Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah Sejarah Minat yang membahas tentang Kerajaan Kediri ini. Kami
berharap agar makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi sumber referensi siswa
maupun guru sehingga pembaca memiliki ilmu pengetahuan yang lebih luas mengenai sejarah
Kerajaan Kediri.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang terlibat dalam penyusunan
makalah ini. Tanpa kerja keras dan bantuan pihak lain, pastilah penyusun tidak dapat membuat
makalah ini dengan baik.
Dalam menyusun makalah ini, tidak sedikit hambatan yang telah penyusun lalui. Hal itu
tentu mempengaruhi isi daripada makalah yang telah disusun ini. Berken aan dengan hal tersebut,
kesalahan dalam makalah pastilah ada. Oleh karena itu, kami berharap agar pembaca dapat
memberi kritik dan saran demi tercapainya kesempurnaan makalah yang ini.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 1
1.3 Tujuan........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 3
2.1 Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri.......................................................... 3
2.2 Perkembangan Kerajaan Kediri ................................................................ 4
2.3 Aspek Kehidupan Kerajaan Kediri ........................................................... 4
2.4 Raja-raja yang pernah memerintah ........................................................... 6
2.5 Sumber sejarah Kerajaan Kediri ............................................................... 8
2.6 peninggalan kerajaan kediri ..................................................................... 9
2.7 Runtuhnya Kerajaan Kediri........................................................................ 16
BAB III PENUTUPAN............................................................................. 17
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 18
3.2 Saran.......................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kerajaan Kediri merupakan salah satu Kerajaan Hindu yang terletak di tepi Sungai Brantas,
Jawa Timur. Kerajaan yang berdiri pada abad ke-12 ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram
Kuno. Raja pertamanya bernama Shri Jayawarsa Digjaya Shastraprabu yang menamakan dirinya
sebagai titisan Wisnu.

Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri diawali dengan perintah Raja Airlangga yang membagi
kerajaan menjadi dua bagian, yakni Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) yang dibatasi
dengan Gunung Kawi dan Sungai Brantas. Tujuannya supaya tidak ada pertikaian. Kerajaan
Janggala atau Kahuripan terdiri atas Malang dan Delta Sungai Brantas dengan pelabuhan
Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, Ibu Kotanya Kahuripan. Sedangkan Kerajaan Panjalu
(Kediri) meliputi, Kediri, Madiun, dan Ibu Kotanya Daha.

1.2 Rumusan Masalah

1) Dimana letak lokasi Kerajaan Kediri?


2) Bagaimana perkembangan Kerajaan Kediri?
3) Bagaimana aspek kehidupan Kerajaan Kediri?
4) Siapa saja Raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Kediri?
5) Apa saja sumber sejarah Kerajaan Kediri?
6) Apa penyebab runtuhnya Kerajaan Kediri?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah :
1) Umum :
 Mengetahui tentang berdiri Kerajaan Kediri
 Mengetahui sumber sejarah Kerajaan Kediri
 Mengetahui aspek kehidupan Kerajaan Kediri
 Mengetahui Raja-raja yang memerintah Kerajaan Kediri
 Mengetahui perkembangan Kerajaan Kediri
 Mengetahui sumber sejarah Kerajaan Kediri
 Mengetahui penyebab runtuhnya Kerajaan Kediri
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah berdirinya Kerajaan Kediri

Penemuan Situs Tondowongso pada awal tahun 2007, yang diyakini sebagai peninggalan
Kerajaan Kadiri diharapkan dapat membantu memberikan lebih banyak informasi tentang kerajaan
tersebut. Beberapa arca kuno peninggalan Kerajaan Kediri. Arca yang ditemukan di desa Gayam,
Kediri itu tergolong langka karena untuk pertama kalinya ditemukan patung Dewa Syiwa Catur
Muka atau bermuka empat.

Pada tahun 1041 atau 963 M Raja Airlangga memerintahkan membagi kerajaan menjadi
dua bagian. Pembagian kerajaan tersebut dilakukan oleh seorang Brahmana yang terkenal akan
kesaktiannya yaitu Mpu Bharada. Kedua kerajaan tersebut dikenal dengan Kahuripan menjadi
Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) yang dibatasi oleh gunung Kawi dan sungai Brantas
dikisahkan dalam prasasti Mahaksubya (1289 M), kitab Negarakertagama (1365 M), dan kitab
Calon Arang (1540 M). Tujuan pembagian kerajaan menjadi dua agar tidak terjadi pertikaian.

Kerajaan Jenggala meliputi daerah Malang dan delta sungai Brantas dengan pelabuhannya
Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, ibu kotanya Kahuripan, sedangkan Panjalu kemudian dikenal
dengan nama Kediri meliputi Kediri, Madiun, dan ibu kotanya Daha. Berdasarkan prasasti-prasasti
yang ditemukan masing-masing kerajaan saling merasa berhak atas seluruh tahta Airlangga
sehingga terjadilah peperangan.

Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah wilayah kerajaannya karena kedua
putranya bersaing memperebutkan takhta. Putra yang bernama Sri Samarawijaya mendapatkan
kerajaan barat bernama Panjalu yang berpusat di kota baru, yaitu Daha. Sedangkan putra yang
bernama Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan timur bernama Janggala yang berpusat di kota
lama, yaitu Kahuripan. Panjalu dapat dikuasai Jenggala dan diabadikanlah nama Raja Mapanji
Garasakan (1042 – 1052 M) dalam prasasti Malenga. Ia tetap memakai lambang Kerajaan
Airlangga, yaitu Garuda Mukha.

Pada awalnya perang saudara tersebut, dimenangkan oleh Jenggala tetapi pada perkembangan
selanjutnya Panjalu/Kediri yang memenangkan peperangan dan menguasai seluruh tahta
Airlangga. Dengan demikian di Jawa Timur berdirilah kerajaan Kediri dimana bukti-bukti yang
menjelaskan kerajaan tersebut, selain ditemukannya prasasti-prasasti juga melalui kitab-kitab
sastra. Dan yang banyak menjelaskan tentang kerajaan Kediri adalah hasil karya berupa kitab
sastra. Hasil karya sastra tersebut adalah kitab Kakawin Bharatayudha yang ditulis Mpu Sedah dan
Mpu Panuluh yang menceritakan tentang kemenangan Kediri/Panjalu atas Jenggala.

2.2 Perkembangan Kerajaan Kediri


Dalam perkembangannya Kerajaan Kediri yang beribu kota Daha tumbuh menjadi besar,
sedangkan Kerajaan Jenggala semakin tenggelam. Diduga Kerajaan Jenggala ditaklukkan oleh
Kediri. Akan tetapi hilangnya jejak Jenggala mungkin juga disebabkan oleh tidak adanya prasasti
yang ditinggalkan atau belum ditemukannya prasasti yang ditinggalkan Kerajaan Jenggala.
Kejayaan Kerajaan Kediri sempat jatuh ketika Raja Kertajaya (1185-1222) berselisih dengan
golongan pendeta. Keadaan ini dimanfaatkan oleh Akuwu Tumapel Tunggul Ametung.

Namun kemudian kedudukannya direbut oleh Ken Arok. Diatas bekas Kerajaan Kediri inilah
Ken Arok kemudian mendirikan Kerajaan Singasari, dan Kediri berada di bawah kekuasaan
Singasari. Ketika Singasari berada di bawah pemerintahan Kertanegara (1268 1292), terjadilah
pergolakan di dalam kerajaan. Jayakatwang, raja Kediri yang selama ini tunduk kepada Singasari
bergabung dengan Bupati Sumenep (Madura) untuk menjatuhkan Kertanegara. Akhirnya pada
tahun 1292 Jayakatwang berhasil mengalahkan Kertanegara dan membangun kembali kejayaan
Kerajaan Kediri.

2.3 Aspek Kehidupan Kerajaan Kediri

Adapun kehidupan politik, agama, ekonomi, sosial dan budaya pada masa Kerajaan Kediri
adalah sebagai berikut :

a. Kehidupan Politik
Raja pertama Kediri adalah Samarawijaya. Selama menjadi Raja Kediri, Samarawijaya selalu
berrselisih paham dengan saudaranya, Mapanji Garasakan yag berkuasa di Jenggala. Keduanya
merasa berhak atas seluruh takhta Raja Airlangga (Kerajaan Medang Kamulan) yang meliputi
hampir seluruh wilayah Jawa Timur dan sebagian Jawa Tengah. Akhirnya perselisihan tersebut
menimbulkan perang saudara yang berlangsung hingga tahun 1052. Peperangan tersebut
dimenangkan oleh Samarawijaya dan berhasil menaklukan Jenggala.

Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Jayabaya. Saat itu
wilayah kekuasaan Kediri meliputi
seluruh bekas wilayah Kerajaan Medang Kamulan. Selama menjadi Raja

Kediri, Jayabaya berhasil kembali menaklukan Jenggala yanga sempat memberontak ingin
memisahkan diri dari Kediri. Keberhasilannya tersebut diberitakan dalam prasasti Hantang yang
beraangka tahun 1135.

Prasasti ini memuat tulisan yang berbunyi Panjalu jayati yang artinya Panjalu menang.
Prasasti tersebut dikeluarkan sebagai piagam pengesahan anugerah dari Jayabaya untuk penduduk
Desa Hantang yang setia pada Kediri selam perang melawan Jenggala.

b. Kehidupan Agama
Masyarakat Kediri memiliki kehidupan agama yang sangat religius. Mereka menganut
ajaran agama Hindu Syiwa. Hal ini terlihat dari berbagai peninggalan arkeolog yang ditemukan di
wilayah Kediri yakni berupa arca-arca di candi Gurah dan Candi Tondowongso. Arca-arca tersebut
menunjukkan latar belakang agama Hindu Syiwa. Para penganut agama Hindu Syiwa menyembah
Dewa Syiwa, karena merekaa mempercayai bahwa Dewa Syiwa dapat menjelma menjadi Syiwa
Maha Dewa (Maheswara), Dewa Maha Guru, dan Makala. Salah satu pemujaan yang dilakukan
pendeta adalah dengan mengucapkan mantra yang disebut Mantra Catur Dasa Syiwa atau empat
belas wujud Syiwa.

c. Kehidupan Ekonomi
Perekonomian di Kediri bertumpu pada sektor pertanian dan perdagangan. Sebagai
kerajaan agraris, Kediri memiliki lahan pertanian yang baik di sekitar Sungai Brantas. Pertanian
menghasilkan banyak beras dan menjadikannya komoditas utama perdagangan. Sektor
perdagangan Kediri dikembangkan melalui jalur pelayaran Sungai Brantas. Selain beras, barang-
barang yang diperdagangkan di Kediri antara lian emas, perak, kayu cendana, rempah-rempah, dan
pinang.
Pedagang Kediri memiliki peran penting dalam perdagangan di wilyah Asia. Mereka
memperkenalkan rempah-rempah diperdagangan dunia. Mereka membawa rempah-rempah ke
sejumlah Bandar di Indonesia bagian barat, yaitu Sriwijay daan Ligor. Selanjutnya rempah-rempah
dibawa ke India, Teluk Persia, Luat Merah. Komoditas ini kemudian diangkut oleh kapal-kapal
Venesia menuju Eropa. Dengan demikian, melalui Kediri wilayah Maluku mulai dikenal dalam
lalu lintas perdagangan dunia.

d. Kehidupan Sosial Budaya


Pada masa pemerintahan Raja Jayabaya, struktur pemerintahan ‘
Kerajaan Kediri sudah teratur. Berdasarkan kedudukannya dalam pemerintahan, masyarakat Kedri
dibedakan menjadi tiga golongan sebagai berikut :

1. Golongan masyarakat pusat (kerajaan), yaitu masyarakat yang terdapat dalam lingkungan raja
dan beberapa kaum kerabatnya serta kelompok pelayannya.
2. Golongan masyarakat thani (daerah), yaitu golongan masyarakat yang terdiri atas para pejabat
atau petugas pemerintahan di wilyah thani (daerah).
3. Golongan masyarakat nonpemerintah, yaitu golongan masyarakat yang tidak mempunyai
kedudukan dan hubungan dengan pemerintah secara resmi.
Kehidupan budaya Kerajaan Kediri terutama dalam bidang sastra berkembang pesat. Pada
masa pemerintahan Jayabaya kitab Bharatayuda berhasil digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu
Panuluh. Selain itu Mpu Panuluh menulis kitab Hariwangsa dan Gatotkacasrayaa. Selanjutnya
pada masa pemerintahan Kameswara muncul kitab Smaradhahana yang ditulis oleh Mpu
Dharmaja serta kirab Lubdaka dan Wertasancaya yang ditulis oleh Mpu Tanakung. Pada masa
pemerintahan Kertajaya terdapat Pujangga bernama Mpu Monaguna yang menulis kitab
Sumansantaka dan Mpu Triguna yang menulis kitab Kresnayana.

2.4 Raja-Raja yang Pernah Memerintah

Kerajaan Kediri yang termasyhur pernah diperintah 8 raja dari awal berdirinya sampai masa
keruntuhan kerajaan ini. Dari kedelapan raja yang pernah memerintah kerajaan ini yang sanggup
membawa Kerajaan Kediri kepada masa keemasan adalah Prabu Jayabaya, yang sangat terkenal
hingga saat ini.
Adapun 8 raja Kediri tersebut urutannya sebagai berikut :
1. Sri Jayawarsa
Sejarah tentang raja Sri Jayawarsa ini hanya dapat diketahui dari prasasti Sirah Keting (1104
M). Pada masa pemerintahannya Jayawarsa memberikan hadiah kepada rakyat desa sebagai tanda
penghargaan, karena rakyat telah berjasa kepada raja. Dari prasasti itu diketahui bahwa Raja
Jayawarsa sangat besar perhatiannya terhadap masyarakat dan berupaya meningkatkan
kesejahteraan rakyatnya.

2. Sri Bameswara
Raja Bameswara banyak meninggalkan prasasti seperti yang ditemukan di daerah Tulung
Agung dan Kertosono. Prasasti seperti yang ditemukan itu lebih banyak memuat masalah-masalah
keagamaan, sehingga sangat baik diketahui keadaan pemerintahannya.

3. Prabu Jayabaya
Kerajaan Kediri mengalami masa keemasan ketika diperintah oleh Prabu Jayabaya. Strategi
kepemimpinan Prabu Jayabaya dalam memakmurkan rakyatnya memang sangat mengagumkan.
Kerajaan yang beribu kota di Dahono Puro, bawah kaki Gunung Kelud, ini tanahnya amat subur,
sehingga segala macam tanaman tumbuh menghijau.
Hasil pertanian dan perkebunan berlimpah ruah. Di tengah kota membelah aliran sungai Brantas.
Airnya bening dan banyak hidup aneka ragam ikan, sehingga makanan berprotein dan bergizi
selalu tercukupi.
Hasil bumi itu kemudian diangkut ke kota Jenggala, dekat Surabaya, dengan naik perahu
menelusuri sungai. Roda perekonomian berjalan lancar, sehingga Kerajaan Kediri benar-benar
dapat disebut sebagai negara yang “Gemah Ripah Loh Jinawi Tata Tentrem Karta Raharja”.
Prabu Jayabaya memerintah antara tahun 1130 sampai 1157 Masehi. Dukungan spiritual dan
material dari Prabu Jayabaya dalam hal hukum dan pemerintahan tidak tanggung-tanggung. Sikap
merakyat dan visinya yang jauh ke depan menjadikan Prabu Jayabaya layak dikenang sepanjang
masa.
Jika rakyat kecil hingga saat ini ingat kepada beliau, hal itu menunjukkan bahwa pada masanya
berkuasa tindakan beliau yang selalu bijaksana dan adil terhadap rakyat.

4. Sri Sarwaswera
Sejarah tentang raja ini didasarkan pada prasasti Padelegan II (1159) dan prasasti Kahyunan
(1161). Sebagai raja yang taat beragama dan berbudaya, Sri Sarwaswera memegang teguh prinsip
“tat wam asi”, yang berarti “dikaulah itu, dikaulah (semua) itu, semua makhluk adalah engkau”.
Menurut Prabu Sri Sarwaswera, tujuan hidup manusia yang terakhir adalah moksa, yaitu
pemanunggalan jiwatma dengan paramatma. Jalan yang benar adalah sesuatu yang menuju arah
kesatuan, sehingga segala sesuatu yang menghalangi kesatuan adalah tidak benar.

5. Sri Aryeswara
Berdasarkan prasasti Angin (1171), Sri Aryeswara adalah raja Kediri yang memerintah sekitar
tahun 1171. Nama gelar abhisekanya ialah Sri Maharaja Rake Hino Sri Aryeswara
Madhusudanawatara Arijamuka.
Tidak diketahui dengan pasti kapan Sri Aryeswara naik tahta. peninggalan sejarahnya berupa
prasasti Angin, 23 Maret 1171. Lambang Kerajaan Kediri pada saat itu Ganesha. Tidak diketahui
pula kapan pemerintahannya berakhir. Raja Kediri selanjutnya berdasarkan prasasti Jaring adalah
Sri Gandra.
6. Sri Gandra
Masa pemerintahan Raja Sri Gandra (1181 M) dapat diketahui dari prasasti Jaring, yaitu
tentang penggunaan nama hewan dalam kepangkatan seperti seperti nama gajah, kebo, dan tikus.
Nama-nama tersebut menunjukkan tinggi rendahnya pangkat seseorang dalam istana.

7. Sri Kameswara
Masa pemerintahan Raja Sri Gandra dapat diketahui dari Prasasti Ceker (1182) dan Kakawin
Smaradhana. Pada masa pemerintahannya dari tahun 1182 sampai 1185 Masehi, seni sastra
mengalami perkembangan sangat pesat, diantaranya Empu Dharmaja mengarang kitab
Smaradhana. Bahkan pada masa pemerintahannya juga dikeal cerita-cerita panji seperti cerita
Panji Semirang.

8. Sri Kertajaya
Berdasarkan prasasti Galunggung (1194), prasasti Kamulan (1194), prasasti Palah (1197),
prasasti Wates Kulon (1205), Nagarakretagama, dan Pararaton, pemerintahan Sri Kertajaya
berlangsung pada tahun 1190 hingga 1222 Masehi.
Raja Kertajaya juga dikenal dengan sebutan “Dandang Gendis”. Selama masa pemerintahannya,
kestabilan kerajaan menurun. Hal ini disebabkan Kertajaya ingin mengurangi hak-hak kaum
Brahmana.
Keadaan ini ditentang oleh kaum Brahmana. Kedudukan kaum Brahmana di Kerajaan Kediri
waktu itu semakin tidak aman. Kaum Brahmana banyak yang lari dan minta bantuan ke Tumapel
yang saat itu diperintah oleh Ken Arok.
Mengetahui hal ini Raja Kertajaya kemudian mempersiapkan pasukan untuk menyerang Tumapel.
Sementara itu Ken Arok dengan dukungan kaum Brahmana melakukan serangan ke Kerajaan
Kediri. Kedua pasukan itu bertemu di dekat Ganter (1222 M)

2.5 Sumber Sejarah Kerajaan Kediri

Adapun sumber sejarah Kerajaan Kediri berasal dari beberapa prasasti dan berita asing sebagai
berikut :
1. Prasasti Sirah Keting (1104 M), yang memuat tentang pemberian hadiah tanah kepada
rakyat desa oleh Raja Jayawarsa.
2. Prasasti yang ditemukan di Tulungagung dan Kertosono, yang berisi masalah keagamaan,
diperkirakan berasal dari Raja Bameswara tahun 1117 – 1130 M.
3. Prasasti Ngantang (1135 M), yang menyebutkan tentang Raja Jayabaya yang
memberikan hadiah kepada rakyat Desa Ngantang sebidang tanah perdikan yang bebas
dari pajak.
4. Prasasti Jaring (1181 M) dari Raja Gandra yang memuat tentang sejumlah nama hewan,
seperti kebo waruga dan tikus finada.
5. Prasasti Kamulan (1194 M), yang menyatakan bahwa pada masa pemerintahan Raja
Kertajaya, Kerajaan Kediri telah berhasil mengalahkan musuh yang memusuhi istana di
Katang-katang.

6. Berita Asing
 Berita asing tentang Kerajaan kediri sebagian besar diperoleh dari berita Cina. Berita
Cina ini merupakan kumpulan cerita dari para pedagang Cina yang melakukan kegiatan
perdagangan di Kerajaan Kediri, seperti Chu Fan Chi karangan Chu Ju Kua (1220 M).
 Buku ini banyak mengambil cerita dari buku Ling Wai Tai Ta (1778 M) karangan Chu Ik
Fei. Kedua buku tersebut menerangkan keadaan Kerajaan Kediri pada abad ke-12 dan 13
Masehi.

2.6 Peninggalan Kerajaan Kediri

Peninggalan Kerajaan Kediri


Salah satu bentuk peninggalan sejarah Kerajaan Kediri adalah berupa prasasti, candi dan kitab, terdiri
atas:

A. Prasasti Peninggalan Kerajaan Kediri


Berikut ini terdapat beberapa prasasti peninggalan kerajaan kediri, sebagai berikut:

Prasasti Kamulan

Prasasti Kamulan ditemukan di Desa Kamulan, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Prasasti ini
dibuat pada tahun 1116 Saka (1194 M) tepat pada masa kepemimpinan Raja Kertajaya. Isi
prasasti tersebut adalah keterangan berdirinya Kabupaten Trenggalek, yaitu pada Rabu Kliwon,
tanggal 31 Agustus 1194.

Prasasti Galunggung
Prasasti Galunggung ditemukan di Rejotangan, Tulung Agung. Prasasti yang mempunyai
dimensi 160x80x75 cm ini bertuliskan huruf Jawa Kuno dengan total 20 baris, kendati begitu
aksara yang terpahat dalam prasasti tersebut sudah sangat sulit dibaca. Hanya bagian tahunnya
saja yang masih dapat diketahui, yaitu bertuliskan tahun 1123 Saka.

Prasasti Jaring

Prasasti Jaring adalah prasasti yang dibuat pada tanggal 19 November 1181. Isi dari prasasti ini
adalah keterangan tentang pengabulan keinginan penduduk dukuh Jaring melalui senapatinya,
Sarwajala. Keinginan tersebut berupa suatu harapan yang belum diwujudkan raja sebelumnya.
Dalam prasasti Jaring, diketahui bahwa para pejabat kediri memilki gelar atau sebutan
menggunakan nama hewan, seperti Lembu Agra, Menjangan Puguh, dan Macan Kuning.
Prasasti Panumbangan
Prasasti Panumbang adalah prasasti peninggalan kerajaan Kediri yang dibuat oleh 2 Agustus
1120. Prasasti ini dikeluarkan oleh Maharaja Bameswara. Isinya adalah berupa penetapan desa
Panumbang menjadi sima swatantra (desa bebas pajak).

Prasasti Talan

Prasasti Talan ditemukan di Desa Gurit, Blitar, Jawa Timur. Prasasti yang dibuat pada tahun
1058 Saka (1136 Masehi) ini, berisi tentang penetapan masuknya Desa Talan ke dalam wilayah
Panumbang yang bebas pajak. Prasasti ini dilengkapi dengan pahatan Garudhamukalanca,
pahatan berbentuk tubuh manusia bersayap dengan kepala Garuda.
Prasasti Sirah Keting
Prasasti ini berisikan tentang pemberian penghargaan yang berupa tanah dari Jayawarsa kepada
rakyat desa sebab rakyat desa ini telah dianggap memiliki jasa.

Prasasti di Tulungagung dan Kertosono

Kedua prasasti ini berisi tentang masalah keagamaan. Kedua prasasti ini berasal dari Raja
Kameshwara.
Prasasti Ngantang

Prasasti ini berisi tentang pemberian hadiah berupa tanah nan dibebaskan dari pajak oleh
Jayabaya. Prasasti ini ditujukan buat rakyat Desa Ngantang sebab telah mengabdi buat Kemajuan
Kediri.

Prasasti Padelegan

Ukuran prasasti peninggalan Padelegan adalah tebal 18 cm, lebar atas 81 cm, puncak kurawal
145 cm dan lebar bawah 70 cm. Bahasa yang digunakan dalam prasasti Padelegan ialah bahasa
Jawa Kuno. Diperkiraan prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Kediri ini dibuat pada tahun 1038
Saka atau lebih tepatnya tanggal 11 Januari 1117 Masehi. Pembuatan prasasti Padelegan
ditujukan sebagai kebaktian Desa Padelegan dimasa itu kepada pemerintahan Raja Kamesywara.
Prasasti Ceker

Prasasti ini berisi tentang anugerah raja nan diberikan kepada penduduk Desa Ceker sebab telah
mengabdi buat kemajuan Kediri.

B. Candi Peninggalan Kerajaan Kediri


Berikut ini terdapat beberapa candi peninggalan kerajaan kediri, terdiri atas:

Candi Penataran
Salah satu candi peninggalan sejarah kerajaan Kediri yang sampai ketika ini sanggup kita
temukan ialah Penataran. Candi ini letaknya berada di lereng Gunung Kelud bab Barat Daya,
tepatnya di utara Kota Blitar. Candi penataran ialah candi termegah di Jawa Timur. Dari prasasti
yang ditemukan di lokasi penggalian candi, diketahui bahwa candi ini dibangun ketika masa
kepemerintahan Raja Srengga sampai kepemerintahan Raja Wikramawardhana atau sekitar
periode ke 12 sampai 14 Masehi.

Candi Tondowongso
Candi peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya ialah Candi Tondowongso. Candi ditemukan di
Desa Gayam, Kec. Gurah, Kediri-Jawa Timur pada tahun 2007. Berdasarkan gaya dan bentuk
arca yang ditemukan di sekitar candi, diketahui bahwa candi ini dibangun pada periode ke 9,
sempurna pada masa awal perpindahan sentra politik dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Kendati
dianggap sebagai inovasi sejarah terbesar di periode modern, kondisi candi Tondowongso dan
kompleks di sekitarnya sampai sekarang masih memprihatinkan dan belum menerima perhatian
dari pemerintah.

Candi Gurah
Selanjutnya ialah Candi Gurah. Candi ini ditemukan di Kec. Gurah, Kediri Jawa Timur. Candi
peninggalan Kediri selanjutnya ditemukan di Kecamatan Kediri, Jawa Timur pada tahun 1957.
Letak candi Gurah berada persis 2 km dari situs candi Tondowongso. Dari pondasinya, diketahui
bahwa candi ini berukuran 9 meter x 9 meter.

Candi Mirigambar
Candi Mirigambar ialah candi peninggalan Kerajaan Kediri yang ditemukan di lapangan desa
Mirigambar, Kec. Sumbergempol, Tulungagung, Jawa Timur. Candi ini diperkirakan dibangun
pada tahun 1214 sampai 1310 Saka. Strukturnya terbuat dari kerikil bata merah, menyerupai
halnya kebanyakan candi-candi yang ada di Jawa Timur. Seorang petinggi desa Mirigambar pada
1965 melindungi candi ini dari agresi ikonoklastik sehingga sampai sekarang candi ini masih
sanggup kita temukan.

Candi Tuban
Berbeda dengan nasib Candi Mirigambar, candi Tuban sekarang telah luluh lantah dan hanya
tersisa pondasinya saja. Candi yang berjarak 500 meter dari letak Candi Mirigambar ini ketika
ini telah ditimbun kembali oleh tanah alasannya ialah sudah tidak dimungkinkan lagi untuk
dibangun.

C. Kitab Peninggalan Kerajaan Kediri


Berikut ini terdapat beberapa kitab peningalan kerajaan kediri, terdiri atas:

Kitab Baratayuda
Kitab Baratayudha ditulis zaman Jayabaya, untuk memberikan gambaran terjadinya perang
saudara antara panjalu melawan Jenggala. Perang saudara itu digambarkan dengan perang antara
kurawa dengan pandawa yang masing-masing merupakan keturunan Barata.
Kitab Kresyana
Kitab Kresnayana ditulis oleh Mpu Triguna pada zaman Raja Jayaswara. Isinya mengenai
perkawinan antara Kresna dan Dewi Rukmini.
Kitab Smaradahana
Kitab Smaradahana ditulis pada zaman Raja Kameswari oleh Mpu Darmaja. Isinya menceritakan
tentang seepasang suami istri Smara dan Rati yang menggoda Dewa Syiwa yang sedang bertapa.
Smara dan Rail kena ketuk dan mati terbakar oleh kedua suami istri itu dihidupkan lagi dan
menjelma sebagai Kameswara dan permasaisurinya.
Kitab Lubadka
Kitab Lubadka ditulis oleh Mpu Tanakung pada zaman Raja Kameswara. Isinya tentang seorang
pemburu bernama lubadka. Ia sudah banyak membunuh. Pada suatu terhadap Syiwa, sehingga
rohnya yang semestinya neraka, menjadi surga.
Kitab Hariwangsa
Pengarang kitab Hariwangsa adalah Mpu Panuluh. Hariwangsa sendiri memiliki arti garis
keturunan atau silsilah dari sang Hari atau keturunan Wisnu. Tetapi kitab ini memiliki nama
Hariwangsa yang sebagian orang menganggapnya kurang cocok. Hal ini dikarenakan
didalamnya terdapat sebagian kecil dari ceritanya. Pembuatan dari kitab peninggalan sejarah
Kerajaan Kediri ini dilakukan pada tahun 1135 sampai 1157 Masehi atau pada masa
pemimpinan Prabu Jayabaya.
Kitab Gatotkacasraya
Pengarang kitab Gatotkacasraya adalah Mpu Panuluh. Isi dari kitab Gatotkacasraya berupa kisah
pahlawan yang menyatukan putra Arjuna (Abimanyu) dengan Siti Sundhari. Pahlawan tersebut
bernama Gatotkaca.
Kitab Sumarasantaka
Pengarang kitab Sumarasantaka adalah Empu Monaguna. Isi dari kitab peninggalan sejarah
Kerajaan Kediri ialah kutukan harini. Kutukan Harini adalah kisah seorang bidadari bernama
Harini yang membuat kesalahan dan kemudian dikutuk menjadi manusia sehingga sambil
menunggu kutukan itu hilang sendirinya, Harini sementara harus tinggal di bumi.

2.7 Runtuhnya Kerajaan Kediri

Kertajaya adalah raja terakhir kerajaan Kediri. Ia memakai lencana Garuda Mukha seperti Ria
Airlangga, sayangnya ia kurang bijaksana, sehingga tidak disukai oleh rakyat terutama kaum
Brahmana. Dalam masa pemerintahannya, terjadi pertentangan antara dirinya dan para Brahmana
hal inilah akhirnya menjadi penyebab berakhirnya Kerajaan Kediri.
Pertentangan itu disebabkan Kertajaya dianggap telah melanggar adat dan memaksa kaum
brahmana menyembahnya sebagai Dewa. Para Brahmana kemudian meminta perlindungan pada
Ken Arok di Singosari. Kebetulan Ken Arok juga berkeinginan memerdekakan Tumapel
(Singosari) yang dulunya merupakan bawahan Kediri. Tahun 1222 pecahlah pertempuran antara
prajurit Kertajaya dan pasukan Ken Arok di desa Ganter. Dalam peperangan ini, pasukan Ken
Arok berhasil menghancurkan prajurit Kertajaya. Dengan demikian berakhirlah masa Kerajaan
Kediri, yang sejak saat itu menjadi bawahan Kerajaan Singosari. Runtuhnya kerajan Panjalu-
Kediri pada masa pemerintahan Kertajaya dikisahkan dalam Kitab Pararaton dan Kitab
Negarakertagama.
Setelah Ken Arok mengangkat Kertajaya, Kediri menjadi suatu wilayah dibawah
kekuasaan Kerajaan Singosari. Ken Arok mengangkat Jayasabha, putra Kertajaya sebagai Bupati
Kediri. Tahun 1258 Jayasabha digantikan putranya yang bernama Sastrajaya. Pada tahun 1271
Sastrajaya digantikan oleh putranya , yaitu Jayakatwang. Tahun 1292 Jayakatwang menjadi bupati
geleng-geleng. Selama menjadi bupati, Jayakatwang memberontak terhadap Singosari yang
dipimpin oleh Kertanegara, karena dendam di masa lalu dimana leluhurnya yaitu Kertajaya
dikalahkan oleh Ken Arok. Setelah berhasil membunuh Kertanegara, Jayakatwang membangun
kembali Kerajaan Kediri, namun hanya bertahan satu tahun. Hal itu terjadi karena adanya serangan
gabungan yang dilancarkan oleh pasukan Mongol dan pasukan menantu Kertanegara, Raden
Wijaya.
BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Menurut sumber yang kami peroleh tentang Kerajaan Kediri maka dapat kami ambil
simpulan bahwa Kerajaan Kediri merupakan salah satu kerajaan Hindu yang terletak di tepi Sungai
Brantas, Jawa Timur. Kerajaan yang berdiri pada abad ke-12 ini merupakan bagian dari Kerajaan
Mataram Kuno. Raja pertamanya bernama Shri Jayawarsa Digjaya Shastraprabu yang menamakan
dirinya sebagai titisan Wisnu.

Kertajaya adalah raja terakhir kerajaan Kediri. Ia memakai lencana Garuda Mukha seperti
Ria Airlangga, sayangnya ia kurang bijaksana, sehingga tidak disukai oleh rakyat terutama kaum
Brahmana. Dalam masa pemerintahannya, terjadi pertentangan antara dirinya dan para Brahmana
hal inilah akhirnya menjadi penyebab berakhirnya Kerajaan Kediri.

3.2 Saran
Dengan adanya tugas Sejarah minat membuat makalah mengenai Kerajaan Hindu-Budha
di Indonesia, maka kita diharapkan lebih mengetahui tentang sejarah kerajaan-kerajaan di
Indonesia salah satunya Kerajaan Kediri.
Menurut Ir. Soekarno beliau berkata “JASMERAH” Jangan Lupakan Sejarah, maka kita penerima
warisan (sejarah) hendaknya lebih giat lagi mencari pengetahuan mengenai sejarah-sejarah masa
lampau. Contoh kecil adalah mencari peristiwa apa saja yang terjadi sebelum Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian kita akan menambah rasa patriotisme (cinta tanah air)
yang sebagai pemuda-pemudi bangsa sangat penting memiliki jiwa tanah air, guna membangun
bangsa yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

http://jagosejarah.blogspot.co.id/2015/05/sejarah-kerajaan-kediri.html
http://sule-epol.blogspot.co.id/2015/05/makalah-kerajaan-kediri-dan-
singasari.html
http://juragansejarah.blogspot.co.id/2012/05/sejarah-kerajaan-
kediri.html
http://www.sejarah-negara.com/2014/07/8-raja-yang-pernah-
memerintah-kerajaan/
MAKALAH
KERAJAAN KEDIRI

Disusun oleh : 1. RICKA RACHMADONA


2. PUTRI MEIDINA SAVITRI
3. MUHAMMAD RIO PADILTA
4. M. RIDWAN MUZIZADTULLAH FAISAL

SMA NEGERI 1 KOTA PAGARALAM


TAHUN AJARAN 2019/2020

Anda mungkin juga menyukai