Anda di halaman 1dari 14

Selamatkan Indonesia...

# KAMMI
MEMANGGIL
Tuan Rumah Reformasi
Sikap Tegas
KAMMI!
Pengurus Pusat Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (PP KAMMI)
mengeluarkan sikap resmi untuk menjadi maklumat bagi seluruh kader baik di wilayah,
daerah maupun kampus-kampus agar menyikapi situasi terkini dengan cermat! Jangan
asal gerak, jangan gerak asal-asalan, meski tetap terus BERGERAK!
Harap diperhatikan dan diikuti oleh seluruh kader!

Selamatkan Indonesia...
KAMMI dengan TEGAS:

TOLAK RUU P-KS!


Tentang RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU P-KS).
Masa jabatan DPR periode 2014-2019 akan segera berakhir dan anggota
legislatif yang baru akan segera dilantik. Namun diakhir masa "injury time"
ini, DPR masih menyisakan beberapa persoalan terkait produk hukum, salah
satunya adalah pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual.
Beberapa pihak menuntut Dewan agar segera mengesahkan RUU P-KS. Di
sisi lain, masih banyak elemen masyarakat yang menolak atau meminta
dilakukan revisi mendasar terkait filosofi, judul dan bentuk-bentuk
kekerasan seksual dalam RUU P-KS. Bahkan pemerintah, dalam hal ini
beberapa kementrian terkait, telah menyusun Daftar Inventarisasi Masalah
(DIM) yang mencakup perubahan definisi serta memangkas 9 (Sembilan)
bentuk kekerasan seksual menjadi 4 (empat) bentuk saja. Hal ini senada
dengan pandangan pihak-pihak yang kritis terhadap RUU P-KS agar tidak
terjadi over kriminalisasi dan tumpang tindih dengan perundangan yang
telah ada.
Terkait aspek formil dan materil RUU P-KS, masyarakat wajib mengingatkan
anggota legislatif dalam memutuskan RUU di masa akhir jabatannya.
• Kinerja DPR di Indonesia memang perlu ditingkatkan, namun jangan
sampai DPR terkesan "kejar setoran" mengesahkan berbagai RUU yang masih
kontroversial. Secara etika tentunya ini sangat bermasalah. Ada anggota
legislatif yang tidak lagi terpilih pada periode mendatang, sehingga tidak etis
jika harus memutuskan sebuah RUU kontroversial yang akan mengikat dan
mengatur isu sensitif di masyarakat selama 5 (lima) tahun ke depan. Apalagi
jika RUU tersebut disinyalir akan mengubah hukum acara pidana seperti
RUU P-KS. Isu-isu krusial dalam RUU sebaiknya diputuskan oleh anggota
dewan yang masih menjabat agar tidak berkurang legitimasinya.
• Dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 Pasal 96 ayat 1 disebutkan
"Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis
dalam Pembentukan sebuah RUU." Artinya, RUU yang akan disahkan harus
memiliki tingkat partisipasi publik yang tinggi. Namun apabila aspek
formilnya tidak transparan dan prosesnya meragukan, RUU tersebut
berpotensi diajukan ke Mahkamah Konstitusi oleh masyarakat ketika telah
disahkan, baik aspek materil maupun formil. Hal tersebut harus dihindari
karena kontra-produktif dan menghabiskan energi bangsa.
• Pada aspek materil, RUU P-KS ini akan mengubah hukum acara pidana
secara besarbesaran. Hukum pidana khusus harus dikaji secara mendalam
dan diselaraskan dengan sejumlah aturan yang terkait, seperti KUHP, apalagi

Selamatkan Indonesia...
RUU KUHP sampai saat ini belum juga disahkan. Hukum acara harus diatur
melalui Undang-Undang, bukan peraturan yang lebih rendah karena akan
menyebabkan berbagai permasalahan dalam implementasinya.
• Ada wacana untuk menghapuskan definisi Kekerasan Seksual dalam
naskah RUU P-KS alasannya RUU ini adalah Lex Spesialis. Padahal
kedudukan definisi dalam sebuah UndangUndang sangat fundamental.
Anehnya, dalam DIM yang beredar, ditemukan definisi kekerasan seksual
yang subtansinya jauh berbeda dengan kejahatan kesusilaan yang ada di
dalam KUHP, baik secara filosofi maupun bentuk-bentuknya. Oleh karena
itu, jika memang ditujukan sebagai aturan yang khusus atau Lex Spesialis,
sejak awal RUU P-KS harus berganti judul menjadi "RUU Kejahatan
Kesusilaan" atau "RUU Kejahatan Seksual" sebagaimana usulan dari
berbagai pihak agar selaras dengan nafas KUHP.
• Isu krusial lainnya adalah terkait alat bukti. RUU ini berpotensi
menyebabkan terjadinya pelanggaran HAM secara masif karena mudah
sekali menjebak/ menuduh seseorang sebagai pelaku kekerasan seksual.
Dalam RUU P-KS disebutkan "Keterangan seorang korban saja sudah cukup
membuktikan terdakwa bersalah apabila disertai satu alat bukti lainnya".
Bunyi pasal ini dapat menghilangkan hak terdakwa untuk membela diri dan
2 menghadirkan saksi-saksi, apalagi dalam RUU P-KS sanksi pidananya
sangat tinggi, bahkan sampai mencabut hak politik seseorang. Masalah besar
lainnya dalam RUU P-KS adalah membuat sistem peradilan pidana tersendiri
yang mendikte lembaga penegak hukum untuk dapat memeriksa perkara
kekerasan seksual dengan kualifikasi tertentu, dan ini berpotensi
bertentangan dengan KUHAP.
Maka, beberapa rekomendasi dari kami sebagai bagian dari rakyat Indonesia
adalah :
1. DPR dan pemerintah sebaiknya tidak terburu-buru mengesahkan RUU P-
KS yang masih memiliki pertentangan besar di masyarakat, karena RUU yang
disahkan akan mengikat seluruh masyarakat. DPR dan Pemerintah sebagai
Lembaga pembentuk Undang-undang, berkewajiban memastikan sebuah
Undang-Undang memuat nilai-nilai filosofis, yuridis, dan sosiologis secara
seimbang. Jika salah satu nilai timpang, maka akan menyebabkan
keberlakuan dan daya ikat Undang-Undang tersebut runtuh.
2. DPR dan pemerintah wajib melibatkan dan menerima masukan dari
berbagai kelompok Masyarakat dalam setiap pembahasan RUU, terlebih lagi
menyangkut hukum pidana. Pihak-pihak yang kritis /kontra terhadap RUU
P-KS harus diakomodasi agar menjamin kesesuaian dengan nilai-nilai dan
norma yang hidup dalam masyarakat Indonesia. Jika peran masyarakat
diabaikan, maka RUU ini akan menimbulkan ketidakpastian dan kekacauan
hukum.

Selamatkan Indonesia...
3. DPR dan pemerintah harus transparan dalam membahas RUU P-KS, dan
tidak melakukan pembahasan di luar ketentuan Undang-Undang.
4. DPR dan pemerintah wajib memperhatikan dan melakukan kajian secara
holistik berbagai dampak yang mungkin timbul apabila RUU P-KS disahkan.
5. DPR dihimbau untuk menghentikan pembahasan RUU P-KS pada masa
sidang terakhir ini karena belum ada konsensus mengenai substansi RUU P-
KS di tengah masyarakat, dan sebagai bentuk pertanggungjawaban etis
anggota dewan terhadap seluruh rakyat Indonesia.

Jakarta, 17 Agustus 2019

Tergabung dalam aliansi bersama:


1 AILA Indonesia 2 Aliansi Perempuan Peduli Indonesia ( ALPPIND) 3 Aliansi Selamatkan Anak (ASA)
Indonesia 4 Alisa Khadijah ICMI 5 Asean Young Leaders Forum (AYLF) 6 Asosiasi Psikologi Islam Jakarta
7 Badan Kontak Majlis Taklim (BKMT) 8 DPP Pemuda Dewan Dakwah 9 Forsitma (Forum Silaturahmi
Ustadzah dan tokoh Majelis Taklim) 10 Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK)
Indonesia 11 Gerakan Indonesia Beradab (GIB) 12 GiGa (Penggiat Keluarga Indonesia) 13 Ikatan
Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Muda Pusat 14 Institut Pemikiran dan Peradaban Islam
Surabaya 15 Institut Pemikiran Islam dan Pembangunan Insan Bandung 16 Institute of Mental Health,
Addiction and Neuroscience (IMAN) 17 Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) 18 Koordinator Nasional
Lawan Kejahatan terhadap Perempuan (Kornas LAMPU) 19 Koordinator Pusat PII Wati 20 Lembaga
Bantuan Hukum Hidayatullah 3 21 Lembaga Kajian Hukum KAMMI (LKHK) 22 Majelis Nasional Forhati
23 Majelis Ormas Islam (MOI) 24 Muslimah Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Dakwah Islam
Thoriquna 25 Muslimat Mathla'ul Anwar (MUSMA) 26 Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PB PII)
27 Pengurus Besar Wanita Al Irsyad 28 Pengurus Pusat Pemuda Persis 29 Pengurus Pusat Persistri 30
Pengurus Pusat Salimah. 31 Pengurus Pusat Wanita Islam 32 PP FMI (Front Mahasiswa Islam) 33 PP
Front Mahasiswa Islam 34 PP Front Pembela Islam 35 PP Gerakan Pemuda Al Washilah 36 PP
Himpunan Mahasiswa Persis (HIMI) 37 PP Ikatan Pelajar Persis Putri (IPPI) 38 PP Jaringan Pemuda
Remaja Mesjid Indonesia (JPRMI) 39 PP Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) 40 PP
Mujahidah Pembela Islam 41 PP Muslimat Hidayatullah 42 PP Pemuda Al Irsyad 43 PP Pemuda
Persatuan Islam (Pemuda Persis) 44 PP Syabab Hidayatullah 45 Pusat Advokasi Hukum & HAM
(PAHAM) Indonesia 46 Pusat Advokasi Hukum & HAM Jakarta 47 The Center for Gender Studies 48
Umahatul Mukminin Indonesia 49 Wanita Parmusi 50 Wanita Persatuan Umat Islam (PUI) 51 Yayasan
Perak 52 Adab Insan Mulia 53 AGAP Indonesia 54 Aku Cinta Islam (ACI) 55 Al Khansa Foundation 56
Aliansi Arus Balik Surabaya 57 Aliansi Cerahkan Negeri (ACN) 58 Aliansi Masyarakat Peduli Ummat
(AMPU) Padang 59 Aliansi Pemuda Peduli Masa Depan Bali 60 Aliansi Pemuda Peduli Negeri 61 Aliansi
Perempuan Bangka Belitung 62 Aliansi Perempuan Cinta Pertiwi 63 Aliansi Perempuan Samarinda 64
Aliansi Ruang Riung Bandung 65 Annisa Hidayatullah 66 Aqil Baligh Community 67 Ashabul Kahfi 68
Baksilpedia 69 Bandar Karima 70 Bandung Bertauhid 71 Bandung Fighting Club (BFC) 72 Brigade Mesjid
(BPRKMI) 73 Brigade Muslim Indonesia 4 74 Cadik Indonesia 75 DAZ Community 76 Dewan Dakwah
Islamiyah Depok 77 Dewan Dakwah Islamiyah Jawa Barat 78 Dewan Dakwah Islamiyah Sulawesi
Selatan 79 DINAR (Dunia Islam Anak dan Remaja) 80 DKM Masjid Amaliyah Bandung 81 DPP Forum
Ittihad Jakarta 82 DPP Forum Peduli Bangsa di Jakarta 83 Family Consulting Centre Bekasi 84 FORIS

Selamatkan Indonesia...
(Forum Remaja Islam) 85 Forsi Himmpas Indonesia (FHI) 86 Forum Femininitas Bunda Bandung 87
Forum Ittihad Indonesia 88 Forum Mesjid dan Mushola BSD(FMMB) Tangerang Selatan 89 Forum
Pecinta Majelis Ilmu Bekasi (LMI) 90 Forum Peduli Bangsa 91 Forum Pemuda Bogor 92 Forum
Perempuan Peduli Moral (FPPM) 93 Forum Umat Islam Bersatu (FUIB) Makassar 94 Forum Ummat
Islam Bersatu Sulawesi Selatan 95 Fun Ta'lim Bandung 96 Garda ANNAS Indonesia 97 Gardaswara 98
Garis Bandung 99 Gema Annas Indonesia 100 Gema I65 101 Gerakan Bersama Sayangi Anak Indonesia
(Gema SAI) 102 Gerakan Menuju Anak Baik Indonesia (GEMABI) 103 Gerakan Peduli Generasi
Indonesia (GPGI) 104 Gerakan Peduli Perempuan (GPP) 105 Gerakan Peduli Remaja 106 Gerakan
Perempuan Penyelamat Negeri (G'PESEN) 107 Gerakan Remaja Masjid Al Azhar Jaka Permai 108
Gerakan Tasikmalaya Peduli Generasi (GALAKSI) 109 Ghuroba Youth Crew 110 Hayatuna Community
111 Hijracore 112 Himmpas Indonesia (FHI) 113 Himpunan Ahlusunnah Untuk Masyarakat Islami 114
Ibn Tsabit Institute 115 Ikatan Orang Tua Paud Karangsari Bandung 116 Ikatan Santri Aqdamul Ulama
Pasuruan 114 IndonesiaTanpaJIL (ITJ) 115 Institute of Civilization Pemuda Persis 116 Jakarta Synergi
117 Jamiyyah Aswaja Pandaan 118 Jawara Sunda 212 119 Jundullah Annas Indonesia 120 Keluarga
Remaja Islam BSD (KARIB) 121 KIPIK Depok 122 KIPIK Maros 123 KIPIK Pare Pare 124 KIPIK Sulawesi
Selatan 125 Komite Pemuda Islam Indonesia 126 Komunitas Dakwah dan Sosial (KODAS) 5 127
Komunitas Home Education based-on Akhlaq and Talet (HEBAT Community) 128 Komunitas Muslimah
Kajian Islam (KMKI) 126 Komunitas Pemuda Rindu Berbagi 127 Komunitas Pemuda Soeta 48
Bukittinggi 128 Komunitas Tenda Ilmu 129 Konseling Asyik Padang 130 KORNI Indonesia 131 KPSI
Sulawesi Selatan 132 Laskar Sedekah Bekasi 133 Lentera Insan Child Development and Education
Centre 134 Liga Muslim Sumatera Utara 135 Majelis Al-Ghuroba Bandung 136 Majelis Luqmanul
Hakim Nusantara Bandung 137 Majelis Ta'lim Sukapura (Kiaracondong) 138 Majelis Talim Al-Hidayah
Bandung 139 MJWJ (Manjaddawajada) 140 Murabbians 141 Muslimah Center Sulawesi Selatan 142
Muslimat Yaminas Luwu Sulawesi Selatan 143 One Day One Juz 144 One Ummah Movement 145
Peduli Sahabat 146 Pejuang Subuh 147 Pembela Ahli Sunnah 148 Pemberdayaan Perempuan Fokus
Islam 149 Pemuda Abrar 150 Pemuda Istiqamah Bandung 151 Pemuda Mesjid Al-Falah Bandung 152
Pengurus Paud Karangsari Bandung 153 Persaudaraan Muslim International Perwakilan Indonesia 154
Pondok Mualaf Indonesia 155 PP Ikatan Pelajar Persis Putri (IPPI) 156 PP Syabab Hidayatullah 157
PPNKRI (Paguyuban Pembela NKRI) 158 Q Gen (Quranic Generation) 159 Remaja Masjid Al Hidayah
Bandung 160 Rumah Quran Al Mumtazah 161 Rumpun Generasi Pembaharu 162 Sahabat Guru Mulia
(SGM) 163 Sahabat Hijrah 164 Sekolah Pemikiran Islam (SPI) 165 Siaga Bencana Akidah (SIGABAH) 166
Sinergi Komunitas Bekasi (SKB) 167 Sobat Hijrah Sukapura 168 Solidaritas Peduli Jilbab (SPJ) 169
Solidarity of Muslim Al-Quds Re-Taken (SMART 171) 170 SPA Milenial 171 Surabi Bandung 172 Tahsin
Santun 173 Tangerang Sinergi 174 Teras Dakwah Yogyakarta 175 Ummi Comunity For Lansia Bahagia
(UCALB) Sulawesi Selatan 176 Wahdah Islamiyah Jawa Barat 177 Wanita Al-Islam 178 Yasmina
Foundation Bogor 179 Yayasan Bakti Muslimah Surakarta 6 180 Yayasan Insan Mulia Surakarta 181
Yayasan Karima Cita Baki Sukoharjo 182 Yayasan Mihrab Quran Al Fatih 183 Yayasan Mutiara Iman
Karawang Jawa Barat 184 Yayasan Peduli Fitrah Insani (YPFI) 185 Yayasan Raudhotul 'Ilmi Karanganyar
186 Yayasan Rumah Keluarga Bahagia Bekasi 187 Yayasan Rumah Quran Jatinangor 188 Yayasan
Rumpun Nurani 189 Yayasan Tresna Sari Bawet 190 Yogya Family Centre

Selamatkan Indonesia...
KAMMI memutuskan untuk:

KAWAL REVISI KUHP!


Pasal penghinaan terhadap Presiden bisa jadi kemunduran demokrasi
Indonesia.
Kabar buruk kembali hadir dalam demokrasi Indonesia dimana rencana
revisi Kitab Undang-Undang Hukum Pidana akan kembali mengaktifkan
pasal penghinaan terhadap Presiden. Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat
Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia, Aza El Munadiyan melalui
pernyataan tertulis menyatakan bahwa rencana Revisi KUHP pasal
penghinaan terhadap Presiden bisa jadi kemunduran demokrasi Indonesia.
Pasal penghinaan yang telah dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi pada
tahun 2006 tersebut dinilai akan bertentangan dengan semangat demokrasi.
Maka rencana pengaktifan kembali pasal penghinaan terhadap Presiden
merupakan langkah mundur demokrasi di era reformasi kini. Pasal
penghinaan Presiden akan menambah daftar pasal karet untuk
membungkam sikap kritis dan menjadi senjata bagi penguasa untuk
memberhangus lawan-lawan politik, maupun aktivis kritis dan gerakan
mahasiswa. Pasal penghinaan terhadap Presiden tidak jelas standar baku
mengenai hal-hal yang dianggap menghina sehingga berbagai macam
perbuatan selama dirasa bertentangan dengan kedudukan Presiden dapat
dianggap sebagai penghinaan.
Sebagai contoh, belum lama ini sebuah cover majalah Tempo dianggap
penghinaan terhadap Presiden dikarenakan menggambarkan gambar atau
lukisan Jokowi dengan bayangan yang hidungnya memanjang bak Pinokio.
Catatan lain misalkan pada Pemilu 2019 menunjukan bahwa pasal karet UU
ITE membuat penegakan hukum Indonesia tajam kepada lawan dan tumpul
kepada kawan pendukung pemerintah.
Pasal penghinaan terhadap Presiden melanggar Hak Asasi Manusia, padahal
negara menjamin hak dalam menyampaikan pendapat di muka umum dalam
pasal 28 UUD 1945. Diperjelas dengan UU Nomor 9 Tahun 1998 tentang
kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum. Untuk itu, PP
KAMMI menolak mengenai pengaktifan kembali pasal tentang penghinaan
Presiden yang berpotensi tendesius dan sarat akan penyalahgunaan. Apabila
tetap disahkan DPR RI, jalur hukum akan ditempuh untuk membatalkan
seluruh pembahasan KUHP ini.
Bersinggungan kembali dengan RUU P-KS
Sementara itu isi pengaturan yang dimuat di dalam KUHP merupakan bagian
sejarah sistem hukum bangsa Indonesia yang panjang. Ia berkedudukan
sebagai kitab utama dalam penegakan pemidanaan di wilayah ini sejak tahun

Selamatkan Indonesia...
1815. Dalam posisinya seperti itu, suatu kekeliruan di dalam KUHP dapat
berujung lebih fatal karena pasal-pasal KUHP di masa mendatang dapat
dijadikan dasar bagi derivat perundang-undangan lainnya.
Sehingga upaya pengesahan Revisi KUHP sebagai reformasi hukum harus
dimaknai dua sisi yang krusial, yakni (1) perubahan tersebut adalah amanat
pembangunan hukum karena KUHP yang berlaku saat ini memerlukan
pemutakhiran seiring perkembangan atas permodelan tindak pidana yang
ada di masyarakat, (2) perubahan tersebut memerlukan pengawalan ketat
dari seluruh rakyat karena terhubung kuat dengan tata kemasyarakatan
umum.
Meninjau (a) bahwa draft Revisi KUHP tidak pernah dipublikasi secara resmi
di situs DPR RI sehingga terjadi kesimpangsiuran informasi yang
memerlukan klarifikasi, (b) bahwa terdapat dinamika pembahasan terutama
pada pengaturan mengenai tindak pidana yang terkait seksualitas dan
kesusilaan, dan (c) bahwa di dalam pembahasan tersebut terdapat
identifikasi pendekatan liberalisme sebagaimana dimuat dalam RUU P-KS
yang KAMMI tolak, sesuai kajian Lembaga Kajian Hukum KAMMI (LKHK)
dan Bidang Perempuang PP KAMMI (BP PP KAMMI) memandang perlu untuk
menyatakan sikap sebagai berikut:
1. Perundang-undangan sebagai hukum positif harus senantiasa
memandang pada perwajahan nilai dan moralitas yang secara luas hidup
di dalam masyarakat. Sehingga hendaknya Revisi KUHP secara
konsisten menjaga konsesi ketahanan keluarga yang berlandaskan
kepada agama sebagai konteks perumusan tindak pidana yang terkait
seksualitas.
a. Revisi KUHP tidak diperkenankan memisahkan suatu tindak pidana
kesusilaan dari situasi spesifik terkait institusi perkawinan yang
melingkupinya.
b. Materi tentang kesusilaan dalam institusi perkawinan wajib
memperhatikan upaya ketahanan keluarga dengan cara
mengutamakan perdamaian, mediasi, perbaikan dan pembinaan
keagamaan.
c. Pasal 418 RKUHP dapat diartikan lain yaitu apabila Persetubuhan
dilakukan berdasarkan persetujuan pihak perempuan, dan pihak laki-
laki menepati janji untuk menikahi, maka persetubuhan tersebut
diperbolehkan dan bukan merupakan suatu tindak pidana.
d. Materi terkait tindak pidana pengingkaran janji untuk menikahi
setelah persetubuhan tersebut di luar pernikahan akan meruntuhkan
fungsi pernikahan sebagai pelembagaan satu-satunya bagi
persetubuhan yang dibenarkan hukum selaras dengan moral
masyarakat.
e. Materi pengaturan sebagaimana dimaksud dalam huruf c
kontraproduktif dengan keterjagaan ketahanan keluarga sebab akan
mendorong perempuan memberikan konsen sex karena merasa

Selamatkan Indonesia...
memiliki payung hukum. Dengan demikian kerusakan perempuan dan
laki-laki tidak dicegah, justru dibiarkan bebas sepanjang adanya
“janji”.
f. Materi pengaturan sebagaimana dimaksud dalam huruf c secara tidak
langsung merumuskan konsepsi yang sangat fatal, yakni, bahwa
“konsen sex” dan “nilai kesusilaan” seseorang dapat menjadi komoditas
pada suatu perjanjian yang janji tersebut tidak dapat dibuktikan
secara mudah.
g. Padahal dalam masyarakat beragama, konsen sex seharusnya tidak
diberikan di luar pernikahan. Hal semacam ini sama artinya
diperbolehkannya perzinaan di masyarakat.
2. Perundang-undangan sebagai upaya perbaikan masyarakat harus
mengidentifikasi persoalan secara jelas, tepat dan bersifat akaran bukan
secara keliru menjerumuskan masyarakat. Sehingga hendaknya Revisi
KUHP konsisten melihat minimnya kadar moral dan penyimpangan
seksual sebagai persoalan yang terkait dengan tindak pidana
kesusilaan.
a. Revisi KUHP tidak diperkenankan menempatkan tindak pidana
perkosaan ke dalam Bab XXII kategori Tindak Pidana Terhadap Tubuh
karena akan mengaburkan penafsiran hukum terkait nilai martabat
kesusilaan yang terkandung di dalamnya.
b. Seharusnya mengenai Perkosaan ini masuk dalam Bab XV kategori
Tindak Pidana Kesusilaan
c. Perspektif kebebasan seksual harus dijauhkan sedapat-dapatnya
karena menyelisihi cita-cita hukum Indonesia yang bertumpu pada
keadaban.
d. Pasal 600 RKUHP, mengenai tindak pidana khusus dapat ditafsirkan
sebagai tidak diperbolehkannya penolakan terhadap pelaku
penyimpangan seksual karena dibenarkan secara universal,
sedangkan di Indonesia penyimpangan seksual tersebut tidak diakui
dan tidak dibenarkan secara konstitusi.
e. Persetujuan terhadap hubungan seksual yang diakui secara hukum
universal merupakan pelanggaran terhadap norma kesusilaan yang
ada dalam tatanan masyarakat kita.
3. Perundang-undangan sebagai suatu bagian dari sistem hukum yang solid
harus memuat penormaan yang tidak saling meniadakan. Sehingga
hendaknya Revisi KUHP konsisten menyusun konteks pemidanaan
terhadap pornografi, pornoaksi dan penyimpangan seksual.
a. Pengecualian konten pornografi di dalam seni dan pengetahuan adalah
suatu klausul yang menghilangkan kepastian hukum pada
pemidanaan atas pornografi.
b. Persetubuhan yang disepakati oleh norma agama adalah persetubuhan
yang lahir dari ikatan perkawinan, Revisi KUHP bertentangan dengan
norma agama dengan memasukkan samen leven dalam delik
pengaduan.

Selamatkan Indonesia...
c. Sehingga Pasal 419 RKUHP dapat diartikan diperbolehkannya samen
leven (kumpul kebo) apabila dari pihak anak, istri, suami, maupun
orang tua pelaku samen leven tidak melakukan pengaduan kepada
pihak berwenang.
d. Merujuk pasal-pasal sebelumnya yang memperbolehkan persetubuhan
tidak halal, terdapat juga Pasal 420 yang memperbolehkannya
persetubuhan di luar hubungan sedarah dalam garis ke samping dan
ke bawah sampai tiga derajat. Jadi, berdasarkan pasal-pasal tersebut
RKHUP ini memperbolehkannya persetubuhan tidak halal yang
dilarang oleh semua penganut agama yang diakui di Indonesia dan juga
bertentangan dengan Pancasila.
e. Adanya konsesi delik aduan pada pemidanaan kumpul kebo dan
perzinaan membuat pemidanaan pada penyimpangan seksual juga jadi
kehilangan kepastian hukum.
f. Selain itu adanya pengecualian konteks pendidikan untuk
menunjukkan alat-alat kontrasepsi juga dapat menjadi penghilangan
atas konsep pendidikan seks yang sesuai moral masyarakat.
g. Dalam pelaksanaannya, materi pengaturan sebagaimana dimuat
dalam Pasal 416 RKUHP tersebut dapat membuka celah bagi
pengarahan masyarakat ke arah seks bebas.
Pembahasan belum final.
Seperti diketahui, bahkan antara tim perumus, anggota legislatif, dan
pemerintah Jokowi sendiri memperlihatkan ketidakkompakan. Tidak hanya
beberapa pasal yang memungkinkan akan menjadi perdebatan di kalangan
masyarakat sipil, Revisi KUHP menampakkan ketidaksiapan untuk disahkan
dalam waktu dekat, bahkan jika memaksakan harus dalam Periode
Pemerintah Jokowi-JK kini. Pihak Pemerintah Jokowi sendiri memberikan
daftar list berupa 6 isu krusial dan 14 Pasal yang perlu direvisi, masyarakat
sipil pun tidak kalah tajam menyoroti oleh sebab RKUHP sendiri dianggap
sebagai alat lama menghantarkan pada memori-memori Orde Baru. KAMMI
pun mengkaji sederet Pasal yang tidak akan dibiarkan begitu saja disahkan.
Oleh karena itu, KAMMI menganggap pembahasan sedemikian belum final,
dan RKUHP tidak bisa disahkan.
Sikap KAMMI akan mengawal Revisi KUHP sampai akhir, karena tidak
mungkin lepas pembahasan tersebut di legislatif meski melewati Periode
Pemerintahan Jokowi-JK dan akan tetap dilanjutkan dalam pembahasan
legislatif di Pemerintahan Jokowi - MA (jika jadi dilantuk) berikutnya.
Referensi UU 12 Tahun 2011.

Selamatkan Indonesia...
KAMMI mendesak:

TANGKAP BEGUNDAL LAHAN!


Mereka bukan begundal jalanan, namun konglomerat ber-jas ber-dasi bak
orang-orang eropa seperti kata Jokowi kala kampanye 2019 lalu.
Kerusakan lingkungan seperti pencemaran limbah dan kebakaran hutan
yang akhir-akhir ini terjadi merupakan ulah para konglomerasi lahan yang
hanya mementingkan kepentingan kapital mereka dan golongannya sendiri.
Tanpa memperdulikan rakyat kecil, penduduk sekitar kawasan
perkebunan/hutan, negara tetangga, dengan asap yang mematikan tersebut
dapat menyebabkan hilangnya nyawa bayi-bayi bahkan mahluk-mahluk
hidup lain di habitat hutan-hutan Sumatera dan Kalimantan itu. Bengis.
Kebakaran hutan yang kata Jokowi kini telah berkurang saat kampanye
justru kini mencapai puncak-puncaknya. Apakah karena usai sudah masa
kampanye? Yang jelas kasus ini menjadi catatan kelam di akhir Periode
Pemerintahan Jokowi – JK.
Dikutip dari tirto.id. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, luas kebakaran hutan di Indonesia mencapai 328.722 hektar
sepanjang tahun 2019. Tercatat, seluas 44.769 hektar di Kalimantan Tengah,
25.900 hektar di Kalimantan Barat, 19.490 hektar di Kalimantan Selatan,
11.826 hektar di Sumatera Selatan, 11.022 hektar di Jambi, dan 49.266
hektar di Riau. Seakan pertanda alam akhir Pemerintahan Jokowi.
Sementara berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana
BNPB, jumlah titik panas pada Jumat (19/09) Pukul 09.00 WIB dilaporkan
5086, dengan titik terbanyak di Kalimantan Tengah dengan 1443 titik panas,
disusul Kalimantan Barat dengan 1384 titik, Jambi 695 titik, Sumatera
Selatan 532 titik, Riau 187 titik, dan Kalimantan Selatan dengan 169 titik.
Dilansir oleh katadata.co.id. Hingga indikator udara menunjukkan kualitas
udara masuk pada kategori berbahaya atau bahkan peringatan
meninggalkan Kota/Daerah tersebut. Kota Palangkaraya misalkan (17/09)
angka partikulat meter 10 (PM10) menyentuh angka 500 sehingga masuk
kategori berbahaya.
Namun seperti yang sudah dijelaskan di awal bahwa penyebab kebakaran
tersebut tidaklah murni alam. Demi keserakahan, maka tangan-tangan jahat
bermain untuk memuluskan jalan perluasan lahan. Pembukaan lahan
perkebunan oleh para pengusaha pemilik hak konsesi pengelolaan lahan
berstatus HPH atau HGU apapun itu, dirasa paling efisien alias ngirit dengan
bekal “api” saja. Tanpa memperpedulikan sekitarnya karena mereka pun
sesungguhnya berada jauh dari pusaran asap berhembus.
Akar masalahnya kita dapat. Pengelolaan lahan yang amburadul dan korup.

Selamatkan Indonesia...
Cabut UU KPK yang baru, atau:

BUBARKAN KPK!
Seluruh rangkaian perhelatan panggung jalanan yang hampir ada di seluruh
Kota di seluruh Indonesia ini tidak lain dan tidak bukan karena KPK.
Batalkan Firli. Keluarkan Perpu. cabut UU KPK yang baru! Atau daripada
berada di tangan yang salah, maka KAMMI menyarankan Presiden Jokowi
Yang Mulia Yang Terhormat untuk menutup secara resmi Komisi
Pemberantasan Korupsi tersebut dengan tangan sendiri.
Kongkalikong terjadi. Seluruh fraksi di DPR setuju Revisi Undang-Undang
Nomor 30 Thaun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(UU KPK) yang diusulkan Badan Legislasi DPR. KAMMI menilai pengesahan
UU KPK yang baru ini merupakan bentuk pengkhianatan terhadap rakyat.
Sisi lain, ketika lembaga survei dari Pusat Penelitian Politik (P2P) Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan tingkat kepercayaan publik
terhadap demokrasi masih besar. Namun, dalam survei yang sama
kepercayaan publik terhadap Partai Politik relatif terpuruk, beda hal nya
dengan KPK.
Kajian Deni Setiadi, Ketua Bidang Kebijakan Publik PP KAMMI
menyimpulkan tergesa-gesanya pengesahan Revisi UU KPK sebagai bentuk
ketakutan terganggunya aktivitas korup dan hanya akan menjadi landasan
upaya untuk melemahkan KPK. Lanjutnya, DPR seharusnya menuntaskan
masukan-masukan masyarakat sipil, hingga tidak terjadi keteledoran
sedemikian rupa. “Apakah ada agenda jahat?” Tanya Deni.
Semua Partai Politik harus tanggungjawab.
Seluruh mata sedang menyoroti tajam tingkah laku DPR, arus berujung mosi
tidak percaya masyarakat sipil melalui tangan mahasiswa ini semakin deras.
Namun kemampuan kepemimpinan tingkat pusat saat ini khususnya
Presiden Jokowi tak akan mampu mencapai pada titik kebijakan Presiden
bernama Dekrit. Jika elite dan oligarki masih tetap kompak dan satu suara,
salah-salah Jokowi sendiri yang akan berakhir sebelum dilantik melanjutkan
periode keduanya. Ingat saja ujung tahun 2001, sejarah masih berulang.
Suara-suara revolusi akan terus bergema, “mosi tidak percaya!”, “turunkan
Jokowi!”, dll, jangan dikira ini suara dadakan dan begitu saja terjadi.
Begitulah logika mahasiswa, hubungan masyarakat sipil dan mahasiswa
sudah terbangun cukup rapi di banyak daerah sejak awal, upaya Pemerintah
Jokowi dan Legislatif dengan proses pemilihan Ketua KPK hingga pengesahan
UU KPK baru dianggap sebagai upaya pelemahan KPK yang merupakan
lembaga dengan tingkat kepercayaan masyarakat paling tinggi. Maka jika
saat ini demikian terjadi, wajar-wajar saja.
Selamatkan Indonesia...
Yang perlu menjadi perhatian untuk peringatan dini para kader KAMMI dan
seluruh mahasiswa adalah jangan sampai tangan-tangan kepentingan elite
bergerak dalam teriak-teriakan kalian hanya demi bargaining politik golongan
berbalut romantisme-romantisme perlawanan. Waspadai penumpang gelap!
Sesungguhnya menjelang serangkaian pelantikan DPR, dan Pemerintahan
Jokowi periode kedua ditambah dalam bayang-bayang resesi maka
menciptakan instabilitas demi mulusnya tatanan baru kepentingan elite
tertentu HARUS SANGAT DIWASPADAI. Karena penurunan Presiden
Soeharto kemudian penurunan Presiden Abdurrahman Wahid (GusDur)
tidak serta merta mengganti pusaran elite yang masih itu-itu saja, hingga
saat ini! Reformasi jangan sampai dibajak dan jangan terjebak dengan
pusaran pertarungan antar oligarki yang tidak menguntungkan rakyat kecil.
21 tahun Reformasi sudah, KAMMI hanya ingin mengingatkan musuh utama
kader KAMMI dan seluruh mahasiswa adalah pengangguran, kemiskinan,
dan lebarnya jurang kesenjangan antara Si Kaya dan Si Miskin. Maka mari
songsong perbaikan yang adil dan beradab, untuk perubahan.

SELAMATKAN JOKOWI!
KAMMI pasti turun ke jalan, akan tetap ada, dan terus ada bersama
mahasiswa, bersama ummat, dan bersama seluruh rakyat Indonesia.
Selamatkan Indonesia!

Jakarta, 24 September 2019


Tuan Rumah Reformasi!

Tim Pengkaji: Revi dan tim BP serta aliansi; Mira dan tim LKHK; Bayu dan
tim infokom; Deni dan tim KP; Aza el; Barri; dll
Penanggungjawab: Barri Pratama
Pelindung: Irfan Ahmad Fauzi

Selamatkan Indonesia...
Selamatkan Indonesia...

Selamatkan Indonesia...

Anda mungkin juga menyukai