Anda di halaman 1dari 16

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM SURAH AL-FATIHAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Matakuliah Tafsir Tarbawi

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

HAFIZ AL ISLAMI SIREGAR NIM 0301181023

NURUL SYAHRANI LUBIS NIM 0301182097

NURUL HAFIZAH NIM 0301182134

Dosen Pengampu : Drs. Abdul Halim Nasution, M.Ag

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

T.A: 2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT.Atas limpah rahmat,taufik
serta hidayah-Nya sehingga makalah ini bisa terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam
tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW. Yang telah banyak
memberikan inspirasi kepada penulis sehingga makalah yang berjudul”Nilai-Nilai Pendidikan
Dalam Surah Al-Fatihah” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya,sebagai salah satu
pemenuhan tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi. Walaupun didalam pembuatan makalah ini
terdapat banyak kekurangan, penulis sangat berharap pembaca dapat memberikan kritik dan
saran guna menyempurnakan makalah ini, agar makalah ini dapat menjadi sumber acuan
pembelajaran kedepannya dan memberikan manfaat kepada kita semua.

Dalam pembuatan makalah ini penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen


pembimbing mata kuliah, yakni atas ketersedian menuntun dan membimbing penulis dalam hal
penulisan, pembuatan serta penyusunan makalah ini hingga sesesai.

Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada semua teman-teman di Fakultas


Tarbiyah khususnya program studi Pendidkan Agama Islam yang telah banyak membantu
penulis dalam hal pembuatan dan pengumpulan data dalam makalah ini. Tanpa bantuan teman-
teman semua tidak mungkin makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Semoga bantuan
yang penulis dapatkan ini dapat mendapat balasan dari Allah SWT.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Medan, 25 September 2019

Kelompok 1

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ 1
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN .................................................................................................................. 3
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 3
C. Tujuan penulisan makalah ........................................................................................... 3
D. Ruang lingkup .............................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 4
A. Kandungan Isi Surah Al-Fatihah ................................................................................. 4
B. Tafsir Ayat ................................................................................................................... 6
C. Nilai-nilai pendidikan dalam surah Al-Fatihah............................................................ 10
PENUTUP ............................................................................................................................... 14
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 14
B. Saran ............................................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 15

2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Islam adalah salah satu bagian dari sistem pendidikan yang memberikan
kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupan sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai
Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadian. Selain itu, pendidikan Islam
juga bisa dimakanai sebagai sebuah bimbingan jasmani dan rohani, yang berlandaskan
etika dan hukum yang ada di dalam Islam, sebagai upaya mewujudkan pribadi yang sesuai
dengan nilai-nilai Islam.
Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam, tentu saja menjadi pedoman bagi para
pemeluknya termasuk dalam hal pendidikan. Nilai-nilai pendidikan Islam di dalam Al-
Quran sangat banyak sekali, jika kita benar-benar menggali hal-hal apa yang terkandung di
dalamnya. Dan bukan hanya pada aspek pendidikan, tetapi juga segala aspek lainnya.
Surah Al-Fatihah adalah salah satu contoh tentang nilai pendidikan Islam, yang ada
di dalam Al-Quran. Sebagai surah yang terletak di awal, tentu saja surah ini mempunyai
banyak keistimewaan. Al-Fatihah juga mengandung unsur-unsur penting yang menjadi
pedoman dalam pendidikan Islam.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas meliputi tiga hal, yaitu :
1. Kandungan isi surah Al-Fatihah
2. Tafsir ayat
3. Nilai-nilai pendidikan di dalam surah Al-Fatihah
C. Tujuan penulisan makalah
Adapun tujuan penulisan makalah yakni, untuk menjawab persoalan masalah yang telah
dirumuskan.
D. Ruang lingkup
1. Kandungan isi surah Al-Fatihah yang meliputi masalah; tauhid, wa’ad dan wa’id,
ibadat, jalan kebahagiaan, kisah-kisah dan berita.
2. Tafsir ayat, yakni menafsirkan ayat demi ayat.
3. Dan nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalam surah Al-Fatihah, ayat demi ayat.

3
PEMBAHASAN

A. Kandungan isi surah Al-Fatihah


1. Masalah Tauhid
Masalah tauhid ini ditunjukkan oleh firman Allah “alhamulillahirobbil’alamin”.
Ayat ini memberi petunjuk bahwa segala puji dan sanjung adalah hak Allah semata-
mata. Sebabnya ialah karena Allah sendiri merupakan tempat terbitnya segala macam
nikmat yang menyebabkan kita berkewajiban memuji-Nya. Kita tidak memuji kepada
selain-Nya. Selain dari pada Allah, semuanya juga sama yaitu sekedar pandai menerima
nikmat. Dan apabila kita menghitung nikmat Allah maka kita tidak akan sanggup
menghitungnya. 1
Sepenting-pentingnya nikmat yang dianugrahkan oleh Allah ialah nikmat “ijad”
(mengadakan) dan “tarbiyah” (mengurus dan mengatur). Kalua bukan karena ijad an
tarbiyah dari Allah, maka manusia tidak akan biasa terwujud, lahir dan hidup di dunia
ini.
2. Masalah janji dan ancaman (wa’ad dan wa’id)
Masalah janji dan ancaman terkandung dalam ayat “maalikiyaumiddin” (yang
merajai hari pembalasan). Perkataan diin dalam hal ini berarti “pembalasan”. Bentuk
pembalasan ini berupa ganjaran (pahala) bagi orang-orang yang berbuat baik, dan
berupa siksaan bagi orang-orang yang berbuat kejahatan.
3. Masalah ibadat
Masalah ibadat ini di tunjukkan oleh ayat “iyyakana’budu wa iyyakanasta’in”
(hanya kepada Engkaulah kami beribadah, dan hanya kepaa Engkaulah kami memohon
pertolongan).
4. Jalan-jalan kebahagiaan
Jalan-jalan kebahagiaan ini ditunjukkan oleh ayat “ihdinashiroothol mustaqim”.
Dipahamkan dari ayat ini, bahw kebahagiaan itu tiada mencapai kesempurnaan,
terkecual dengan tetap mengkuti jalan yang lurus yang telah diridhoi oleh Allah. Orang
yang berpaling dari pada-Nya, terjerembablah ke dalam lebah kecelakaan yang dalam
dan mengerikan. Hal ini dijelakan pula ole firman-Nya dalam surah Al-An’am ayat 153
yang artinya: “Dan sesungguhnya inlah jalan-Ku yang lurus, maka ikutiah! Jangan
1
Mashuri Sirojuddin Iqbal, A. Fudlali, Pengantar Ilmu Tafsir, Bandung: Angkasa, 1987, hlm. 230.

4
5

kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang aka mencerai beraikan kamu dari jalan-
Nya. Demikian lah Dia memerintahkan kepada mu agar kamu bertaqwa.”
5. Masalah kisah-kisah dan berita
Qashash Al-Quran adalah pemberitaan Al-Quran tentang hal ihwal umat yang
telah lalu, nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.
Al-Quran banyak mengandung keterangan tentang kejadian masa lalu, sejarah bangsa-
bangsa, keadaan negeri-negeri, dan peninggalan atau jejak setiap umat. Ia menceritakan
semua keadaan mereka dengan cara yang menarik dan mempesona.2
Kisah-kisah dan berita ini ditunkkan oleh ayat-Nya “Shirathallaina an’amta
‘alaihim”. Maka dapat dipahamkan bahwa di dunia ini dahulu kala telah ada umat-umat
(sebelum umat yang ada sekarang) yang teah diber syari’at dan petunjuk. Kemudian
mereka ikuti dan jalani syaiat dan petujuk tersebut. Maka kini lazimlah kita meneladani
perjalanan mereka itu (para Nabi dan Rasul, para shiddiqin, syuhada, dan orang-orang
yang shalih), agar umat yang sekarang ini memperoleh nikmat dari Allah sebagaimana
telah diberikan-Nya kepada umat-umat dahulu itu.3

Adapun firman-Nya yang berbunyi : “Ghairil magdhubi ‘alaihim waladhallin” maka


mengandung arti bahwa glongan yang tidak diberi nikmat itu ada dua, yaitu:

a. Golongan yang keluar dari kebenaran, sesudah mereka megetahuinya. Mereka lebih
menyenangi warisan yang mereka pusakai dari orang-orang tua mereka. Itulah “al-
maghdhubi ‘alaihim” yakni orang-orang yang dibenci-Nya. Hal ini dijelaskan pula oleh
firman-Nya dalam surh Al-Maidah ayat 104, yang artinya : “Dan apabila dikatakan
kepada mereka, ‘marilah (mengikuti) apa yang diturunkan Allah dan (mengikuti)
Rasul.’ Mereka menjawab,’Cukuplah bagi kami apa yang kami dapati nenek moyag
kami (mengerjakannya).’ Apakah (merek akan mengikuti) juga nenek moyag mereka
walaupun nenek moyang mereka itu ti dak mengetahui apa-apa dan tidak (pula)
mendapat petunjuk?”.

2
Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Quran, Aunur Rafiq El-Mazni, penerjemah, Jakarta
(ID): Pustaka Al-Kautsar, Terjemahan dari : Maktabah Wahbah, hlm. 387.

3
Ibid., hlm. 232.
6

Dan menurut sebagian ahli tafsir (dalam tafsir jalalain) bahwa yang dimaksud
dengan “ghoiril maghdhubi ‘alaihim”ialah orng-orang yahudi, begitu pula menurut
tafsir Ibnu Katsir.
b. “Golongan yang tiada mengetahui kebenaran sama sekali atau mengetahuinya dengan
cara samar-samar. Mereka hidup mencampur baurkan kebenaran dengan kebathilan.
Mereka jauh dari jalan yang lurus, sehingga mereka selalu dalam kesesatan. Itulah
golongan “adh-dholliin”.
Sedang menurut Tafsir Jalalain dan Tafsir Ibu Katsir bahwa yang dimaksud
dengan “adh-dholliin” ialah orang-orang Nasrani.4
B. Tafsir Ayat
1. Ayat pertama

‫الر ِحي ِْم‬


َّ ‫الرحْ َم ِن‬
َّ ِ‫ّللا‬
‫بِس ِْم ه‬

Artinya : “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”
Kita ketahui bahwa di dalam Al-Quranul Karim itu terdapat sebanyak 114 surah, yang
semuanya itu dimulai dengan basmalah, kecuali surah At-Taubah. Tetapi di antara 113 surah
yang yang dimulai dengan basmalah tersebut terdapat satu surah yang menyebut lafaz
basmalah di tengah-tengah surah, yang merupakan sebagian ayat dari surah itu, yaitu di
dalam surah An-Naml ayat 30 yang berbunyi :

َّ ‫الرحْ َٰ َم ِن‬
‫الر ِح ِيم‬ َّ ‫سلَ ْي َمانَ َوإِنَّهُ بِس ِْم‬
َّ ِ‫ّللا‬ ُ ‫إِنَّهُ ِم ْن‬

Artinya : “Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman, dan sesungguhnya (isi) nya; Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”
Jadi dengan demikian jumlah basmalah yang ada di dalam Al-Quran itu 114 pula. Oleh
karena itu telah ijma’ para ulama, bahwa basmalah itu adalah merupakan bagian dari Al-
Quran. Yaitu basmalah yang terdapat dalam surah ke 27 (An-Naml) ayat 30.5
2. Ayat kedua

َ‫ْال َح ْمدُ ِ َّّلِلِ َربه ِ ْالعَالَ ِمين‬

4
Ibid., hlm. 233.
5
M. Abd. Hakim Malik, Tafsir Ummul Qur’an, Surabaya: Al-Ikhlas, 1981, hlm. 26-27.
7

Artinya : “Segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam.”

Alhamdu berarti “ats-tsana’u billisan” (memuji dengan lisan), tetapi mengarah kepada
yang baik saja. Sedang “ats-tsana’u” dipakai untuk memuji dan mencela.

Yang dimaksud dengan “alhamdulillahi rabbil ‘alamin” ialah bahwa segalapuji yang baik
dan sanjung yang sempurna adalah milik Allah yang mengurus seluruh alam. Huruf “lam”
pada lafaz “alhamdu” ialah lam “lil-istigraq”, mengandung arti bahwa segala macam puji
hanyalah milik Allah sendiri. Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda :

ُ‫ َوإِلَيْكَ يَ ْر ِج ُع ْاْل َ ْم ُر ُكلُّه‬،ُ‫ َوبِيَدِكَ ْال َخي ُْر ُكلُّه‬،ُ‫ َولَكَ ْال ُم ْلكُ ُكلُّه‬،ُ‫اللَّ ُه َّم لَكَ ْال َح ْمدُ ُكلُّه‬

Artinya : “Ya Allah hanya milik Mu lah segala puji, dan hanya milik-Mu-lah segala
kerajaan, serta di tangan kekuasaan-Mu-lah semua kebaikan, dan hanya kepada Engkau lah
kembali semua urusan”.

3. Ayat ketiga
َّ ‫الرحْ َٰ َم ِن‬
‫الر ِح ِيم‬ َّ
Artinya : “Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”

Tidak jauh dari pada ayat kesatu, hanya yang perlu disebutkan disini ialah (sebagaimana
kata Al-Qurthubi) : “hanya saja Allah menyipati Diri-Nya denga “Arrahmaanirrahiim”
setelah “alhamdulillahi rabbil ‘alamin” agar menjadi ciri targhib (merasa senang hati manusia
dalam mengerjakan tugas dari Allah) setelah tarhib (merasa takut). Alhasil “arrabbu” menjadi
tarhib dan “arrahmaanirrahiim” menjadi targhib.6

4. Ayat keempat

‫هِين‬
ِ ‫َما ِل ِك يَ ْو ِم الد‬
Artinya : “Yang menguasai Hari Pembalasan.”

Dalam ayat ini Allah berfirman “maaliki yaumiddin” tidak “maalikiddin” adalah
bermaksud agar manusia itu mengerti bahwa hari pembalasan dan hari hisab itu telah
ditentukan waktunya. Pada hari itu setiap orang akan melihat pembalasan amalnya baik yang

6
Op. Cit., Mashuri Sirojuddin Iqbal, hlm. 238.
8

jahat maupun yang baik, sekalipun amal itu seberat atom, sebagaimana firman Allah dalam
surah Al-Zalzalah ayat 7-8 :

ُ‫فَ َم ْن يَ ْع َم ْل ِمثْقَا َل ذَ َّرةٍ َخي ًْرا يَ َره‬

ُ‫َو َم ْن يَ ْع َم ْل ِمثْقَا َل ذَ َّرةٍ ش ًَّرا يَ َره‬

Artinya : “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan
melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar
dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.”

5. Ayat kelima

ُ ‫إِيَّاكَ نَ ْعبُدُ َوإِيَّاكَ نَ ْست َ ِع‬


‫ين‬

Artinya : “Hanya kepada Engkau lah kami menyembah, dan hanya kepada Engkau lah kami
meminta pertolongan.”

Dalam ayat ini Allah SWT telah memerintahkan agar manusia jangan menyembah
kepada sesuatu pun selain kepada-Nya. Sebab Dia sendirilah yang memiliki kekuasaan. Oleh
karena itu manusia jangan mempersekutukan (memusyrikkan0 Dia dalam hal ibadah, jangan
mengagungkan kepada sesuatu pun kecuali kepada Allah SWT.

Begitu pula Allah SWT memerintahkan kepada manusia agar mereka itu meminta
pertolongan hanya kepada-Nya, dan jangan meminta pertolongan kepada selain daripada-
Nya, seperti : pada kuburan; batu besar yang dianggap mistis; dll.

Dalam ayat ini ibadah didahulukan daripada meminta pertolongan (istia’nah) ialah karena
ibadah itu menjadi wasilah (jalan) bagi yang kedua (istia’nah). Ayat ini memberi pengertian,
bahwa taka da seorang dapat menegakkan ibadatnya kepada Allah, melainkan dengan adanya
pertolongan Allah SWT sendiri.7

6. Ayat keenam

َ ‫ط ْال ُم ْست َ ِق‬


‫يم‬ َ ‫ص َرا‬
‫ا ْه ِدنَا ال ِ ه‬

Artinya : “Tunjukilah kami jalan yang lurus.”

7
Ibid., hlm. 241.
9

Muradif (sinonim) dari hidayah ialah “dalalah”, “taufiq”, “irsyad”, dan “ilham” yang
artinya ialah “petunjuk”.

Hidayah ini Ma’unah (bantuan) dan taufiq (petunjuk) dimana Allah Swt memerintahkan
kepada manusia untuk menuntut dan mengusahakannya seperti tercantum dalam ayat keenam
surah Al-Fatihah diatas. Maka, maksudnya ialah : mudah-mudahan Allah memberi petunjuk
kepada kami, agar kami dapat menjaga dari kesalahan dan kesesatan. Maka hidayah seperti
ini adalah khusus dari Allah semata-mata. Sedangkan jalan yang lurus (shirathal mustaqiim),
dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa “shiraathal mustaqiim” ialah Diinul Islam, atau
Kitabullah (Al-Quran).8

7. Ayat ketujuh

َ‫علَ ْي ِه ْم َو ََل الضَّالهِين‬


َ ‫ب‬ ُ ‫غي ِْر ْال َم ْغ‬
ِ ‫ضو‬ َ َ‫ط الَّذِينَ أ َ ْن َع ْمت‬
َ ‫علَ ْي ِه ْم‬ َ ‫ص َرا‬
ِ

Artinya : “(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan
(jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”

Jalan lurus yang difirmankan Allah yakni merupakan jalan bagi orang-orang yang diberi
nikmat oleh Allah. Orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah itu ialah mereka yang
diceritakan dalam surah An-Nisa ayat 69 :

َ‫سن‬
ُ ‫صا ِل ِحينَ ۚ َو َح‬
َّ ‫اء َوال‬
ِ َ‫ش َهد‬ ‫علَ ْي ِه ْم ِمنَ النَّبِ ِيهينَ َوال ِ ه‬
ُّ ‫صدهِيقِينَ َوال‬ َّ ‫سو َل فَأُو َٰلَئِكَ َم َع الَّذِينَ أ َ ْن َع َم‬
َ ُ‫ّللا‬ ُ ‫الر‬ َّ ِ‫َو َم ْن ي ُِطع‬
َّ ‫ّللاَ َو‬
‫أُو َٰلَئِكَ َر ِفيقًا‬

Artinya : “Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad) maka mereka itu akan
bersama-sama dengan orang yang ddiberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi,
para pecinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh.
Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”

Yang dimaksud dengan lafaz “ghairil maghdhubi ‘alaihim” ialah orang-orang yang telah
kedatangan diinul Islam kepada mereka, kemudian mereka merusak diinul Islam tersebut,
bahkan mereka itu hanya mengikuti ajaran-ajaran nenek moyang mereka. Maka akibatnya
mereka itu akan mendapat siksaan neraka jahannam.

8
Ibid., hlm. 245.
10

Sedang “adhdhollin” ialah orang-orang yang tiada mengetahui diinul Islam, atau
mengetahui diinul Islam tetapi tidak memasuki dan tidak mengamalkannya. Mereka selalu
mencampur adukkan yang hak dengan yang bathil.

Penafsiran lain tentang “al maghdubi ‘alaihim” ialah bahwa ketika Rasulullah Saw
ditanya tentang lafaz tersebut, maka beliau menjawab bahwa mereka adalah orang-orang
Yahudi, sedangkan lafaz “addhollin” adalah orang-orang Nashara (Kristen).9

C. Nilai-nilai pendidikan dalam surah Al-Fatihah

Dalam hal pendidikan Islam, pentingnya seorang pendidik memprioritaskan kecerdasan


anak-anak didik atau para peserta didik, tetapi masih tetap di dalam garis ruang lingkup
syariat islami. Berdasarkan itu, Al-quran sebagai pedoman bagi seluruh muslimin yang
dimana di dalamnya terdapat berbagai aturan-aturan, syariat, dan nilai-nilai positif yang
nantinya menuntun akan kebaikan dan keselamatan. Begitu juga pendidik. Pendidik juga
dituntut agar hendaknya menanamkan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Quran kepada
para peserta didik, terkhususnya nilai-nilai pendidikan. Dan Surah Al-Fatihah sebagai surah
pembuka di dalam Al-Quran, di lain sisi juga mengandung nilai-nilai pendidikan di dalam
nya.

1. Nilai Pendidikan pada lafaz ‫الر ِحي ِْم‬


َّ ‫الرحْ َم ِن‬
َّ ِ‫ّللا‬
‫ِبس ِْم ه‬

Pada ayat ini memberikan pendidikan agar setiap manusia memulai segala perbuatan
dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, bukan
menyebut nama yang lainnya. dengan tujuan untuk menumbuhkan religiolitas manusia,
sehingga dia melakukan pekerjaan apapun didasari niat ibadah dan keikhlasan serta optimis
akan pertolongan Allah SWT, disebut dengan nilai transdental ilahiyah.

Setiap kita mau melakukan aktivitas dalam bidang apapun baik politik, ekonomi, sosial,
budaya, pendidikan, dan lain-lain haruslah dimulai Dengan menyebut nama Allah yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang, karena semua hal tersebut yang menentukan adalah Allah
SWT, kita hanya berusaha dan berdoa.

2. Nilai pendidikan dalam lafaz َ‫ح ْمد ُ ِ َّّلِلِ َربه ِ ْال َعالَ ِمين‬
َ ‫ْال‬

9
Ibid., hlm. 247.
11

Segala puji bagi Allah, Pemelihara seluruh alam. Ibnu Abbas berkata, Alhamdulillah itu
kalimat syukur, maka jika seseorang mengucapkan Alhamdulillah, Allah menjawab : hamba-
Ku bersyukur kepada-Ku. Para musafir membedakan pujian dengan syukur yakni, syukur itu
pengakuan sepenuh hati atas nikmat yang telah diberikan oleh yang disyukurinya dan syukur
itu berawal dari hati yang tulus, memancar dalam wujud perkataan dan perbuatan.

Rabb diambil dari kata “tarbiyah” yang mengandung arti “mendidik dengan berangsur-
angsur hingga sampai kepada derajat kesempurnaan”. Karena itu, makna “Rabbil ‘alamin”
ialah Allah yang memelihara segala makhluk dari mulai pertumbuhannya hingga sempurna.
Inilah sifat Allah yang paling nyata. Dan sifat ini tertentu bagi Allah sendiri.

Hal tersebut mengandung pendidikan pembebasan, maksudnya manusia terbebas dari


mengkultuskan makhluk, membebaskan dari syirik, kedzholiman, sifat putus asa, dan
kesombongan. Karena semua sifat itu bisa membuat kita lupa kepada Allah dan akan
membuat hati kita tertutup akan hidayah dan petunjuknya.

3. Nilai pendidikan dalam lafaz ‫يم‬ َّ ‫الرحْ َٰ َم ِن‬


ِ ‫الر ِح‬ َّ
Pada ayat ini memberikan pelajaran atau pendidikan kepada para penguasa dan
pemegang wewenang agar dapat menjalankan tugasnya senantiasa bertindak berdasarkan
rasa kasih sayang. Demikian pula Allah Maha Pendidik, maka bila mendidik juga harus
berdasarkan kasih sayang.
Pendidikan berdasarkan rasa kasih sayang akan menghidarkan peserta didik dari rasa
cemas . salah satu penyebab rasa cemas adalah kurangnya rasa kasih sayang. Rasa cemas
akan mengakibatkan pada anak sulit tidur, takut, kurang percaya diri, dan menderita.
Sehingga menghambat pertumbuhan psikisnya.
Menujukkan bahwa kasih sayang adalah nilai yang sangat penting dalam pendidikan,
maka harus menjadi pegangan oleh para pendidik dalam mengembangkan potensi peserta
didik.
4. Nilai pendidikan dalam lafaz ‫هِين‬
ِ ‫َما ِل ِك يَ ْو ِم الد‬
Allah SWT sebagai penguasa raja memiliki kekuasaan penuh untuk memerintah,
melarang, dan memberi balasan paling adil kepada manusia. Tergambar dalam benak adalah
raja yang baik, yang kasih sayang, kepada rakyat, raja yang sekaligus pemelihara dan
12

pendidik, raja yang menegakkan keadilan, memberikan balasan pahala kepada yang berbuat
baik dan memberi hukuman kepada mereka yang melanggar peraturan-Nya.

Jadi, nilai pendidikan yang diambil adalah bahwa keadlian sesuatu yang harus digunaka
sebagai acuan dalam proses pendidikan. Orang tua harus adil kepada anak-anak nya, guru
harus adil kepada murid-murid nya, kyai harus adil kepada santri-santri ny, dan lainnya.

ُ ‫إِيَّاكَ نَ ْعبُدُ َوإِيَّاكَ نَ ْست َ ِع‬


5. Nilai pendidikan dalam lafaz ‫ين‬
Pada ayat ini memberikan pelajaran kepada manusia agar dengan sepenuhnya selalu
menyembah dan meminta pertolongan kepada Allah bukan dengan selain Allah, dan
menumbuhkan keyakinan yang kuat, bahwa segala sesuatu itu sudah diatur oleh Allah SWT.
Dan yang pantas untuk dimintai pertolongan adalah Allah dan Dia sebaik-baik tempat untuk
dimintai pertolongan.

َ ‫ط ْال ُم ْست َ ِق‬


6. Nilai pendidikan dalam lafaz ‫يم‬ َ ‫ص َرا‬
‫ا ْه ِدنَا ال ِ ه‬

Disini dapat diambil pendidikan nya mengenai hidayah atau petunjuk ada empat yaitu;
naluri, indra, akal, dan agama. (Al-Maraghi,tt:35)

Kita harus menjalankan segala apa yang diberikan Allah kepada kita dijalnkan dengan
sebaik-baiknya. Naluri kita harus berdasarkan syariat yang telah Allah tentukan di dalam
hukum-hukumnya, indra dipergunakan sesuai dengan manfaatnya masing-masing sesuai
dengan petunjuk Allah, akal dipergunakan untuk mencari solusi dan ide yang bertujuan untuk
kemaslahatan umat, sedangkan agama selalu menjaga dan melestarikan agamanya Allah
dengan tulus dan ikhlas.

7. Nilai pendidikan dalam lafaz َ‫علَ ْي ِه ْم َو ََل الضَّالهِين‬


َ ‫ب‬ ُ ‫غي ِْر ْال َم ْغ‬
ِ ‫ضو‬ َ َ‫ط الَّذِينَ أ َ ْنعَ ْمت‬
َ ‫علَ ْي ِه ْم‬ َ ‫ص َرا‬
ِ

Ayat ini memberikan jalan kebahagiaan dan kenikmatan yang sesungguhnya. Selain itu,
memberikan pengajaran kepada manusia agar mereka mempelajari sejarah umat terdahulu
sebagai I’tibar. Di antara mereka ada yang hidup bahagia karena ketaatan kepada Allah
SWT, tapi ada juga yang mengalami penderitaan dan kehancuran lantaran kekafiran.

Setelah mempelajari dari tafsiran surat Al-Fatihah da nisi kandungan surah Al-Fatihah
maka dapat diketahui nilai-nilai pendidikan dengan materi-materi yaitu :

a. Ketahuidan
13

b. Iman
c. Saling menghargai
d. Kemandirian
e. Etos kerja, optimis, dan tidak putus asa
f. Cinta dan kasih sayang
g. Adil
h. Ikhlas
i. Syukur
j. Tawakkal
k. Kebersamaan, kerja sama (persatuan)
l. Hidayah
m. Teguh pendirian (istiqomah)
n. Kreatif dan demokratis
o. Disiplin
p. Berdoa
q. Silahturahmi
r. Jujur
s. Tanggung jawab
t. Ibadah

Mengurai hal tersebut, mengenai nilai-nilai pendidikan dalam surah Al-Fatihah sanagt
luas, mungkin hanya inilah yang dapat terurai, berdasarkan beberapa sumber yang ada. Tapi,
nilai-nilai pendidikan tersebut sudah cukup baik bila dilaksanakan dalam kehidupan sehari-
hari.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ketika membahas nama-nama surah al-fatihah, telah disampaikan secara singkat
bahwa surah al-fatihah mengandung seluruh ilmu al-quran, yang biasa diistilahkan para
ulama dengan Maqashid As-Surah. Dengan memahami kandungan global suatu surah
dalam al-quran, seorang hamba akan sangat terbantu dalam menghayati makna rinci ayat-
ayat tersebut. Dengan kandungan tauhid atau aqida, kandungan hukum, dan kandungan
nasehat.
Adapun nilai-nilai yang terkandung di dalam surah Al-Fatihah adalah nilai-nilai
yang tentunya akan membawa kemaslahatan bagi seluruh yang mengamalkannya.
Tadabbur al-quran sebagai salah satu tuntutan dalam memahami Al-Quran, yakni
mengkaji, merenungi, serta menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam surah Al-
Fatihah, tidak terkeuali nilai-nilai pendidikannya.

B. Saran
Saran yang bisa penulis berikan yaitu, setelah kita mengetahui kandungan,
tafsiran, dan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam surah Al-Fatihah, seyogyanya
kita merenungkan dan dibarengi dengan mengamalkan nilai-nilai pendidikan yang
terkandung di surah Al-fatihah, terkhususnya kita yang nantinya akan menjadi seorang
pendidik, sehingga kita dapat menjadi seorang pendidik yang tetap berlandaskan Al-
Quran.

14
DAFTAR PUSTAKA

Malik, M. Abd. Hakim. 1981. Tafsir Ummul Qur’a. Surabaya: Al-Ikhlas

Syaikh Manna Al-Qaththan. 2011. Pengantar Studi Ilmu Al-Quran. Aunur Rafiq El-Mazni,
penerjemah. Jakarta (ID): Pustaka Al-Kautsar. Terjemahan dari : Maktabah Wahbah

Sirojuddin Iqbal, Mashuri. A. Fudlali. 1987. Pengantar Ilmu Tafsir. Bandung: Angkasa

15

Anda mungkin juga menyukai