Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh Keadilan Pajak, Kualitas Pelayanan dan Sosialisasi Perpajakan

Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

Landasaan Teori

1. Perpajakan

a. Pengertian Pajak

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pajak adalah kontribusi wajib


kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Diana (2013:33) ada beberapa definisi pajak menurut para ahli antara lain:
menurut Rochmat pajak adalah iuran rakyat ke kas Negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Adapun menurut Djajadiningrat dalam Diana (2013:33) menyatakan bahwa pajak


sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas Negara yang
disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu,
tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta
dipaksakan tetapi tidak ada jasa timbal balik dari Negara secara langsung, untuk memelihara
kesejahteraan secara umum. (Agustiningsih, 2016)

b. Fungsi Pajak

Pada dasarnya pajak memiliki fungsi sebagai sumber keuangan Negara. Namun,
terlepas dari itu, pajak juga memiliki fungsi lain yang tidak kalah pentingnya yaitu pajak
sebagai fungsi pengatur. Berikut akan dijelaskan mengenai masing-masing fungsi pajak
tersebut (Achmad Tjahjono, 2000):
1) Sumber Keuangan Negara (Budgetair)
Fungsi sumber keuangan negara fungsi pajak untuk memasukkan uang ke kas negara
atau dengan kata lain fungsi pajak sebagai sumber penerimaan negara dan digunakan
untuk pengeluaran- pengeluaran negara baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran
pembangunan.

2) Fungsi Mengatur atau Non Budgetair (Fungsi Regularend)


Di samping usaha untuk memasukkan uang sebanyak mungkin ke kas negara, pajak
dimaksudkan sebagai usaha pemerintah untuk turut campur tangan dalam hal mengatur dan,
bilamana perlu, mengubah susunan pendapatan dan kekayaan dalam sektor swasta. Pada
fungsi mengatur, pemungutan pajak digunakan sebagai alat untuk melaksanakan kebijakan
negara dalam bidang ekonomi dan sosial serta untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang
letaknya di luar bidang keuangan.

c. Sistem Pemungutan Pajak

Achmad Tjahjono dalam bukunya Perpajakan (2000), mengemukakan bahwa dalam


memungut pajak dikenal beberapa sistem pemungutan, yaitu:
1) Official Assesment System
Suatu sistem pemungutan pajak dimana besarnya pajak yang harus dilunasi atau
pajak yang terutang oleh wajib pajak ditentukan oleh fiskus (dalam hal ini wajib pajak
bersifat pasif).

2) Self Assesment System


Suatu sistem pemungutan pajak dimana wewenang menghitung besarnya pajak
yang terutang oleh wajib pajak diserahkan oleh fiskus kepada wajib pajak yang
bersangkutan, sehingga dengan sistem ini wajib pajak harus aktif untuk menghitung,
menyetor dan melaporkan kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP), sedangkan fiskus hanya
bertugas memberikan penerangan dan pengawasan.

3) With Holding System


Suatu cara pemungutan pajak dimana penghitungan besarnya pajak yang terutang
oleh wajib pajak dilakukan oleh pihak ketiga.

d. Subjek Pajak
Menurut Abdul Rahman (2010:30) subjek pajak adalah orang yang dituju oleh UU
untuk dikenakan pajak. Subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diperolehnya
dalam tahun pajak. Sedangkan menurut Isroah (2012:33) yang menjadi subjek pajak antara
lain:
1) Orang Pribadi
2) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan
yang berhak
3) Badan
4) Bentuk Usaha tetap

e. Objek Pajak

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 objek pajak adalah penghasilan,


yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak,
baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai
untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apa pun. Adapun menurut Abdul Rahman (2010:30) objek
pajak adalah sasaran pengenaan pajak dan dasar untuk mehitung pajak terutang.

2. Kepatuhan Wajib Pajak

Muliari dan Setiawan (2011) sebagaimana dikutip dalam penelitian Mir’atusholihah


(2014), mendefinisikan kepatuhan wajib pajak sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak
memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Dalam
penelitian Sri Rustiyaningsih (2011) kepatuhan perpajakan diartikan sebagai suatu keadaan
yang mana wajib pajak patuh dan mempunyai kesadaran dalam memenuhi kewajiban
perpajakan.
Norman D. Nowak sebagaimana dikutip dalam penelitian Sri Rustiyaningsih (2011)
mengemukakan kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan tercermin dalam
situasi sebagai berikut:
1) Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
2) Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas.
3) Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar.
4) Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.

Menurut Nurmantu (2005:149) kepatuhan dibagi menjadi 2 yaitu: kepatuhan formal

dan kepatuhan material. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak

memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan undang-undang

perpajakan. Sedangkan kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara

subtatif/hakekat memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa

undang-udang perpajakan.

3. Keadilan Pajak

Menurut teori keadilan Rawls (1971) bahwa pungutan pajak harus bersifat final, adil,
dan merata.. Keadilan pajak berhak didapatkan dan dinikmati oleh seluruh wajib pajak, tanpa
ada pengecualian. Menurut Putra (2015) menyatakan bahwa Adam Smith telah
mengemukakan 4 (empat) asas pemungutan pajak yang lazim, yang biasa disebut dengan
“The Four Cannons Maxims Taxation” atau biasa dikenal dengan sebutan “The Four
Maxim”, antara lain: Asas Kesamaan (Equality) dan Keadilan (Equity), Asas Kepastian
Hukum (Certainty), Asas Tepat Waktu (Convenient of Payment), Asas Economic of
Collection. Menurut Azmi dan Perumal (2008: 12), mereka melakukan survey dan
mendapatkan hasil bahwa terdapat 5 (lima) dimensi keadilan wajib pajak, yaitu keadilan
umum, timbal balik pemerintah, struktur tarif pajak, ketentuan-ketentuan khusus dan
kepentingan pribadi. (Harlina, n.d.)

4. Kualitas Pelayanan Pajak

Definisi pelayanan pajak menurut Boediono (2003) sebagaimana dikutip dalam


penelitian Bayu Caroko (2015) adalah suatu proses bantuan kepada wajib pajak
dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar
terciptanya kepuasan dan keberhasilan. Sementara itu, pelayanan fiskus yaitu segala
kegiatan pelayanan yang diberikan oleh petugas pajak dalam membantu, membimbing, atau
menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban
perpajakannya (Emielia Maret, 2014). Menurut Debby Farihun Najib (2013) pelayanan
pajak (tax service) bertujuan untuk memberikan kenyamanan, keamanan, dan kepastian bagi
wajib pajak di dalam pemenuhan kewajiban dan haknya di dalam bidang perpajakan.
Kualitas pelayanan pajak merupakan salah satu hal yang meningkatkan minat wajib
pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dan diharapkan petugas pelayanan pajak
harus memiliki kompetensi yang baik terkait segala hal yang berhubungan dengan
perpajakan di Indonesia (I Gede Putu Pranadata, 2014).

5. Sosialisasi Perpajakan

Sosialisasi perpajakan adalah upaya yang dilakukan oleh Dirjen Pajak untuk
memberikan sebuah pengetahuan kepada masyarakat dan khususnya Wajib Pajak agar
mengetahui tentang segala hal mengenai perpajakan baik peraturan maupun tata cara
perpajakan melalui metode-metode yang tepat menurut Susanto dalam (Sugeng Wahono,
2012: 80).
Meningkatkan kesadaran dan Kepatuhan Wajib Pajak dilakukan dengan Sosialisasi
Perpajakan dalam berbagai bentuk atau cara sosialisasi. Namun, kegiatan sosialisasi harus
dilakukan secara efektif dan dilakukan dengan media-media yang lain yang lebih diketahui
masyarakat. Peran aktif pemerintah disini sangat dibutuhkan untuk menyadarkan masyarakat
akan keberadaan pajak melalui penyuluhan atau sosialisasi rutin ataupun berupa pelatihan
secara intensif, agar kesadaran masyarakat untuk membayar pajak dapat meningkat atau
dengan kebijakan perpajakan dapat digunakan sebagai alat untuk menstimulus atau
merangsang Wajib Pajak agar melaksanakan dan atau meningkatkan kesadaran dalam
membayar perpajakan.

Keadilan Pajak

Kualitas Pelayanan Kepatuhan Wajib Pajak

Sosialisasi Perpajakan
6. Theory of Planned Behavior

Dalam Theory of Planned Behavior (TPB) dijelaskan bahwa perilaku yang


ditimbulkan oleh individu muncul karena adanya niat untuk berperilaku. Sedangkan
munculnya niat untuk berperilaku ditentukan oleh tiga faktor (Mustikasari, 2007), yaitu :
a. Behavioral Beliefs
Behavioral Beliefs merupakan keyakinan individu akan hasil dari suatu perilaku dan
evaluasi atas hasil tersebut.
b. Normative Beliefs
Normative Beliefs merupakan keyakinan tentang harapan normative orang lain dan
motivasi untuk memenuhi harapan tersebut.
c. Control Beliefs
Control Beliefs merupakan keyakinan tentang keberadaan hal-hal yang
mendukung atau menghambat perilaku yang akan ditampilkan dan persepsinya tentang
seberapa kuat hal-hal yang mendukung dan menghambat perilakunya tersebut. (perceived
power).
Behavioral beliefs, normative beliefs, dan control beliefs sebagai tiga faktor yang
menentukan seseorang untuk berperilaku. Setelah terdapat tiga faktor tersebut, maka
seseorang akan memasuki tahap intention, kemudian tahap terakhir yaitu behavior. Tahap
intention merupakan tahap dimana seseorang memiliki maksud atau niat untuk berperilaku,
sedangkan behavior yaitu tahap seseorang berperilaku. (Mustikasari, 2007). Keadilan pajak,
sosialisasi perpajakan dan kualitas pelayanan dapat menjadi faktor yang menenukan perilaku
wajib pajak yang sadar dan patuh dalam kewajiban pajaknya. Setelah adanya sosialisasi
perpajakan, keadilan pajak, dan kualitas pelayanan maka wajib pajak memiliki niat dan
keyakinan dalam kewajiban perpajakanya dan kemudian merealisasikan niat tersebut.
7. Penelitian terdahulu

1. Penelitian dari Yuliarti Harlina (2016)


Penelitian yang berjudul “ Pengaruh Keadilan Pajak dan Pengetahuan Pajak Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di KPP Pratama Mojokerto “ oleh Yuliarti Harlina
(2016). Variabel bebsa dalam penelitian ini adalah keadilan pajak dan pengetahuan pajak.
Sedangkan variabel trikat pada penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak orang pribadi.
Berdasarkan hasil analisi yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan bahwa keadilan
pajak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.
Sedangkan pengetahuan pajak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak
orang pribadi

2. Penelitian dari Stephanie Amelia Handayani Barus (2016)


Penelitian yang berjudul “ Pengaruh Akses Pajak, Fasilitas, Sosialisasi Perpajakan dan
Kualitas Pelayanan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor “ oleh Stephanie
Amelia Handayani Barus (2016). Variabel bebas dalam penilitan ini adalah akses pajak,
fasilitas, sosialisasi perpajakan dan kualitas pelayanan. Sedangkan variabel terikat pada
penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan bahwa akses
pajak, fasilitas, dan kualitas pelayanan berpengaruh signifiakan terhadap kepatuhan wajib pajak.
Sedangkan sosialisasi perpajakan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib
pajak kendaraan bermotor.

3. Penelitian dari Ni Luh Gede Mahayu Dicriyani dan I Ketut Budhiartha (2016)
Penelitian yang berjudul “ Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Pengetahuan Perpajakan
Pada Perilaku Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Niat Sebagai Pemoderasi “ oleh Ni Luh Gede
Mahayu Dicriyani dan I Ketut Budhiartha (2016). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
kualitas pelayan dan pengetahuan perpajakan. Sedangkan variabel terikat pada penelitian ini
adalah perilaku kepatuhan wajib pajak dan niat sebagai variabel pemoderasi.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka diperoleh kesimpula bahwa kualitas
pelayanan tidak berpengaruh secara signifikan. Sedangkan pengetahuan perpajakan berpengaruh
secara signifikan. Niat wajib pajak memperkuat pengaruh kaulitas pelayanan terhadap perilaku
kepatuhan wajib pajak. Sedangkan niat wajib pajak memperlemah pengaruh pengetahuan
perpajakan terhadap perilaku kepatuhan wajib pajak.

4. Penelitian dari Kadek Juniati Putri dan Putu Ery Setiawan (2017)
Penelitian yang berjudul “ Pengaruh Kesadaran, Pengetahuan dan Pemahaman
Perpajakan, Kualitas Pelayanan dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak “ oleh
Kadek Juniati Putri dan Putu Ery Setiawan (2017). Variabel bebas dalam penilitian ini adalah
kesadaran, pengetahuan dan pemahaman perpajkan, kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan.
Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan bahwa kesadaran,
pengetahuan dan pemahaman perpajakan, kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan
berpengaruh signifika terhadap kepatuhan wajib pajak.

8. Perumusan Hipotesis

1. Pengaruh Keadilan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Keadilan peraturan dan sistem perpajakan akan mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib
pajak dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar pajak. Menurut Putra (2015)
menyatakan bahwa Adam Smith telah mengemukakan 4 (empat) asas pemungutan pajak yang
lazim, yang biasa disebut dengan “The Four Cannons Maxims Taxation” atau biasa dikenal
dengan sebutan “The Four Maxim”, antara lain : Asas kesamaan (equality) dan keadilan
(equity), asas kepastian hukum (certainty), asas tepat waktu (convenient of payment), dan asas
economic of collection. Menurut Azmi dan Perumal (2008: 12) di mana beliau melakukan
survey dan mendapatkan hasil bahwa terdapat 5 (lima) dimensi keadilan wajib pajak, yaitu
keadilan umum, timbal balik pemerintah, struktur tarif pajak, ketentuan-ketentuan khusus dan
kepentingan pribadi. Menurut Subandi (2012: 181) diperoleh hasil bahwa keadilan pajak dapat
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak baik yang berbasis budaya Arek, budaya Mataraman,
maupun budaya Madura di Kota Malang. Dari uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis pertama
sebagai berikut:
H1 : Keadilan Pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak
orang pribadi

2. Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Ketrampilan yang harus dimiliki aparat pajak adalah kemampuan dalam berhubungan dengan
orang lain dengan cara yang baik. Indikator kualitas pelayanan ditentukan oleh tiga faktor yaitu
kualitas interaksi, kualitas lingkungan fisik, dan hasil kualitas pelayanan. Dalam penelitian Arum
(2012), menunjukan bahwa kesadaran wajib pajak, pelayanan fiskus, sanksi pajak ber-pengaruh
positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

H2 : Kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak


orang pribadi

3. Pengaruh Sosialisasi terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Salah satu upaya dalam meningkatkan kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak adalah
dengan melakukan sosialisasi perpajakan dengan beragam bentuk atau cara sosialisasi (Susanto
dalam Setiyoningrum, dkk., 2014). Sosialisasi perpajakan adalah upaya yang dilakukan oleh
Dirjen Pajak untuk memberikan sebuah pengetahuan kepada masyarakat dan khususnya wajib
pajak agar mengetahui tentang segala hal mengenai perpajakan baik peraturan maupun tata cara
perpajakan melalui metode-metode yang tepat.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widiastuti, dkk. (2014) menemukan bahwa sosialisasi
memiliki pengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak

H3 : Sosialisasi berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang


pribadi.
Daftar Pustaka

Agustiningsih, W. (2016). Pengaruh Penerapan E-Filling, Tingkat Pemahaman Perpajakan Dan


Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Di Kpp Pratama Yogyakarta. Skripsi
(Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta), 1–169.

Barus, S. A. H. (2016). Pengaruh Akses Pajak, Fasilitas, Sosialisasi Perpajakan Dan Kualitas
Pelayanan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor. JOM Fekon, 3(1), 295–
309.

Dicriyani, N. L. G. M., & Budiartha, I. K. (2016). Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan


Pengetahuan Perpajakan Pada Perilaku Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Niat Sebagai
Pemoderasi. E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana, 510, 3329–3358.

Harlina, Y. (n.d.). Pengaruh Keadilan Pajak Dan Pengetahuan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi Di KPP Pratama Mojokerto, 1–15.

Perwira, A. D., & Baridwan, Z. (2016). Pengaruh Pengetahuan Pajak, Sanksi Pajak, Keadilan
Pajak, Dan Niat Untuk Patuh Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Dan Bisnis (JIMFEB), 1–15.

Putri, K. J., & Setiawan, P. E. (2017). Pengaruh Kesadaran, Pengetahuan Dan Pemahaman
Perpajakan, Kualitas Pelayanan Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 18(2), 1112–1140.

Wurianti, E. L. E., & Subardjo, A. (2015). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Kepatuhan Wajib Pajak Di Wilayah KPP Pratama. Jurnal Imu & Riset Akuntansi, 4(6), 1–
15.

Anda mungkin juga menyukai