Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
2016
1. Definisi
Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium prodormal
( kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtvits
dan bercak koplik ( Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2, th 1991. FKUI ).
Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama ringan,
ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi ( Ilmu
Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000)
2. Etologi
Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa
prodormal sampai 24 jam setelah tmbul bercak-bercak. Virus ini berupa virus RNA yang termasuk famili
Paramiksoviridae, genus Morbilivirus. Cara penularannya adalah dengan droplet infeksi.
3. Patofisiologi
Penyebab campak adalah measles virus (MV), genus virus morbili, familiparamyxoviridae. Virus ini
menjadi tdak aktf bila terkena panas, sinar, pH asam, ether, dan trypsin dan hanya bertahan kurang dari
2 jam di udara terbuka. Virus campak ditularkan lewat droplet, menempel dan berkembang biak pada
epitel nasofaring. Virus ini masuk melalui saluran pernafasan terutama bagian atas, juga kemungkinan
melalui kelenjar air mata.
Dua sampai tga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe regional dan
terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar pada semua sistem retkuloendotelial dan menyusul
viremia kedua setelah 5-7 hari dari infeksi awal. Adanya giant cells dan proses peradangan merupakan
dasar patologik ruam dan infiltrat peribronchial paru. Juga terdapat udema, bendungan dan perdarahan
yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan batuk, pilek,
mata merah (3 C : coryza, cough and conjuctvits) dan demam yang makin lama makin tnggi. Gejala
panas, batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak awal infeksi (pada hari penderita
kontak dengan sumber infeksi) mulai tmbul ruam makulopapuler warna kemerahan.
Virus dapat berkembang biak juga pada susunan saraf pusat dan menimbulkan gejala klinik encefalits.
Setelah masa konvelesen pada turun dan hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam menjadi
makin gelap, berubah menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada
awalnya terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit
4. Gejala Klinis
Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih dari 10-20 hari dan kemidian tmbul gejala-
gejala yang dibagi dalam 3 stadium :
Stadium prodormal berlangsung selama 4-5 hari ditandai oleh demam ringa hingga sedang, batuk kering
ringan, coryza, fotofobia dan konjungtvits. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum tmbul
enantema, tmbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak
koplik berwarna puth kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema.
Lokalisasinya dimukosa bukalis berhadapandengan molar dibawah, tetapi dapat menyebar tdak teratur
mengenai seluruh permukaan pipi. Meski jarang, mereka dapat pula ditemukan pada bagian tengah bibir
bawah, langit-langit dan karankula lakrimalis. Bercak tersebut muncul dan menghilang dengan cepat
dalam waktu 12-18 jam. Kadang-kadang stadium prodormal bersifat berat karena diiringi demam tnggi
mendadak disertai kejang-kejang dan pneumoni. Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia.
b. Stadium erupsi
Coryza dan batuk-batuk bertambah. Timbul eritema / ttk merah dipalatum durum dan palatum mole.
Terjadinya eritema yang berbentuk makula papula disertai dengan menaiknya suhu tubuh. Eritema
tmbul dibelakang telinga dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
Kadang-kadang terdapat perdarahan primer pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Terdapat pembesaran
kelenjar getah bening disudut mandibula dan didaerah leher belakang. Juga terdapat sedikit
splenomegali, tdak jarang disertai diare dan muntah. Variasi dari morbili yang biasa ini adalah “Black
Measles” yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestvus.
c. Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang bisa hilang
sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik.
Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan
eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi
normal kecuali bila ada komplikasi.
5. Komplikasi
b. Pneumonia / bronkopneumoni
c. Encefalits
d. Bronkiolits
6. Pemeriksaan diagnostk
Pada pemeriksaan darah didapatkan jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi
infeksi bakteri. Pemeriksaan antbodi IgM merupakan cara tercepat untuk memastkan adanya infeksi
campak akut. Karena IgM mungkin belum dapat dideteksi pada 2 hari pertama munculnya rash, maka
untuk mengambil darah pemeriksaan IgM dilakukan pada hari ketga untuk menghindari adanya false
negatve. Titer IgM mulai sulit diukur pada 4 minggu setelah muncul rash.
Sedangkan IgG antbodi dapat dideteksi 4 hari setelah rash muncul, terbanyak IgG dapat dideteksi 1
minggu setelah onset sampai 3 minggu setelah onset. IgG masih dapat ditemukan sampai beberapa
tahun kemudian. Virus measles dapat diisolasi dari urine, nasofaringeal aspirat, darah yang diberi
heparin, dan swab tenggorok selama masa prodromal sampai 24 jam setelah tmbul bercak-bercak. Virus
dapat tetap aktf selama sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar.
7. Penatalaksanaan
Terdapat indikasi pemberian obat sedatf, antpiretk untuk mengatasi demam tnggi. Istrahat ditempat
tdur dan pemasukan cairan yang adekuat. Mungkin diperlukan humidikasi ruangan bagi penderita
laringits atau batuk mengganggu dan lebih baik mempertahanakan suhu ruangan yang hangat.
Penatalaksanaan Teraupetk :
a. Pemberian vitamin A
1. Pengkajian
a. Identtas diri
b. Riwayat Imunisasi
d. Pemeriksaan Fisik :
3) Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinits/koriza, perdarahan hidung (pada stad eripsi ).
4) Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatts, batuk, mulut terasa pahit.
5) Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler pada leher, muka, lengan
dan kaki (pada stad. Konvalensi), evitema, panas (demam).
6) Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi, sputum.
2. Diagnosa keperawatan
e. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit akut
f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencernatau ketdak mampuan mencerna makanan atau absorpsi nutrien yang diperlukan
3. Rencana keperawatan
Intervensi :
2) Pantau suhu
Rasional : peningkatan suhu tubuh yang tdak diperkirakan dapat menandakan adanya infeksi.
4) Berikan serapan air sedikit tapi sering atau minuman kesukaan anak serta makanan halus atau
lunak.
Rasional :
Intervensi :
Rasional : karena udara yang terlalu panas dapat meningkatkan rasa gatal.
Rasional : untuk mengurangi nyeri, menurunkan suhu tubuh, dan mengurangi rasa gatal
Intervensi :
Intervensi :
1) Jaga agar kuku tetap pendek dan bersih
4) Tutup area yang sakit (lengan panjang, celana panjang, pakaian satu lapis).
Rasional : karena pada lesi terbuka absorpsi obat meningkat untuk menurunkan pruritus.
e. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit akut.
Intervensi :
1) Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium normal.
3) Menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan
berat badan yang sesuai.
Intervensi :
4) Berikan makanan sedikit dari frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan.
Rasional : makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah
distensi gaster.
5) Observasi dan catat kejadian mual atau muntah, flatus, dan gejala lain yang berhubungan.
Rasional : gejala gastro intestnal dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
1) Mempertahankan jalan nafas pasien dengan bunyi nafas bersih atau jelas.
2) Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas, misal: batuk efektf dan
mengeluarkan sekret.
Intervensi :
Rasional : beberapa derajat spasma bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas.
2) Kaji atau pantau frekuensi pernapasan
Rasional : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau
selama stress atau adanya proses infeksi akut.
Rasional : disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses
akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit.
4) Pertahankan polusi lingkungan minimun, misal ; debu, asap, dan bulu bantal yang berhubungan
dengan kondisi individu.
Rasional : pencetus tpe reaksi alergi pernapasan yang dapat menjadi episode akut.
Rasional : batuk dapat menetap tetapi tdak efektf, khususnya bila pasien lansia, sakit akut, atau
kelemahan. Batuk paling efektf pada posisi duduk tnggi atau kepala di bawah setelah perkusi
4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratf. Selama melaksanakan
kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien.
5. Evaluasi
6. Penkes
a. Imunisasi aktf
Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup yang telah dilemahkan. Vaksin hidup
yang pertama kali digunakan adalah Strain Edmonston B. Pelemahan berikutnya dari Strain Edmonston
B. Tersbut membawa perkembangan dan pemakaian Strain Schwartz dan Moraten secara luas. Vaksin
tersebut diberikan secara subkutan dan menyebabkan imunitas yang berlangsung lama.
Pada penyelidikan serulogis ternyata bahwa imunitas tersebut mulai mengurang 8-10 tahun setelah
vaksinasi. Dianjurkan agar vaksinasi campak rutn tdak dapat dilakukan sebelum bayi berusia 15 bulan
karena sebelum umur 15 bulan diperkirakan anak tdak dapat membentuk antbodi secara baik karena
masih ada antbodi dari ibu.Pada suatu komunitas dimana campak terdapat secara endemis, imunisasi
dapat diberikan ketka bayi berusia 12 bulan.
Imunisasi pasif dengan serum orang dewasa yang dikumpulkan, serum stadium penyembuhan yang
dikumpulkan, globulin placenta (gama globulin plasma) yang dikumpulkan dapat memberikan hasil yang
efektf untuk pencegahan atau melemahkan campak. Campak dapat dicegah dengan serum
imunoglobulin dengan dosis 0,25 ml/kg BB secara IM dan diberikan selama 5 hari setelah pemaparan
atau sesegera mungkin.
Indikasi :
1) Anak usia > 12 bulan dengan immunocompromised belum mendapat imunisasi, kontak dengan
pasien campak, dan vaksin MMR merupakan kontraindikasi
2) Bayi berusia < 12 bulan yang terpapar langsung dengan pasien campak mempunyai resiko yang
tnggi untuk berkembangnya komplikasi penyakit ini, maka harus diberikan imunoglobulin sesegera
mungkin dalam waktu 7 hari paparan. Setelah itu vaksin MMR diberikan sesegera mungkin sampai usia
12 bulan, dengan interval 3 bulan setelah pemberian imunoglobulin.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn. E,.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien.EGC : Jakarta.
Tarwoto dan Wartonah. (2000). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Salemba Medika :
Jakarta.