteraan bagi ibu dan anak , kepuasan pelanggan dan kepuasan bidan
sebagai provider.

Pengelola pelayanan kebidanan memiliki standar asuhan / manajemen kebidanan yang


ditetapkan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

a. Ada Standar Manajemen Asuhan Kebidanan (SMAK) sebagai pedoman dalam


memberikan pelayanan kebidanan.

b. Ada format manajemen kebidanan yang terdapat pada catatan medik.

c. Ada pengkajian asuhan kebidanan bagi setiap klien.

d. Ada diagnosa kebidanan.

e. Ada rencana asuhan kebidanan .

f. Ada dokumen tertulis tentang tindakan kebidnan

g. Ada catatan perkembangn klien dalam asuhan kebidanan.

h. Ada evaluasi dalam memberikan asuhan kebidanan.

i. Ada dokumentasi utuk kegiatan manajemen kebidanan.

b. Fungsi Manajmen
Fungsi Manajemen sendiri adalah untuk mengarahkan organisasi sesuai tujuan
dibentuknya organisasi tersebut. Beberapa ahli mengatakan fungsi manajemen sebagai
berikut :

1. Menurut Taylor : fungsi manajemen sebagai planning, organizing, actuating,


controling.
2. Menurut Fayol : fungsi manajemen sebagai palnning, organizing, commanding,
cordinating, controling.
3. Menurut Robbin : fungsi manajemen sebagai planning, organizing, leading,
controling.
4. Menurut Koontz dan O’Donnell : fungsi manajemen sebagai planning, organizing,
staffing, directing, leading, controling.

Berikut ini beberapa penjelasan mengenai fungsi manajemen :


a. Planning ( Perencanaan ) merupakan pemilihan fungsi alternatif melalui proses
yang rasional untuk pengambilan keputusan. Sehingga diperlukan penentuan
serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Pembatasan
planning dengan penetapan jawaban kepada enam pertanyaan berikut :
 Tindakan apa yang harus dikerjakan?
 Apa sebabnya tindakan itu harus dikerjakan?
 Dimanakah tindakan itu harus dikerjakan?
 Kapankah tindakan itu harus dikerjakan?
 Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu?
 Bagaimnakah caranya melaksanakan tindakan itu?
b. Organizing. Organizing merupakan kegiatan dalam menentukan macam dan
jumlah kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapaii tujuan organisasi. Ada 4 hal
yang penting dalam organisasi antara lain
 Staffing. Staffing adalah salah satu fungsi manajemen berupa
penyusunan personalia pada suatu organisasi sejak dari merekrut tenaga
kerja, pengembangannya sampai dengan usaha agar setiap tenaga
memberi daya guna maksimal kepada organisasi

 Delegation of autority. Suatu bentuk pendelagasian wewengan dari


atasan kepada bawahannya dengan struktur organisasi maupun
kedudukan bawahan / kemampuan

 Departemenisasi. pengelompokan kegiatan yang sejenis yang kemudian


dipisahkan dengan kegiatan yang lain yang mempunyai koordinasi untuk
bekerja sama.
 Personalia. Kepegawaian merupakan hal penting dalam organisasi yang
dikaitkan hubungan antara atasan dan bawahan baik bersifat formal
maupun non formal.

c. Directing. Directing atau pengarahan (actuating-leading-commanding)


merupakan kegiatan yang khusus ditujukan untuk mengatasi dan mengarahkan
bawahan. Directing atau Commanding adalah fungsi manajemen yang
berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau
instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas
dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah
ditetapkan semula.

Pekerjaan leading meliputi lima kegiatan yaitu :


 Mengambil keputusan
 Mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara manajer dan
bawahan.
 Memeberi semangat, inspirasi, dan dorongan kepada bawahan supaya
mereka bertindak.
 Memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya
 Memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka
terampil dalam usaha mencapai tujuan yang ditetapkan
 Ada dua hal yang mampu membuat karyawan bekerja dengan giat yaitu:
 Komunikasi. Komunikasi yang dimaksud merupakan komunikasi
antara atasan dengan bawahan. Komunikasi yang dibangun
diharapkan mampu mencerminkan kejelasan berita ataupun
perintah
 Motivasi. Motivating atau pemotivasian kegiatan merupakan
salah satu fungsi manajemen berupa pemberian inspirasi,
semangat dan dorongan kepada bawahan, agar bawahan
melakukan kegiatan secara suka rela sesuai apa yang diinginkan
oleh atasan (Donnely, 1983)
d. Cordinating. Coordinating atau pengkoordinasian merupakan salah satu fungsi
manajemen untuk melakukan keseuaian berbagai kegiatan agar tidak terjadi
kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubungkan,
menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerja
sama yang terarahdalam upaya mencapai tujuan organisasi
e. Controling. Controlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian
adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila
perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat
diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud dengan tujuan yang telah
digariskan semula. Fungsi pengawasan mempunyai 3 kegiatan yang harus
dikerjakan:
 Menetapkan standar yang dipakai
 Membandingkan pelaksanaan dengan standar
 Melakukan koreksi
f. Evaluation ( penilaian ) adalah prosedur penilaian secara sistematik
membandingkan dengan standar, sekaligus pengambilan keputusan selanjutnya.

2.2 Organisasi Pelayanan Kebidanan

a. Pengertian Organisasi

Organisasi berasal dari kata organon. Dalam bahasa Yunani berarti alat. Beberapa ahli
menyatakan bahwa:
1. Chester I. Barnad (1938) menyatakan bahwa organisasi adalah sistem kerja sama
antara dua orang atau lebih
2. James D. Mooney menyatakan bahwa organisasi adalah setiap bentuk kerja sama
untuk mencapai tujuan bersama
3. Dimock menyatakan bahwa organisasi adalah perpaduan secara sistematis daripada
bagian-bagian yang saling ketergantungan/berkaitan untuk membentuk suatu kesatuan
yang bulat melalui kewenangan, koordinasi , dan pengawasan dalam usaha mencapai
tujuan yang telah ditentukan

Dengan kata lain pengertian organisasi adalah sarana untuk melakukan kerjasama
antara orng-orang dalam rangka mencapai tujuan bersama dengan mendayagunakan sumber
daya yang dimiliki (Saleha dan Satrianegara; 2009)

b. Tujuan Organisasi

Tujuan organisasi dinyatakan sebagai :


1. Suatu pernyataan tentang keadaan yang diinginkan dimana organisasi
bermaksud untuk merealisasikan

2. Pernyataan tentang keadaan di waktu yang akan datang di mana organisasi


sebagai kolektifitas mencoba untuk mewujudkan
Dua unsur penting tujuan adalah :
 Hasil akhir yang diinginkan di waktu mendatang
 Usaha atau kegiatan yang diarahkan

Tujuan sebuah organisasi dapat berupa tujuan umum maupun khusus.

c. Prinsip Organisasi
Sebuah organisasi dalam menjalankan roda keorganisasiannya harus mempunyai
prinsip-prinsip organisasi. Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah:
1. Mempunyai pendukung
Pendukung yang dimaksud di sini adalah setiap orang yang bersepakat
membentuk organisasi. Misal dalam sebuah Rumah sakit, pendukung tersebut
antara lain dokter, bidan, perawat, maupun tenaga non medis.

2. Mempunyai tujuan
Organisasi dibentuk atas dasar adanya tujuan yang ingin dicapai, dengan
demikian tidak mungkin suatu organisasi tanpa adanya tujuan.
Misalnya, organisasi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas
sebagai suatu organisasi, mempunyai tujuan yang ingin dicapai antara lain,
memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan lain lain
3. Mempunyai kegiatan
Agar tujuan organisasi tercapai, diperlukan adanya berbagai kegiatan.
Misalnya pelayanan dan pemeriksaan pasien
4. Mempunyai pembagian tugas
Suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya, melakukan berbagai aktivitas
atau kegiatan. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan optimal maka dilakukan
pembagian tugas/pekerjaan yang didasarkan kepada kemampuan dan keahlian
dari masing-masing pegawai.
5. Mempunyai perangkat organisasi
Perangkat organisasi biasa dengan satuan departemen maupun sub ordinate.
Setiap perangkat organisasi ini harus mempunyai fungsi dan wewenang yang
jelas. Sehingga dikenal dengan prinsip fungsionalisasi.
6. Mempunyai pendelegasian wewenang
Seorang pemimpin mempunyai kemampuan terbatas dalam menjalankan
pekerjaannya, sehingga perlu dilakukan pendelegasian/perpanjangan tangan
wewenang kepada bawahannya. Pejabat yang diberi wewenang harus dapat
menjamin tercapainya hasil yang diharapkan. Dalam pendelegasian,
wewenang yang dilimpahkan meliputi kewenangan dalam pengambilan
keputusan, melakukan hubungan dengan orang lain, dan mengadakan tindakan
tanpa minta persetujuan lebih dahulu kepada atasannya lagi
7. Mempunyai kesinambungan kegiatan, kesatuan perintah dan arah
Keseimbangan antara struktur organisasi yang efektif dengan tujuan
organisasi. Dalam hal ini, penyusunan struktur organisasi harus sesuai dengan
tujuan dari organisasi tersebut. Tujuan organisasi tersebut akan diwujudkan
melalui aktivitas/ kegiatan yang akan dilakukan. Organisasi yang aktivitasnya
sederhana (tidak kompleks) contoh ‘koperasi di suatu desa terpencil’, struktur
organisasinya akan berbeda dengan organisasi koperasi yang ada di kota besar.
Dalam hal ini, seseorang hanya menerima perintah atau bertanggung jawab
kepada seorang atasan saja (Azwar, 1999)

d. Bentuk Organisasi

Pada dasarnya bentuk organisasi ada 6. Yaitu:


a) Organisasi lini. Organisasi lini atau garis merupakan bentuk organisasi yang di
dalamnya terdapat garis wewenang yang menghubungkan langsung secara
vertikal antara bawahan dan atasan.
Ciri-ciri organisasi lini adalah:
1. Jumlah karyawan sedikit
2. Sarana dan alat terbatas
3. Hubungan antara atasan dan bawahan langsung
4. Bentuk lini dapat dilihat pada perusahaan perorangan, dimana pemilik
Perusahaan merupakan top manajer
Adapun keuntungan dan kerugian bentuk organisasi lini adalah:
1. Keuntungannya :
a) Atasan dan bawahan dihubungkan dalam satu garis komando
b) Rasa pengertian antar anggota tinggi
c) Keputusan yang diambil cepat
d) Pengawasan dan koordinasi mudah
e) Disiplin dan loyalitas tinggi

2. Kerugiannya :
a) Pengembangan kreatifitas karyawan terhambat
b) Tujuan top manajer sulit dibedakan dengan tujuan organisasi
c) Tendensi kepemimpinan otokratis

Salah satu contoh layanan kesehatan yang menggunakan bentuk organisasi lini
adalah BPS ( Bidan Praktek Swasta )

b) Organisasi Fungsional
Organisasi fungsional merupakan organisasi dimana kewenangan tertinggi
dilimpahkan pada kepala bagian yang mempunyai jabatan fungsional untuk dikerjakan
kepada para pelaksana dan mempunyai keahlian khusus.

Adapun ciri organisasi fungsional adalah:


1. Organisasi kecil
2. Di dalamnya terdapat kelompok-kelompok kerja staf ahli
3. Spesialisasi dalam pelaksanaan tugas
4. Target yang akan di capai jelas dan pasti
5. Pengawasan dilakukan secara ketat

Adapun keuntungan dan kerugian bentuk organisasi fungsional adalah:


1. Keuntungan
a) Program terarah,jelas dan cepat
b) Anggaran, personalia, dan sarana tepat dan sesuai
c) Kenaikan pejabat fungsional cepat
2. Kerugian
a) Pejabat fungsional sulit mengikuti prosedur administrasi
b) Koordinasi sulit dilaksanakan
c) Pangkat pejabat fungsional lebih tinggi dibandingkan kepala unit
sehingga sulit dilakukan pengawasan
Salah satu contoh organisasi fungsional adalah organisasi Rumah Sakit

c) Organisasi Lini dan Staff


Organisasi lini dan staff merupakan organisasi dimana pelimpahan wewenang secara
vertikal dan berasal dari puncak pimpinan kepada kepala bagian, staf yang di tempatkan tidak
mempunyai wewenang memerintah tetapi sebagai penasihat.
Ciri-ciri organisasi lini dan staff:
a) Hubungan atasan dan bawahan tidak sepenuhnya secara langsung.

d) Organisasi Fungsional dan Lini


Bentuk organisasi dimana wewenang dari pimpinan tertinggi dilimpahkan kepada
kepala bagian di bawahnya yang mempunyai keahlian tertentu serta sebagian dilimpahkan
kepada pejabat fungsional yang koordinasinya diserahkan kepada kepala bagian.

Adapun ciri-ciri organisasi fungsional dan lini :


1. Tidak nampak pembedaan tugas pokok dan bukan tugas pokok
2. Spesialisai praktis terdapat pada pejabat fungsional
3. Pembagian kerja dan kewenangan tidak membedakan perbedaan eselon

Keuntungan organisasi fungsional dan lini:


1. Solidaritas tinggi
2. Disiplin tinggi
3. Produktivitas tinggi
4. Pekerjaan tidak teknis dan tidak rutin tidak dikerjakan

Kerugian organisasi fungsional dan lini:


1. Kurang fleksibel dan tour of duty
2. Pejabat fungsional akanmengalami kebingungan karena dikoordinasi lebih dari
satu orang
3. Spesialisasi memberikan kejenuhan
Salah satu contoh organisasi yang menggunakan organisasi fungsional dan lini adalah
sekolah.

e) Organisasi Matrik
Organisasi ini sering disebut organisasi projek yaitu dimana penggunaan struktur
organisasi menunjukkan para spesialis yang mempunyai ketrampilan dimasing-masing bagian
dari kegiatan organisasi dikumpulkan lagi menjadi satu untuk mengerjakan suatu projek
yang akan diselesaikan.
f) Organisasi Komite
Organisasi komite merupakan bentuk organisasi di mana tugas kepemimpinan dan
tugas tertentu dilaksanakan secara kolektif oleh kelompok pejabat yang berupa komite atau
dewan dengan pluralistik manajemen

Organisasi komite terdiri dari :


1. Pimpinan komite
2. Staff commite

Keuntungan organisasi komite


1. Ada musyawarah pemegang saham dan dewan
2. Kepemimpinan bersifat otokratis sangat kecil
3. Pengembangan karier terjamin

Kerugian organisasi komite :


1. Proses decession sangat lamban
2. Biaya operasional sangat tinggi
3. Kalau ada masalah seringkali terjadi penghindaran siapa yang bertanggung
jawab.

2.3 Manajemen Kebidanan Pada Ibu Bersalin

Teori manajemen kebidanan pada ibu bersalin normal


Langkah I : Pengumpulan data dasar
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Pengambilan data ini dikelompokan menjadi
dua data yaitu data subyektif dan data obyektif.

1. Data subyektif
Biodata mencakup identitas pasien
a) Nama jelas dan lengkap
b) Umur dalam hitungan tahun, apakah pasien termasuk dalam golongan usia
reproduksi sehat.
c) Alamat untuk mempermudah hubungan, mengetahui jarak dengan sarana
kesehatan, kondisi geografis dan keadaan lingkungan tempat tinggal pasien.
d) Pekerjaan untuk mengetahui apakah pekejaannya berpengaruh pada
kehamilan.
e) Agama untuk mempermudah pendekatan.
f) Suku dan bangsa untuk mengetahui adat istiadat kebudayaan dan kebiasaan
yang mempengaruhi kesehatan.
g) Pendidikan untuk mengetahui tingkat intelektual.

a. Keluhan utama
Yaitu hal-hal yang paling menonjol yang dirasakan pasien saat pengkajian, seperti ibu
merasakan kenceng-kenceng.
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan yang lalu
Dikaji apakah ibu menderita penyakit diabetes militus ( karena dapat
menyebabkan bayi besar ), jantung ( decompensasi cordis ), hipertensi, dll .
2) Riwayat kesehatan sekarang
Dikaji untuk mengetahui kronologis kesehatan ibu sekarang sebelum datang
kepetugas kesehatan, dan untuk mengetahui tindakan apa saja yang sudah
diperoleh ibu hingga pengkajian dilakukan.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Dikaji apakah ibu mempunyai keturunan kembar, cacat, dari keluarga,
penyakit jantung, hipertensi, DM, dll ( penyakit keturunan ).
4) Riwayat perkawinan
Perlu dikaji untuk mengetahui pada usia berapa ibu dan suami
menikah,apakah ibu tinggal serumah dengan suami, berapa kali ibu menikah,
lamanya pernikahan ibu sampai sekarang.
5) Riwayat obstetri
a. Riwayat haid
1) Umur menarche
2) Siklus menstruasi
3) Teratur atau tidak menstruasinya
4) Lama menstruasi
5) Banyaknya darah
6) Pernah dismenorhea atau tidak
7) Hari pertama haid terakhir untuk menentukan umur kehamilan

b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


Ditanyakan untuk mengetahui tahun berapa ibu hamil, dengan usia
kehamilan berapa bulan, jenis persalinan, tempat persalinan, komplikasi
ibu dan bayi, ditolong oleh siapa, berat badan bayi waktu lahir, jenis
kelamin dan keadaan nifas sehingga dapat meyimpulkan kehamilan dan
persalinan saat ini beresiko atau tidak.
c. Riwayat kehamilan sekarang
Hal-hal yang perlu dikaji, antara lain:
1) Umur kehamilan
2) ANC berapa kali, dimana, mendapat therapy, penyulit apa
3) Imunisasi TT sudah atau belum ( berapa kali )
4) Adakah kebiasaan-kebiasaan waktu hamil sekarang ini ( minum
jamu, merokok atau minum obat-obatan tertentu )
5) Rencana tempat persalinan
6) Riwayat KB
Perlu dikaji untuk mengetahui kondisi sebelumnya, ibu pernah mengikuti KB
atau tidak, menggunakan KB apa sebelumnya, hal ini berhubungan dengan
penerimaan ibu terhadap kehamilan dan persalinan saat ini.
7) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Pola nutrisi
Dikaji untuk mengetahui selama dalam proses persalinan kapan ibu makan
dan minum terakhir, jenis makanan yang ibu makan dan minum dan
porsinya.
b. Pola istirahat
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu kurang atau cukup istirahat sebelum
dan selama massa persalinan ini, pola tidur malam sebelumnya.
c. Pola eliminasi
Perlu dikaji untuk mengetahui sebelum proses persalinan kapan ibu BAB
dan BAK terakhir
d. Pola aktifitas
Dikaji untuk mengetahui aktifitas ibu sehari-hari dan aktifitas terakhir
sebelum in partu.

e. Pola seksual
Dikaji untuk mengetahui apakah ada masalah dalam berhubungan sexual,
bagaimana riwayat sebelum proses persalinan.
f. Pola personal hygyene
Perlu dikaji untuk mengetahui sebelum proses persalinan ini bagaimana
kebersihan ibu.
8) Pola psikososiospiritual
a. Tanggapan ibu terhadap persalinannya
Perlu dikaji untuk mengetahui bagaimana perasaan ibu tentang
kehamilannya saat ini.Pandangan ibu tentang IMD
b. Tanggapan keluarga terhadap proses persalinan ibu.
Dikaji untuk mengetahui seberapa jauh kesiapan ibu menghadapi
persalinannya, juga pandangan keluarganya tentang IMD.
c. Tingkat pengetahuan ibu terhadap kondisinya. Untuk mengetahui
pengetahuan dan kesiapan ibu serta perasaan ibu terhadap kondisi yang
dialami saat ini, yaitu akan mengalami persalinan normal
d. Pengambilan keputusan
Perlu dikaji untuk mengetahui siapakah pengambil keputusan dalam
keluarga ibu.
e. Koping
Bagaimana cara ibu menyelesaikan masalah dalam keluarga.
f. Ketaatan beribadah
Perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu taat dalam menjalankan ibadah
sesuai dengan agama yang ibu anut.
g. Lingkungan yang berpengaruh
Dikaji untuk mengetahui ibu tinggal dengan siapa saat ini dan apakah
selama ini ibu mempunyai hewan peliharaan.
h. Tingkat ekonomi
Perlu dikaji untuk mengetahui keadaan status ekonomi ibu, apakah ibu
termasuk golongan menengah ke atas atau ke bawah.

2. Data obyektif
Yang termasuk data obyektif yaitu data yang didapat dari hasil pemeriksaan secara
langsung kepada pasien, meliputi:
a. Pemeriksaan umum
Mengetahui keadaan umum ibu, tingkat kesadaran, status emosional, tanda-tanda
vital yang terdiri dari tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan, berat badan, tinggi
badan, lingkar lengan atas.
b. Status present
Dilakukan pemeriksaan head to toe. Pada asuhan kebidanan ibu bersalin dengan
persalinan normal ditekankan pada:
1) Kepala : bagaimana bentuk kepala ibu, kulit kepala bersih atau tidak,
apakah rambut rontok atau tidak
2) Muka : apakah terlihat pucat atau tidak, terdapat edema pada muka atau
tidak.
3) Mata : apakah konjungtiva anemis atau tidak. Apakah sklera ikterik atau
tidak
4) Hidung : apakah hidung bersih
5) Mulut : apakah terdapat stomatitis dan caries dentist
6) Leher : apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
7) Dada : apakah simetris atau tidak. Apakah terdapat benjolan didaerah
mamae.
8) Abdomen : apakah ada bekas operasi atau tidak, apakah ada pembesaran
hati, limpa atau tidak
9) Punggung : apakah ada kelainan bentuk punggung (lordosis, kifosis,
skoliosis), Apakah ada nyeri tekan pada sudut costa vertebra
(CVAT)
10) Genetalia : apakah tampak kondiloma dan flour albus atau tidak.
11) Ekstremitas : apakah tampak ada varises dan edema pada tangan dan kaki
atau tidak, reflek patela positif atau tidak

c. Status obstetri
1) Pemeriksaan inspeksi
Muka : apakah ada cloasma gravidarum
Dada : payudara (hiperpigmentasi, kolostrum, puting datar/masuk/menonjol,
payudara membesar)
Abdomen : apakah perut membuncit adakah striae livid, striae albican atau
tidak, apakah ada linea nigra/tidak.
Genetalia : adakah lendir dan darah.

2) Palpasi
Leopold I : untuk menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin yang ada
dibagian fundus.
Leopold II : untuk menentukan bagian janin yang ada dikiri atau kanan
perut ibu
Leopold III : untuk menentukan bagian terbawah janin
Leopold IV : untuk menentukan apakah bagian terbawah sudah masuk
panggul atau belum (tangan divergen atau konvergen)
His : frekuensi his, lamanya/ durasi, kekuatannya.
TFU : menurut Mc.Donald (menentukan TBJ)
3) Auskultasi : DJJ janin ada atau tidak (dihitung dalam waktu 1 menit)
4) Pemeriksaan dalam (VT)
Dikaji untuk menentukan pembukaan, penipisan serviks, ketuban sudah pecah
atau belum, bagian bawah / (presentasi apa ), turunnya bagian bawah, POD.
Contoh:
VT : Pembukaan 7 cm, eff 75%, KK +
Bagian terbawah kepala, turun H II+
POD UUK kanan depan
d. Pemeriksaan penunjang
Dikaji apakah dilakukan pemeriksaan laboratorium seperti Darah rutin.

Langkah II: Interpretasi data untuk identifikasi diagnosa atau masalah


Pada langkah interpretasi data dilakukan analisa mengenai data yang telah diperoleh
pada pengkajian langkah I, diinterpretasikan secara akurat dan logis menjadi suatu diagnosa
kebidanan dan masalah. Interpretasi data ini meliputi:
a. Diagnosa kebidanan
Gravida, para, abortus, umur klien, umur kehamilan, jumlah janin tunggal atau
ganda, keadaan janin hidup atau mati, intra uteri atau ekstra uteri, letak janin
membujur atau melintang, punggung kiri atau kanan, presentasi kepala atau
bokong, bagian terbawah sudah masuk pintu atas panggul atau belum. Inpartu kala
I.
Dasar:
1) Pernyataan ibu tentang hamil ke berapa, pernah melahirkan berapa kali,
apakah pernah mengalami keguguran atau tidak.
2) HPHT.
3) TTV
4) Pemeriksaan Leopold I – IV.
5) Auskultasi.
6) Pemeriksaan dalam.
7) Pemeriksaan penunjang.

b. Diagnosa kebidanan
Gravida, para, abortus, umur klien, umur kehamilan, jumlah janin tunggal atau
ganda, keadaan janin hidup atau mati, intra uteri atau ektra uteri, letak janin
membujur atau melintang, punggung kiri atau kanan, presentasi kepala atau
bokong, bagian terbawah sudah masuk pintu atas panggul atau belum. Inpartu kala
II.
Dasar:
Tanda dan gejala kala II, pembukaan lengkap.

c. Diagnosa kebidanan
Para, abortus, inpartu kala III
Dasar:
Bayi telah lahir, nampak tali pusat di vulva.
d. Diagnosa kebidanan
Inpartu kala IV
Dasar:
Plasenta telah lahir, tinggi fundus uteri setinggi pusat.

e. Masalah
Hal-hal yang berkaitan dengan kondisi yang tidak dapat dituangkan dalam
diagnosa, tetapi memerlukan pemecahan pada asuhan kebidanan ibu bersalin
dengan persalinan normal, dan keluhan-keluhan atau gangguan yang dirasakan
pasien dalam persalinannya, misal, pasien merasa cemas dan takut.
Dasar:
Berdasarkan tanggapan ibu terhadap proses persalinannya.

Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi


penanganannya
Pada langkah ini diagnosa atau masalah potensial didasarkan pada rangkaian masalah
atau diagnosa yang sudah diidentifikasi. Pada kasus persalinan normal ini diagnosa potensial
tidak muncul
Langkah IV: Menetapkan kebutuhan tindakan segera untuk melakukan konsultasi,
kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien.
Pada langkah ini perlu diambil tindakan segera untuk mengantisipasi diagnosa
potensial yang berkembang lebih lanjut dan menimbulkan komplikasi, sehingga dapat segera
dilakukan tindakan yang sesuai dengan diagnosa potensial yang muncul seperti melakukan
kolaborasi atau konsultasi dengan dokter spesialis kandungan sesuai dengan kondisi pasien.
Pada kasus persalinan normal tidak dilakukan kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan.
Langkah V : Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh
Merencanakan asuhan yang menyeluruh, tidak hanya meliputi apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari
kerangka pedoman antisipasi terhadap apa yang akan terjadi.
Perencanaan pada persalinan normal dapat berupa:
Pada kala I
1. Beri informasi kepada pasien dan keluarga tentang persalinannya dan
rencana tentang inisiasi menyusu dini.
2. Berikan informed consent
3. Beri dukungan mental pada ibu dalam menghadapi persalinannya
4. Pantau dengan partograf.
5. Lakukan pengawasan 10
6. Beri informasi mengenai tindakan yang akan dilakukan
7. Siapkan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan essensial untuk asuhan
persalinan kelahiran dan bayi baru lahir serta persiapan inisiasi menyusu
dini (IMD).
8. Siapkan pertolongan persalinan normal
9. Pastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik.

Pada kala II.


1. Siapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran
2. Siapkan pertolongan kelahiran bayi
3. Tolong kelahiran bayi

Pada kala III


1. Tangani keadaan bayi baru lahir dan pelaksanaan inisiasi menyusu dini
(IMD).
2. Penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga
3. Nilai perdarahan yang terjadi
4. Lakukan prosedur pasca persalinan
Pada kala IV
1. Lakukan evaluasi dalam 2 jam pertama pasca persalinan
2. Lakukan dekontaminasi pada semua peralatan yang sudah dipakai
3. Lengkapi partograf untuk dokumentasi

Langkah VI : Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman


Pada langkah ini asuhan yang telah direncanakan secara menyeluruh pada langkah V
dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan
atau sebagian lagi oleh klien , atau tenaga kesehatan yang lain. Dalam pelaksanaan asuhan
pada ibu bersalin normal dan Inisiasi Menyusu Dini atau (IMD) bisa dilaksanakan seluruhnya
oleh bidan.

Langkah VII : Evaluasi


Pada langkah ini evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah pada perencanaan
benar-benar dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan. Evaluasi ini merupakan langkah terakhir
dari manajemen kebidanan. Pada langkah ini dilakukan evaluasi tentang informasi yang
diberikan sesuai dengan masalahnya, hasil yang diharapkan adalah:
1. Mental ibu dalam kondisi stabil, dan proses persalinannya berjalan dengan lancar.
2. Bayi dapat lahir spontan dan normal, pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD)
dapat berjalan dengan lancar.
3. Tidak terdapat komplikasi atau kegawatdaruratan, dan setelah persalinan bayinya
mau menyusu.

Anda mungkin juga menyukai