Pasien Cephalgia
Bagas Candra Kurniawan
Prodi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
bagascandra22@gmail.com
Abstract. This study is a related research on the role of history taking to cure cephalgia
patients. This study was conducted with the aim to determine the role of history for the
recovery of cephalgia patients, how much influence the history of the cure for cephalgia
patients, and the factors that influence the recovery of cephalgia patients. The research
method carried out in this study was an interview with a qualitative approach. The results of
this study indicate that the history carried out by doctors is very instrumental in the recovery
of cephalgia patients. With history taking, you can find out the things that are being felt by the
patient and know the background of the patient. The patient's lifestyle can affect the
emergence or loss of an illness.
Keywords: History Taking, Cephalgia, Doctor
1. Pendahuluan
Cephalgia adalah istilah medis dari nyeri kepala atau sakit kepala. Cephalgia
berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu cephalo dan algos.
Cephalo memiliki arti kepala, sedangkan algos memiliki arti nyeri. Cephalgia dapat
menimbulkan gangguan pada pola tidur, pola makan, menyebabkan depresi sampai
kecemasan pada penderitanya. Penelitian yang telah dilakukan oleh Paiva dkk
mengidentifikasi adanya gangguan tidur yang spesifik pada 55% populasi penderita
nyeri kepala dengan gangguan tidur pada malam hari (Hidayati, 2016)
Menurut PERDOSSI, nyeri kepala dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu nyeri
kepala primer dan nyeri kepala sekunder. Sebanyak 90% dari keseluruhan keluhan
nyeri kepala adalah nyeri kepala primer dan 10% sisanya merupakan nyeri kepala
sekunder. Nyeri kepala dikategorikan sebagai nyeri kepala primer jika tidak
ditemukan adanya kerusakan struktural maupun metabolik yang mendasari nyeri
kepala. Dikategorikan sebagai nyeri kepala sekunder apabila nyeri kepala didasari
oleh adanya kerusakan struktural atau sistemik dan biasanya disertai
dengan gangguan saraf seperti kejang-kejang, mata juling, penglihatan ganda, dan
kelemahan di salah satu alat gerak. Nyeri kepala primer meliputi tension-type
headache, migrain, dan cluster headache. (Hidayati, 2016)
Tension-type headache (TTH) merupakan jenis nyeri kepala primer yang
paling sering terjadi. TTH mempengaruhi hingga dua pertiga populasi. Sekitar 78%
orang dewasa pernah mengalami TTH setidaknya satu kali dalam hidupnya. Tension-
type Headache (TTH) sendiri adalah nyeri kepala bilateral yang menekan (pressing/
squeezing), mengikat, tidak berdenyut, tidak dipengaruhi dan tidak diperburuk oleh
aktivitas fisik, serta bersifat ringan hingga sedang. Nyeri kepala ini tidak bertambah
pada aktivitas fisik rutin, tidak didapatkan mual tetapi bisa ditemukan fotofobia atau
fonofobia. Biasanya nyeri kepala jenis ini disebabkan oleh stress, kelelahan, kurang
tidur, atau otot tegang. TTH dapat menyerang segala usia. Usia terbanyak yang sering
mengalami TTH terdapat pada usia 25-30 tahun, namun puncak prevalensi meningkat
di usia 30-39 tahun. Sekitar 40% penderita TTH memiliki riwayat keluarga menderita
penyakit TTH, 25% penderita TTH juga menderita migrain (nyeri kepala di salah satu
sisi kepala selama kurang lebih 4-72 jam). (Anurogo, 2014)
Berkaitan dengan masih banyaknya kasus tenyang nyeri kepala, maka
diperlukan pengobatan yang efektif kepada penderitanya. Agar hal tersebut dapat
terwujud, maka diperlukan hubungan yang baik antara dokter dan pasien dalam
pengelolaan nyeri kepala. Ada beberapa langkah dalam manajemen pasien. Langkah
yang paling penting dan harus dilakukan dengan baik dan benar adalah anamnesis
atau wawancara medis beserta pemeriksaan. Anamnesis memiliki peran yang penting.
Anamnesis yang dilakukan dalam proses diagnosis ini bertujuan untuk mendapatkan
informasi dan membantu dokter mengetahui tentang asal serta riwayat penyakit
pasien. Selain untuk membantu diagnosis, anamnesis juga berperan dalam
pengobatan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Setelah melakukan
anamnesis, hal yang dapat dilakukan selanjutnya adalah melakukan pemeriksaan fisik.
2. METODE
Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara
dengan pendekatan kualitatif. P. Joko Subagyo (2011:39) menyatakan bahwa
“Wawancara merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi
secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada para responden.
wawancara bermakna berhadapan langsung antara interview dengan responden, dan
kegiatannya dilakukan secara lisan.”
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan
dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, presepsi,
dan orang secara individual maupun kelompok (Sukmadinata, 2009). Sumber data
kualitatif adalah catatan hasil observasi, transkrip interview mendalam (depth
interview), dan dokumen-dokumen terkait berupa tulisan ataupun gambar.
4. SIMPULAN
Cephalgia atau nyeri kepala merupakan penyakit yang umum dialami oleh
masyarakat Indonesia dan masih sering dijumpai hingga saat ini. Banyak faktor yang
dapat membuat orang mengalami nyeri kepala, antara lain stress, dehidrasi, anemia,
kurang tidur, dan lain sebagainya. Namun, faktor penyebab nyeri kepala yang paling
banyak adalah karena stress.
Anamnesis sangat penting dilakukan oleh dokter dalam manajemen penyakit
nyeri kepala. Anamnesis memiliki pengaruh yang penting terhadap kesembuhan
pasien nyeri kepala. Pola hidup dari setiap orang juga dapat mempengaruhi
kesembuhan dari nyeri kepala yang dialami oleh pasien sendiri dan kejujuran pasien
dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh dokter dapat mempengaruhi
kesembuhan seorang pasien.
5. SARAN
Kondisi lingkungan pada saat ini sudah kurang bersih, tidak sama seperti
dahulu. Banyak polusi dimana-mana sehingga masyarakat sebaiknya menjaga
kesehatan diri dengan melakukan upaya-upaya pencegahan agar tidak mudah terkena
penyakit. Sebagai dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang lebih mengerti tentang
kesehatan sebaiknya juga memberikan contoh-contoh yang baik kepada masyarakat
umum dalam menjaga kesehatan diri. Dalam melakukan pemeriksaan, dokter
seharusnya memberikan pelayanan yang baik kepada pasiennya dan menjalin
komunikasi yang baik dengan pasiennya karena jika pasien telah memberikan
kepercayaan pada seorang dokter, dokter tersebut harus melaksanakan tugasnya
sesuai ilmu dan kemampuannya yang terbaik, serta sesuai dengan kode etik
kedokteran, moral, dan hukum yang berlaku.
6. DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Guyton A. C. & Hall, J. E. (2016), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 12. Jakarta:
Elsevier
Jurnal :
Adnyana, I. M. O., Kamelia, L., Budiarsa ,IGN. (2013). Ikhtisar pustaka nyeri kepala
dan gangguan tidur. Jurnal Ilmiah Kedokteran, 44(2), 101–104.
Anurogo, D. (2014). Tension Type Headache. CDK-214, 41(3), 186-191
Riyadina, W., & Turana, Y. (2014). Faktor Risiko Dan Komorbiditas Migrain.
Penelitian Kesehatan, 17(4), 371–378.