Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sangat penting terkait dengan meningkatnya kualitas suatu

bangsa. Pemerintah secara tegas telah mengatur hal-hal yang berhubungan dengan

pendidikan sebagai bentuk perhatian yang khusus terhadap peningkatan kualitas

SDM. Hal ini terdapat dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional. Lembaga pendidikan tersebut adalah pendidikan

anak usia dini (PAUD) dan tertulis dalam Permendiknas No.58 tahun 2009.

Permendiknas No 58 tersebut mencantumkan bahwa dalam UU No.20 Tahun

2003 Pasal 1 angka 14,pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya

pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam

tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan atau stimulasi pendidikan

untuk membantu tumbuh kembang jasmani dan rohani agar anak memiliki

kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas No 20 Tahun

2003).

Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang mengembangkan diri

anak secara menyeluruh. Bagian diri anak yang dikembangkan meliputi fisik-

motorik, intelektual, moral, sosial, emosional, kreativitas, dan bahasa (Slamet

Suyanto, 2005:130). Pembelajaran untuk anak usia dini mempunyai tujuan agar

kelak anak berkembang menjadi manusia yang utuh, yang memiliki kepribadian

dan budi yang mulia, cerdas dan terampil, mampu bekerjasama dengan orang lain,

1
2

mampu hidup berbangsa dan bernegara serta bermasyarakat. Dari tujuan-tujuan

tersebut yang sangat berperan adalah kemampuan sosialnya (Slamet

Suyanto,2005:130).

Permendiknas No.58 mencantumkan pula poin Standar Tingkat

Pencapaian Perkembangan (STPP). Tingkat pencapaian perkembangan

menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan anak yang diharapkan pada

rentang usia tertentu. Perkembangan anak juga merupakan integrasi aspek

pemahaman nilai-nilai agama dan moral,fisik,kognitif,bahasa,dan sosial

emosional. Masing-masing bidang pengembangan memerlukan stimulasi yang

tepat agar dapat berkembang secara optimal (Permendiknas No.58).

Aspek pengembangan kemampuan dasar di PAUD salah satunya adalah

aspek sosial emosional. Aspek sosial emosional memegang peranan penting

dalam menentukan kesuksesan anak di masa depan. Hal ini sependapat dengan

pernyataan (Agustian,2000:8) yang menyimpulkan bahwa kecerdasan sosial

emosional memiliki peran yang lebih signifikan jika dibandingkan dengan

kecerdasan intelektual (Agustian,2000:8). Peranan aspek perkembangan sosial

emosional yang begitu penting untuk anak,maka tidak berlebihan bila aspek ini

dikaji lebih mendalam.

Disadari atau tidak rasa kebersamaan dan kerjasama saat ini telah banyak

menurun pada sebagian masyarakat Indonesia (Sisca, 2012: 84). Dalam kegiatan

pembelajaran guru hendaknya mengajak anak-anak untuk mengalami secara

langsung bukan hanya melalui kegiatan percakapan, tanya jawab, penugasan

ataupun cerita, karena melalui pengalaman langsung anak dapat mengkonstruksi


3

pengetahuan. Pengetahuan bukan kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang

sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap

obyek, pengalaman, maupun lingkungannya (Asri Budiningsih, 2005: 56).

Pengalaman langsung untuk mengembangkan kemampuan kerjasama anak salah

satunya dapat dilakukan melalui permainan. Permainan merupakan wujud yang

paling jelas dari bermain. Bermain berfungsi dalam mengembangkan kemampuan

sosial dan emosional. Melalui bermain, anak merasakan berbagai pengalaman

emosi, senang, sedih, bergairah, kecewa, bangga, marah dan sebagainya. Melalui

bermain pula anak memahami hubungan antara dirinya dan lingkungan sosialnya,

belajar bergaul dan memahami aturan ataupun tata cara pergaulan (Mayke S.

Tedjasaputra, 2005:20).

Kemampuan kerjasama ini bila tidak dibiasakan dengan baik maka

dikhawatirkan dapat berdampak buruk pada proses penyesuaian dalam diri

anak,baik penyesuaian bidang akademik maupun bidang yang menyangkut

kehidupan sosial anak. Idealnya pada usia prasekolah,khususnya pada usia-usia 4-

5 tahun kemampuan kerjasama sudah mulai terlihat dan berkembang.

Perkembangan dan perubahan jenis kegiatan bermain sosial dimana tahapan

bermain kooperatif yang prosentasenya berkisar kurang lebih 37% pada usia 3-4

tahun meningkat menjadi 43 % pada usia 4-5 tahun (Mayke,2001:5).

Kegiatan-kegiatan yang bersifat kelompok,khususnya yang bersifat

tradisional dan mengandung nilai kearifan lokal masih sangat jarang dilakukan

disekolah-sekolah. Kegiatan hanya berkisar pada aktifitas individual dan klasikal.

Kenyataan tersebut apabila tidak segera mendapat penanganan maka


4

dikhawatirkan anak-anak tersebut akan mengalami hambatan dalam interaksi

sosial pada tahap pendidikan dan perkembangan selanjutnya,untuk itulah perlu

adanya cara untuk mengatasi permasalahan tersebut khususnya dalam

meningkatkan kemampuan kerjasama anak.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui kegiatan bermain.

Hal ini dipilih karena kegiatan bermain dinilai sangat tepat dan efektif jika

diterapkan untuk anak usia dini. Kegiatan bermain ini dapat menggunakan

permainan-permainan yang menyenangkan untuk anak. Permainan tradisional

dapat menjadi salah satu pilihan permainan menyenangkan yang dapat

meningkatkan kemampuan kerjasama anak.

Interaksi sosial antar anak juga terdapat dalam permainan tradisional

sehingga dapat meningkatkan keakraban anak yang satu dengan yang lainya yang

bila dilakukan secara kontinyu dinilai akan dapat meningkatkan kemampuan

kerjasama anak. Permainan-permainan tradisional juga dipilih selain dapat

meningkatkan kemampuan kerjasama anak,permainan ini tergolong

sederhana,mudah dimainkan serta memiliki nilai budaya dan kearifan lokal yang

sudah sepantasnya untuk dilestarikan.

Permainan tradisional akan dikenalkan terlebih dahulu dengan cara rutin

mengajak anak berpartisipasi dalam permainan tersebut secara langsung. Anak

diharapkan akan terbiasa dengan permainan dan terbiasa berinteraksi dengan

teman-temannya sehingga dapat menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan

kerjasama atau sikap kooperatif.


5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah dalam

penelitian adalah bagaimana meningkatkan kemampuan kerjasama anak

Kelompok B TK MADINAH melalui permainan tradisional.

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan

kerjasama melalui Permainan Tradisional pada anak Kelompok B TK

MADINAH.

D. Manfaat

Penelitian ini bermanfaat bagi:

1. Siswa

Bagi siswa penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan kerjasama.

2. Guru

a. Memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya

b. Mengoptimalkan upaya peningkatan kemampuan kerjasama pada anak

didiknya melalui permainan tradisional boy.

c. Secara kreatif memadukan permainan tradisional boy dalam kegiatan

pembelajaran di sekolah.

3. Peneliti

Bagi peneliti penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dan

pengetahuan mengenai bagaimana melakukan penelitian yang baik dan benar

khususnya dalam hubungannya dengan penelitian tentang peningkatan

kemampuan kerjasama melalui permainan tradisional.


6

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kemungkinan meluasnya penjelasan terhadap

permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini,maka perlu disampaikan

definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini,yakni

a. Kemampuan kerjasama yang dimaksud dalam penelitian ini ditujukan

pada kemampuan anak dalam menjalin interaksi positif dengan teman

seusianya serta kemampuan anak memahami konsep pentingnya

beraktifitas secara bersama-sama dalam sebuah kegiatan yang bermakna.

Agar kemampuan kerjasama yang dimaksud dapat berkembang dengan

baik maka perlu adanya aktifitas bersama yang bermakna yakni melalui

permainan tradisional boy.

b. Permainan tradisional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

permainan yang melibatkan interaksi satu anak dengan anak lainnya.

Permainan tradisional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

permainan Boy. Di dalam permainan boy anak-anak belajar interaksi

positif melalui nilai-nilai kejujuran serta mengenal konsep angka.


7

F. Kerangka Berpikir

PAUD

Meningkatkan kerjasama

PTK

Permainan Tradisional Boy

Metode Observasi dan


Dokumentasi

Hasil pengamatan yang dilakukan di TK MADINAH, menunjukkan

bahwa perilaku anak masih belum dapat bekerja dalam kelompok, masih tidak

suka bermain bersama sama, serta masih belum dapat menunjukkan sikap peduli

terhadap teman. Hasil pengamatan menanggapi bahwa anak-anak kelompok B TK

MADINAH masih kesulitan dalam bekerjasama. Kemampuan kerjasama untuk

anak usia dini dapat menumbuhkan rasa kebersamaan, melatih anak untuk terbiasa

berkomunikasi di dalam kelompok, menumbuhkan keaktifan anak, memunculkan

semangat dalam diri anak, mengaktifkan anak untuk lebih berani mengungkapkan
8

pendapatnya. Untuk itulah perlu adanya cara untuk mengatasi permasalahan

tersebut khususnya untuk meningkatkan kemampuan kerjasama anak.

Permainan tradisional memiliki nilai-nilai kearifan lokal. Selain itu

permainan tradisional memberikan dampak yang besar terhadap perkembangan

kejiwaan, sifat, dan kehidupan sosial anak. Pernyataan tersebut menyatakan

bahwa permainan tradisional dapat digunakan sebagai media dalam

mengembangkan kemampuan kerjasama yang penting dalam menentukan

bagaimana anak akan diterima di lingkungan sosialnya serta melatih kemampuan

anak mengikat relasi.

Interaksi-interaksi sosial yang positif tersebut terdapat di dalam permainan

tradisional khususnya dalam permainan Boy. Di dalam permainan boy anak-anak

belajar interaksi positif melalui nilai-nilai kejujuran serta mengenal konsep angka.

Anda mungkin juga menyukai