Anda di halaman 1dari 44

MENGEMBANGKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI

PEMBELAJARAN SENI TARI DI TK KARTIKA XX-46


KENDARI

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH:

WAODE NUR ASIH ADAR


NIM. G2P1 17 009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI


PASCASARJANA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018

0
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak merupakan individu yang unik dan memiliki kekhasan tersendiri. Kajian

tentang anak selalu menarik sehingga memunculkan berbagai pandangan tentang arti

sebenarnya hakikat seorang anak. Guru TK sebagai selaku pendidikan yang secara

langsung berhadapan dengan anak sagat penting memahaminya sesuai dengan tugas

perkembangan anak pada setiap tingkat usia tertentu.


Taman Kanak-Kanak (TK) adalah bentuk dan jalur pendidikan formal yang

menyelenggarakan pendidikan bagi anak usia dini yakni anak berusia empat tahun

hingga memasuki usia sekolah. Pendidikan pada TK atau pra sekolah bertujuan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki

kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. (Permendiknas, Nomor 20 Tahun

2003). Dalam hal ini pendidikan TK sebagai peletak dasar perkembangan sikap,

pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam

menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta

perkembangan selanjutnya.
Pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya yang dilakukan dalam

rnenstimulasi, mernbimbing, mengasuh, dan mendidik anak sehingga rnemiliki

kemampuan dan keterampilan sesuai dengan perkembangan. Berkenaan dengan

pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini, pendidikan hendaklah disesuaikan

dengan tahap-tahap perkembangan yang dapat rnengeksplorasi pengalaman

1
lingkungan suasana sesuai dengan dimana anak usia dini berada. Anak usia dini akan

cepat meniru dan apa saja yang ditirunya tersebut akan diungkapkannyadalam

suasana-suasana tertentu. Maka dari itu, anak usia dini merupakan usia yang sangat

menentukan dalarn pembentukan karakter dimasa anak telah dewasa (Rakimahwati,

2012).

Pembelajaran berkarya seni mengandung dua aspek kompetensi, yaitu:

keterampilan dan kreativitas. Pembelajaran apresiasi seni gerak untuk anak usia dini

disampaikan tidak hanya sebatas pengetahuan saja, namun melibatkan pengalaman

anak dalam proses mengamati, mengalami, menghayati, menikmati dan menghargai

secara langsung aktivitas berolah seni.

Menari sebagai salah satu bentuk kegiatan seni, memiliki keragaman jenis, namun

tidak semua kegiatan menari sesuai untuk anak usia dini. Menari lebih spesifik

dikatakan oleh Stinson (dalam Sophya, 2015: 87) sebagai gerakan yang beraturan,

signifikan dan dipengaruhi oleh penjiwaan. Tari yang kreatif adalah gerakan yang

ditampilkan secara menarik dengan menyesuaikan alunan lagu atau musik. Terlepas

dari itu, gerakan tari untuk anak usia dini sebaiknya yang mudah dan tidak terlalu

bervariasi, menyenangkan dan dalam kondisi tertentu gerakan tari anak bersifat

alami. Gerakan tari pada anak usia dini umumnya bersifat pengulangan dari 5-6

gerakan, dengan ditambah variasi formasi yang sederhana. Hal penting yang perlu

diperhatikan oleh pendidik adalah memperhatikan kondisi fisik dan psikologis anak

saat ingin menari. Memaksakan atau menekan anak untuk menunjukkan suatu

2
gerakan tari, terlebih harus sempurna, hanya akan membuat kondisi anak menjadi

semakin buruk dan tidak mengembangkan kreativitas mereka.

Pembelajaran tari memiliki peranan dalam pembentukan pribadi atau mental

yang selaras. Tari memfokuskan pada kebutuhan perkembangan emosional dan

kecerdasan sosial. Kecerdasan emosionaldicapai dengan cara mengaktualisasikan diri

melalui gerak untuk itu dibutuhkan apresiasi seni yang baik dan kompetensi dalam

mengekspresikannnya. Sedangkan kecerdasan sosial dapat dicapai dengan membina

kerjasama baik dengan pelatihatau antar penari, ceria dan percaya diri.

Berdasarkan hasil pengamatan awal penulis yang dilakukan di TK Kartika

XX-46 Kendari yang merupakan suatu lembaga pendidikan anak usia dini yang

memberikan layanan pengasuhan, pendidikan dan pengembangan bagi anak usia 4-5

tahun atau usia anak masuk sekoiah dasar. Pengajaran seni tari di TK tersebut

dilakukan setiap hari senin sampai jumat setelah pulang sekolah. Kegiatan ini terkait

dengan potensi dari kreativitas guru sebagai sumber belajar dan anak merupakan

objek pokok yang memiliki potensi, bakat, dan minat yang seharusnya dikembangkan

oleh guru di TK dengan penuh kasih sayang dengan menggunakan keterampilan.

Lebih lanjut Wulandari (2017) menyatakan Pendidikan seni tari yang termasuk

didalamnya gerak dan lagu diberikan kepada anak usia dini agar mempunyai

kemampuan dasar yang mencakup persepsi, pengetahuan, apresiasi dan pemahaman.

Kemampuan dasar tersebut, diharapkan dapat memberikan

kemampuan.mengekspresikan diri untuk menyeimbangkan fungsi otak kiri dan

kanan,dengan memadukan unsur logika,etika dan estetika.

3
Dalam pelajaran seni tari pada anak usia dini, jika anak dapat melakukan

gerak dan bahkan gerak tersebut sesuai dengan irama musik sebagai pengiring, maka

diharapkan guru memberi semangat kepada anak sehingga selanjutnya anak akan

dapat melakukan gerakan tersebut. Apabila dicermati proses pembelajaran seni tari di

TK Kartika XX-46 Kendari, ha1 yang terasa kurang sekali pada saat ini adalah

kedisiplinan, tanggung jawab, percaya diri dan komunikatif. Jika dilihat dari segi

kemanfaatan hidup sehari-hari kedisiplinan, tanggung jawab, percaya diri dan

komunikatif sangat berrnanfaat terhadap anak yang nantinya sebagai penerus bangsa.

Pelajaran seni tari pada anak usia dini merupakan suatu yang sangat penting

untuk menumbuhkan karakter anak agar dapat percaya diri dan bertanggung jawab.

Jika anak telah dapat menirukan sesuai dengan gerak yang didramatisasikan oleh

guru, rnaka anak akan terlihat rnerniliki rasa tanggung jawab dan anak tersebut akan

turnbuh sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan latar belakang ini, peneliti

tertarik untuk melalukan penelitian dengan judul Mengembangkan Karakter Anak

Usia Dini Melalui Pembelajaran Seni Tari di TK Kartika XX-46 Kendari.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah Bagaimanakah mengembangkan karakter anak usia dini

rnelalui pembelajaran seni tari di TK Kartika XX-46 Kendari

C. Tujuan Penelitian

4
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk memperoleh gambaran
karakter anak usia dini melalui pembelajaran seni tari di TK Kartika XX-46
Kendari.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan sumbangsih dalam dunia pendidikan khsusunya pada pendidikan

TK dan PAUD.
2. Menumbuhkan karakter anak usia dini sehingga memiliki karakter yang baik

terhadap kehidupan sehari-hari.


3. Meningkatkan kreativitas dalam proses belajar mengajar yang sesuai dengan

tingkat perkembangan anak terutama dalam menumbuhkan karakter pada

anak
4. Menambah wacana tentang menumbuhkan karakter anak usia dini melalui

kegiatan menari.

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Karakter

Istilah karakter berasal dari bahasa Yunani, charassein yang berarti

mengukir. Membentuk karakter diibaratkan seperti mengukir di atas batu permata

atau permukaan besi yang keras. Dari sini kemudian berkembang pengertian karakter

yang diartikan sebagai tanda khusus atau pola perilaku (Pasaribu, 2017). Beberapa

ahli berusaha memberikanpengertian tentang karakter menurut istilah(terminologis),

salah satunya Simon Philips (dalam Tambunan, 2013) menyatakan ‘karakteradalah

kumpulan tata nilai yang menuju padasuatu sistem, yang melandasi pemikiran,

sikap,dan perilaku yang ditampilkan.

Menurut Tambunan (2013) karakter merupakan nilai-nilaiperilaku manusia

yang berhubungan denganTuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,

lingkungan dan kebangsaan yangterwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,perkataan,

dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya danadat

istiadat. Tanpa karakter yang baikmanusia kehilangan segala-galanya,

termasukkemanusiaannya. Lebih lanjut Menurut Prasetyo (2011: 5) Karakter adalah

watak, sifat, atau hal-hal yang sangat mendasar yang ada pada diri seseorang

sehingga membedakan seseorang daripada yang lain. Sering orang menyebutnya

dengan ”tabiat” atau ”perangai”. Apa pun sebutannya, karakter adalah sifat batin

manusia yang memengaruhi segenap pikiran, perasaan, dan perbuatannya.

6
Karakter ibarat pisau bermata dua. Karakter memiliki kemungkinan akan

membuahkan dua sifat yang berbeda atau saling bertolak belakang. Contoh, anak

yang memiliki keyakinan tinggi. Hal ini akan menumbuhkan sifat berani sebagai

buah keyakinan yang dimilikinya atau justru sebaliknya memunculkan sifat

sembrono, kurang perhitungan karena terlalu yakin akan kemampuannya.Begitu besar

pengaruh karakter dalam kehidupan seseorang, maka itulah pembentukan karakter

harus dilakukan sejak usia dini (Prasetyo, 2011).

Menurut bahasa (etimologi) istilah karakter berasal dari bahasa latin

kharakter,kharassaein, dan kharax, dalam bahasa Yunani character dari kata

charassein, yang berartimembuat tajam dan membuat dalam. Dalambahasa Inggris

character dan dalam bahasa Indonesia lazim digunakan dengan istilah karakter

(Majid, 2011). Arti dari karakter menurut (Battistich, 2011) lebih disederhanakan

yaitu “following the rules” (mengikuti aturan yang ada). Battischberpendapat if you

do what you are asked or told, avoid becoming involved with drugs or gangs, do your

schoolwork and graduate from school, and find useful employment, then you have

character. Dari uraian tersebut secara garis besar menyatakan jika kita melakukan

hal-hal yang harus dihindari untuk tidak terlibat pada obat- obatan terlarang atau

mengikuti gang-gang anak muda, dan kita bertanggung jawab dengan pendidikan dan

bisa lulus dengan baik serta bekerja, maka itu yang disebut dengan karakter. Menurut

Prastyo (2013: 9) Karakter berhubungan dengan perilaku positif yang berkaitan

dengan moral yang berlaku, seperti kejujuran, percaya diri, bertanggung jawab,

penolong, dapat dipercaya, menghargai, menghormati, menyayangi, dan sebagainya.

7
Menurut Berkowitz (dalam Rosmiati, 2014) Karakter adalah konsep

psikologi yang kompleks. Di dalamnya, tercakup kapasitas berpikir tentang yang

benar dan salah, pengalaman emosi moral (salah, empati, dan haru), terikat dalam

perilaku moral (berbagi, dermawan, dan menceritakan kebenaran), keyakinan dalam

kebaikan moral, mendemonstrasikan kecenderungan bertindak dengan jujur,

mementingkan orang lain/altrusime, tanggung jawab, dan karakteristik lain yang

mendukung fungsi moral

Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona (dalam Pasaribu, 2017)

adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi

pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku

yang baik, jujur bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan

sebagainya. Thomas Lickona mendefinisikan orang yang berkarakter sebagai sifat

alami seseorang dalam merespons situasi secara bermoral yang dimanifestasikan

dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab,

menghormati orang lain dan karakter mulia lainnya. Pengertian ini mirip dengan apa

yang diungkapkan oleh Aristoteles, bahwa karakter itu erat kaitannya dengan “habit”

atau kebiasaan yang terus menerus dilakukan yang kerap dimanifestasikan dalam

tingkah laku. Lebih jauh, Lickona menekankan tiga hal dalam mendidik karakter.

Tiga hal itu dirumuskan dengan indah: knowing, loving, and acting the good.

8
B. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini

Anak usia dini merupakan anak yang masuk ke dalam kategori rentang usia

0-8 tahun, meliputi anak-anak yang sedang masuk ke dalam program pendidikan

taman penitipan anak, TK hingga SD (sekolah dasar). Setiap anak usia dini dalam

rentang usia berapa pun memiliki kepribadian yang unik yang mana dapat menarik

perhatian dari orang dewasa lainnya (Shabrina, 2017). Usia dini merupakan masa

kritis konsisten bentukan karakter seseorang, penanaman moral melalui pendidikan

karakter sedini mengkin kepada anak-anak adalah kunci utama membangun bangsa.

Menurut para pakar penelitian anak dalam perkembangan otak manusia

(neouroscience) apabila pada usia dini pada anak tidak diberi pendidikan,

pengasuhan, stimulasi yang baik maka akan berpengaruh terhadap struktur

perkembanagnotaknya, hal ini terjadi karena perkembangan otak amat pesat terjadi

pada usia dibawah 7 tahun dimana 90 persen otak sudah terbentuk pada usia ini

(Khusna, 2017).

Berbeda dengan fase usia anak lainnya, anak usia dini memiliki karakteristik

yang khas. Beberapa karakteristik untuk anak usia dini tersebut adalah sebagai

berikut (Hartati, 2005) (dalam Amini, 2014: 14)

a. Memiliki rasa ingin tahu yang besar. Anak usia dini sangat tertarik dengan dunia

sekitarnya. Dia ingin mengetahui segala sesuatu yang terjadi di sekelilingnya.

Pada masa bayi, ketertarikan ini ditunjukkan dengan meraih dan

9
memasukkannya ke dalam mulut benda apa saja yang berada dalam

jangkauannya. Pada anak usia 3-4 tahun, selain sering membongkar pasang

segala sesuatu untuk memenuhi rasa ingin tahunya, anak juga mulai gemar

bertanya meski dalam bahasa yang masih sangat sederhana.

b. Merupakan pribadi yang unik. Meskipun banyak terdapat kesamaan dalam pola

umum perkembangan, setiap anak meskipun kembar memiliki keunikan masing-

masing, misalnya dalam hal gaya belajar, minat, dan latar belakang keluarga.

Keunikan ini dapat berasal dari faktor genetis (misalnya dalam hal ciri fisik) atau

berasal dari lingkungan (misalnya dalam hal minat). Dengan adanya keunikan

tersebut, pendidik perlu melakukan pendekatan individual selain pendekatan

kelompok, sehingga keunikan tiap anak dapat terakomodasi dengan baik.

c. Suka berfantasi dan berimajinasi, Anak usia dini sangat suka membayangkan dan

mengembangkan berbagai hal jauh melampaui kondisi nyata. Anak dapat

menceritakan berbagai hal dengan sangat meyakinkan seolah-olah dia melihat

atau mengalaminya sendiri, padahal itu adalah hasil fantasi atau imajinasinya

saja. Kadang, anak usia ini juga belum dapat memisahkan dengan jelas antara

kenyataan dan fantasi, sehingga orang dewasa sering menganggapnya

berbohong. Fantasi adalah kemampuan membentuk tanggapan baru dengan

pertolongan tanggapan yang sudah ada.

10
d. Masa paling potensial untuk belajar Anak usia dini sering juga disebut dengan

istilah golden age atau usia emas, karena pada rentang usia ini anak mengalami

pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat pada berbagai aspek. Pada

perkembangan otak misalnya, terjadi proses pertumbuhan otak yang sangat cepat

pada 2 tahun pertama usia anak. Ketika lahir, berat otak bayi ± 350 gram, umur 3

bulan naik menjadi 500 gram dan pada umur 1,5 tahun naik lagi menjadi ± 1kg.

Setelah bayi lahir, jumlah sel saraf tidak bertambah lagi karena sel saraf tidak

dapat membelah diri lagi. Namun juluran-julurannya mampu bercabang dan

membuat ranting-ranting hingga usia lanjut.

e. Menunjukkan sikap egosentris berasal dari kata ego dan sentris. Ego artinya aku,

sentris artinya pusat. Jadi egosentris artinya ”berpusat pada aku”, artinya bahwa

anak usia dini pada umumnya hanya memahami sesuatu dari sudut pandangnya

sendiri, bukan sudut pandang orang lain. Anak yang egosentrik lebih banyak

berpikir dan berbicara tentang diri sendiri dari pada tentang orang lain dan

tindakannya terutama bertujuan menguntungkan dirinya

f. Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek Seringkali kita saksikan bahwa

anak usia dini cepat sekali berpindah dari suatu kegiatan ke kegiatan yang lain.

Anak usia ini memang mempunyai rentang perhatian yang sangat pendek

sehingga perhatiannya mudah teralihkan pada kegiatan lain. Hal ini terjadi

terutama apabila kegiatan sebelumnya dirasa tidak menarik perhatiannya lagi.

11
g. Sebagai bagian dari makhluk sosial Anak usia dini mulai suka bergaul dan

bermain dengan teman sebayanya. Ia mulai belajar berbagi, mengalah, dan antri

menunggu giliran saat bermain dengan teman-temannya. Melalui interaksi sosial

dengan teman sebaya ini, anak terbentuk konsep dirinya. Anak juga belajar

bersosialisasi dan belajar untuk dapat diterima di lingkungannya. Jika dia

bertindak mau menang sendiri, teman-temannya akan segera menjauhinya.

Dalam hal ini anak akan belajar untuk berperilaku sesuai harapan sosialnya

karena ia membutuhkan orang lain dalam kehidupannya.

C. Peran TK Dalam Menumbubuhkan Karakter Usia Dini

Fungsi dan tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional Tahun 2003 Bab 2 Pasal 3 adalah sebagai berikut."Pendidikan

nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003).

Pendidikan TK merupakan salah satu pendidikan usia dini. yang berumur

sekitar 4-6 tahun. pendidikan TK memiliki peran yang sangat penting untuk

pengembangan kepribadian anak, serta untuk mempersiapkan mereka untuk

memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. dimna anak-anak TK diberikan

12
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan.Tugas utama TK adalah untuk

mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap, perilaku,

dengan cara yang menyenangkan.Lebi lanjut Rahayu (2015:14) menyatakan

Pendidikan di sekolah bagi anak usia dini memberikan banyak kesempatan untuk

mengembangkan berbagai kegiatan yang menyangkut fisik motorik halus dan kasar,

kecerdasan, sosial emosional, bahasa dan komunikasi, sesuai dengan tahap tahap

perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini

TK sebagai tempat bermain yang indah, nyaman, dan gembira bagi anak

untuk bersosialisasi dengan teman sebayanya (Fitria, 2015). pendidikan anak usia dini

dikenal dengan istilah PAUD telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sebab

dengan terdidiknya anak sejak dini berarti generasi/tunastunas bangsa telah dibantu

untuk menjadi pelanjut perjuangan bangsa yang tidak lemah. Hal ini telah

mejadikomiten para menteri pendidikan sedunia di Dakar-Sinegal tahun 2000 yang

setiap tahun dilaporkan oleh UNESCO (Rahman, 2009: 47).

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional

mengamanatkan bahwa, “Pendidikan di TK adalah suatu upaya pembinaan yang

ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

pendidikan lebih lanjut” (Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, 2015:1).

13
Membangun karakter ibarat mengukir. Sifat ukiran adalah melekat kuat di atas

benda yang diukir, tidak mudah usang tertelan waktu atau aus karena gesekan.

Menghilangkan ukiran sama saja dengan menghilangkan benda yang diukir itu,

karena ukiran melekat dan menyatu dengan bendanya. Demikian juga dengan

karakter yang merupakan sebuah pola, baik itu pikiran, perasaan, sikap, maupun

tindakan, yang melekat pada diri seseorang dengan sangat kuat dan sulit dihilangkan.

(Prastyo, 2013:7). Menurut Patty (2013), untuk merealisasikan akhlak mulia dalam

kehidupan setiap orang, maka pembudayaan akhlak mulia menjadi suatu hal yang

niscaya. Di sekolah atau lembaga pendidikan, upaya ini dilakukan melalui pemberan

mata pelajaran pendidikan akhlak, pendidikan moral, pendidikan etika, atau

pendidikan karakter. Akhir-akhir ini di Indonesia misi ini diemban oleh dua mata

pelajaran pokok, yakni Pendididkan Agama (PA) dan Pendidikan Kewarganegaraan

(PKn). Kedua mata pelajaran ini tampaknya belum dianggap mampumengatarkan

peserta didik memiliki akhlak mulia seperti yang diharapkan.

D. Pengertian Tari

Tari pendidikan pertama kali dicetuskan oleh Rudolf Laban (modern

educational dance) atau yang dikenal juga dengan tari pendidikan (educational

dance). Di dalam bukunya yang berjudul Modern Educational Dance, Laban (1976)

(dalam Yetti dan Yuniatih, 2016) menuangkan pemikirannya mengenai pendekatan

untuk mengajar tari di sekolah umum ditekankan pada pembelajaran kreatif namun

tidak berorientasi kepada hasil akhir yang berupa pertunjukan megah atau

14
pertunjukan yang mengandung nilai-nilai seni yang tinggi, sebagaimana misalnya

tarian yang diciptakan oleh seorang koreografer. Dalam hal ini Laban menekankan

bahwa hal-hal yang menguntungkan dari aktifitas tari kreatif hendaknya dapat

menyumbang kepada perkembangan kepribadian siswa.

Seni tari dapat dikatakan sebagai kesenian universal, maksudnya adalah

kesenian ini terdapat dan dimiliki oleh setiap kelompok masyarakat di seluruh dunia,

seni tari juga sering dikatakan sebagai cabang kesenian yang sangat tua dan menari

merupakan aktifitas tag sangat dekat dan lekat dengan kehidupan manusia (Dibia dkk,

2006: 43). Menurut Sustiawati, dkk (2011: 9), beberapa ahli Tari seperti,

Soedarmono, Curt Sach, John Martin, Wisnu Wardana, Bandem, Komala Devi, Casta

Padyaya, Corry Hartong, EnakshiBavnani mengemukakan pendapatnya tentang tari

sebagai berikut:

(1) Tari adalah ekspresi jiwa manusia melalui gerak-gerak ritmis yang indah

(dikemukakan Soedarsono dalam bukunya Jawa dan Bali, Dua Pusat

Perkembangan Drama Tari Tradisional di Indonesia),

(2) Tari adalah gerak yang ritmis (dikemukakan Curt Sachs seorang ahli tari dari

Jerman dalam bukunya World History of the Dance),

(3). Tari adalah cabang kebudayaan dan subtansi baku dari Tari adalah gerak

(dikemukakan Jhon Martin seorang ahli tari dari Amerika dalam bukunya yang

berjudul The Modern Dance),

15
(4). Tari adalah ekspresi estetis dalam gerak dengan media tubuh manusia

(dikemukakan oleh Wisnu Wardana dalam bukunya Pengajaran Tari),

(5). Tari adalah ekspresi jiwa manusia melalui gerak ritmis yang indah bernilai

budaya dan menggunakan ruang (dikemukakan I Made Bandem, seorang ahli tari

dari Bali).

(6). Tari adalah kodrat atau insting, suatu desakan emosi yang semakin lama semakin

mengarah pada bentuk-bentuk tertentu (dikemukakan oleh Komala Devicasta

Padyaya seorang ahli tari berkebangsaan India).

(7). Tari adalah gerak-gerak yang berbentuk dan ritmisdari tubuh dalam ruang

(dikemukakan Corrie Hartong ahli tari yang berasal dari Belanda dalam

bukunyaDanskunt

(8). Tari adalah ekspresi perasaan naluri manusia yang substansi dasarnya gerak

(dikemukakan EnakshiBavnam seorang asli tari dari India dalam bukunya The

Dance in India).

E. Pembelajaran Seni Tari di TK

Menurut Kusuma (2007: 53) (Palint, 2014: 16) dalam pendidikan merupakan

sebuah proses yang membantu menumbuhkan, mengembangkan, mendewasakan,

membuat yang tidak tertata atau liar menjadi semakin tertata, semacam proses

penciptaan sebuah kultur dan tata keteraturan dalam diri maupun dalam diri orang

lain.Pendidikan dapat diperoleh anak melalui pendidikan formal maupun nonformal,

16
namun pendidikan yang tidak kalah penting yakni pendidikan yang ditanamkan

kepada anak sejak kecil. Baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial.

Pendidikan seni tari merupakan suatu pembelajaran yang dapat membatu anak

usia dini mengembangkan berbagai kemampuan di masa golden age. Selain itu,

melalui seni tari maka pendidik dapat menjadi fasilitator anak untuk mengembangkan

kreativitas. Dalam kreativitas anak usia dini, maka yang lebih disorot dan

dikembangkan adalah proses kreativitasnya dan identifikasi ciri-ciri anak kreatif

(Palint, 2014: 16). Belajar menari termasuk belajar yang mengutamakan keterampilan

motorik, keterampilan tersebut berupa keterampilan melakukan gerak-gerak anggota

tubuh, karena aspek yang diutamakan pada pembelajaran tari adalah aspek

psikomotor. Jenis belajar ketrampilan motorik memberikan penekanan terbentuknya

kesadaran pada anak untuk bergerak secara spontan, yaitu dalam melakukan gerak

tari dituntut untuk berjalan lancar, teratur, luwes dan ekspresif, tanpa ada beban

pikiran mengapa dan bagaimana melakukan gerakan tersebut.

Menurut Sujiono, (2007:45) (dalam Mardisa, 2015: 15) menyatakan bahwa

TK mempunyai kontribusi besar bagi pelestarian budaya bangsa melalui

pembelajaran seni dengan beragam ekspresinya. Pada anak-anak atau Pendidikan

Anak Usia Dini (PAUD), kegiatan bermain, bernyanyi, menggambar, menari (gerak

dan lagu) merupakan aktivitas seni yang sangat mendasar. Adapun tarian dan gerakan

selama bermain mampu mengembangkan keterampilan motorik kasar, dan

keseluruhan aktivitas ini meningkatkan emosional anak.

17
F. Jenis Tarian Untuk Anak Usia Dini

Berdasarkan atas pola garapannya tari-tarian di Indonesia dapat dibagi

menjadi dua bagian yaitu : (1) Tari Tradisional, (2) Tari Kreasi.Tari tradisional adalah

tarian-tarian yang telah mengalami suatu perjalanan hidup yang cukup lama dan

selalu berpola pada kaidah-kaidah (tradisi) yang telah ada. Tari ini lahir di tiap-tiap

daerah dengan versi yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan tema tariannya.

Contoh : Tari Tani, Tari Tenun, Tari Nelayan (di Bali).Tari klasik merupakan tarian

yang telah mengalami kristalisasi artistik yang tinggi dan mulai ada sejak jaman

masyarakat feodal. Tarian klasik adalah tarian yang dipelihara di istana raja-raja dan

bangsawan-bangsawan yang telah mendapatpemeliharaan yang sangat baik, bahkan

sampai terjadi adanya standarisasi di dalam koreografinya (Sustiawati, dkk., 2011: 34).

Menurut Pamadhi, dkk (2014: 2.52) berbagai macam dan jenis tari dapat

dilihat, namun sebenarnya tari yang bermacam-macam terdebut dapat kita

kelompokkan berdasarkan fungsi, bentuk dan tema. Satu bentuk tari dapat dilihat dari

berbagai kacamata jenis tari. Misalnya tari Srimpi, dilihat dari fungsinya tari srimpi

termasuk tari pertunjukan, dilihat dari tema termasuk tari perang atau tari percintaan (

tergantung cerita dalam tari srimpi menceritakan tentang apa), dilihat dari bentuknya

tari srimpitermauk tari kelompok karena dilakukan oleh 4 orang penari, dan dilihat

dari koreografinya tari srimpi termasuk tari tradisi klasik.

Jenis tarian untuk anak-anak cenderung bersifat bebas dan fleksibel, ada tari

jawa yang khusus diciptakan untuk anak-anak, atau ada jenis tari yang khusus dibuat

sendiri oleh pendidik dan anak sesuai kebutuhan. Apabila suatu karya cipta gerak tari

18
sudah tersusun dan menjadi satu kesatuan tari anak, maka dibentuklah menjadi satu

bentuk tari dan sebuah jenis tari yang sesuai dengan karakteristik dan sifat anak TK

yang memiliki sifat kegembiraan atau kesenangan, geraknya yang lincah dan

sederhana, dan iringan musiknya pun mudah dipahami oleh anak (Pratiwi, 2013).

G. Manfaat Tari Untuk Anak Usia Dini

Menurut Tetty Rachmi dkk (2010: 6.20), manfaat tari untuk anak antara

lain :

1. Anak menjadi lebih kreatif karena gerak hasil penataan langsung oleh guru

dapat mengembangkan mereka untuk membuat gerakan-gerakan sendiri.

Mereka menggunakan barang-barang, benda-benda, atau tumbuhan yang ada

di sekitar para pemain. Hal itu mendorong mereka untuk lebih kreatif

menciptakan gerak tarian. Bisa digunakan sebagai terapi terhadap siswa saat

berekplorasi mencari gerakan, siswa saat menari akan melepaskan emosinya.

Mereka berteriak, tertawa, dan bergerak. Kegiatan semacam ini bisa

digunakan sebagai terapi untuk siswa yang memerlukannya kondisi tersebut.

2. Mengembangkan kecerdasan majemuk ; Manfaat tari mampu membantu anak

untuk mengembangkan kecerdasan intelektualnya. Sebab, kreatifitas tersebut

akan menggali wawasan siswa terhadap beragam pengetahuan.

Mengembangkan kecerdasan emosi dan antar personal anak tarian dilakukan

secara berkelompok. Dengan berkelompok anak akan mengasah emosinya

19
sehingga timbul toleransi dan empati terhadap orang lain, nyaman dan terbiasa

dalam kelompok. Mengembangkan kecerdasan kinestetik anak pada

umumnya, tari juga mendorong anak-anak untuk bergerak, seperti melompat,

berputar, dan gerakan lainnya. Mengembangkan kecerdasan natural anak

banyak alat-alat permainan yang dibuat/digunakan dari tumbuhan, tanah,

genting, batu, atau pasir. Aktivitas tersebut mendekatkan anak terhadap alam

sekitarnya sehingga anak lebih menyatu terhadap alam. Mengembangkan

kecerdasan spasial anak membuat komposisi tari mendorong anak untuk

mengenal konsep ruang.

H. Unsur Tari Pada Anak Usia Dini

Menurut Subekti (2008: 23-26) unsur-unsur tari adalah sebagai berikut:

a. Gerak

Gerak merupakan medium pokok dalam seni tari. Karena merupakan media

yang pertama-tama digunakan untuk alat ungkap dan ditangkap oleh penonton. Agar

gerak tersebut dapat mewakili maksud yang hendak diungkapkan, maka perlu adanya

penataan atau penggarapan yang tepat. melalui penggarapan itulah, suatu gerakan

akan mempunyai kualitas atau bobot yang ditentukan sesuai dengan maksud

penggarapannya.

Ada beberapa hal yang perlu diketahui untuk gerakan tari yang diberikan

untuk anak usia dini adalah gerakana dasar atau sederhana. Gerakan ini memudahkan

20
anak untuk mengikuti dan menghafalkan. Gerakan dasar atau sederhana meliputi:

mengayunkan tangan, menggerakan kaki, mengangkat kaki/tangan dan sebagainya.

b. Tenaga

Tenaga merupakan suatu kekuatan atau muatan stamina yang dibangun dalam

gerakan. Tanpa adanya pengaturan tenaga yang jelas, maka gerak tari bagaikan

sebuah benda yang bergerak melintas begitu saja. Sekecil apapun penggunaan tenaga

yang diperlukan dalam gerak tari, perlu dipahami dan dapat disalurkan dalam tubuh.

Karena dengan penggunaan tenaga yang berbeda akan menghasilkan kesan dinamika

yang berbeda pula.

Dalam kegiatan tari untuk anak usia dini diperlukan persiapan khusus agar

anak dapat melakukan kegiatan ini secara santai dan rileks. Adapun persiapan yang

perlu diperhatikan sebelum anak latihan menari adalah: menggunakan kaos/pakaian

yang memudahkan untuk bergerak, menyiapkan air minum, sebelum anak memulai

latihan pastikan dalam keadaan tidak lapar, tidak sakit, dan semangat.

c. Ruang

Ruang merupakan tempat di sekitar obyek bergerak. Atau dengan kata lain,

ruang adalah keseluruhan arena yang nampak di udara. Kesan ruang bisa hadir dari

posisi gerak tubuh, volume gerak tubuh, kedudukan/penempatan penari di atas

panggung. Kesan ruang dalam tubuh akan nampak dari posisi anggota badan dalam

membentuk suatu gerakan.

Ruang juga sangat penting dipersiapkan saat kagiatan menari berlangsung.

Kita ketahui bahwa anak usia dini memerlukan aktivitas fisik yang banyak dan

21
cenderung aktif sehingga disinilah pendidik menyiapkan ruang yang memungkinkan

anak dapat bergerak bebas. Bila akan berlangsung dikelas, setting kelas dengan posisi

yang luas dengan kursi anak agak dirapatkan ke belakang kelas sehingga anak bisa

memudahkan untuk bergerak.

d. Waktu

Perjalanan setiap gerak tari akan menghadirkan kesan tertentu. Bagaimana

gerak itu dibuat dan dilakukan untuk memperoleh kesan tersebut, tergantung pada

pola waktu atau penataan unsur waktu, yaitu tentang penggarapan cepat-lambat

maupun panjang-pendeknya suatu gerak tari.

Sebaiknya kegiatan tari untuk anak usia dini dilakukan saat anak merasa tidak

kelelahan. Dapat dilakukan di pagi hari atau sore hari. Atau biasanya dilakukan pada

saat awal atau akhir pembelajaraan berlangsung.

e. Iringan

Gerak dan musik merupakan suatu kesatuan dalam tari. Namun demikian

bukan berarti setiap gerakan atau tarian memerlukan musik iringan yang jelas secara

auditif, tetapi bisa berupa kesan musikal saja. Kesan musik tersebut bisa

dilihat/dirasakan pada unsur ritme atau irama. Dari pemahaman irama tersebut

terjalinlah nafas kehidupan, sehingga dapat menghasilkan suasana tertentu dalam

penghayatan.

C. Hasil Penelitian yang Relevan

22
Terkait dengan penelitian ini maka diperlukan untuk menyajikan beberapa

hasil penelitian yang relevan. Hal ini dimaksudkan sebagai tambahan referensi bagi

peneliti dalam penggunaan metode serta materi yang sebelumnya pernah digunakan

oleh peneliti terdahulu. Terkait hal tersebut berikut beberapa penelitian yang terkait

dengan penelitian ini antara lain:

1. Peneltian yang dilakukan oleh Rahkimahwati (2012), mengkaji tentang Upaya

pembentukan karakter anak usia dini melalui pembelajaran seni tari di TK

Angkasa Kecamatan Padang Utara Kota Padang Sumatera Barat. Penelitian yang

digunakan merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian rnenunjukkan bahwa Upaya pendidikan karakter

terhadap anak usia dini di Tarnan Kanak-Kanak sangat diperlukan, karena anak

tersebut rnerupakan keberlangsungan dari penerus yang sudah mulai tua sekarang

ini. Oleh karena itu, pendidikan karakter perlu diberikan kepada anak usia dini di

Tarnan Kanak-Kanak dengan menggunakan pendekatan yang sesuai dengan

metoda belajar yang efektif untuk anak. Dengan diberikan pendidikan karakter

kepada anak usia dini di TK maka dari dini anak sudah mengetahui kriteria dari

pelajaran yang baik, anak akan dipengaruhi oleh budaya masyarakat sekitanya.

Dalam pernbelajaran seni tari untuk anak usia dini di Tamak Kanak-Kanak, upaya

pembentukan karakter dapat diterapkan sesuai dengan kebutuhan karakter yang

akan diharapkan pada anak nantinya, disetiap karakter disiplin, jujur, tanggung

jawab, religius, cinta tanah air, dan peduli lingkungan. Melalui pendidikan seni

tari tersebut akan terjawab problema pendidikan nantinya jika anak telah dewasa.

23
2. Titin Faridatun Nisa, Muhammad Busyro Karim, Dewi Mayangsari (2016)

mengkaji tentang Membangun Karakter Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran

Math Character. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan

pembelajaran math character untuk membangun karakter Anak Usia Dini (AUD)

dan kesulitan-kesulitan yang dialami guru dalam penerapan pembelajaran math

character. Target penelitian ini adalah terbentuknya karakter anak usia dini

melalui pembelajaran math character. Jenis penelitian ini adalah penelitian

deskriptif dengan metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan informasi

penelitian ini dengan metode observasi dan wawancara. Analisis data penelitian

ini menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

penerapan pembelajaran math character dapat membangun delapan belas nilai-

nilai karakter AUD. Kesulitan-kesulitan yang dialami guru dalam pembentukan

karakter AUD melalui pembelajaran math character meliputi tema yang

digunakan termasuk tema baru, siswa belum terbiasa dengan pembelajaran

berbasis sentra, usia siswa bervariasi, dan adanya ikut campur wali siswa dalam

kegiatan pembelajaran di kelas sehingga siswa menjadi kurang mandiri.

3. Rifa Suci Wulandari dan HestriHurustyanti (2016), mengkaji tentang Character

Building Anak Usia Dini Melalui Optimalisasi Fungsi Permainan Tradisional

Berbasis Budaya Lokal. Peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif.

Analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif melalui

beberapa tahapan sebagai berikut:

24
a) Pengumpulan data yang dilakukan melalui observasi, wawancara, dan tes skala

sikap.

b) Reduksi data.

c) Penyajian data

d) Penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahapan pelaksanaan permainan

tradisional di TK Pancasila meliputi:

a) Tahap perencanaan.

b) Tahap pelaksanaan kegiatan permainan tradisional yang terdiri dari tiga

kegiatan yaitu kegiatan pembuka , kegiatan inti dan penutup.

c) Tahap Evaluasi.

Dari hasil pretest dan posttest dapat disimpulkan bahwa hasil permainan

tradisional dalam mendukung pengembangan karakter kejujuran anak usia dini di

TK. Faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan bermain permainan tradisional

di TK. Pancasila meliputi:

a) Kurikulum yang terstruktur.

b) Adanya motivasi bermain dolanan dari peserta didik yang cukup tinggi.

c) Fasilitas dan lingkungan yang cukup memadai mendukung untuk proses

pelaksanaan permainan tradisional.

Sedangkan faktor penghambatnya antara lain:

a) Konsentrasi anak yang mudah berubah-ubah.

b) Kurangnya waktu yang digunakan untuk kegiatan permainan tradisional.

25
c) Keterbatasan pengetahuan pendidik mengenai jenis permainan tradisionalyang

dapat digunakan dalam pembelajaran khususnya untuk meningkatkan

pengembangan karakter kejujuran anak usia dini

D. Kerangka Pikir

Adapun kerangka pikir pada penelitian ini adalah:

TK Kartika XX-46 Kendari Penyebabnya

khususnya anak usia dini masih 1. Guru menggunakan metode


kurang sekali memiliki pembelajaran yang kurang tepat
2. Guru tidak mampumenumbuhkan
kedisiplinan, tanggung jawab,
karakter anak dengan cara yang
dan komunikatif.
menyenangkan bagi anak

Solusi/Pemecahan Masalah
Melalui pembelajaran seni tari

Melalui pelaksanaan
Pengaruh Penerapan Pembelajaran
Penelitian Kualitatif dengan
tahap: Seni Tari
1. Perencanaan
2. Mendeskripsikan Data
3. Membuat catatan 26
mengenai data Menumbuhkan Karakter Anak
4. Menganalisis Data
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

27
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Penelitian deskriptif merupakan upaya mendeskripsikan, mencatat, menganalisis, dan

menginterprestasikan kondisi-kondisi yang terjadi di lapangan saat itu. Penelitian ini

tidak rnenguji hipotesis atau menggunakan hipotesis, melainkan hanya

mendeskripsikan informasi apa yang ditemukan di lapangan setelah itu dianalisis

sesuai dengan permasalahan yang diteliti.


Penelitian ini menggunakan pemikiran Spardley. Spardley (dalam Rakimahwati,

2012) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif cenderung menggunakan pola seperti

(1) membuat catatan mengenai data, dan (2) menganalisis data. Sehubungan dengan

itu, diperlukan penelitian yang mendalam untuk menumbuhkan karakter anak usia

dini melalui pembelajaran seni tari di TK Kartika XX-46 Kendari. Untuk

mendapatkan inforrnasi dan data yang akurat terhadap pernbentukan karakter anak usia

dini dalam pembelajaran seni tari perlu dilakukan penelitian yang berulang-ulang ke

lokasi penelitian, rnelatui observasi, wawancara, dan mendokumentasikan peristiwa yang

terjadi di lapangan. Setelah itu mencatat berbagai data setiap kali ke lokasi penelitian.

Seluruh data yang didapatkan dianalisis dan ditafsirkan karakter yang didapatkan dalam

pembelajaran seni tari. Hal ini kemudian dipaparkan dalam penelitian yang digarap.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

28
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran

2018/2019 selama + 3 bulan yaitu mulai dari bulan Februari-April 2019 dan

bertempat di TK Kartika XX-46 Kendari.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa siswi TK Kartika XX-46 Kendari yang

terdaftar pada tahun ajaran 2018/2019,yang berjumlah 23 anak didik yang terdiri dari

laki-laki 13 orang dan perempuan 10 orang

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan

data yang diperlukan untuk mempermudah menemukan jawaban mengenai

permasalahan yang diteliti. Instrumen penelitian disusun sesuai dengan teknik

pengumpulan data yang digunakan. Instrumen penelitian tersebut adalah sebagai

berikut.

1. Lembar observasi

Lembar observasi berupa pengamatan yang dilakukan terhadap proses belajar

pada subjek penelitian. Lembar observasi yang digunakan yakni observasi kegiatan

apresiasi pada siswa TK Kartika XX-46 Kendari.

Pada pelaksanaan observasi, Pedoman observasi dalam pelaksanaan

penelitian, meliputi perkembangan siswa dari segi kognitif, afektif, dan keterampilan

motorik. Aspek pengetahuan yang dinilai meliputi salah satu indikator dari enam

taksonomi Bloom yaitu indikator ingatan, hal ini disesuaikan dengan kebutuhan

29
peneliti dimana peneliti menbutuhkan ingatan siswa saja dari aspek pengetahuan

tersebut.

Adapun pedoman penilaian yang dilakukan meliputi beberapa indikator dari

perkembangan kognitif, afektif dan psikomotor. Indikator tesebut adalah sebagai

berikut.

a. Kognitif atau Pengetahuan

Ingatan, yaitu mampu mengingat materi yang diberikan, menjawab

pertanyaan yang diajukan oleh guru setelah siswa mendapatkan

pembelajaran.

b. Afektif atau Sikap

Indikator sikap meliputi:

1). Fokus dalam mengikuti pembelajaran

2). Mengerjakan tugas yang diperintahkan oleh guru dengan baik

3). Berani menjawab pertanyaan dari guru sesuai dengan pertanyaan

4). Berani tampil ke depan dengan percaya diri

c. Keterampilan Motorik

Indikator keterampilan motorik meliputi:

1). Mampu mengikuti gerakan yang telah dilihat

2). Mampu membuat gerak sesuai dengan kemampuannya

3). Mampu bergerak dengan diiringi musik

Perkembangan kognitif, afektif dan psikomotor siswa setelah dikenalkan

dengan tari dapat dikatakan berhasil apabila siswa bisa memenuhi indikator tersebut

30
yang mana akan menunjukan hal yang positif. Untuk memudahkan peneliti dalam

memperoleh data yang akurat terhadap perkembangan siswa ini, perlu ada kriteria-

kriteria yang dibuat oleh peneliti. Hal ini diungkapkan oleh Arikunto (2003:312)

bahwa “Terhadap data yang bersifat kualitatif, maka pengolahannya dibandingkan

dengan suatu standar atau kriteria yang ditetapkan oleh peneliti”.

Penilaian dilakukan berdasarkan kriteria skala likert 1-5 sebagai berikut.

Nilai 5 = Sangat kurang

Nilai 6 = Kurang

Nilai 7 = Cukup

Nilai 8 = Baik

Nilai 9 = Sangat baik

Pedoman evaluasi secara individu dengan tiga aspek kognitif, afektif dan

psikomotor tertera pada tabel berikut ini.

Tabel 3.1
Lembar Penilaian untuk Aspek Kognitif atau Pengetahuan

Kriteria Penilaian
No Indikator 5 6 7 8 9
1 Ingatan (Mengingat dan Menjawab)

31
Tabel 3.2
Lembar Penilaian untuk Aspek Afektif

Kriteria Penilaian
No Indikator 5 6 7 8 9
1 Fokus Mengikuti Pembelajaran

2 Mengerjakan Tugas Yang


diperintahkan oleh guru
3 Berani Menjawab Pertanyaan dari
Guru
4 Berani Tampil Kedepan

Tabel 3.3
Lembar Penilaian untuk Aspek Keterampilan Motorik

Kriteria Penilaian
No Indikator 5 6 7 8 9
1 Mampu mengikuti gerakan yang telah
dilihat
2 Mampu membuat gerak sesuai dengan
kemampuannya
3 Mampu bergerak dengan iringan
music

Kriteria penilaian kemampuan kognitif siswa dengan ketentuan nilai atau skor adalah

sebagai berikut:

- Nilai 5, apabila siswa tidak dapat mengingat materi dan tidak dapat menjawab

pertanyaan yang diberikan dalam pembelajaran.

- Nilai 6, apabila siswa kurang mengingat materi dan kurang menjawab

pertanyaan yang diberikan dalam pembelajaran.

- Nilai 7, apabila siswa cukup mampu mengingat materi dan mulai berani

menjawab pertanyaan yang diberikan dalam pembelajaran.

32
- Nilai 8, apabila siswa mampu mengingat materi dan berani menjawab

pertanyaan yang diberikan dalam pembelajaran.

- Nilai 9, apabila siswa sangat mengusai materi dan tepat menjawab pertanyaan

yang diberikan dalam pembelajaran.

Kriteria penilaian kemampuan afektif siswa dengan ketentuan nilai atau skor

adalah sebagai berikut:

- Nilai 5, apabila siswa sangat tidak fokus mengikuti pembelajaran, tidak mau

mengerjakan tugas yang diperintahkan oleh guru, tidak berani menjawab

pertanyaan yang diberikan oleh guru, tidat berani tampil ke depan.

- Nilai 6, apabila siswa kurang fokus mengikuti pembelajaran, kurang

mengerjakan tugas yang diperintahkan oleh guru, kurang berani menjawab

pertanyaan dari guru, kurang percaya diri unntuk berani tampil ke depan.

- Nilai 7, apabila siswa mulai fokus mengikuti pembelajaran, cukup mampu

mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, cukup berani menjawab

pertanyaan dari guru, dan cukup berani tampil ke depan kelas.

- Nilai 8, apabila siswa fokus mengikuti pembelajaran, mengerjakan tugas yang

diberikan oleh guru dengan baik, berani menjawab pertanyaan yang diberikan oleh

guru, berani tampil ke depan kelas.

- Nilai 9, apabila siswa sangat fokus mengikuti pembelajaran, mengerjakan tugas

yang diberikan oleh guru dengan sangat baik, berani menjawab pertanyaan

dari guru dengan tepat, sangat percaya diri untuk tampil ke depan kelas.

33
Kriteria penilaian kemampuan psikomotor siswa dengan ketentuan nilai atau skor

adalah sebagai berikut:

- Nilai 5, apabila siswa sangat tidak mampu mengikuti gerakan yang telah

diajarakan, tidak bergerak dengan optimal, tidak mampu bergerak dengan

menggunakan musik.

- Nilai 6, apabila siswa belum mampu mengikuti gerakan yang diajarakan

dengan optimal, belum mampu membuat gerak dengan sendiri, belum mampu

bergerak diiringi musik dengan optimal.

- Nilai 7, apabila siswa cukup mampu mengikuti gerakan yang dilihat dan

diajarakan, cukup mampu membuat gerak dengan sendiri, cukup mampu

bergerak didiringi musik .

- Nilai 8, apabila siswa mampu mengikuti gerakan yang dilihat dan diajarkan

dengan baik, mampu membuat gerak dengan baik, mampu bergerak dengan

iringan musik Tarawangsa dengan baik.

- Nilai 9, apabila siswa mampu mengikuti gerakan yang dilihat dan diajarakan

dengan sangat baik, mampu membuat gerak dengan sangat baik, mampu

bergerak diiringi musik Tarawangsa dengan sangat baik.

2. Pedoman wawancara

Wawancara yaitu kegiatan tanya jawab secara langsung terhadap pihak terkait

yang dijadikan sebagai objek penelitian untuk mendapatkan data atau informasi yang

diperlukan dalam penelitian. Pedoman wawancara dilakukan terhadap guru,siswa dan

tokoh seni di daerah Kendari yaitu dengan cara memberikan pertanyaan- pertanyaan.

34
Pada penelitian ini. Pewawancara membuat pedoman wawancara mengenai hal- hal

informasi yang dapat dijadikan sebagai data. Pedoman wawancara ini berisi

pertanyaan pokok, namun disamping itu perlu dibuat juga pertanyaan terurai atau

rincian pertanyaan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan instrumen untuk menganalisis data dari

dokumentasi. Dokumen yang dimaksud merupakan catatan peristiwa yang sudah

berlalu. Dokumen tersebut dapat berupa tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental seseorang. Dokumentasi yang dianalisis adalah beberapa arsip sekolah,

gambar-gambar, video selama pembelajaran TK Kartika XX-46 Kendari. Alasannya

adalah melihat situasi pembelajaran baik yang dilakukan guru maupun siswa.

4. Tes Perbuatan

Tes perbuatan yaitu teknik yang digunakan untuk mengetahui hasil dari

pengenalan tari melalui pendekatan tari pendidikan pada siswa TK Kartika XX-46

Kota Kendari

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengambilan data yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Observasi: Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas peserta didik


2. Wawancara: Untuk lebih dalarn guna pengurnpulan data, maka dilakukan dengan

cara wawancara di lapangan. Untuk keperluan tersebut peneliti menggunakan

wawancara terarah rnelalui kisi-kisi yang dibuat sesuai dengan daftar pertanyaan

penelitian. Informan yang diwawancarai adalah yang terlibat langsung dengan

35
masalah penelitian seperti kepala TK, guru-guru TK, anak usia dini, orang tua

anak usia dini atau orang tua murid TK Kartika XX-46 Kendari. Hal ini

ditanyakan pada informan Kepala TK, guru, orang tua anak usia dini, dan anak

usia dini mengenai penumbuhan karakter.


3. Dokumentasi: Pernotretan atau pengambilan gambar dimaksudkan untuk

menampilkan rincian data tari yang telah diajarkan guru Tarnan Kanak-kanak

pada anak usia dini, baik dalarn bentuk foto maupun video. Ini dirnaksudkan agar

data pembelajaran seni tari di TK yang diperoleh memiliki akurasi yang dapat

dipercaya. Maka dari itu, penelitian akan dapat mengungkapkan permasalahan

penelitian yang diajukan.


E. Teknik Keabsahan Data

Fokus objek penelitian ini sesuai dengan judul menumbuhkan karakter anak

usia dini melalui pembelajaran seni tari di TK Kartika XX-46 Kendari. Penelitian ini

bertujuan untuk mengungkap dan mengkaji tentang menumbuhkan karakter pada

anak usia dini di TK Kartika XX-46 Kendari.

Pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan budaya

dan memakai analisis deskriptif, untuk menggambarkan semua fenomena yang

didapatkan ditapangan, dengan menghindari tendensius/tendentious. Hal ini

dimaksudkan agar tujuan penelitian dapat menjamin objektifitas penelitian, agar

tujuan penelitian tidak mempengaruhi "natural setting" dan latar penelitian. Alat yang

digunakan dalam penelitian ini berupa: kamera foto, kamera video, tape recorder, dan

buku catatan. Alat tersebut sangat membantu untuk cross check data penelitian

pembelajaran seni tari pada anak usia dini di TK.

36
F. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk rnengkaji "menumbuhkan karakter anak usia

dini rnelalui pembelajaran seni tari di TK Kartika XX-46 Kendari dengan

berpedoman kepada 12 langkah penelitian yang diajukan Spradley,1997 ( dalam

Rakimahwati, 2012) dan dimodifikasi menjadi sembilan langkah yaitu; (1)

menentukan objek penelitian, (2) melakukan observasi lapangan, (3) melakukan

analisis domain, (4) melakukan observasi terfokus, (5) melakukan analisis taksonomi,

(6) melakukan observasi terseleksi, (7) rnelakukan analisis kornponensial, (8)

melakukan analisis tema budaya, dan (9) menulis laporan.


1. Menentukan Objek Penelitian
Pada penelitian ini objek yang dipilih yaituPernbelajaran Seni Tari di TK

Kartika XX-46 Kendari.Penelitian ini mengungkapkan dan rnengkaji tentang

menumbuhkan karakter yang ditanamkan pada anak usia dini di TK Kartika XX-

46 Kendari
2. Melakukan Observasi Lapangan
Pada observasi dilapanganada dua tahap yang dilakukan yaitu: (a) grand

tour, (b) mini tour, pada tahap awal penelitian hanya berperan pasif untuk

beradaptasi terhadap situasi anak belajar menari di TK Kartika XX-46 Kendari.

Peneliti hanya rnengamati dan melihat setiap aktivitas para anak di Tarnan Kanak-

Kanak dalarn melakukan kegiatan menari. Setelah keberadaan peneliti dapat

diterima dan tidak dianggap sebagai orang asing, barulah peneliti berperan atau

berpartisipasi aktif terhadap penetitian yang dilakukan.


3. Melakukan Analisa Domain

37
Analisa kawasan dilakukan untuk menentukan hubungan antar bagian,serta

hubungan bagian-bagian dengan keseluruhan. Setiap pertemuan pembelajaran

dilakukan kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Analisis kawasan ini

menurut Spradley (1980) merupakan jenis alat berpikir. Dalam penelitian ini

peneliti mengidentitikasikan beberapa kawasan di antaranya: (a) jenis aktor yang

terlibat pada pernbelajaran seni tari, (b) jenis objek fisik yang terdapat pada

pernbelajaran tari, (c) jenis tindakan yang dilakukan pada pernbelajaran tari, dan

(d) jenis priode waktu yang digunakan pada pernbelajaran tari.


4. Melakukan Observasi Terfokus
Observasi terfokus dilakukan berdasarkan kawasan-kawasan yang telah

diidentifikasi dalarn usaha rnencarisituasi budaya dan situasi sosial yang terjadi di

TK Kartika XX-46 Kendari. Di sini perlu ditetapkan sejumlah kawasan untuk

mengkaji secara mendalam rnelalui observasi terfokus sesuai fokus penelitian

yang telah ditetapkan. Peneliti mengajukan pertanyaan mengenai kawasan yang

dipilih untuk fokus penelitian secara intensif.

5. Melakukan analisis Taksonomi


Analisis taksonomi ditujukan unktk mencari hubungan antara komponen

dari masing-masing kawasan dengan berpedoman kepada langkah-langkah yang

diajukan Spradley di antaranya, jenis aktor yang terlibat dalam kegiatan

pernbelajaran tan yakni: guru dan anak usia dini.


6. Melakukan Analisis Terseleksi
Hubungan dari bagian-bagian pada tiap kawasan yang ditetapkan dalam

observasi terfokus, perlu diamati lebih rinci, rnelalui observasi terseleksi yang

38
dimaksudkan untuk rnenentukan penumbuhan karakter anak usia dini melalui

pembelajaran seni tari di Tarnan Kanak-Kanak dari hasil yang diteliti. Pernahaman

ini rnenuntut pelaksanaan observasi terseleksi, rnelalui pertanyaan-pertanyaan

kontras. Ada dua rnacarn pertanyaan kontras yaitu: pertanyaan kontras

berpasangan (ganda dua) dan pertanyaan kotras berpasangan (ganda tiga).

Pertanyaan-pertanyaan kontras tersebut diajukan kepada kawasan-kawasan yang

ditetapkan dalam observasi terfokus dan tahap analisis taksonorni.


7. Melakukan Analisis Kornpensional
Analisis ini diajukan untuk mencari sistematis kornponen yang

mengandung makna dan behubungan dengan kategori budaya. Adapun langkah-

langkah yang diternpuh dalam penelitian ini sebagai mana yang dijelaskan oleh

Spradley (1980) : (a) menetapkan kawasan yang akan dianalisis seperti jenis aktor

yang terlibat dalarn pembelajaran seni tari, (b) menginventarisasikan seluruh

kontras yang ditemukan yakni rnengidentifikasikan dimensi kontras yang memiliki

nilai dan berkategori, misalnya karakter apakah yang dapat ditumbuhkan pada

anak usia dini melalui pembelajaran seni tari, (c) mengkombinasikan dimensi

kontras yang dekat hubungannyadalarn satu dirnensi yang mempunyai nilai-nilai

jarnak (multiple value). seperti pernbentukan karakter anak usia dini melalui

pembelajaran seni tari di TK Kartika XX-46 Kendari. Analisis komponensial

dilakukan untuk rnenernukan komponen-komponen yang mengandung arti

semantik, yang berhubungan dengan kategori budaya agar dimensidimensi kontras

dapat diidentifikasi, diajukan sejumlah pertanyaan- pertanyaan kontras. Dimensi

kontras dari suatu kategori budaya dapat ditelusuri, dengan mernasukkan atribut-

39
atribut yang ditemukan ke dalam lembar analisis, sambil melakukan pengujian

keabsahan data penelitian pernbentukan karakter anak usia dini melalui observasi

dan wawancara di lapangan.


8. Analisis Tema
Analisis ini merupakan suatu analisis yang dilakukan dan suatu upaya

rnemperoleh beberapa pandangan atau kebiasaan-kebiasaan yang terjadi di TK

Kartika XX-46 Kendari. Analisis ini dilakukan berdasarkan analisis kompensional

yang telah dilakukan untuk mencari kesamaan- kesamaan antara dimensi kontras

dari kawasan yang dipilih. Setelah diajukan pertanyaan kontras dalam berbagai

dimensi maka akan ditemukan suatu tema budaya tentang penumbuhan karakter

anak usia dini melalui pembelajaran seni tari dari kawasan tersebut. Tema budaya

pada setiap kawasan yang dipilih diinventarisasi untuk selanjutnya ditentukan

tema yang lebih universal, tema budaya unversal inilah yang diharapkan dapat

membantu menerangkan penumbuhan karaktermelalui pembelajaran seni tari.


9. Menulis Laporan Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh dibuat laporan hasil penelitian yang harus

disesuaikan dengan aturan penulisan hasil penelitian.

40
DAFTAR PUSTAKA

Amini, T. Prastito, 2014, Peningkatan Keterlibatan Orang tua dalam Mendidik Anak
Usia Dini melalui Pendampingan "Parenting Class" (Pengembangan Model
di TK Tangerang Selatan), Universitas Terbuka, Tanggerang Selatan.

Anis, Fitria., 2015, Pendidikan Taman Kanak-kanak(TK),


https://www.kompasiana.com/anis_fitria/55207d42a33311b14646cfad/pe
ndidikan taman-kanak-kanak-tk, , diakses tanggal 9 september 2018.

Berkowitz, Marvin & Melinda C. Bier. What Works in Character Education: A


research-driven guide for educators. http://www. characterandcitizenship.
org/research /wwceforpractitioners.pdf

Debia,Wayan,I., Widaryanto, FX., Suanda, E., 2006, Tari Komunal, Jakarta: LPSN.

Hartati, Sofia. 2005. Pengembangan Belajar Pada Anak Usia Dini. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.

Khusna, Kamilia., 2017, Membangun Karakter Anak Usia Dini,


https://www.kompasiana.com/kamiliakhusna/5938af12d192738622546bf
8/ membangun-karakter-anak-usia-dini, diakses tanggal 4 septeber 2018.

Kusuma, Doni.A. 2007. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman


Colonial. Jakarta: Grasindo.

Laban Rudolf. 1976. Modern Education Dance. London: Mac Donald and Evans.

Najib Sulhan. 2011. Panduan Prakfis Pengembangan Karakter dan Budaya Bangsa:
Sinergi Sekolah dan Rumah. Surabaya: Jaring Pena.

Nisa, F.T., Karim, B, M., Mayangsari, D., 2016, Membangun Karakter Anak Usia
Dini Melalui Pembelajaran Math Character, Jurnal Pedagogia Issn 2089-
3833 Volume. 5, No. 2.

Palint, O.R., 2014, Peningkatan Kreativitas Anak Dalam Pembelajaran Seni Tari
Melalui Strategi Belajar Sambil Bermain di Tk Aba Karangmalang, Tesis,
Progam Studi Pendidikan Seni Tari Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas
Negeri Yogyakarta.

Pamadhi, Hadjar., Rachmi, T., Sukardi, E., Yusrafiddin., Tatang, A., 2014. Pendidikan
Seni di SD, Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka,

Pasaribu, A.S., 2017, Konseptualisasi Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis


Pendidikan Karakter, Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 Vol. 1 No. 1 2017, Hal. 403-
406

41
Prastyo, Nana, 2011, Membangun Karakter Anak Usia Dini, Jakarta: Kementrian
Pendidikan Nasional.

Pratiwi, 2013, Seni Tari dan Drama Untuk AUD,


https://yhanapratiwi.wordpress.com/2013/04/09/seni-tari-dan-drama-
untuk-aud/, diakses tanggal 11 september 2018.

Rachmi, Tetty. 2010. Keterampilan Musik dan Tari. Jakarta: Universitas Terbuka.

Rahayu, N., 2015, Peningkatan Mutu Pendidikan Di Pendidikan Anak Usia Dini
(Paud) Fatimah Desa Purbayankecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo,
Tesis, Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Surakarta

Rahkimawati, 2012, Upaya Pembentukan Karakter Anak Usia Dini Melalui


Pembelajaran Seni Tari Di Taman Kanak-Kanak Angkasa Kecamatan padang
utara Kota padang Sumatra Barat, Laporan Penelitian Percepatan Guru
Besar, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Unversitas
Negeri Padang, Sumatra Barat.

Rahman, Sulfiani, 2009, Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini, Jurnal Lentera
Pendidikan, Vol. 12 No 1.

Reza Shabrina, 2017, 15 Karakteristik Anak Usia Dini Secara Umum.


https://dosenpsikologi.com/karakteristik-anak-usia-dini, diakses tanggal
4 September 2018.

Rosmiati, A., 2014., Teknik Stimulasi dalam Pendidikan Karakter Anak Usia Dini
melalui Lirik Lagu Dolanan, Jurnal, Vol. 15 No. 1.

Subekti, Ari. 2008. Keragaman Tari Nusantara. Jakarta: Intan Pariwara.

Sujiono, Bambang. 2007. Metode Pengembangan Fisik Motorik Anak. Jakarta:


Universitas Terbuka.

Sustiawati, L.N., Arini, Kusuma, A.A., Suci, N.N., Armini, L.N., Sukasih, N.N.,
2011, Pengetahuan Seni Bali, PT.. Empat Warna Komunikasi, Denpasar.

Spradley, P, James. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarta: PT Tiara Wacana


Yogya.Yhana

Tambunan, E.K., 2013, Pengaruh Pendidikan Karakter Terhadap Prestasi Belajar


Siswa di SMK Swasta Satria Dharma Perbaungan T.P 2012/2013, Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 19 Nomor 73 Tahun XIX September.

Thomas Lickona, 2013, Pendidikan Karakter; Panduan Lengkap Mendidik Siswa


Menjadi Pintar dan Baik, Bandung: Nusa Media

Undang—Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistern Pendidikan Nasional.

42
Wulandari, H,. 2017, Menumbuhkan Pendidikan Karakter Melalui Atikan
Purwakarta Pada Pendidikan Anak Usia Dini , Jurnal, UPI Kampus
Purwakarta.

Wulandari, S.R., Hurustyanti, H., 2016, Character Building Anak Usia Dini Melalui
Optimalisasi Fungsi Permainan Tradisional Berbasis Budaya Lokal, Journal
Indonesian Language Education and Literature Vol. 2, No. 1, 2016.

Yetti, E., Juniasih, I., 2016, Implementasi Model Pembelajaran Tari Pendidikan
Untuk Meningkatkan Kecerdasan Kinestetik Anak Usia Dini Melalui Metode
Pembelajaran Aktif ( Pengembangan Model Di Taman Kanak-Kanak
Labschool Jakarta Pada Kelompok B), Jurnal Pendidikan Usia Dini Volume
10 Edisi 2.

43

Anda mungkin juga menyukai