Anda di halaman 1dari 6

PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA MEROKOK, PAPARAN IKLAN ROKOK DAN PENGARUH SOSIAL

DENGAN STATUS MEROKOK


PADA SISWA-SISWI SMU NEGERI DI KABUPATEN BREBES 1
Nur Azizah Utami Dewi
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebiasaan merokok sudah meluas di hampir semua kelompok
masyarakat di Indonesia dan cenderung meningkat. Hal ini memberi
makna bahwa masalah merokok telah menjadi semakin serius, mengingat
merokok menyebabkan risiko timbulnya berbagai penyakit atau gangguan
kesehatan seperti penyakit tidak menular (PTM) yang dapat terjadi, baik
pada perokok itu sendiri rnaupun orang lain di sekitarnya yang tidak
merokok (perokok pasif). Perokok pasif adalah seseorang yang menghirup
asap rokok yang dihasilkan oleh tembakau yang terbakar dengan suhu
tinggi dan mengandung lebih sedikit oksigen dibandingkan dengan asap
yang dihisap oleh perokok aktif.
Asap rokok tidak hanya memberikan akibat buruk kepada
perokoknya saja, tetapi juga kepada orang lain di sekitarnya yang
menghisap asap rokok tersebut. Mereka ini disebut sebagai perokok pasif
atau second hand smoke. Perokok pasif dewasa memiliki risiko lebih
tinggi terkena penyakit kardiovaskuler, kanker paru-paru, dan penyakit
paru lainnya. Perokok pasif bayi dan anak-anak berisiko tinggi terkena
infeksi telinga dan SID (sudden infant death syndrome) (Achadi, 2005).
Oleh karena itu, pengetahuan mengenai bahaya merokok sangat
diperlukan untuk dapat mencegah seseorang berperilaku merokok.
Menurut WHO (World Health Organization), jumlah perokok di
dunia sekitar 1,26 miliar orang, yang sebagian besar adalah laki-laki.
Rokok secara luas telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar
di dunia. Diduga, hingga menjelang tahun 2030 kematian akibat merokok
akan mencapai 10 juta orang per tahunnya. Sejauh ini, wabah merokok
telah terjadi di negara-negara maju, dan pada tahun 2030 diperkirakan
tidak kurang dari 70% kematian yang disebabkan oleh rokok akan terjadi
di negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara

1
PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA MEROKOK, PAPARAN IKLAN ROKOK DAN PENGARUH SOSIAL
DENGAN STATUS MEROKOK
PADA SISWA-SISWI SMU NEGERI DI KABUPATEN BREBES 2
Nur Azizah Utami Dewi
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok


yang tinggi.
Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan
kesehatan. Indonesia termasuk dalam 3 negara dengan konsumsi rokok
terbesar di dunia. Prevalensi pengguna tembakau di Indonesia telah
meningkat pada berbagai kelompok usia. Rata-rata usia merokok pertama
kali di Indonesia semakin lama bergeser ke usia semakin muda (Ng,
2007). Menurut data SUSENAS (2001), sebanyak 31,5% penduduk
Indonesia umur 15 tahun ke atas adalah perokok aktif (laki-laki 62,2%,
perempuan 1,3%) dan 70% penduduk adalah perokok pasif (Srisantyorini,
2004). Jumlah perokok remaja di Indonesia ternyata juga tinggi di dunia,
sekitar 13,2% remaja adalah perokok aktif dari total populasi laki-laki
perokok Indonesia, yaitu 69% (Sibarani, 2008). Menurut data Riskesdas
2010, prevalensi merokok pada usia > 15 tahun adalah 34,7%, terendah di
Sulawesi Tenggara 28,3% dan tertinggi di Kalimantan tengah 43,2%. Bila
dipisahkan berdasarkan jenis kelamin maka perokok pria > 15 tahun
adalah 65,9% dan perokok perempuan > 15 tahun adalah 4,2%.
Merokok merupakan sebuah cara bagi remaja agar mereka
tampak bebas dan dewasa saat mereka menyesuaikan diri dengan
teman-teman sebayanya yang merokok. Tekanan teman sebaya,
penampilan diri, ingin terlihat tahu, stres, rasa bosan, ingin terlihat gagah
dan menunjukkan sifat menentang, merupakan hal-hal yang dapat
mengontribusi remaja mulai merokok (Soetjiningsih, 2004). Selain karena
faktor teman sebaya, perilaku merokok juga bisa dipengaruhi oleh
lingkungan keluarga. Remaja menjadi perokok karena terpengaruh
orangtuanya sendiri yang perokok berat, yang memungkinkan anak untuk
mencontohnya (Mu’tadin, 2002).
Perilaku seseorang atau subjek dipengaruhi atau ditentukan oleh
faktor-faktor, baik dalam diri maupun dari luar subjek. Faktor yang
menentukan atau membentuk perilaku disebut determinan. Menurut
Green (1980), faktor perilaku ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu:
PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA MEROKOK, PAPARAN IKLAN ROKOK DAN PENGARUH SOSIAL
DENGAN STATUS MEROKOK
PADA SISWA-SISWI SMU NEGERI DI KABUPATEN BREBES 3
Nur Azizah Utami Dewi
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor-faktor


yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang, antara lain
pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi.
b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), yaitu faktor-faktor yang
memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang
dimaksud dengan fasilitas adalah sarana dan prasarana atau fasilitas
untuk terjadinya perilaku merokok misalnya, paparan iklan rokok.
c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), yaitu faktor-faktor yang
mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku merokok misalnya,
pengaruh teman sebaya dan pengaruh lingkungan keluarga
(orangtua).
Hasil penelitian Lembaga Menangani Masalah Merokok (LM3)
(2003, cit. Srisantyorini, 2004) pada pelajar SMU dan akademi di Jakarta,
menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk
merokok adalah pengaruh teman atau lingkungan (29,6%),
menghilangkan kesepian (29,5%), menghilangkan ketegangan (11,6%),
sebagai alat pergaulan atau komunikasi (11,2%), untuk konsentrasi
belajar (7,7%), ingin diakui dewasa (6,6%), ikut idola atau orangtua
(3,6%). Berdasarkan data di atas, dapat dilihat besarnya jumlah perokok
remaja di Indonesia. Padahal, semakin muda seseorang memulai untuk
merokok, akan semakin sulit untuk berhenti merokok. Remaja merokok
juga dipengaruhi oleh paparan iklan dan adegan merokok dalam film.
Menurut Braverman dan Aaro (2004), perilaku merokok pada remaja dan
keinginan mereka untuk merokok di masa yang akan datang (ketika
berusia 20 tahun), berhubungan dengan paparan iklan rokok. Banyaknya
remaja menonton film dengan adegan merokok di dalamnya, sangat
berhubungan dengan perilaku merokok pada remaja (Sargent, et al.,
2001). Penelitian di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa iklan rokok
berpengaruh terhadap perilaku merokok pada anak dan menghambat
orangtua melarang anaknya untuk merokok, apalagi iklan tersebut
menonjolkan maskulinitas yang membuat pria akan merasa percaya diri
PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA MEROKOK, PAPARAN IKLAN ROKOK DAN PENGARUH SOSIAL
DENGAN STATUS MEROKOK
PADA SISWA-SISWI SMU NEGERI DI KABUPATEN BREBES 4
Nur Azizah Utami Dewi
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

dengan merokok (Aditama, 1997). Adegan merokok yang diperankan oleh


public figure, termasuk artis dalam sinetron-sinetron yang ditayangkan di
stasiun televisi, dapat menjadi pemicu kebiasaan merokok di kalangan
masyarakat, terutama remaja (Aditama, 2000). Di Indonesia, perusahaan
tembakau menjadi sponsor pada kegiatan olahraga, acara remaja dan
konser musik. Akibatnya, remaja-remaja di Indonesia sangat terpengaruh
oleh iklan rokok yang mengasosiasikan merokok dengan keberhasilan dan
kebahagiaan (Anonim, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Prabandari
(2004) menunjukkan adanya hubungan antara paparan iklan rokok
dengan perilaku merokok pada siswa SLTP dan SLTA di Yogyakarta.
Semakin tinggi paparan iklan rokok yang diterima, semakin tinggi perilaku
merokok pada siswa.
Kabupaten Brebes terletak di Provinsi Jawa Tengah memiliki 32
sekolah menengah umum negeri, 37 sekolah menengah kejuruan negeri
dan 23 madrasah aliyah negeri. Berdasarkan hasil observasi, diketahui
bahwa perilaku merokok remaja SMU di Kabupaten Brebes dapat terlihat
dengan jelas. Pada saat jam istirahat, kegiatan merokok sering dilakukan
para siswa di lingkungan sekolah. Pada saat jam belajar usai pun, banyak
siswa yang merokok sambil berjalan, bahkan pada saat mengendarai
sepeda motor. Hal ini dikarenakan adanya toko-toko di sekitar sekolah
yang menjual rokok, sehingga para siswa dapat dengan mudah
memperoleh rokok. Kegiatan sekolah juga sering disponsori oleh produk
rokok. Iklan-iklan rokok di sepanjang jalan protokol di Kabupaten Brebes
juga cukup banyak. Hal tersebut mempermudah para remaja untuk bisa
mendapat informasi mengenai produk rokok terbaru, sehingga mendorong
perilaku untuk merokok.
Siswa-siswi SMU yang sedang tumbuh menjadi remaja sangat
rawan terhadap paparan perilaku merokok. Survei tentang rokok pada
remaja di Kabupaten Brebes belum pernah dilakukan. Oleh karena itu,
penelitian ini menyertakan siswa SMU. Banyak hal yang menyebabkan
seseorang menjadi perokok, baik yang berhubungan dengan faktor
PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA MEROKOK, PAPARAN IKLAN ROKOK DAN PENGARUH SOSIAL
DENGAN STATUS MEROKOK
PADA SISWA-SISWI SMU NEGERI DI KABUPATEN BREBES 5
Nur Azizah Utami Dewi
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

internal maupun eksternal. Mengingat banyaknya jumlah perokok di


kalangan remaja, khususnya siswa-siswi SMU di Kabupaten Brebes,
penulis tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan
perilaku merokok pada siswa-siswi SMU di Kabupaten Brebes.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan
bahaya merokok, paparan iklan rokok dan pengaruh sosial terhadap
status merokok siswa-siswi SMU di Kabupaten Brebes?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang bahaya
merokok, paparan iklan rokok, dan pengaruh sosial dengan status
merokok siswa-siswi SMU negeri di Kabupaten Brebes.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang bahaya
merokok dengan status merokok
b. Mengetahui hubungan antara paparan iklan rokok dengan status
merokok.
c. Mengetahui hubungan antara pengaruh sosial dengan status
merokok.
D. Manfaat penelitian
1. Bagi pihak SMU
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan
dalam upaya menghindarkan para siswa-siswi SMU dari perilaku
merokok dengan memberikan pengetahuan dan informasi yang tetap.
2. Bagi pascasarjana IKM
Sebagai masukan yang berguna terhadap upaya pencegahan
peningkatan jumlah perokok pemula pada siswa-siswi SMU.
PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA MEROKOK, PAPARAN IKLAN ROKOK DAN PENGARUH SOSIAL
DENGAN STATUS MEROKOK
PADA SISWA-SISWI SMU NEGERI DI KABUPATEN BREBES 6
Nur Azizah Utami Dewi
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

3. Bagi peneliti
Sebagai referensi bagi peneliti - peneliti selanjutnya

E. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang mirip dengan penelitian yang dilakukan
ini, antara lain adalah
1. Prabandari (1994), meneliti metode pendidikan kesehatan melalui
seminar dan diskusi sebagai alternatif penanggulangan perilaku
merokok pada remaja pelajar SLTA di Kodya Yogyakarta. Hasil
penelitian menyimpulkan bahwa pendidikan kesehatan melalui seminar
lebih efektif daripada diskusi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap
dan perilaku merokok pada remaja. Perbedaan penelitian tersebut
dengan yang dilakukan peneliti adalah variabel independen mengenai
pengetahuan tentang bahaya rokok, paparan iklan rokok, dan pengaruh
sosial (teman sebaya dan keluarga) serta rancangan penelitian, sampel
dan lokasi penelitian. Persamaannya adalah pada sampel penelitian
menggunakan remaja pelajar SLTA sebagai responden.
2. Manurung (2004), meneliti pendidikan kesehatan oleh peer education
sebagai upaya pencegahan bahaya merokok. Diperoleh kesimpulan
bahwa ada perbedaan pengetahuan dan sikap peer education sebelum
dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan oleh peer educator.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada, disain dan lokasi serta
sampel penelitian. Persamaannya pada topik tentang rokok.
3. Pattinasarany (2004), meneliti hubungan antara persepsi dan sikap
remaja tentang merokok dengan perilaku merokok di SMU Kota
Masohi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara sikap terhadap merokok dengan perilaku merokok
remaja. Perbedaan penelitian tersebut dengan yang dilakukan peneliti
adalah variabel independen, serta sampel dan lokasi penelitian.
Persamaannya adalah keduanya menggunakan rancangan cross
sectional dan topik tesisnya hampir sama.

Anda mungkin juga menyukai