Anda di halaman 1dari 13

Mycobacterium tuberculosis*

Bambang Isbandrio **

LATAR BELAKANG

Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan yang penting di dunia


ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan
tuberkulosis sebagai « Global Emergency ». Padatahun 2011, diperkirakan 8,7
juta kasus insiden TB secara keseluruhan, sama dengan 125 kasus TB/100.000
penduduk. Kasus yang terbanyak terdapat di Asia (59%) dan Afrika (26%).
Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah 8000 setiap hari dan 2 - 3 juta
setiap tahun. 1
TB di Indonesia masih merupakan masalah utama penyakit infeksi di
komunitas, dengan sekurang-kurangnya ditemukan 429.730 kasus baru dan
66.000 kematian tiap tahun akibat TB. Menurut Global TB Report WHO 2011,
Indonesia berada pada urutan keempat negara dengan beban penderita TB yang
tinggi di dunia setelah China, India, dan Afrika selatan. 1,2,3

* Dibacakan pada Seminar nasional Analis Kesehatan “Peluang dan Tantangan Analis kesehatan dalam
menghadapi Asean Economic Community 2015” Semarang, 24 November 2013.

** Bagian Mikrobiologi Klinik FK UNDIP-RSUP Dr. Kariadi , Semarang

1
Namun Negara kita berhasil mencapai target Millenium Development Goals
(MDGs) untuk TB di tahun 2006, yaitu 70% penemuan kasus baru BTA positif
dan 85% kesembuhan. Meskipun program pengendalian TB Nasional telah
berhasil mencapai target MDGs, akan tetapi di sebagian besar rumah sakit, klinik
dan praktek swasta penatalaksanaan TB belum sesuai dengan strategi DOTS
ataupun Standar Pelayanan sesuai International Standards for Tuberculosis Care (
ISTC ) 2,3 Pengendalian TB dipersulit dengan munculnya Multi Drug-Resistant
Tuberkulosis (MDR-TB) atau bahkan Extremely Drug- Resistant TB (XDR-TB).
TB adalah pembunuh nomor satu di antara penyakit menular dan
merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit
pernapasan akut pada seluruh kalangan usia. Karena besarnya angka kematian
akibat TB, maka peranan diagnosis dan perawatan menjadi sangat penting.
Pemeriksaan mikroskopik bakteriologi masih merupakan cara rutin yang
digunakan, yaitu dengan menemukan Bakteri Tahan Asam (BTA) untuk
menegakkan diagnosis penderita TB paru, khususnya di negara-negara yang
sedang berkembang. Pemeriksaan 3 spesimen dahak ( Sewaktu – Pagi – Sewaktu
/ SPS) secara mikroskopis langsung menjadi pilihan, karena nilainya setara
dengan pemeriksaan dahak dengan metode kultur yang relatif lebih mahal dan
memerlukan waktu lebih lama ..
Banyak hal yang mempengaruhi kepositifan BTA dalam pemeriksaan
hapusan langsung antara lain kualitas specimen dahak, jumlah atau konsentrasi
kuman dan luas lesi di paru, dan teknik pemeriksaan. Untuk mendapatkan hasil
positif BTA dalam sputum, maka di dalam sediaan tersebut harus terkandung
5.000 kuman TB/mL dahak. Banyak pemeriksaan mikrobiologi yang telah
diperkenalkan, tetapi pemeriksaan deteksi antigen kuman TB melalui kultur atau
molekuler (Polymerase Chain Reactions/PCR) merupakan baku emas.
Pemeriksaan lain seperti fluoresensi, Rapid Diagnostic Test dan lain-lain
mempunyai keunggulan sendiri-sendiri. Pemeriksaan fluorosensi dapat memeriksa
15 kali lebih banyak sediaan dalam waktu yang sama dan memperoleh hasil
positif. Pemeriksaan dengan ICT TB merupakan uji serologi dengan teknik
imunodiagnosis. Uji ini dikembangkan untuk mendeteksi respon antibodi yang
signifikan terhadap antigen M. tuberculosis ( metode ini sekarang tidak direkomen
oleh Kemenkes).4,5,6

MYCOBACTERIA 4,5,6
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis complex. Mycobacterium adalah bakteri bentuk
batang, aerobik yang tidak membentuk spora , dan tahan terhadapan dekolorisasi
oleh alkohol asam dalam pengecatan. Beberapa Mycobacteria merupakan
patogen penting bidang kesehatan. Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis complex. Mycobacterium
tuberculosis merupakan penyebab penyakit tuberkulosis (TB), Mycobacterium
leprae menyebabkan penyakit kusta, Mycobacterium avium-intercellulare ( M.
avium complex, atau MAC) dan mycobacteria atipik lainnya sering menginfeksi

2
penderita AIDS, menjadi patogen oportunistik pada pasien dengan sistem imun
yang rendah (immunocompromised), meskipun kadangkala menyebabkan infeksi
juga pada pasien dengan sistem imun yang normal. Terdapat lebih dari 50 spesies
Mycobacterium, banyak di antaranya bersifat saprofit.
PATOGENESIS TUBERKULOSIS PRIMER 4,5,6
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran nafas akan bersarang di
jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut
sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana
saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan
kelihatan peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal).
Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus
(limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional
dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu
nasib sebagai berikut :
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad
integrum).
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis
fibrotik, sarang perkapuran di hilus).
3. Menyebar dengan cara :
a. Perkontinuitatum, menyebar ke sekitarnya. Salah satu contoh adalah
epituberkulosis, yaitu suatu kejadian penekanan bronkus, biasanya bronkus
lobus medius oleh kelenjar hilus yang membesar sehingga menimbulkan
obstruksi pada saluran napas bersangkutan, dengan akibat atelektasis. Kuman
tuberkulosis akan menjalar sepanjang bronkus yang tersumbat ini ke lobus
yang atelektasis dan menimbulkan peradangan pada lobus yang atelektasis
tersebut, yang dikenal sebagai epituberkulosis.
b. Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke paru
sebelahnya atau tertelan.
c. Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini berkaitan dengan
daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang ditimbulkan
dapat sembuh secara spontan, akan tetapi bila tidak terdapat imunitas yang
adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan keadaan cukup gawat seperti
tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosis, typhobacillosis Landouzy.
Penyebaran ini juga dapat menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh lainnya,
misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia dan sebagainya. Komplikasi dan
penyebaran ini mungkin berakhir dengan :
- Sembuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya gangguan pertumbuhan
pada anak setelah mendapat ensefalomeningitis, tuberkuloma ), atau
- Meninggal.

3
Semua kejadian di atas adalah perjalanan tuberkulosis primer.

TUBERKULOSIS POSTPRIMER
Tuberkulosis postprimer akan muncul bertahun-tahun kemudian setelah
tuberkulosis primer, biasanya terjadi pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis
postprimer mempunyai nama yang bermacam-macam: tuberkulosis bentuk
dewasa, localized tuberculosis, tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk
tuberkulosis inilah yang terutama menjadi masalah kesehatan masyarakat, karena
dapat menjadi sumber penularan. Tuberkulosis postprimer dimulai dengan sarang
dini, yang umumnya terletak di segmen apikal lobus superior maupun lobus
inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumoni kecil. Sarang
pneumoni ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut :
1. Diresorbsi tubuh dan sembuh tanpa meninggalkan cacat.
2. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses penyembuhan dengan
pembentukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan terjadi pengapuran dan akan
sembuh dalam bentuk perkapuran. Sarang tersebut dapat menjadi aktif kembali
dengan membentuk jaringan keju dan menimbulkan kavitas bila jaringan keju
dibatukkan keluar.
3. Sarang pneumoni meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa). Kavitas
akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kavitas awalnya
berdinding tipis, kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kavitas sklerotik).
Kavitas tersebut akan menjadi:
- meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumoni baru. Sarang pneumoni
ini akan mengikuti pola perjalanan seperti yang disebutkan di atas
- memadat dan membungkus diri (enkapsulasi), dan disebut tuberkuloma.
Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh, tetapi mungkin pula aktif
kembali, mencair lagi dan menjadi kavitas lagi
- bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, atau kavitas
menyembuh dengan membungkus diri dan akhirnya mengecil.
Kemungkinan berakhir sebagai kavitas yang terbungkus dan menciut
sehingga kelihatan seperti bintang (stellate shaped).

KLASIFIKASI TUBERKULOSIS 4,5,6


A. TUBERKULOSIS PARU
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru,
tidak termasuk pleura.
1. Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA)
TB paru dibagi atas:

4
a. Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:
- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA
positif
- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif
b. Tuberkulosis paru BTA (-)
- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinis
dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif
- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M.
tuberculosis negative.
2. Berdasarkan tipe pasien
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada
beberapa tipe pasien yaitu :
a. Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan Obat Anti
Tuberkulosis ( OAT), atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.
b. Kasus kambuh (relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian
kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan
positif. Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai
lesi aktif / perburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan beberapa
kemungkinan :
- Lesi nontuberkulosis (pneumonia, bronkiektasis, jamur, keganasan dll)
- TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang berkompeten
menangani kasus tuberkulosis
c. Kasus defaulted atau drop out
Adalah pasien yang telah menjalani pengobatan > 1 bulan dan tidak
mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya
selesai.
d. Kasus gagal

5
Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif
pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau akhir
pengobatan.
e. Kasus kronik
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai
pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik
f. Kasus Bekas TB:
- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran
radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial
menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat
akan lebih mendukung
- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah mendapat
pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang tidak ada perubahan
gambaran radiologi

B. TUBERKULOSIS EKSTRA PARU


Tuberkulosis ekstraparu adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh
lain selain paru, misalnya kelenjar getah bening, selaput otak, tulang, ginjal,
saluran kencing dan lain-lain. Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur positif
atau patologi anatomi dari tempat lesi. Untuk kasus-kasus yang tidak dapat
dilakukan pengambilan spesimen maka diperlukan bukti klinis yang kuat dan
konsisten dengan TB ekstraparu aktif.

DIAGNOSIS,4,5,6
A. GAMBARAN KLINIK
Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan bakteriologi, radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya

Gejala klinik
Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan
gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala
respiratori (gejala lokal sesuai organ yang terlibat)

1. Gejala respiratorik
- batuk > 2 minggu

6
- batuk darah
- sesak napas
- nyeri dada
Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai
gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada
saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka
pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi
bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar.
2. Gejala sistemik
- Demam
- gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam, anoreksia dan berat
badan menurun
3. Gejala tuberkulosis ekstraparu
Gejala tuberkulosis ekstraparu tergantung dari organ yang terlibat,
misalnya pada limfadenitis tuberkulosis akan terjadi pembesaran yang lambat dan
tidak nyeri dari kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosis akan terlihat
gejala meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosis terdapat gejala sesak
napas dan kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan.

Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ
yang terlibat.
Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan
struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak
(atau sulit sekali) menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di
daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1 dan S2) ,
serta daerah apeks lobus inferior (S6). Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan
antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah,
tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.
Pada pleuritis tuberkulosis, kelainan pemeriksaan fisis tergantung dari
banyaknya cairan di rongga pleura. Pada perkusi ditemukan pekak, pada
auskultasi suara napas yang melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang
terdapat cairan.
Pada limfadenitis tuberkulosis, terlihat pembesaran kelenjar getah bening,
tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan metastasis tumor), kadang-
kadang di daerah ketiak. Pembesaran kelenjar tersebut dapat menjadi “cold
abscess”

7
Pemeriksaan Bakteriologik
a. Bahan pemeriksasan
Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberkulosis
mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan
untuk pemeriksaan bakteriologi ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura,
liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar
(bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan biopsi (termasuk
biopsi jarum halus/BJH)
b. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan
Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS):
- Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
- Pagi ( keesokan harinya )
- Sewaktu / spot (pada saat mengantarkan dahak pagi) atau setiap pagi 3 hari
berturut-turut.
c. Cara pemeriksaan dahak dan bahan lain.
Pemeriksaan bakteriologi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan
pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan
bronkoalveolar /BAL, urin, faeces dan jaringan biopsi, termasuk BJH) dapat
dilakukan dengan cara
- Mikroskopik
- Biakan.

Pemeriksaan mikroskopik:
Mikroskopik biasa : pewarnaan Ziehl-Nielsen
Mikroskopik fluoresens: pewarnaan auramin-rhodamin (khususnya untuk
screening)
Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan ialah bila :
3 kali positif atau 2 kali positif, 1 kali negatif : BTA positif
1 kali positif, 2 kali negatif : ulang BTA 3 kali, kemudian
bila 1 kali positif, 2 kali negatif : BTA positif
bila 3 kali negatif : BTA negatif

8
Interpretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD (rekomendasi
WHO).
Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease) :
- Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif -
Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman
yang ditemukan . Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang
disebut + (1+) . Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++
(2+)
- Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+)

Pemeriksaan biakan kuman:


Pemeriksaan biakan M.tuberculosis dengan metode konvensional ialah
dengan cara : Egg -based media: Lowenstein-Jensen (dianjurkan), Ogawa, Kudoh
; Agar- based media : Middle brook. Tujuan kultur :untuk mendapatkan diagnosis
pasti, dan dapat mendeteksi Mycobacterium tuberculosis dan juga Mycobacterium
other than tuberculosis (MOTT). Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan
beberapa cara, baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan, menggunakan uji
nikotinamid, uji niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta
melihat pigmen yang timbul

Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi:
foto lateral, top-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks,
tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk (multiform).
Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :
- Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru
dan segmen superior lobus bawah - Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi
oleh bayangan opak berawan atau nodular - Bayangan bercak milier - Efusi
pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif - Fibrotik
- Kalsifikasi
- Schwarte atau penebalan pleura

9
Luluh paru (destroyed Lung ) :
- Gambaran radiologi yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang berat,
biasanya secara klinis disebut luluh paru . Gambaran radiologi luluh paru
terdiri dari atelektasis, ektasis/ multikaviti dan fibrosis parenkim paru. Sulit
untuk menilai aktiviti lesi atau penyakit hanya berdasarkan gambaran radiologi
tersebut.
- Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi untuk memastikan aktiviti proses
penyakit
Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan dapat
dinyatakan sebagai berikut (terutama pada kasus BTA negatif) :
- Lesi minimal , bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan
luas tidak lebih dari sela iga 2 depan (volume paru yang terletak di atas
chondrostemal junction dari iga kedua depan dan prosesus spinosus dari
vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra torakalis 5), serta tidak dijumpai kaviti
- Lesi luas
Bila proses lebih luas dari lesi minimal.

Pemeriksaan khusus
Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya waktu
yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara konvensional.
Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru yang dapat
mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat. 4,5,6
1. BacT/Alert 3D Liquid culture, Bactec MGIT 960 Liquid culture
2. Isothermal Nucleic acid Amplification Diagnostic Kit
3. Polymerase chain reaction (PCR)
4. Deteksi MDR-TB dengan GenExpert.
5. Pemeriksaan serologi, dengan berbagai metoda a.1:
Enzym linked immunosorbent assay (ELISA), untuk deteksi antigen
Mycobacterium tuberculosis

Pemeriksaan Penunjang lain 4, 5, 6


1. Analisis Cairan Pleura
2. Pemeriksaan histopatologi jaringan
3. Pemeriksaan darah rutin
4. Uji tuberkulin

10
DEFINISI PCR
Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA,
termasuk DNA M.tuberculosis. Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik ini
adalah kemungkinan kontaminasi. Cara pemeriksaan ini telah cukup banyak
dipakai, kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaannya.Hasil
pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis sepanjang
pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai standar
internasional. Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak
ada yang menunjang ke arah diagnosis TB, maka hasil tersebut tidak dapat dipakai
sebagai pegangan untuk diagnosis TB. Pada pemeriksaan deteksi M.tb tersebut di
atas, bahan / spesimen pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ekstraparu
sesuai dengan organ yang terlibat.
Deteksi Mycobacterium tuberculosis dengan Polymerase Chain Reaction
(PCR) menggunakan tiga pasang primer yang diperoleh dari sekuen spesifik
berulang Mycobacterium. Hasil deteksi menunjukkan spesifik untuk M.
tuberculosis dan dianggap lebih unggul bila dibandingkan dengan cara-cara
konvensional karena ketepatan dan kecepatannya. Teknik DNA probe ialah
melacak suatu fragmen DNA yang kompelementer (gen probe), untuk mendeteksi
terjadinya ikatan komplementer ( hybrid DNA-DNA). DNA probe dilabel dengan
radioisotope (32p) . DNA probe berkembang dengan adanya PCR yaitu dengan
melakukan amplifikasi DNA atau bagian DNA secara enzimatis sehingga DNA
target yang terdapat dalam sampel walupun sangat sedikit masih dapat dilacak
oleh DNA probe. 6,7
KESIMPULAN.
Penatalaksanaan penyakit TB tidak dapat dilepaskan dari upaya : deteksi dini
kasus TB secara cepat dan tepat, serta sarana laboratorium untuk evaluasi pola
kepekaan M. tuberculosis terhadap OAT. Uji kepekaan bakteri TB terhadap OAT
dewasa ini sangat penting dengan terjadinya peningkatan secara global kasus
Multi Drug- Resistant M. Tuberculosis (MDR-TB) . Deteksi dini MDR-TB dapat
mencegah penyebarannya di komunitas karena akan menyulitkan pengobatan TB
sehingga berdampak meningkatkan mortalitas. Akan tetapi fasilitas kultur dan uji
kepekaan terhadap OAT belum merata di seluruh Indonesia. Keterbatasan ini
menjadi “ Peluang dan Tantangan bagi Analis Kesehatan dalam menghadapi
Asean Economic Community 2015”. Masalah ini juga harus menjadi Peluang dan
Tantangan bagi Institusi Pendidikan Analis Kesehatan di Indonesia untuk
menghasilkan lulusan yang kompeten di bidang pelayanan laboratorium
mikrobiologi tuberkulosis. 8

11
DAFTARPUSTAKA

1. WHO The Global Plan to Stop TB 2011 – 2015 : Transforming the fight toward
Elimination of TB. 2011.

2. Dinas Kesehatan PemProv Jawa Tengah., Draf Pedoman Standar Keamanan


Petugas Laboratorium Pemeriksaan Mikroskopis Tuberkulosis. April 2012.

3. Bulletin CRID-TROPHID. Universitas Indonesia. Celebrating World


Tuberculosis Day. 2011.Vol 2

4. Mahon.R.c. Textbook of Diagnostic Microbiology 4th ed. WB Sanders Co, 2011

5 . Pfyffer GE.Mycobacterium : General characteristics Laboratory Detection and


Staining Procedure in manual of Clinical Microbiology. Editor Patrick R Murray.
9th ed. ASM Press. Washington DC. 2007.

6.Vincet V, Gutierrez MC. Mycobacterium : Laboratory Charateristics of Slowly


Growing Mycobacterium . in manual of Clinical Microbiology. Editor Patrick R
Murray. 9th ed. ASM Press. Washington DC. 2007.

7. Siddiqi S. Drug Resistant TB; Role of culture-based testing compared with


new technologies. Bacton-Dickinson product information. 2012

8. Kolegium PAMKI, Modul MK/07: Penanganan Mikrobiologi Klinik


Penyakit Tuberculosis dan Non Tuberculosis Mycobacterium, Modul
Pendidikan Spesialis Mikrobiologi Klinik Berbasis Kompetensi.
2010. 7.1 – 7.13.

12
Riwayat Hidup.

Nama : Bambang Isbandrio Iskandar.


Tempat/ Tg lahir : Sukorejo, Kendal / 07 Februari 1947
Alamat Kantor : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Zona Pendidikan RSUP Dr. Kariadi, Jl. Dr Sutomo 16
Semarang Telp 024-8312945
Email: bisbandrio@yahoo.com

Pendidikan : - Dokter Umum, FK Undip, 1977


- Spesialis Mikrobiologi Klinik, FK Undip, 1985
- Konsultan Bakteriologi, Kolegium Mikrobiologi Klinik,
2009

Jabatan :- Dosen Luar Biasa Bag Mikrobiologi FK Undip.


- Dokter Mitra / Kosultan Mikrobiologi Klinik RSUP Dr.
Kariadi
- Sekretaris Program pendidikan Dokter Spesialis
Mikrobiologi Klinik
-
Pelatihan Non Gelar :
1. Isolation & identification of Salmonella typhi and Enteric pathogens, US
Naval Medical Research Unit (US NAMRU #2), Jakarta, 1985
2. Immunology, Biotechnology-Inter University Centre (PAU) Gajah Mada
University ,Yogyakarta,1988
3. Laboratory training in Identification and sensitivity pattern of Salmonella
typhi strains isolated in Semarang, Dept of Microbiology, Radboud
University Medical Center, Nijmegen, the Netherlands,1993
4. International course on Laboratory Diagnosis of Leptospirosis , Royal
Tropical Institute / KIT Biomedical Research , Amsterdam, the
Netherlands, 2002
5. IUMS-SSMB Course in Antimicrobial Resistance of Bacteria, Viruses and
Fungi . National University of Singapore, Singapore, 2010
6. Other Courses and Trainings in Indonesia (incl: Hospital Aquired
Infections, Tuberculosis, Antibiotic Resistance, Clostridium difficile ect)

13

Anda mungkin juga menyukai