Anda di halaman 1dari 16

PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN

1.1 Batasan
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,
sebagai hasil pematangan. Perkembangan menandai maturitas dari organ –organ
dan sistem-sistem, perolehan keterampilan kemampuan yang lebih siap untuk
beradaptasi terhadap stress dan kemampuan untuk memikul tanggung jawab
maksimal dan memperoleh kebebasan dalam mengekspresikan kreatifitas.
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa
serta sosialisasi dan kemandirian (Rusmil: 2006).

1.2 Faktor yang mempengaruhi perkembangan


1. Faktor Genetik
Termasuk dalam golongan ini adalah kelainan kromosom maupun gen
yang secara klinis bermanifestasi sebagai berbagai macam gangguan
metabolisme. Kelainan pada kromosom seks (klinefelter atau Turner)
biasanya tidak selalu disertai dengan retardasi mental, namun gangguan
pada kromosom autosomal (sindrom Down) biasanya disertai dengan
retardasi mental.
2. Faktor prenatal
Kesehatan ibu selama hamil, keadaan gizi,dan emosi yang baik ikut
mempengaruhi keadaan bayi sebelum lahir. Faktor prenatal yang dapat
mempengaruhi perkembangan bayi yaitu penyakit menahun pada ibu
hamil seperti tuberculosis paru, hipertensi, Diabetes Melitus, anemia,
penggunaan narkotik, alcohol dan rokok yang berlebihan. Infeksi virus
pada ibu hamil dapat mengakibatkan cacat fisik maupun mental
bergantung pada jenis virus, beratnya penyakit dan umur kehamilan.
Yang paling sering adalah Rubela dan Cytomegalic Virus
3. Faktor perinatal
Proses kelahiran yang lama, perdarahan akan mengurangi suplai oksigen
ke otak dan mengakibatkan kerusakan sel otak. Posisi janin yang
abnormal, anomali uterus, dan kelainan bentuk jalan lahir dapat
menimbulkan anoksia yang berkepanjangan, kecelakaan pada waktu
lahir, dan distress fatal. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan berbagai
tingkatan kerusakan otak. Ikterus neonatorum yang berat
(hiperbilirubinemia > 20 mg/dl) dapat mengakibatkan retardasi mental,
palsi cerebri, defek pendengaran bila tidak ditangani dengan baik.
4. Faktor pascanatal
faktor pascanatal yang dapat mempengaruhi antara lain:
a. Infeksi (meningitis, encephalitis, meningoencephalitis)
b. Trauma kapitis, tumor otak, kelainan tulang tengkorak, hidrosephalus
c. Kelainan endokrin dan metabolik
Hipotiroidisme, penyakit Tay-Sachs, Gaucher, Neiman-Pick
d. Keracunan pada otak
e. faktor sosio budaya
Tidak adanya rangsangan mental, gizi buruk, perumahan yang tidak
memadai, kesehatan yang tidak terjamin, penyakit menahun,
pergaulan yang tidak baik.

1.3 Jenis - Jenis Perkembangan


Parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak
balita yaitu :
1. Personal social (kepribadian/tingkah laku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
berintreraksi dengan lingkungannya.
2. Fine motor adaptive
Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot – otot halus atau
sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk
belajar dan berlatih. Misalnya kemampuan untuk memindahkan benda dari
tangan, menyusun balok.
3. Language / bahasa
Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah
dan berbicara spontan.
4. Gross motor
Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot- otot besar
atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh
kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang,
berlari.

Perkembangan mental anak menurut skala yaumil-mimi :


a. Dari lahir sampai 3 bulan:
- belajar mengangkat kepala
- belajar mengikuti obyek dengan matanya
- melihat kemuka orang dengan tersenyum
- bereaksi terhadap suara/bunyi
- mengenal ibunya dengan penglih&tan, penciuman, pende¬ngaran, dan kontak.
- menahan barang yang dipegangnya
- mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh
b. Dari 3 sampai 6 bulan:
- mengangkat kepala 90 derajat dan mengangkat dada de¬ngan bertopang tangan
- mulai belajar meraih benda-benda yang ada dalam jang• kauannya atau diluar
jangkauannya
- menaruh benda-benda di mulutnya
- berusaha memperluas lapangan pandangan
- tertawa den menjerit karena gembira bila diajak bermain - mulai berusaha
mencari benda-benda yang hilang
c. Dari 6 – 9 bulan
- dapat duduk tanpa dibantu
- dapat tengkurep iian berbalik sendiri
- dapat merangkak meraih benda atau mendekati seseorang
- memindahkan benda dad satu tangan ke tangan yang lain
- memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
- bergembira dengan melempar benda-benda
- mengeluarkan kata-kata yang tanpa arti
- mengenal muka anggota-anggota keluraga dan takut kepada orang asing/lain
- mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan,dan sem¬bunyi-sembunyian
d. Dari 9 -12 bulan
- dapat berdiri sendiri tanpa dibantu
- dapat berjalan dengan dituntun menirukan suara
- mengulang bunyi yang didengarnya
- belajar menyatakan satu atau dua kata mengerti perintah sederhana atau larangan
- memperlihatkan minat yang besar dalam mengeksplorasi se¬kitarnya, ingin
menyentuh apa saja dan memasukkan benda¬benda ke mulutnya
- berpartisipasi dalam permainan
e. Dari 18-24 bulan
- naik turun tangga
- menyusun 6 kotak menunjuk mata dan hidungnya menyusun dua kata
- belajar makan sendiri
- menggambar garis di kertas atau pasir
- mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil/kencing
- menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oleh orang-orang yang lebih besar
- memperlihatkan minat kepada anak lain dan bertnain-main dengan mereka
f. Dari 2 sampai 3 tahun:
- belajar meloncat, memanjat, melompat dengan satu kaki
- jembatan dengan 3 kotak
- mampu menyusun kalimat
- mempergunakan kata-kata saya, bertanya, mengerti kata¬kata yang ditujukan
kepadanya
- menggambar lingkaran
- bermain bersama dengan anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain di luar
keluarganya
- berjalan dan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah
- menyusun 2 atau 3 kotak
- dapat mengatakan 5-10 kata
- memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing
g. Dari 3 sampai 4 tahun:
- berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga berjalan pada jari kaki
- belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri menggambar garis silang
- menggambar orang hanya kepala dan badan mengenal 2 atau 3 warna
- bicara dengan baik
- menyebut namanya, jenis kelamin dan umurnya banyak bertanya
- bertanya bagaimana anak dilahirkan
- mengenal sisi atas, sisi bawah, sisi muka, sisi belakang mendengarkan cerita-
cerita
- bermain dengan anak lain
- menunjukkan rasa sayang kepada saudara-saudaranya
- dapat melaksanakan tugas-tugas sederhana
h. Dari 4 sampai 5 tahun:
- melompat dan menari
- menggambar orang terdiri dari kepala, lengan, badan - menggambar segi empat
dan segi tiga
- pandai bicara
- dapat menghitung jari-jarinya
- dapat menyebut hari-had dalam seminggu
- mendengar dan mengulang hal-hal penting dan cerita - minat kepada kata baru
dan artinya
- memprotes bila dilarang apa yang diingininya - mengenat 4 wama
- memperkirakan bentuk dan besarnya benda, membedakan besar dan kecil
- menaruh minat kepada aktivitas orang dewasa
Pendidikan/stimulasi yang perlu diberikan
- akademik sederhana; pengenalan ruang, bentuk, wama, per¬siapan berhitung
- pendidikan alam sekitar, sosialisasi, mengenal tingkungan masyarakat
- bermain bebas untuk mengembangkan fantasi dan memper¬kaya pengalaman
- menyanyi, menggambar
- bahasa: bercakap-cakap, membaca gambar, bercerita, meng¬ucapkan syair
sederhana
- melatih daya ingat dengan antara lain bermain jualan, me¬nyampaikan berita
- menggambar
- membuat permainan dari kertas
- bermain musik
- mengenal tugas, larangan-larangan
- aktivitas sehari-hari (makan sendiri, minum sendiri, kontrol buang air besar,
kontrol buang air kecil)

1.4 Variabilitas Perkembangan


1.5.1 Prinsip-prinsip penilaian kemajuan perkembangan
1. Terdapat pola kemajuan perkembangan yang nyata dan konsisten
sesuai kemampuan perkembangan (milestones)
2. Batasan usia menunjukkan bahwa suatu patokan kemampuan sudah
harus dicapai untuk memonitor perkembangan.
3. Tedapat variasi pada pola batas pencapaian dan kecepatan
perkembangan.
1.5.2 Tahap-tahap penilaian perkembangan anak
1. Anamnesis
2. Skrining gangguan perkembangan anak
3. Evaluasi lingkungan anak
4. Evaluasi penglihatan dan pendengaran anak
5. Evaluasi bicara dan bahasa anak
6. Pemeriksaan fisik
7. Pemeriksaan neurologis
8. Evaluasi penyakit-penyakit metabolik
9. Integrasi dari hasil penemuan
Ternyata berdasarkan berbagai penelitian, angka terjadinya kelainan
perkembangan yang sering ditemukan adalah retardasi mental 3%, 1 diantara 200
anak menderita palsi serebralis, kesulitan belajar dan sindroma yang menyangkut
konsentrasi dan perhatian.
1.5.2 Tes – Tes Perkembangan
A. Tes Intelegensi Individual (tes IQ)
1. Tes Stanford-Binet
2. LIPS (The Leiter International Performance Scale)
3. WISC (the Wechsler Intelligence Scale for children)
4. WPPSI (Wechsler preschool and primary scale of intelligence)
5. McCharty Scales of Children’s abilities
B. Tes Prestasi
1. Gray oral reading test revised
2. wide range Acievement test
3. Peabody Individual Achievement test
C. Tes Psikomotorik
1. Brazelton Newborn Behaviour Assessment Scale
2. Bayley Infant Scale of Development
3. The Denver Developmental Screening Test
4. Diagnostik perkembangan fungsi Munchen tahun pertama
5. Draw-A-Man Test
D. Tes Proyeksi
1. Symonds Picture Story Test
2. The Machover Human Figure Drawing Test
3. The Animal Choice Test
E. Tes Perilaku Adaptif
1. Vineland Adaptive Behavior Scale
2. Vineland Adaptive Behavior Scale edisi Kelas
1.5.3 Penilaian perkembangan
Metode penilaian perkembangan pada anak
1. KPSP (Kuisioner Pra Skrining Perkembangan)
KPSP sebagai alat skrining perkembangan yang baik, harus
memenuhi beberapa kriteria, yaitu mudah dilakukan, murah, dapat
diterima untuk masyarakat, akurat, sensitif, spesifik, serta dapat diulang
oleh orang lain dengan tingkat reliabilitas yang baik. Dalam beberapa
penelitian Penggunaan KPSP jika dibandingkan dengan Denver II
mempunyai nilai sensitivitas 95% dan spesifisitas 63%. Hal ini mungkin
disebabkan karena metode KPSP merupakan suatu kuesioner tertutup yang
jawabannya hanya ya dan tidak. Sementara itu ibu di Indonesia sering
malu untuk mengakui bahwa anaknya tidak sepandai anak lain dengan usia
sebaya sehingga jawaban yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kenyataan,
atau pemahaman terhadap pertanyaan yang diterima oleh ibu
membingungkan.
Kuesioner praskrining perkembangan merupakan kuesioner untuk
skrining pendahuluan anak umur 3 bulan sampai 6 tahun yang dilakukan
oleh orangtua. Terdapat 10 pertanyaan mengenai kemampuan
perkembangan anak, yang harus diisi (atau dijawab) oleh orangtua dengan
jawaban ya dan tidak, sehingga hanya membutuhkan waktu 10-15 menit.
KPSP sebagai alat skrening dapat mengidentifikasi berbagai aspek
perkembangan, diantaranya gerakan kasar, sosialisasi dan kemandirian,
bicara dan bahasa, dan gerak halus.
Keluhan orangtua (parent concern) terhadap perkembangan anaknya
merupakan modal utama dalam melakukan deteksi dini gangguan
perkembangan. Penelitian Glascoe menunjukkan hasil skrining formal
pada anak, sekitar 80% anak Dokter maupun tenaga kesehatan adalah
profesi yang paling mungkin melakukan deteksi dini keterlambatan
perkembangan anak pada saat orangtua membawa anaknya untuk
pemeriksaan rutin ataupun berobat karena sakit. Mereka akan selalu
mendengarkan keluhan dan cerita orang tua pasien.Walaupun demikian
hanya sebagian dokter yang melakukan skrining secara rutin di tempat
praktek. Di Amerika hanya 30% dokter anak yang melakukan skrining
secara formal. Hal ini mungkin disebabkan keterbatasan waktu,
pengetahuan, dan keterampilan dalam melakukan skrining. Untuk
mengurangi pengeluaran biaya dan waktu yang tidak perlu, pada tahap
awal skrining dapat dilakukan oleh perawat atau tenaga medis terlatih
dengan menggunakan kuesioner praskrining bagi orang tua, kemudian
ditentukan anak yang membutuhkan evaluasi formal.
Penggunaan KPSP sebagai alat screning perkembangan yang sangat
mudah serta memiliki efek sangat besar dalam upaya pencegahan
gangguan perkembangan pada anak, apabila dimanfaatkan oleh keluarga
dalam mendeteksi sejak dini tumbuh kembang anak. Kemudahan
penggunaan KPSP dapat dilihat sebagaimana cara berikut menentukan
umur anak dengan menjadikannya dalam bulan, sebagai contoh apabila
umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan, setelah
menentukan umur anak pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak. KPSP
terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu pertanyaan yang dijawab oleh
ibu/pengasuh anak. Contoh : “dapatkah bayi makan kue sendiri?” Perintah
kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas yang
tertulis pada KPSP. Contoh : “pada posisi bayi anda terlentang, tariklah
bayi pada pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk”.
Baca dulu dengan baik pertanyaan-pertanyaan yang ada, apabila tidak jelas
atau ragu-ragu tanyakan lebih lanjut agar mengerti sebelum melaksanakan,
pertanyaan dijawab berurutan satu persatu, setiap pertanyaan hanya
mempunyai satu jawaban YA atau TIDAK, teliti kembali semua
pertanyaan dan jawaban.
Dalam menentukan interpretasi hasil KPSP caranya adalah dengan
menghitung jawaban Ya (bila dijawab bisa atau sering atau kadang-
kadang), hitung jawaban tidak (bila jawaban belum pernah atau tidak
pernah). Apabila jawaban YA = 9-10, perkembangan anak sesuai dengan
tahapan perkembangan (S), apabila jawaban YA = 7 atau 8, perkembangan
anak meragukan (M), apabila jawaban YA = 6 atau kurang, kemungkinan
ada penyimpangan (P), dan rincilah jawaban TIDAK pada nomer berapa
saja.
Jadi, KPSP pada anak balita yang dilakukan oleh keluarga
merupakan cara keluarga untuk melakukan upaya deteksi risiko
penyimpangan perkembangan yang setara dengan Denver II yang
dilakukan oleh dokter. Pemeriksaan skrining perkembangan dengan
menggunakan KPSP dapat dilakukan oleh keluarga yang sudah dilatih
dengan baik sehingga risiko gangguan keterlambatan dapat teratasi segera

2. Tes daya lihat dan tes mata anak


Tes daya lihat bertujuan untuk mendeteksi secara dini kelainan
dapat dilihat agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga
kesempatan untuk memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar.
Tes ini dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur 36- 72
bulan. Tes ini oleh tenaga kesehatan, guru TK, petugas PAUD terlatih.
Alat yang diperlukan:
a. Ruangan yang bersih, tenang dengan penyinaran yang baik.
b. Dua buah kursi , satu untuk anak, satu untuk pemeriksa.
c. Poster “E” untuk digantung dari kartu “E” untuk dipegang anak.
d. Alat penunjuk.
Cara melakukan tes daya lihat
a. Pilih suatu ruang bersih dan tenang dengan penyinaran yang baik.
b. Gantungkan poster “E” setinggi mata anak pada posisi duduk.
c. Letakkan sebuat kursi sejau 3 meter dari poster “E” mengahap ke poster
“E”.
d. Letakkan sebuah kursi lainnya disamping poster “E” untuk pemeriksa.
e. Pemeriksa memerikan kartu “E” pada anak. Latih anak dalam
mengarahkan kartu E menghadap ke atas, bawah, kiri, kanan, sesuai
ditunjuk pada poster “E” oleh pemeriksa, beri pujian setiap kali anak mau
melakukannya. Lakukan hal ini sampai anak dapat mengarahkan kartu “E”
dengan benar.
f. Selanjutnya anak diminta menutup sebelah matanya dengan buku/ kertas
g. Denga alat penunjuk, tunjuk huruf “E” pada poster satu- persatu mulai
garis pertama sampai garis ke empat atau garis “E” terkecil yang masih
dapat dilihat.
h. Uji anak setiap kali dapat mencocokan posisi kartu “E” yang
dipegangnya dengan huruf “E” pada poster.
i. Ulangali pemeriksaan tersebut pad amata satunya dengan cara yang
sama.
j. Tulis baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat pada kertas yang telah
disediakan .
Mata kanan:………………………… mata kiri:……………………..
Anak prasekolah umumnya tidak mengalami kesulitan sampai
baris ke-3 pada poster “E” bila kedua mata anak tidak dapat melihat garis
ke-3 poster “E” artinya tidak dapat mencocokan arah kartu “E” yang
dipegangnya dengan arah “E” pada baris ke-3 yang ditunjuk oleh
pemeriksa, kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat.
Bila kemungkinan mengalami gangguan daya lihat, minta anak
datang lagi untuk pemeriksaan ulang. Bila pada pemeriksaan berikutnya,
anak tidak dapat melihat sampai baris yang sama atau tidak dapat melihat
garis yang sama dengan kedua matanya, rujuk ke RS dengan menuliskan
mata yang yang mengalami gangguan (kanan, kiri, atau keduanya).

3. Tes Daya Dengar


Tes daya dengar bertujuan untuk menemukan gangguan
pendengaran sejak dini, agar dapat segera ditindak lanjuti untuk
meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak.
2. Jadwal setiap 3 bulan pada bayi kurang dari 12 bulan dan setiap 6 bulan
pada anak usia 12 bulan ke atas. Tes ini dilakukan oleh tenaga kesehatan,
guru TK, tenaga PAUD, dan petugas terlatih lainnya.
Alat yang diperlukan adalah instrument TDD menurut umur anak;
gambar binatang (ayam, anjing, kucing) dan manusia; mainan (boneka,
kubus, sendok, cangkir, dan bola).
Cara melakukan TDD: tanyakan tanggal, bulan dan tahun anak
lahir, hitung umur anak dalam bulan, pilih daftar pertanyaan TDD yang
sesuai dengan umur anak :
a) Pada anak umur kurang dari 24 bulan:
1) Semua pertanyaan harus dijawab oleh orang tua/ pengasuh anak.
Tidak usah ragu- ragu atau takut menjawab karena tidak untuk mencari
siapa yang salah.
2) Bacakan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu
dan berurutan.
3) Tunggu jawaban dari orang tua atau pengasuh anak.
4) Jawaban “ya” jika menurut orang tua/ pengasuh, anak dapat
melakukannya dalam 1 bulan terakhir.
b) Pada anak umur 24 bulan atau lebih:
1) Pertanyaan- pertanyaan berupa perintah melalui orang tua/ pengasuh
untuk dikerjakan oleh anak.
2) Amati kemampuan aank dalam melakukan perintah orang tuan atau
pengasuh.
3) Jawaban “ya” jika anak dapat melakukan perintah orang tua/
pengasuh.
4) Jawaban ‘tidak” jika anak tidak dapat atau tidak mau melakukan
perintah orang tua/ pengasuh.
Interpretasinya adalah bila ada satu atau lebih jawaban “tidak”,
kemungkinan anak mengalami gangguan pendengaran. Catat dalam buku KIA
atau kartu kohort bayi/ balita/ status/ catatan medic anak jenis kelainan
buku pedoman yang ada.

4. DDST (denver Development Screening Test)


The Denver Developmental Screening Test (DDST) adalah salah satu dari
metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak, tes ini bukanlah tes
diagnostik atau tes IQ. DDST memenuhi semua persyaratan yang diperlukan
untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah dan cepat (15-20 menit), dapat
diandalkan dan menunjukkan validitas yang tinggi.
A. Langkah persiapan
o Formulir Denver II
o Alat – alat
o Benang
o Kismis
o Kerincingan dengan gagang kecil
o Balok – balok berwarna dengan luas 10 inci
o Botol kaca kecil dengan lubang 5/8 inci
o Bel kecil
o Bola tenis
o Pensil merah
o Boneka kecil dengan botol susu
o Cangkir plastik dengan pegangan
o Kertas kosong
B. Langkah Pelaksanaan
Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak umur < 6 tahun berisi 125 gugus
tugas yang disusun dalam formulir menjadi 4 sektor untuk menjaring fungsi –
fungsi berikut :
1. Personal social (kepribadian/tingkah laku sosial)
2. Fine motor adaptive (motorik halus)
3. Language / bahasa
4. Gross motor (motorik kasar)
C. Pencatatan hasil
1. Koreksi faktor prematuritas. Tarik garis umur dari garis paling atas ke
bawah dan cantumkan tanggal pemeriksaan pada ujung atas garis umur
2. Semua ujicoba untuk tiap sektor dimulai dengan uji coba yang terletak di
sebelah kiri garis umur, kemudian dilanjutkan sampai ke kana garis umur.
3. Pada tiap sektor dilakukan minimal 3 uji coba terdekat di sebelah kiri garis
umur serta tiap ujicoba yang dilalui garis umur.
4. Bila anak tidak mampu untuk melakukan salah satu ujicoba pada langkah
3 (‘gagal’, ‘menolak’, ‘tidak ada kesempatan’) lakukan ujicoba tambahan
ke sebelah kiri pada sektor yang sama sampai anak dapat lewat 3 ujicoba.
D. Interpretasi penilaian individual
1. Lebih (advanced)
Bilamana seorang anak lewat pada ujicoba yang terletak di sebelah kanan
garis umur
2. Normal
Bila seorang anak gagal atau menolak melakukan ujicoba di sebelah kanan
garis umur
3. Caution (peringatan)
Bila seorang anak gagal atau menolak melakukan ujicoba yang dilalui
garis umur terletak pada atau antara persentil ke 75 dan 90
4. Delay (ketelambatan)
Bila seorang anak gagal atau menolak melakukan ujicoba yang seluruhnya
terletak di sebelah kiri garis umur
5. No opportunity (tidak ada kesempatan)
Ujicoba yang dilaporkan orang tua
E. Interpretasi Denver II
a. Abnormal
- Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih
- Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan Plus
1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama
tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis
vertikal usia .
b. Meragukan
- Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih
- Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor
yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis
vertikal usia.
c. Tidak dapat dites
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal
atau meragukan.
d. Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas.
DAFTAR PUSTAKA

American Academy Of Pediatrics. 2001. Developmental Surveillance and


Screening of Infants and Young Children. PEDIATRICS Vol. 108 No. 1
July 2001

Behrman, Richard. Kliegman, Robert. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol 1, edisi
15. Jakarta: EGC

Carolina Rizzotto Schirmer. 2006. Clinical Assessment Of Language Development


In Children At Age 3 Years That Were Born Preterm. Arq Neuropsiquiatr
2006;64(4):926-931

Hay, william. Current Pediatric Diagnosis and Treatment. 17th Edition.LANGE

IDAI. 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Jakarta.

Markum, KH. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:FKUI.

Rusmil Kusnadi. 2006. Pedoman pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dan Intervensi


Dini Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar.
Departemen Kesehatan RI

Sally Grantham-McGregor Developmental potential in the first 5 years for


children in developing countries.www.thelancet.com Vol 369 January 6,
2007

Saputra, Haris Marta, 2001. Development of children of 2 – 3 years old from pre-
prosperous family and prosperous family stage II Department of Child
Health, Medical School, University of North Sumatera - Adam Malik
Hospital, Medan. Paediatrica Indonesiana

Soetjiningsih. 2002. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta:EGC

Supriasa, Nyoman. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC

WHO MULTICENTRE GROWTH REFERENCE STUDY GROUP. 2006.


Reliability of motor development data in the WHO Multicentre Growth
Reference Study Acta Pædiatrica, 2006; Suppl 450: 47_/55
Lampiran 1

Anda mungkin juga menyukai