Anda di halaman 1dari 7

Cakradonya Dent J 2014; 6(2):678-744

ANTIBIOTIK DALAM DUNIA KEDOKTERAN GIGI

Hijra Novia Suardi

Departemen Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

ABSTRAK
Antibiotik dalam bidang kedokteran gigi sangat luas digunakan baik untuk pengobatan infeksi
(terapeutik) ataupun dengan tujuan profilaksis penyakit infeksi. Antibiotik yang banyak digunakan
dalam bidang kedokteran gigi adalah golongan penisilin seperti penisilin dan amoksisilin, makrolida
seperti klindamisin, golongan sefalosporin dan metronidazol. Hal ini sesuai dengan jenis bakteri yang
sering menyebabkan infeksi odontogenik, yaitu bakteri Gram positif dan bakteri anaerob. Tingkat
penggunaan antibiotik secara empiris yang tinggi menimbulkan berbagai permasalahan sehingga
dapat menyebabkan penggunaan antibiotik yang tidak rasional. Pemilihan antibiotik dan penyesuaian
dosis obat harus dilakukan secara cermat dan tepat pada pasien-pasien khusus yang mengalami
perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik, diantaranya pasien anak-anak dan usia lanjut, pasien
dengan gangguan fungsi ginjal dan/ atau hati, serta pasien wanita yang sedang hamil atau menyusui.
Insiden terjadinya resistensi terhadap antibiotik mulai terjadi peningkatan di berbagai bidang
kesehatan belakangan ini, termasuk kedokteran gigi sehingga diperlukan perhatian khusus termasuk
dari para dokter gigi untuk menekan kejadian ini dengan menggunakan antibiotik secara tepat dan
benar.

Kata kunci: antibiotik, kedokteran gigi, indikasi, resistensi

ABSTRACT
Antibiotic in dentistry is very widely used as for the treatment of infection (therapeutic) or even with
the purpose of prophylaxis of infection diseases. The common antibiotic that is used by a dentist is the
penicillins such as penicillin and amoxicillin, macrolides such as clindamycin, cephalosporins and
metronidazole. This is consistent with the type of bacteria that often cause odontogenic infections are
Gram-positive bacteria and anaerobic bacteria. The antibiotic use level is high rise to various
problems that can lead to irrational use of antibiotics. Selection of antibiotics and drug dose
adjustment should be done carefully and precisely in patients specifically undergoing changes
pharmacokinetics and pharmacodynamics. Such patients include patients with children and the
elderly, patients with impaired renal function or liver, as well as female patients who are pregnant or
breastfeeding.The incidence of antibiotic resistance began to increase in many areas of health lately,
including dentistry that required special attention, including from the dentist to suppress these events
by using antibiotics appropriately and correctly.

Key words: antibiotic, dentistry, indication, resistance

692
Cakradonya Dent J 2014; 6(2):678-744

PENDAHULUAN diklasifikasikan menjadi: (1) spektrum sempit,


Kedokteran gigi merupakan suatu dan (2) spektrum luas. Batas antara kedua
bidang spesialisasi yang bertujuan untuk spektrum ini sebenarnya tidak terlalu jelas.
menangani infeksi gigi atau memulihkan dan Secara garis besar perbedaan kedua kelompok
merehabilitasi struktur gigi yang hilang akibat ini dapat dibedakan dengan contoh sebagai
proses infeksi bakteri. Penggunaan antibiotik berikut: contohnya, penisilin G, yaitu salah
merupakan salah satu bagian dari terapi dokter satu antibiotik golongan penisilin sangat aktif
gigi sehingga meresepkan antibiotik terhadap bakteri-bakteri Gram positif, tetapi
merupakan hak istimewa yang dimiliki oleh tidak peka terhadap bakteri Gram negatif. Hal
dokter gigi yang tidak boleh disalahgunakan. ini berkebalikan dengan streptomisin, suatu
Penggunaan antibiotik yang tidak rasional antibiotik golongan aminoglikosida yang
akan menyebabkan peningkatan beban pasien sangat aktif terhadap bakteri Gram negatif,
dan masyarakat dengan meningkatnya biaya tetapi tidak peka terhadap bakteri Gram
pengobatan, efek samping, dan juga risiko positif. Di lain pihak, cefotaksim, suatu
terjadinya resistensi antibiotik. antibiotik golongan sefalosporin, aktif
Penyalahgunaan antibiotik telah dianggap terhadap beberapa bakteri Gram positif dan
sebagai masalah pandemi oleh WHO, dan dari beberapa bakteri Gram negatif. Demikian pula
berbagai laporan didapatkan bahwa dengan tetrasiklin, antibiotik ini aktif terhadap
penyalahgunaan antibiotik juga dilakukan oleh beberapa bakteri Gram positif maupun bakteri
dokter gigi.1 Karena itu, para dokter gigi harus Gram negatif. Dari contoh tersebut, penisilin
lebih memperhatikan apa dan bagaimana G dan streptomisin dikelompokkan kedalam
menggunakan antibiotik secara baik dan benar. golongan antibiotik spektrum sempit,
Pengobatan menggunakan antibiotik sedangkan cefotaksim dan tetrasiklin termasuk
dimulai sejak ditemukannya zat kimia kelompok antibiotik spektrum luas. Meskipun
golongan sulfa, penisilin, tetrasiklin, dan suatu antibiotik berspektrum luas, efektivitas
eritromisin pada pertengahan abad ke-20. kliniknya belum tentu seluas spektrumnya
Semenjak itu, dilakukan banyak penelitian sebab efektivitas maksimal diperoleh dengan
klinis dan farmakologis untuk menjawab menggunakan obat terpilih untuk infeksi yang
berbagai tantangan atau masalah yang timbul sedang dihadapi terlepas dari efeknya terhadap
berkenaan dengan antibiotik, diantaranya mikroba lain.3,4
pertumbuhan infeksi bakteri yang meluas, Berdasarkan struktur kimianya,
penemuan patogen-patogen baru, munculnya antibiotik dibedakan atas beberapa kelompok,
resistensi antibiotik, konsolidasi penyakit- yaitu: (1) betalaktam yang terdiri atas
penyakit baru, dan sebagainya.2 golongan penisilin dan derivatnya,
Antibiotik merupakan zat yang sefalosporin, karbapenem, dan monobaktam,
dihasilkan oleh suatu mikroorganisme (bakteri, (2) makrolida dan ketolid, (3) linkomisida, (4)
fungi, aktinomicetes) yang dapat menghambat metronidazol, (5) tetrasiklin, (6) kuinolon, (7)
pertumbuhan mikroorganisme jenis lain. aminoglikosida, (8) vankomisin, (9)
Pemakaian antibiotik sebagai terapi dasar sulfonamid, (10) kloramfenikol.3,4
dalam penyakit infeksi harus dilakukan secara Antibiotik sering digunakan di bidang
bijak dan rasional untuk menghindari kedokteran gigi dengan berbagai indikasi,
terjadinya peningkatan resistensi antibiotik diperkirakan lebih kurang 10% dari semua
dan efek samping yang tidak diinginkan yang peresepan berhubungan dengan infeksi gigi.
menyebabkan penyakit infeksi akan semakin Kombinasi amoksisilin dan asam klavulanat
sulit diberantas. Obat yang digunakan untuk merupakan antibiotik yang paling sering
membasmi mikroba, penyebab infeksi pada diresepkan oleh dokter gigi.5
manusia, ditentukan harus memiliki sifat
toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, TINJAUAN PUSTAKA
obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik Hubungan Antara Kuman Penyebab
untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk Infeksi Gigi dengan Antibiotik
hospes.3 Secara umum kuman dikategorikan
Sifat antibiotik berbeda satu dengan dalam dua kelompok besar, yaitu: (1) kuman
lainnya. Aktivitasnya bergantung pada jenis Gram positif, dan (2) kuman Gram negatif.
bakteri yang menginfeksi. Berdasarkan Kuman Gram positif dan negatif dibedakan
perbedaan sifat spektrum kerjanya, antibiotik menjadi dua kelompok, yaitu kuman aerob dan

693
Cakradonya Dent J 2014; 6(2):678-744

anaerob.3 Kuman Gram positif aerob yang sehingga merupakan alternatif untuk pasien-
sering dihadapi di praktik adalah kuman pasien yang alergi penisilin dan resisten
Staphylococcus dan Streptococcus. Kuman terhadap penisilin.8
Gram positif aerob ini sensitif terhadap Metronidazol merupakan antibiotik
antibiotik golongan penisilin, sefalosporin, dan yang berguna dalam mengatasi berbagai
eritromisin. Kuman Gram positif anaerob peradangan akibat protozoa dan bakteri
seperti Clostridium tetani dan Clostridium anaerob. Spektrum metronidazol terbatas pada
botulinum peka terhadap antibiotik golongan bakteri anaerob obligat dan beberapa bakteri
penisilin dan metronidazol. Kuman Gram mikroaerofilik, dan paling efektif melawan
negatif aerob seperti Neisseria gonorrhoeae, bakteri anaerob Gram negatif yang
Neisseria meningitidis, Klebsiella, bertanggung jawab pada peradangan orofasial
Enterobacter, Escherichia coli, Pseudomonas, akut dan periodontitis kronis. Kombinasi
Salmonella, dan lainnya, dapat dilawan dengan metronidazol dengan antibiotik betalaktam
antibiotik seperti penisilin, tetrasiklin, pada peradangan oral diindikasikan untuk
kloramfenikol, dan sefalosporin. Sedangkan peradangan orofasial akut yang serius dan
kuman Gram negatif anaerob seperti pada penatalaksanaan periodontitis agresif.2,8
Bacterioides dan Fusobacterium dapat Lamanya pemberian (durasi) antibiotik
diberikan linkomisin dan klindamisin, yang ideal adalah siklus tersingkat yang
metronidazol, serta kombinasi amoksisilin- mampu mencegah relaps klinis dan
asam klavulanat adalah antibiotik yang masih mikrobiologis. Sebagian besar infeksi akut
sensitif terhadap kuman-kuman ini.5,6 akan sembuh dalam waktu 3–7 hari.6
Kavitas oral memiliki berbagai jenis
mikroorganisme dan yang paling sering Indikasi Penggunaan Antibiotik dalam
menyebabkan infeksi odontogenik adalah Kedokteran Gigi
Streptococcus dan kuman negatif anaerob, Penggunaan antibiotik di bidang
diantaranya Streptococcus alfa-haemolyticus, kedokteran gigi biasanya dilakukan secara
Streptococcus viridans, Peptostreptococcus empiris, klinisi yang menggunakan antibiotik
spp, Prevotella intermedia, Porphyromonas tersebut tidak mengetahui secara pasti
gingivalis, Fusobacterium nucleatum, dan mikroorganisme penyebab infeksi karena
Gram negatif anaerob.6,7 Antibiotik oral yang jarangnya dilakukan kultur terhadap pus atau
efektif melawan infeksi odontogenik akibat eksudat yang berasal dari jaringan gigi yang
mikroorganisme tersebut adalah antibiotik mengalami kelainan. Pemilihan antibiotik
golongan penisilin (penisilin, amoksisilin), didasarkan pada keadaan klinis dan data
makrolida (klindamisin, azithromisin dan epidemiologis bakteri yang ada sehingga
eritromisin), sefalosporin (cefadroksil), serta antibiotik yang sering digunakan adalah
metronidazol.8 antibiotik dengan spektrum luas dengan
Penisilin adalah antibiotik yang penggunaan jangka pendek, sekitar 7 hingga
memiliki cincin betalaktam dan bersifat 10 hari.2,6 Pemberian antibiotik seringkali
bakterisidal. Obat ini efektif melawan didasarkan pada beberapa indikasi berikut:
sebagian besar bakteri Gram positif. Penisilin
dengan spektrum luas terhadap kuman Gram 1. Infeksi Odontogenik Akut
positif dan negatif antara lain amoksisilin dan Penggunaan antibiotik yang
ampisilin, tetapi aktivitasnya dapat dihambat dikombinasi dengan intervensi tindakan
oleh penisilinase dan betalaktamase. Karena (surgical therapy) merupakan suatu
itu, kombinasi penisilin dengan bahan penatalaksaan yang paling bijaksana dalam
penghambat enzim penisilinase seperti asam infeksi odontogenik, tetapi pemberian
klavulanat dan sulbaktam menjadi salah satu antibiotik pada kasus ginggivitis kronis dan
pilihan karena dapat mempertahankan aktivitas abses periodontal tidak direkomendasikan,
melawan penisilinase dari streptococcus dan kecuali terjadi penyebaran ke daerah lainnya.1
betalaktamase dari berbagai mikroba Gram Endodontik adalah salah satu area
negatif sehingga memperluas spektrum kesehatan gigi yang menggunakan antibiotik
kerjanya.3,9 secara luas dalam farmakoterapinya. Proses
Golongan makrolida memiliki aktivitas peradangan yang menyertai nyeri endodontik
spektrum yang hampir sama dengan penisilin, biasanya berasal dari infeksi mikroba, tetapi
terutama terhadap mikroba Gram positif juga bisa disebabkan oleh faktor mekanis atau

694
Cakradonya Dent J 2014; 6(2):678-744

kimiawi.10 Sefalosporin golongan pertama 3. Profilaksis Infeksi


seperti cefadroksil dan sefadril adalah Penggunaan antibiotik sebagai
antibiotik spektrum luas yang diindikasikan profilaksis telah diterima secara luas.
untuk kasus endodontik karena memiliki Penggunaan dengan indikasi ini umum
penetrasi yang baik pada jaringan tulang dan digunakan pada kedokteran gigi. Antibiotik
memiliki kepekaan terhadap bakteri Gram sebagai profilaksis digunakan untuk mencegah
positif. Selain itu juga digunakan klindamisin, terjadinya infeksi fokal dan infeksi lokal.
azithromisin dan ciprofloksasin.10,11 Biasanya tujuan penggunaan antibiotik
Abses odontogenik adalah infeksi yang sebagai profilaksis fokal infeksi adalah sebagai
melibatkan banyak bakteri meliputi berbagai pencegahan kejadian endokarditis infektif.
bakteri fakultatif anaerob seperti Streptococcus Hubungan antara infeksi bakteri dan
viridans dan Streptococcus anginosus, serta endokarditis telah ditemukan sejak sebelum
bakteri obligat anaerob seperti spesies abad ke-20. Beberapa studi menunjukkan
Prevotella dan Fusobacterium.8,10 Secara tindakan pada gigi merupakan pemicu
umum, organisme yang ditemukan pada abses terjadinya endokarditis, terutama pada
alveolar, abses periodontal dan pulpa nekrotik kesehatan periodontal yang buruk.10,13,14
adalah bakteri Gram positif aerob dan bakteri Lockhart (1996) melaporkan banyak kasus
anaerob.11 Penisilin merupakan antibiotik yang endokarditis infeksi yang terjadi setelah
sensitif terhadap golongan kuman tersebut. ekstraksi gigi dan pembedahan periodontal.15
Antibiotik lain yang sering digunakan untuk Karena itu, pemberian antibiotik untuk
mengobati abses odontogenik akut diantaranya profilaksis diindikasikan pada pasien yang
amoksisilin, metronidazol, klindamisin dan berisiko dalam hal prosedur invasif dalam
eritromisin. Akibat tingginya angka resistensi rongga mulut, misalnya pasien yang
terhadap antibiotik, penggunaan kombinasi menggunakan katup jantung buatan, pasien
Amoksisilin-klavulanat lebih disukai karena dengan penyakit jantung kongenital,
spektrum kerja yang luas dan memiliki profil menggunakan bahan atau alat jantung buatan,
farmakokinetik yang baik.2,8,12 serta penerima transplantasi jantung.10,14
Durasi penggunaan antibiotik untuk Regimen standar yang digunakan untuk
infeksi odontogenik yang paling ideal adalah indikasi ini adalah amoksisilin dosis tinggi (2
siklus tersingkat yang mampu mencegah gram secara oral) yang diberikan satu jam
relaps klinis dan mikrobiologis. Sebagian sebelum tindakan intervensi terhadap gigi
besar infeksi akan sembuh dalam waktu 3–7 dilakukan. Pada pasien yang alergi terhadap
hari.6,13 betalaktamase dapat digunakan klindamisin
atau sefalosporin generasi pertama.15
2. Infeksi Non-Odontogenik Profilaksis antibiotik juga digunakan
Durasi penggunaan antibiotik untuk untuk mencegah peradangan lokal dengan
infeksi non-odontogenik biasanya menghambat proliferasi dan penyebaran
membutuhkan waktu yang lebih lama. bakteri di dalam dan dari luka operasi itu
Peradangan non-odontogenik termasuk sendiri. Prosedur bedah dan kondisi medis
peradangan spesifik dari rongga mulut, yang berkaitan dengan indikasi ini diantaranya
misalnya pada pasien yang menderita penyakit impaksi molar ketiga, bedah ortognatik, bedah
TBC, sifilis, dan lepra serta peradangan implant, bedah periapikal, bedah tumor jinak,
nonspesifik membran mukosa, otot dan wajah, dan pasien dengan kekebalan tubuh rendah.10
kelenjar ludah dan tulang. Antibiotik yang Beberapa studi memperlihatkan bahwa
banyak digunakan untuk kasus ini adalah pemberian antibiotik setelah berbagai tindakan
golongan makrolida (klindamisin) dan bedah di atas menurunkan keparahan nyeri dan
fluorokuinolon (ciprofloksasin, norfloksasin, infeksi post operasi.2,10
dan moksifloksasin).10 Antibiotik lain yang
digunakan adalah klindamisin atau doksisiklin. Pemilihan Antibiotik dengan Pertimbangan
Tuberculosis diterapi dengan etambutol, Khusus
isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan Pemberian antibiotik memerlukan
streptomisin. Penisilin G untuk pengobatan pertimbangan khusus pada pasien-pasien
sifilis, sedangkan klofazimin, dapson, dan berikut ini, yaitu: pasien anak, pasien usia
rifampisin digunakan untuk pengobatan lanjut, dan pasien dengan gangguan fungsi
lepra.2,10 organ seperti gagal ginjal dan hati, serta ibu

695
Cakradonya Dent J 2014; 6(2):678-744

hamil dan menyusui. Perubahan antibiotika lini kedua maupun lini ketiga
farmakokinetik dan farmakodinamik obat pada masih sangat mahal harganya. Sayangnya,
kondisi tersebut merupakan sebab utama yang tidak tertutup kemungkinan juga terjadi
menimbulkan keragaman respons pasien kekebalan kuman terhadap antibiotika lini
sehingga dapat berpotensi merugikan dan kedua dan ketiga.17
membahayakan pasien.16 Resistensi terjadi ketika bakteri berubah
Pada pasien neonatus dan anak-anak, dalam satu atau lain hal yang menyebabkan
antibiotik seperti kloramfenikol, sulfonamid, turun atau hilangnya efektivitas obat, senyawa
dan aminoglikosida sebaiknya tidak diberikan kimia atau bahan lainnya yang digunakan
karena dapat menimbulkan efek samping dan untuk mencegah atau mengobati infeksi.
toksisitas. Sulfonamid dapat menimbulkan Bakteri yang mampu bertahan hidup dan
kernikterus pada anak, kloramfenikol berkembang biak, menimbulkan lebih banyak
menyebabkan terjadinya grey syndrome bahaya. Kepekaan bakteri terhadap kuman
(sindrom abu-abu), sedangkan aminoglikosida ditentukan oleh kadar hambat minimal yang
seperti gentamisin dapat menyebabkan dapat menghentikan perkembangan bakteri.18
gangguan filtrasi glomerulus ginjal.16 Resistensi antibiotik terhadap mikroba
Penurunan fungsi ginjal pada usia lanjut menimbulkan beberapa konsekuensi yang
merupakan perubahan farmakokinetik fatal. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh
terpenting karena dapat menyebabkan bakteri yang gagal berespons terhadap
peningkatan konsentrasi obat dalam plasma pengobatan mengakibatkan perpanjangan
pada obat-obat yang mengalami ekskresi di penyakit, meningkatnya risiko kematian, dan
ginjal. Karena itu, pemberian obat-obat dengan semakin lamanya masa rawat inap di rumah
eliminasi utama melalui ginjal harus dilakukan sakit. Ketika respons terhadap pengobatan
penyesuaian dosis. Penyesuaian dosis dapat menjadi lambat bahkan gagal, pasien menjadi
dilakukan dengan menurunkan dosis obat atau infeksius untuk beberapa waktu yang lama.
dengan meningkatkan interval pemberian obat. Hal ini memberikan peluang yang lebih besar
Antibiotik yang termasuk di dalamnya adalah bagi galur resisten untuk menyebar kepada
golongan aminoglikosid, seperti streptomisin orang lain. Kemudahan transportasi dan
dan gentamisin.16 Selain itu, antibiotik lain globalisasi sangat memudahkan penyebaran
yang juga perlu diperhatikan adalah bakteri resisten antardaerah, negara, bahkan
amoksisilin dan penisilin G.2 lintas benua. Semua hal tersebut pada akhirnya
Beberapa antibiotik dimetabolisme di meningkatkan jumlah orang yang terinfeksi
hati dan mengalami eliminasi melalui empedu. dalam komunitas.17
Pasien yang memiliki gangguan fungsi hati Kapan saat yang tepat memulai terapi
harus dihindari atau dibatasi pemberian antibiotika? Secara klinik memang sangat sulit
antibiotik tersebut untuk mencegah terjadinya memastikan bakteri penyebab infeksi yang
toksisitas atau overdosis. Antibiotik tersebut tepat tanpa menunggu hasil pemeriksaan
diantaranya eritromisin, klindamisin, mikrobiologi. Secara umum, klinisi tidak
metronidazol, dan anti tuberkulosis.2 boleh memberikan terapi secara sembarangan
Pada wanita hamil dan menyusui tanpa mempertimbangkan indikasi atau malah
antibiotik yang aman diberikan tanpa perlu menunda pemberian antibiotika pada kasus
penyesuaian dosis adalah azithromisin, infeksi yang sudah tegak diagnosisnya secara
eritromisin, sefalosporin, metronidazol, dan klinis meskipun tanpa hasil pemeriksaan
penisilin dengan atau tanpa kombinasi mikrobiologis. Kasus infeksi yang gawat dapat
penghambat betalaktamase.2,10 berupa sepsis, demam dengan neutropeni,
meningitis bakterial.17,18
Resistensi Antibiotik pada Kedokteran Gigi Berdasarkan ditemukannya kuman atau
Munculnya kuman-kuman patogen yang tidak maka terapi antibiotika dapat dibagi dua,
kebal terhadap satu atau beberapa jenis yakni terapi empiris dan terapi definitif. Terapi
antibiotika tertentu (multiple drug resistance) empiris adalah terapi yang diberikan
sangat menyulitkan proses pengobatan. berdasarkan diagnosis klinis dengan
Pemakaian antibiotika lini pertama yang sudah pendekatan ilmiah dari klinisi, sedangkan
tidak bermanfaat harus diganti dengan obat- terapi definitif dilakukan berdasarkan hasil
obatan lini kedua atau bahkan lini ketiga. Hal pemeriksaan mikrobiologis yang sudah pasti
ini jelas akan merugikan pasien karena jenis kuman dan spektrum kepekaan

696
Cakradonya Dent J 2014; 6(2):678-744

antibiotika.19 Jika diperlukan antibiotika, salah satu jenis antibiotik di rumah sakit atau
pemilihan antibiotika yang sesuai berdasarkan pusat kesehatan sebaiknya dilakukan selama
spektrum antikuman, sifat farmakokinetika, beberapa bulan yang ditentukan dan kemudian
ada tidaknya kontraindikasi pada pasien, ada dapat digunakan kembali, (2) membatasi
tidaknya interaksi yang merugikan, bukti akan penggunaan antibiotik generasi baru, (3)
adanya manfaat klinis dari masing-masing menggunakan antibiotika secara tepat dan
antibiotika untuk infeksi yang bersangkutan sesuai dengan range terapi (dosis, jenis,
berdasarkan informasi ilmiah yang layak frekuensi, dan lama penggunaan obat).20
dipercaya, dan berdasarkan pengalaman atau
evidence based sebelumnya bakteri apa yang KESIMPULAN
paling sering, pola kepekaan antibiotika yang Penggunaan antibiotik dalam bidang
beredar lokal.17,19 kedokteran gigi berkaitan erat dengan
Salah satu faktor yang memiliki banyaknya mikroorganisme yang terdapat
kontribusi signifikan terhadap timbulnya dalam rongga mulut yang dapat menyebabkan
resistensi adalah peresepan antibiotik dalam infeksi sehingga memerlukan antibiotik untuk
bidang kedokteran gigi yang sebenarnya tidak penanganan bakteri tersebut. Antibiotik
perlu. Meskipun para dokter gigi mengetahui diindikasikan untuk terapi infeksi
bahwa sebagian besar infeksi gigi dapat odontogenik, infeksi non-odontogenik, dan
ditangani melalui bedah atau intervensi profilaksis terutama terhadap endokarditis
mekanik, dalam kata lain tidak membutuhkan bakterialis. Penggunaan antibiotik secara
antibiotik, tetapi setiap tahun tetap terjadi rasional harus ditingkatkan untuk menurunkan
pemborosan dalam peresepan antibiotik. Di kejadian resistensi terhadap antibiotik yang
sisi lain, tes sensitivitas dan kultur kuman saat ini menjadi masalah di berbagai belahan
terhadap bakteri yang berasal dari infeksi gigi dunia.
sangat jarang dilakukan oleh para dokter gigi.
Hal ini berarti pemberian antibiotik terjadi DAFTAR PUSTAKA
secara luas untuk infeksi gigi dengan indikasi 1. Ramasamy A. A Review of Use of
yang belum tentu membutuhkannya. Karena Antibiotics in Dentistry and
itu, penggunaan antibotik spektrum luas ini Recommendations for Rational Antibiotic
menyebabkan timbulnya kemungkinan Usage by Dentists. The International
resistensi terhadap bakteri-bakteri strain Arabic Journal of Antimicrobial Agents
tertentu, termasuk terhadap bakteri yang 2014;4(21):1–6.
berada pada mulut. Jika hal ini tidak segera 2. Roda RP, Bagan JV, Bielsa JMS, Pastor
diatasi, akan menimbulkan masalah potensial EC. Antibiotic Use in Dental Practice.
di masa yang akan datang yang menyebabkan Med Oral Patol Oral Cir Bucal
peningkatan morbiditas dan biaya perawatan.7 2007;12;186–192.
Antibiotik yang paling banyak 3. Petri WA. Antimicrobial Agents
digunakan di bidang kedokteran gigi saat ini Penicillins, Cephalosporins, and Other β-
adalah amoksisilin, penisilin, dan Lactam Antibiotics. In: Hardman JG,
metronidazol. Beberapa studi telah Limbird LE, Gilman AG, eds. Goodman
menggambarkan resistensi terhadap & Gilman’s The Pharmacological Basis
amoksisilin dari beberapa kuman dalam of Therapeutics. 10th Ed. New York:
rongga mulut.2,7 Amoksisilin memperlihatkan McGraw-Hill. 2001; 1189–1215.
angka resistensi hingga 30–80% terhadap 4. Setiabudy R. Antimikroba. Dalam:
Prevotella dan Porphyromonas. Munculnya Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi, ed.
resistensi bakteri terhadap golongan penisilin Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta:
ini menyebabkan meningkatnya penggunaan Gaya Baru. 2007; 517–539.
antibiotik golongan makrolid (seperti 5. Dailey YM, Martin MV. Are Antibiotics
klindamisin) untuk melawan infeksi orofasial Being Used Appropriately for Emergency
karena memiliki efikasi yang cukup baik, Dental Treatment. British Dental Journey
timbulnya resistensi rendah dan memiliki 2001;7:391–393.
toleransi yang tinggi.2 6. American Academy of Pediatric
Penanggulangan antibiotik dapat Dentistry. Guideline on Antibiotic
dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya: Prophylaxis for Dental Patients at Risk
(1) melakukan sikling antibiotik, penghentian for Infection. 14/15;36(6):287–292.

697
Cakradonya Dent J 2014; 6(2):678-744

Available at: http://www.aapd.org/ Pharmaceutical Education and Research


media/policies_Guidelines/G_AntibioticP 2008.
rophylaxis.pdf. Accessed March 29, 2015. 19. Jawetz E. Principle of Antimicrobial
7. Sweeney LC, Dave J, Chambers PA, Drug Action: Basic and Clinical
Heritage G. Antibiotic Resistance in Pharmacology. 3th Ed. Norwalk:
General Dental Practice – A Cause For Appleton and Lange. 1997; 49–66.
Concern? Journal of Antimicrobial 20. Panitia Pengendalian Resistensi
Chemotherapy 2004;53:567–576. Antibiotik RSUPN Dr. Cipto
8. Swift JQ, Gulden WS. Antibiotic Terapy: Mangunkusumo. Kebijakan dan Panduan
Managing Odontogenic Infections. Dent Penggunaan Antibiotik di RSCM. Jakarta.
Clin North Am 2002;46:623–633. 2009.
9. Chambers HF. Antibiotik Betalaktam dan
Penghambat Sintesis Dinding Sel
Lainnya. Dalam: Sjabana D, Katzung BG,
ed. Basic and Clinical Pharmacology.
Jilid I. Jakarta: Salemba Medika. 2001; 3–
30.
10. Ramu C, Padmanaban TV. Indications of
Antibiotic Prophylaxis in Dental Practice:
A Review. Asian Pac J Trop Biomed
2012;2(9):749–754.
11. Robertson D, Smith J. The Microbiology
of The Acute Dental Abcess. Journal of
Medical Microbiology 2009;58:155–162.
12. Fakhrurrazi, Hakim RF. Gambaran
Bakteri dan Sensitivitas Antimikroba
pada Abses Odontogenik. Cakradonya
Dent J 2013;5(1):475–541.
13. Palmer NOA, Martin MV, Pealing RV,
Ireland RS. An Analysis of Antibiotic
Prescriptions from General Dental
Practice in England. J Antimicrob
Chemother 2000;46:1033–1035.
14. Cowper T. Pharmacologic Management
of The Patient with Disorders of The
Cardiovascular System: Infective
Endocarditis. Dent Clinic North Am
1996;40:611–617.
15. Lockhart PB. An Analysis of Bacteremias
During Dental Extraction: A Double-
Blind Placebo-Controlled Study of
Chlorhexidine. Arch Intern Med
1996;156:513–520.
16. Setiawati A, Muchtar A. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Respons Pasien
terhadap Obat. Dalam: Gunawan SG,
Setiabudy R, ed. Farmakologi dan
Terapi. Edisi 5. Jakarta: Gaya Baru. 2007;
886–895.
17. Utami ER. Antibiotik, Resistensi dan
Rasionalitas Terapi. El-Hayah
2011;1(4):191–198.
18. Bari SB, Mahajan BM, Surana SJ.
Resistance to Antibiotic: A Challenge in
Chemotherapy. Indian Journal of

698

Anda mungkin juga menyukai