Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

KERAJAAN DEMAK

Sejarah kerajaan Demak


Bagi Anda penduduk pulau Jawa mungkin sudah tidak asing lagi dengan
keberadaan Kerajaan Demak bukan? Kerajaan yang berdiri pertama kali di Tanah
Jawa ini masih bisa Anda nikmati beberapa peninggalannya hingga saat ini.
Menariknya, kerajaan ini menjadi salah satu kerajaan yang menjadi titik awal
berdirinya bangsa Indonesia.
Selain itu, kerajaan ini menjadi kerajaan pertama sebagai kerajaan Islam yang berada
di tanah Jawa. Raja-rajanya pun beragama Islam. Menjadi salah satu dari sekian
banyak kerajaan di tanah Jawa yang menjadi tonggak penyebaran agama Islam di
Jawa dan Indonesia.

Penasaran seperti apa sejarah tentang Kerajaan Demak? Tidak ada salahnya untuk
belajar sejarah terutama sejarah atas bangsa sendiri. Karena akan selalu ada hikmah
yang bisa diambil untuk bisa dijadikan pelajaran di masa depan. Salah satunya adalah
mempelajari tentang sejarah lengkap Kerajaan Demak, silsilah, masa Kejayaan hingga
runtuhnya Kerajaan Demak.

Sejarah Asal Mula Berdirinya Kerajaan Demak

Berbicara tentang sejarah berdirinya Kerajaan Demak tidak bisa dipisahkan


dengan para Walisongo, yaitu para mubaligh yang kala itu memiliki misi untuk
menyebarkan ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam proses penyebaran dan
perkembangan agama Islam di tanah Jawa, para mubaligh tersebut telah membuat
pusat kegiatan berada di Kota Demak.

Atas dukungan yang diberikan oleh Walisongo tersebut, terutama oleh perintah Sunan
ampel, maka Raden Fatah ditunjuk untuk mengajarkan agama Islam dan membuka
sebuah pesantren yang berada di glagah wangi. Tidak lama dari itu, tempat ini pun
banyak dikunjungi oleh masyarakat.

Tidak hanya untuk menimba ilmu agama dan ilmu pengetahuan lainnya, melainkan
untuk melakukan perdagangan. Lama kelamaan Glagah Wangi berubah menjadi
pusat ilmu pendidikan dan pusat perdagangan masyarakat. Dan menjadi pusat
kerajaan Islam pertama yang berdiri di tanah Jawa.
Kerajaan ini didirikan oleh Raden Fatah atas dukungan dan restu oleh Para
Walisongo. Diperkirakan kerajaan ini berdiri sekitar tahun 1478 M. Sebelum menjadi
Kerajaan Demak, awalnya kawasan ini merupakan daerah kekuasaan Kerajaan
Majapahit pada masa Brawijaya V. kala itu, Demak merupakan sebuah kadipaten
yang lebih dikenal dengan nama “Glagah Wangi” yang menjadi wilayah dari
Kadipaten Jepara.
Pada kala itu, merupakan satu-satunya kadipaten yang memiliki adipati yang
beragama Islam. Namun setelah kerajaan Majapahit mengalami kemunduran, Demak
mulai memisahkan diri dari Ibu kota Bintoro. Yang kemudian oleh Raden Fatah
Kerajaan Demak didirikan atas restu dan dukungan para walisongo.

Tidak membutuhkan waktu yang lama Kerajaan Demak mampu menjadi pusat
perdagangan beserta pusat pendidikan. Banyak orang berdatangan untuk melakukan
perdagangan dan menuntut ilmu. Hal ini tidak terlepas dari lokasi Demak yang sangat
strategis. Yaitu diapit oleh pelabuhan kerajaan Mataram Kuno dan pelabuhan Jepara.
Karena lokasi inilah membuat Demak menjadi salah satu kerajaan yang cukup
berpengaruh di Nusantara.

Berdirinya Kerajaan Demak ditandai dengan adanya condro sengkolo “Sirno Ilang
Kertaning Bumi”. Sinangkelan Kerajaan Demak yaitu “Geni Mati Siniram Janmi”
yang memiliki arti tahun soko 1403 atau 1481 M. Menurut cerita Rakyat, pada saat
berkunjung ke Glagah Wangi orang pertama yang dijumpai oleh Raden Fatah adalah
Nyai Lembah. Nyai Lembah ini berasal dari Rawa pening.

Atas saran yang diberikan oleh Nyai Lembah ini, Raden Fatah bermukim di desa
Glagah wangi yang saat ini lebih dikenal dengan nama “Bintoro Demak”. Pada
perkembangannya, bintoro Demak inilah yang menjadi ibu kota Negara Kerajaan
Demak.

Adapun asal usul Kota Demak ada beberapa pendapat yang menyatakan. Beberapa
pendapat tersebut antara lain adalah:

1. Menurut Prof. Purbotjaroko, Demak berasal dari kata Delemak. Yang artinya
tanah yang mengandung air ( rawa)
2. Menurut Prof. R.M. Sutjipto Wiryosuparto, Demak berasal dari bahasa kawi
yang artinya pegangan atau pemberian.
3. Menurut Sholichin salam dalam bukunya “sekitar walisongo “ menyatakan
bahwa prof. Dr.Hamka berpendapat , Kota Demak adalah berasal dari bahasa
arab “ Dimak” yg artinya air mata . menggambarkan kesulitan dalam
menegakkan Agama Islam pada waktu itu.

Lokasi Kerajaan Demak


Secara geografis Kerajaan Demak merupakan bagian dari wilayah Jawa tengah. Pada
awalnya Kerajaan Demak ini merupakan daerah kekuasaan Kerajaan Majapahit yang
bernama Bintoro. Atas bantuan bupati Pesisir Jawa Tengah dan Jawa timur Kerajaan
Demak berdiri.

Raja pertama dari Kerajaan Demak kala itu adalah Raden Fatah yang memiliki ibu
yang beragama Islam yang berasal dari Jeumpa Pasai. Letak Kerajaan Demak ini
sangat strategis yaitu diapit oleh dua pelabuhan besar yakni Pelabuhan Jepara dan
Pelabuhan Kerajaan Majapahit Kuno.
Selain itu, Kerajaan Demak juga berada pada tepi selat antara Gunung Muria dan
Jawa. Sebelumnya selat tersebut memiliki ukuran yang besar yang memisahkan antara
semarang menuju Rembang. Kerajaan Demak juga memiliki lokasi yang strategis
untuk pertanian dan juga perdagangan.

Beberapa pendapat mengenai letak Kesultanan Demak yaitu sebagai berikut:

1. Bahwa bekas kesultanan Demak itu tidak ada. Dengan keterangan bahwa raden
Patah mulai menyebarkan agama Islam di Demak adalah semata-mata untuk
kepentingan agama Islam.
Pendirian masjid Demak bersama para Walisongo merupakan lambang
Kesultanan Demak. Adapun tempat kediaman Raden Patah bukan berupa istana
yang megah, tetapi sebuah rumah biasa yang letaknya diperkirakan sekitar stasiun
Kereta Api sekarang, tempat itu dinamakan “Rowobatok “

2. Bahwa pada umumnya letak masjid tidak terlalu jauh dari istana. Diperkirakan
letak Keraton Demak berada ditempat yang sekarang didirikan Lembaga
Pemasyarakatan (sebelah timur alun-alun). Dengan alasan bahwa pada zaman
kolonial ada unsur kesengajaan menghilangkan bekas kraton.
Pendapat ini didasarkan atas adanya nama-nama perkampungan yang mempunyai
latar belakang historis. Seperti nama: Sitihingkil (Setinggil), Betengan,
Pungkuran, Sampangan dan Jogoloyo.

3. Bahwa letak keraton berhadap-hadapan dengan Masjid Agung Demak,


menyebrangi sungai dengan ditandai oleh adanya dua pohon pinang. Kedua pohon
pinang tersebut masih ada dan diantara kedua pohon itu terdapat makam Kyai
Gunduk. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, yang ditanam itu
sesungguhnya berupa tombak (pusaka).

Raja-Raja Kerajaan Demak

Raja-raja yang pernah memerintah dikerajaan Demak antara lain:


 Raden Fatah (1500 – 1518)
 Pati Unus (1518 -1521)
 Sultan Trenggono (1521 -1546)

Peninggalan Kerajaan Demak

 Masjid Agung Demak


 Pintu Bledek
BAB II
KERAJAAN MATARAM

Kerajaan Mataram – Tanah Jawa dari dulu memang terkenal dengan kerajaan-kerajaan
yang ceritanya sudah sangat melegenda. Seperti halnya dengan Kerajaan Mataram di Jawa
Tengah yang terbagi menjadi 2 yaitu Mataram Kuno dan Mataram Islam. Keberadaan ke-2
kerajaan tersebut dijelaskan oleh peninggalan sejarah berupa prasasti-prasasti.

Ke-2 kerajaan tersebut sama-sama diperintah oleh raja-raja secara turun temurun.
Mataram kuno (Mataram Hindu) adalah sebutan untuk 2 dinasti yaitu Dinasti Sanjaya dan
Dinasti Syailendra. Dinasti Sanjaya ini bercorak Hindu didirikan pada tahun 732 M oleh
Sanjaya. Sedangkan Dinasti Syailendra bercorak Budha Mahayana didirikan oleh Bhanu
tahun 752 M. Ke-2 dinasti ini berkuasa di daerah Jawa Tengah bagian selatan.

Sedangkan Mataram Islam merupakan Kerajaan Islam yang berdiri sekitar abad ke-16 di
pulau Jawa. Kerajaan ini dipimpin oleh dinasti yang mengaku sebagai keturunan dari
Kerajaan Majapahit. Yaitu keturunan dari Ki Ageng Sela dan juga Ki Ageng Pemanahan
yang mana keduanya adalah raja-raja besar Mataram Islam.

Raja-Raja Kerajaan Mataram Kuno

Karena antara Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra bersaing maka secara bergantian
mereka memerintah Mataram. Raja-raja yang memerintah Mataram tentu saja berasal dari
kedua dinasti tersebut. Dalam prasasti Wanua Tengah III (908) M dan prasasti Mantyasih
(907) M disebutkan nama dari raja-raja Mataram adalah sebagai berikut:

1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya


2. Rakai Panangkaran Dyah Sankhara
3. Rakai Panunggalan (Dharanindra)
4. Rakai Warak Dyah Manara
5. Dyah Gula
6. Rakai Garung
7. Rakai Pikatan Dyah Saladu
8. Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala
9. Dyah Taqwas
10. Rakai Panumwangan Dyah Dawendra
11. Rakai Gurunwangi Dyah Wadra
12. Rakai Watuhumalang Dyah Jbang
13. Rakai Watukura Dyah Walitung
Raja-Raja Kerajaan Mataram Islam

Seperti halnya dengan kerajaan-kerajaan lain di tanah Jawa, Mataram Islam pernah dipimpin
oleh 6 raja. Raja-raja tersebut secara turun temurun bergantian berkuasa di Mataram Islam
Ini. Adapun urutan raja-raja yang pernah memerintah Mataram Islam tersebut adalah:

1. Ki Ageng Pemanahan
2. Panembahan Senapati
3. Raden Mas Jolang
4. Raden Mas Rangsang
5. Amangurat I
6. Amangkurat II

Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno

Sebagai kerajaan yang terdiri atas 2 dinasti yang berbeda Mataram Kuno juga memiliki
benda-benda bersejarah. Benda-benda itu sebagai bukti nyata dari keberadaan kerajaan
beserta tahun naik tahta raja-raja tersebut. Bukti sejarah Mataram Kuno ini berupa prasasti-
prasasti antara lain adalah:

 Prasasti Canggal (732): Sanjaya adalah pendiri Kerajaan Lingga yang terkenal kaya
raya dengan padi dan emasnya.
 Prasasti Balitung (907): Pemberian hadiah tanah kepada 5 patih di Mantyasih berkat
jasa-jasanya.
 Prasasti Kalasan ( 778): Pembuatan bangunan suci untuk Dewi Tara dan sebuah
biara bagi para pendeta.
 Prasasti Kelurak (782): Pembuatan arca Manjustri sebagai perwujudan sang Budha
(Brahma, Siwa, dan Wisnu).
 Prasasti Ratu Boko (856): Menceritakan kekalahan Balaputradewa yang kemudian
lari ke Sriwijaya dan menjadi raja disana.
 Prasasti Nalanda (860): Menceritakan asal-usul raja Balaputradewa.
 Prasasti Ligor (860): Dibuat raja Balaputradewa yang mengaku cucu raja Jawa dari
dinasti Syailendra.
 Prasasti Wanua Tengah III (908): Mengungkap secara lengkap silsilah raja-raja
Mataram Kuno dan ditemukan di daerah Temanggung Jawa Tengah.

Keberadaan prasasti-prasasti tersebut sebagai bukti nyata kalau Mataram Kuno memang
benar-benar ada. Selain itu melalui prasasti ini bisa diketahui silsilah raja-raja dan tahun naik
tahta dari raja tersebut. Hingga kini prasasti-prasasti tersebut masih disimpan dengan baik di
museum Arkeologi Yogyakarta.
Peninggalan Kerajaan Mataram Islam
Kebudayaan Mataram Islam pada masa itu mengalami kemajuan yang sangat pesat
seperti seni ukir, lukis, patung, dan hias. Apalagi pada saat pemerintahan Sultan Agung yang
memadukan unsur budaya Islam dengan budaya Hindu-Jawa. Adapun bentuk peninggalan
bersejarah pada jaman Mataram Islam itu antara lain adalah:

 Candi Bentar: Terletak di makam Sunan Tembayat di daerah Klaten dan dibuat pada
masa pemerintahan Sultan Agung.
 Kalender Jawa: Merupakan hasil karya Sultan Agung berdasarkan perputaran bulan.
 Buku Sastragending: Buku ini merupakan karya filsafat dari Sultan Agung.
 Surya Alam: Karya dari Sultan Agung yang berupa kitab undang-undang.
 Perayaan Sekaten: Untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan
cara mengarak gunungan dari keraton menuju depan Masjid Agung.

Dalam kepercayaan masyarakat Mataram Islam antara Gunung Berapi dan Laut Selatan
mempunyai arti secara filosofis. Keduanya dipercaya sebagai bentuk keseimbangan
kehidupan masyarakat Kerajaan Mataram Islam. Mereka juga percaya jika salah satu istri
Raja Mataram adalah Nyi Roro Kidul sebagai makhluk halus penguasa pantai selatan
Yogyakarta.
BAB III
KERAJAAN BANTEN

Kerajaan Banten – Pada sekitar abad ke 16 berdirilah kerajaan Islam di Tatar Pasundan
tepatnya di propinsi Banten Indonesia. Kerajaan Islam tersebut adalah Kerajaan Banten yang
hampir selama 3 abad mampu bertahan hingga mencapai kejayaan.

Wilayah kerajaannya meliputi sebelah barat dari pantai Jawa sampai ke Lampung.
Kesultanan Demak sangat berperan aktif dalam penyebaran Islam di tanah Jawa.

Pada masa kejayaan pemerintahan Banten ini datanglah penjajah dari negara Eropa sambil
menanamkan pengaruh buruknya.

Perang antar saudara dan persaingan kekuatan global sering terjadi dalam memperebutkan
sejumlah perdagangan dan sumber daya manusia. Selain itu ada rasa ketergantungan akan
persenjataan sehingga melemahkan hegemonikerajaan Banten atas wilayahnya.

Kekuatan politik kerajaan Islam ini akhirnya runtuh sekitar tahun 1813 dengan
dihancurkannya Istana Surosowan. Istana ini merupakan simbol kekuasaan kerajaan Islam
Banten di Kota Intan.

Pada masa-masa terakhir pemerintahannya raja-raja di Banten kedudukannya tidak lebih dari
seorang raja bawahan dari pemerintah kolonial Hindia Belanda.

Sekitar awal abad ke-16 Kerajaan Pajajaran yang beragama Hindu mempunyai bandar-bandar
penting seperti Sunda Kelapa (Jakarta), Banten dan Cirebon.

Kerajaan Pajajaran ini mengadakan kerja sama dengan pemerintahan Portugis sehingga
Portugis diizinkan untuk mendirikan benteng dan kantor dagang di sini. Seluruh
perekonomian di tanah Sunda Kelapa pada saat itu dikuasai oleh Portugis.

Guna membendung pengaruh dari Portugis di wilayah Pajajaran ini Sultan Trenggono dari
Kerajaan Demak memberi perintah kepada Fatahilah.

Fatahilah adalah panglima perang Demak diperintahkan menaklukkan bandar-bandar di


Pajajaran sekitar tahun 1526. Akhirnya pasukan Fatahilah berhasil menguasai Banten dan
merebut pelabuhan Sunda Kelapa (Jakarta) pada tanggal 22 Juni 1527.

Sejak saat itulah nama “Sunda Kelapa” diubah namanya menjadi “Jayakarta” atau “Jakarta”
yang artinya kota kemenangan. Maka tanggal 22 Juni oleh pemerintah Indonesia ditetapkan
sebagai hari jadi kota Jakarta.

Seluruh pantai utara di Jawa Barat akhirnya bisa dikuasai Fatahilah sehingga lambat laun
agama Islam tersebar di seluruh Jawa Barat.

Fatahilah kemudian menjadi ulama besar (wali) dengan memakai gelar Sunan Gunung Jati di
Cirebon. Tahun 1552 putra dari Fatahilah yaitu Hasanuddin diangkat jadi penguasa Banten,
sedangkan putranya yang lain Pasarean jadi penguasa di Cirebon.
Fatahilah mendirikan pusat kegiatan keagamaan Islam di Gunung Jati Cirebon hingga
akhirnya beliau wafat pada tahun 1568.

Raja-raja Kerajaan Banten


Seperti halnya dengan kerajaan-kerajaan lain di tanah Jawa, raja-raja yang berkuasa di
Kerajaan Banten juga mengalami pergantian secara turun temurun.

Raja-raja yang berkuasa di tanah Banten pasti mengalami pasang surut sendiri-sendiri.
Berikut ini urutan raja-raja yang pernah berkuasa di kerajaan Islam Banten Jawa Barat, yaitu:

1. Sultan Hasanuddin

Pada saat terjadi perebutan kekuasaan di Demak daerah Cirebon dan Banten masing-masing
berusaha untuk melepaskan diri dari kekuasaan kerajaan Demak.

Akhirnya Cirebon dan Banten terlepas dari pengaruh Demak dan menjadi kerajaan berdaulat.
Maka Sultan Hasanuddin akhirnya menjadi raja Banten pertama yang berkuasa selama 18
tahun yaitu 1552-1570 M.

Di bawah pemerintahan Sultan Hasanuddin Kerajaan Banten berhasil menguasai Lampung


(Sumatra) sebagai penghasil rempah-rempah. Selain itu Sultan Hasanuddin juga berhasil
menguasai selat Sunda yang merupakan jalur utama perdagangan.

Dibawah pemerintahan beliau pelabuhan Banten berhasil menjadi pelabuhan yang ramai
dikunjungi oleh para pedagang dari berbagai negara di dunia.

2. Maulana Yusuf

Merupakan putra Sultan Hasanuddin yang memerintah Banten dari tahun 1570 – 1580 M.
Sekitar tahun 1579 Maulana Yusuf berhasil menaklukkan kerajaan Pajajaran di Pakuan
Bogor sekaligus menyingkirkan rajanya Prabu Sedah.

Ini mengakibatkan rakyat Pajajaran banyak yang mengungsi ke daerah pegunungan dan
sampai sekarang dikenal sebagai orang-orang Baduy di Rangkasbitung Banten.

3. Maulana Muhammad

Begitu Sultan Maulana Yusuf wafat putra beliau yang bernama Maulana Muhammad naik
tahta saat usia 9 tahun. Karena Maulana Muhammad masih begitu muda maka pemerintahan
dijalankan oleh Mangkubumi Jayanegara sampai beliau dewasa (1580-1596).

Setelah memerintah selama 16 tahun, Sultan Maulana Muhammad akhirnya meninggal dalam
pertempuran di Kesultanan Palembang pada usia ke-97 tahun.

4. Pangeran Ratu (Abdul Mufakhir)

Dalam usia 5 bulan Pangeran Ratu akhirnya menjadi sultan Kerajaan Banten ke empat (1596-
1651). Sambil menunggu pangeran dewasa untuk sementara pemerintahan dijalankan
Mangkubumi Ranamanggala.
Pada saat inilah pertama kali bangsa Belanda dengan
pimpinan Cornelis De Houtman mendarat di daerah Banten tanggal 22 Juni 1596.

5. Sultan Ageng Tirtayasa

Dibawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682) Kerajaan Banten mengalami


masa kejayaan. Sultan Ageng Tirtayasa selalu berusaha memperluas daerah kekuasaannya
hingga tahun 1671 M.

Beliau mengangkat putranya jadi raja pembantu bergelar Sultan Abdul Kahar (Sultan Haji).
Namun akhirnya Sultan Ageng Tirtayasa merasa kecewa dengan Sultan Haji karena telah
menjalin kerjasama dengan Belanda.

Perang saudara akhirnya terjadi dan Sultan Haji meminta bantuan Belanda untuk menyerang
Sultan Ageng Tirtayasa. Akhirnya Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap dan dipenjara di
Batavia hingga wafat tahun 1691 M.

Peninggalan Kerajaan Banten

Selama pemerintahan berlangsung kurang lebih 3 abad lamanya kerajaan Islam di Banten ini
telah meninggalkan beberapa bukti kejayaannya.

Bukti-bukti peninggalan kerajaan inilah yang bisa menceritakan kalau di pulau Jawa pernah
ada kerajaan Islam terbesar. Beberapa peninggalan kerajaan yang telah membuktikan
kejayaan pada masa itu antara lain adalah :

1. Masjid Agung Banten

Bangunan Masjid ini merupakan bukti peninggalan dari Kerajaan Banten sebagai satu-
satunya kerajaan Islam di Indonesia.

Masjid tersebut dibangun tahun 1652 hingga kini masih berdiri kokoh dan terletak di desa
Banten Lama, kecamatan Kasemen. Ini merupakan satu dari 10 masjid tertua yang ada di
Indonesia sampai sekarang ini.

2. Danau Tasikardi

Letaknya di sekitar Istana Kaibon dan merupakan danau buatan yang dibuat sekitar tahun
1570 – 1580 pada masa Sultan Maulana Yusuf.

Luas danau Tasikardi dulu sekitar 5 hektar dan dilapisi dengan batu bata dan ubin. Fungsi
dari danau ini dulu sebagai sumber mata air keluarga kerajaan dan saluran irigasi sawah di
sekitar Banten.

3. Vihara Avalokitesvara

Vihara ini sebagai salah satu bukti kalau pada jaman kerajaan Islam toleransi antar umat
beragama tetap terjaga dengan baik. Tempat ibadah bagi umat Budha tersebut hingga saat ini
masih terawat dan berdiri kokoh. Keunikan dari Vihara Avalokitesvara adalah pada
dindingnya terdapat relief yang menceritakan legenda siluman ular putih.

4. Meriam Ki Amuk

Di dalam benteng Speelwijk terdapat beberapa jenis meriam dan salah satu meriam yang
paling besar ukurannya adalah meriam Ki Amuk. Meriam ini memiliki daya tembak yang
sangat jauh dengan daya ledakan luar biasa. Ini merupakan hasil rampasan raja Banten
terhadap Belanda pada masa perang.

5. Istana Dan Benteng

Peninggalan sejarah Kerajaan Banten juga ada yang berupa Istana dan Benteng. Istana dan
benteng tersebut ialah :

 Istana Keraton Kaibon. Dulunya istana ini sebagai tempat tinggalnya Bunda Ratu
Aisyah (ibunya Sultan Syaifudin).
 Istana Keraton Surosowan. Istana ini merupakan tempat tinggal sekaligus sebagai
pusat pemerintahan Sultan Banten.
 Benteng Speelwijk. Benteng ini dibangun sebagai bentuk poros pertahanan maritim
kekuasaan raja di masa lalu. Benteng Speelwijk ini dibangun pada tahun 1585 dengan
ketinggian 3 meter serta memiliki mercusuar.

Begitu banyak peninggalan sejarah kerajaan Islam di Banten ini yang wajib kita lestarikan.
Ini semua membuktikan kalau raja-raja Banten pada masa pemerintahannya.

Benar-benar sangat tangguh dan memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Selain itu juga
sebagai bukti kalau raja-raja tanah Jawa dan rakyat pada masa itu sudah memerangi penjajah.
BAB IV
KERAJAAN GORONTALO
Sejarah Kerajaan Gorontalo
Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang dikenal dengan
nama Bate Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi pusat kerajaan Gowa:
Tombolo, Lakiung, Parang-Parang, Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero dan Kalili.
Melalui berbagai cara, baik damai maupun paksaan, komunitas lainnya bergabung untuk
membentuk Kerajaan Gowa.

Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses
yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku
Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Wilayah kerajaan ini
sekarang berada di bawah Kabupaten Gowa dan beberapa bagian daerah sekitarnya.

Penyebaran Islam di Sulawesi Selatan dilakukan oleh Datuk Robandang/Dato’ Ri Bandang


dari Sumatera, sehingga pada abad 17 agama Islam berkembang pesat di Sulawesi Selatan,
bahkan raja Makasar pun memeluk agama Islam. Raja Makasar yang pertama memeluk
agama Islam adalah Sultan Alaudin. Sejak pemerintahan Sultan Alaudin kerajaan Makasar
berkembang sebagai kerajaan maritim dan berkembang pesat pada masa pemerintahan raja
Muhammad Said (1639 – 1653). Puncak kegemilangan Kerajaan Makassar terjadi saat Sultan
Hasanuddin memegang tampuk kekuasaan. Di tangannya, Kerajaan Makassar berkembang
menjadi sebuah kerajaan dengan jaringan perdagangan yang kuat dan pengaruh yang luas.

Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu dengan VOC untuk menghancurkan Makasar.

Akibat persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibukota kerajaan Makasar.
Dan secara terpaksa kerajaan Makasar harus mengakui kekalahannya dan menandatangai
perjanjian Bongaya tahun 1667 yang isinya tentu sangat merugikan kerajaan Makasar.

Mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 – 1669).
Pada masa pemerintahannya Makasar berhasil memperluas wilayah kekuasaannya yaitu
dengan menguasai daerah-daerah yang subur serta daerah-daerah yang dapat menunjang
keperluan perdagangan Makasar. Ia berhasil menguasai Ruwu, Wajo, Soppeng, dan
Bone.Perluasan daerah Makasar tersebut sampai ke Nusa Tenggara Barat.

Daerah kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur dapat
dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi
asing. Oleh karena itu ia menentang kehadiran dan monopoli yang dipaksakan oleh VOC
yang telah berkuasa di Ambon. Untuk itu hubungan antara Batavia (pusat kekuasaan VOC di
Hindia Timur) dan Ambon terhalangi oleh adanya kerajaan Makasar. Dengan kondisi tersebut
maka timbul pertentangan antara Sultan Hasannudin dengan VOC, bahkan menyebabkan
terjadinya peperangan. Peperangan tersebut terjadi di daerah Maluku.

Peninggalan

1. Benteng Fort Rotterdam

2. Masjid Katangka

Kehidupan Politik

Walaupun masyarakat Makasar memiliki kebebasan untuk berusaha dalam mencapai


kesejahteraan hidupnya, tetapi dalam kehidupannya mereka sangat terikat dengan norma adat
yang mereka anggap sakral. Norma kehidupan masyarakat Makasar diatur berdasarkan adat
dan agama Islam yang disebut PANGADAKKANG.

KERAJAAN GOWA TALLO

Orang Makassar yang terkenal sebagai pelaut ulung menggunakan perahu pinisi sebagai alat
transportasi. Mereka berani menyeberang lautan menuju negara-negara yang sangat jauh
bahkan sampai Madagaskar dan Afrika Selatan.

Fadhla Ijlal

M. Alfito Ghifari

Sayyid Halim

Tb. Rafiansyah. A

Kerajaan Makasar merupakan kerajaan Maritim dan berkembang sebagai pusat perdagangan
di Indonesia bagian Timur.

Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Letak yang strategis,

2. Memiliki pelabuhan yang baik

3. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tahun 1511 yang menyebabkan banyak pedagang-
pedagang yang pindah ke Indonesia Timur.
Kehidupan Ekonomi

Sejarah Kerajaan Gowa Tallo

Kerajaan atau Kesultanan Gowa Tallo adalah salah satu kerajaan besar dan sukses yang ada
di wilayah Sulawesi Selatan.

Rakyat dari kerajaan Gowa Tallo adalah rakyat Makassar

Raja yang terkenal dari kerajaan ini adalah Sultan Hasanudin.

Kerajaan Gowa-Tallo merupakan kerajaan kembar yang membentuk persekutuan tahun 1528
dengan nama Makassar. Kerajaan ini terletak di tepi jalur utama perdagangan antara Malaka–
Maluku. Dampaknya adalah tempat ini menjadi persinggahan para pedagang yang datang dari
berbagai kawasan. Semakin lama, Makassar memainkan peranan penting di dalam pelayaran
dan perdagangan di Nusantara.

Isi dari perjanjian Bongaya antara lain:

a. VOC memperoleh hak monopoli perdagangan di Makasar.

b. Belanda dapat mendirikan benteng di Makasar.

c. Makasar harus melepaskan daerah-daerah jajahannya seperti Bone dan pulau-pulau di


luar Makasar.

d. Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.

Walaupun perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan Makasar terhadap Belanda tetap
berlangsung. Bahkan pengganti dari Sultan Hasannudin yaitu Mapasomba (putra
Hasannudin) meneruskan perlawanan melawan Belanda.Untuk menghadapi perlawanan
rakyat Makasar, Belanda mengerahkan pasukannya secara besar-besaran. Akhirnya Belanda
dapat menguasai sepenuhnya kerajaan Makasar, dan Makasar mengalami kehancurannya.

Sebagai pusat perdagangan Makasar berkembang sebagai pelabuhan internasional dan


banyak disinggahi oleh pedagang-pedagang asing seperti Portugis, Inggris, Denmark dan
sebagainya yang datang untuk berdagang di Makasar.

Dan masyarakat Makasar sangat percaya terhadap norma-norma tersebut.Di samping norma
tersebut, masyarakat Makasar juga mengenal pelapisan sosial yang terdiri dari lapisan atas
yang merupakan golongan bangsawan dan keluarganya disebut dengan
“Anakarung/Karaeng”, sedangkan rakyat kebanyakan disebut “to Maradeka” dan masyarakat
lapisan bawah yaitu para hamba-sahaya disebut dengan golongan “Ata”.

Kehidupan Sosial Budaya


KERAJAAN GOWA TALLO
Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri pasukannya
untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku. Akibatnya kedudukan Belanda
semakin terdesak. Atas keberanian Sultan Hasannudin tersebut maka Belanda memberikan
julukan padanya sebagai Ayam Jantan dari Timur. Upaya Belanda untuk mengakhiri
peperangan dengan Makasar yaitu dengan melakukan politik adu-domba antara Makasar
dengan kerajaan Bone (daerah kekuasaan Makasar). Raja Bone yaitu Aru Palaka yang merasa
dijajah oleh Makasar mengadakan persetujuan kepada VOC untuk melepaskan diri dari
kekuasaan Makasar.

kehidupan sosial budaya

Pelayaran dan perdagangan di Makasar diatur berdasarkan hukum niaga yang disebut
dengan ADE’ ALOPING LOPING BICARANNA PABBALUE, sehingga dengan adanya
hukum niaga tersebut, maka perdagangan di Makasar menjadi teratur dan mengalami
perkembangan yang pesat.

Selain perdagangan, Makasar juga mengembangkan kegiatan pertanian karena Makasar juga
menguasai daerah-daerah yang subur di bagian Timur Sulawesi Selatan.
TUGAS MAKALAH

SEJARAH SINGKAT MENGENAI:


KERAJAAN DEMAK
KERJAAN MATARAM
KERAJAAN BANTEN
KERAJAAN GORONTALO

DISUSUN OLEH KELOMPOK III:

ARNAWATI
KALISTA
SABARIA
ISMAYANTI
WA ODE RAHMAWATI K
LA ODE KARISMAN
DENI BAHARUDIN

MADRASAH ALIYAH 1 WAKATOBI


KEMENTRIAN AGAMA KABUPATEN WAKATOBI
TAHUN 2019

Anda mungkin juga menyukai