Anda di halaman 1dari 29

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengolahan pasca panen hasil pertanian atau perkebunan mempunyai peranan

dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Hasil pertanian seperti sayuran dan

buah-buahan pada umumnya setelah dipanen akan megalami perubahan akibat

pengaruh fisiologis, fisik, dan kimiawi parasit atau mikrobiologis. Perubahan-

perubahan tersebut ada yang menguntungka da nada yang merugikan. Komposisi

setiap sayuran dan buah-buahan berbeda, tergantung pada varietas, cara tanam,

cara panen, waktu panen, pemeliharaan, keadaan iklim, tingkat kematangan,

kondisi selama pematangan, dan kondisi ruang penyimpanan.

Penanganan pasca panen bertujuan antara lain untuk mempertahankan mutu

produk, menghambat laju proses metabolisme dan pemasakan buah, dan untuk

memperpanjang umur simpan. Kegiatan - kegiatan penanganan lepas panen

antara lain : sortasi dan grading, pembersihan/pencucian, pengemasan dan

pengepakan, serta perlakuan-perlakuan untuk memperpanjang umur simpan

seperti pelilinan. Menurut Wills et. al. (1981), masalah pasca panen di

negaranegara berkembang butuh penanganan yang lebih baik. Hingga kini

kehilangan hasil pertanian sangat besar akibat penanganan pasca panen yang

buruk, dimana angkanya mencapai 25% - 80% untuk buah – buahan dan sayuran.

Pengangkutan merupakan salah satu mata rantai yang penting dalam penanganan

pasca panen. Kerusakan mekanis buah yang terjadi selama pengangkutan di

Indonesia berkisar antara 1.57% dan 37.05%. Kerusakan yang tinggi tersebut

diakibatkan penanganan selama pengangkutan yang kurang tepat (Anwar, 2005).


2

Produk pertanian misalnya buahan dan sayuran setelah dipisahkan dari

induknya akan mengalami kenaikan suhu yang lebih tinggi atau respirasi dari

suhu sekitaranuya yang biasanya di sebut field heat atau panas lapang. Untuk

menghambat terjadinya panas lapang dapat dilakukan pre cooling. Pre cooling

adalah perlakuan suhu rendah segera setelah panen yaitu dengan

menghembuskan udara dingin, hydro colling (merendam sayuran dalam air

dingin), dan dengan pedningin vakum (vacuum cooling).

Produk pertanian yang masih segar adalah jaringan yang masih hidup. Produk

segar ini biasanya berkadar air tinggi sehingga mudah mengalami kerusakan baik

mekanis maupun secara patologis (mikrobiologis). Berdasarkan bagian-bagian

tanaman yang dapat dikonsumsi, produk hasil panen dapat dibedakan atas : akar,

batang, daun, pucuk, bunga, buah, dan keseluruhan tanaman. Produk ini akan

senantiasa berubah. Perubahan yang paling mudah diamati adalah perubahan

warna dan kekerasan. Perubahan ini disebabkan adanya proses metabolisme

seperti respirasi dan transpirasi. Kehilangan air pada buah dan sayuran akan

mengakibatkan penurunan bobot sehingga mutu produk menurun juga. Suhu

lingkungan yang tinggi dapat meningkatkan proses respirasi dan transpirasi yang

akan mempercepat kerusakan produk hasil panen.

Adanya penurunan kualitas setelah panen dapat disebabkan oleh beberapa

factor antara lain yaitu kehilangan kesegaran akibat luka-luka yang terjadi karena

cara panen yang kurang tepat. Hal ini menyebabkan pertumbuhan jamur, pecah,

lecet, memar, dan lain-lain. Untuk mencegah kerugian yang dialami petani,

diperlukan suatu alat pengering yang dapat mengurangi kerusakan produk akibat

jamur dan mikroba atau meniadakannya sehingga kerugian produk akibat

kerusakan produk dapat diminimalisir. Untuk itu dibuatlah suatu alat yang
3

membantu proses pengeringan produk pertanian tersebut. Agar petani tidak

dibebani ongkos pengeringan yang tinggi, sumber energi alat pengeringan

haruslah berasal dari sumber yang ekonomis, ramah lingkungan dan dapat

diperbarui.

Masalah pasca panen di negara negara berkembang butuh penanganan yang

lebih baik. Hingga kini kehilangan hasil pertanian sangat besar akibat

penanganan pasca panen yang buruk, dimana angkanya mencapai 25% - 80%

untuk buah – buahan dan sayuran. Pengangkutan merupakan salah satu mata

rantai yang penting dalam penanganan pasca panen. (Anwar, 2005).

B. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa yang lebih luas dan

berbeda ketika saat berada di luar kampus.

2. Mengetahui cara pengolahan dan proses pasca panen kelapa sawit dan

Mengetahui dan memahami proses pengolahan kelapa sawit hingga menjadi

CPO

4. Mengetahui alat-alat, dan prinsip kerja yang di gunakan dalam pengolahan

kelapa sawit hingga menjadi CPO.


4

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Nigeria, Afrika

Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari

Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di

hutan Brazil dibandingkan Afrika. Pada kenyataannya, tanaman kelapa sawit hidup

subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua

Nugini. Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan

nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja dan mengarah kepada

kesejahteraan masyarakat, kelapa sawit juga sumber devisa negara dan Indonesia

merupakan salah satu produsen utama minyak kelapa sawit (Fauzi et al., 2008)

Tanaman kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan berkecambah

untuk selanjutnya tumbuh menjadi tanaman. Susunan buah kelapa sawit dari lapisan

luar sebagai berikut : 1) Kulit buah yang licin dan keras (epicarp). 2) Daging buah

(mesocarp) terdiri atas susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak. 3) Kulit biji

(cangkang/tempurung), berwarna hitam dan keras (endocarp). 4) Daging biji

(mesoperm), berwarna putih dan mengandung minyak. 5) Lembaga (embrio).

Lembaga yang keluar dari kulit biji akan berkembang ke dua arah : 1) Arah tegak

lurus ke atas (fototrophy), disebut plumula yang selanjutnya akan menjadi batang

dan daun kelapa sawit. 2) Arah tegak lurus ke bawah (geotrophy), disebut radikula

yang selanjutnya akan menjadi akar (Sunarko, 2009).

Menurut Pahan (2008), kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut, Divisi :

Embryophita Siphonagama, Kelas : Angiospermae, Ordo : Monocotyledonae, Famili


5

: Arecaceae, Subfamily : Cocoideae, Genus : Elaesis, Species : 1) E.guineensis Jacq

L, 2) E. oleifera, 3) E. odora.

Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan saat ini terdiri dari dua jenis yang

umum ditanam yaitu E. guineensis dan E. oleifera. Antara dua jenis tersebut

mempunyai fungsi dan keunggulan di dalamnya. Jenis E. guineensis memiliki

produksi yang sangat tinggi sedangkan E. oleifera memiliki tinggi tanaman yang

rendah. Banyak orang sedang menyilangkan kedua spesies ini untuk mendapatkan

spesies yang tinggi produksi dan gampang dipanen. Jenis E. oleifera sekarang mulai

dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik yang

ada. Kelapa sawit Elaeis guinensis Jacq merupakan tumbuhan tropis yang berasal

dari Afrika Barat. Tanaman ini dapat tumbuh di luar daerah asalnya, termasuk

Indonesia. Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan nasional

(Syahputra, 2011).

Faktor yang berpengaruh terhadap produksi kelapa sawit yang tinggi adalah

faktor pembibitan. Untuk memperoleh bibit yang unggul maka harus dilakukan dari

tetuanya yang unggul pula. Selain dari tetua yang unggul hal yang harus diperhatikan

dalam proses pembibitan yaitu pemeliharaan yang meliputi penyiraman , pemupukan

(pupuk dasar) dan pengendalian OPT yang mengganggu selama pembibitan kelapa

sawit. Didalam teknik dan pengelolaan pembibitan kelapa sawit untuk mendapatkan

kualitas bibit yang baik, ada 3 (tiga) faktor utama yang menjadi perhatian: 1)

Pemilihan jenis kecambah/bibit, 2) Pemeliharaan, 3) Seleksi bibit (Agustina, 1990).

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman

monokotil yang tergolong dalam famili palmae. Tanaman kelapa sawit digolongkan

berdasarkan ketebalan tempurung (cangkang) dan warna buah (Pahan, 2012).


6

Menurut Pahan (2012), berdasarkan ketebalan cangkang, tanaman kelapa

sawit dibagi menjadi tiga varietas, yaitu : 1) Varietas Dura, dengan ciri-ciri yaitu

ketebalan cangkangnya 2-8 mm, dibagian luar cangkang tidak terdapat lingkaran

serabut, daging buahnya relatif tipis, dan daging biji besar dengan kandungan

minyak yang rendah. Varietas ini biasanya digunakan sebagai induk betina oleh para

pemulia tanaman. 2) Varietas Pisifera, dengan ciri-ciri yaitu ketebalan cangkang

yang sangat tipis (bahkan hampir tidak ada). Daging buah pissifera tebal dan daging

biji sangat tipis. Pisifera tidak dapat digunakan sebagai bahan baku untuk tanaman

komersial, tetapi digunakan sebagai induk jantan oleh para pemulia tanaman untuk

menyerbuki bunga betina. 3) Varietas Tenera merupakan hasil persilangan antara

dura dan pisifera. Varietas ini memiliki ciri-ciri yaitu cangkang yang yang tipis

dengan ketebalan 1,5 – 4 mm, terdapat serabut melingkar disekeliling tempurung dan

daging buah yang sangat tebal. Varietas ini umumnya menghasilkan banyak tandan

buah.

Morfologi Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu komoditi perkebunan yang

memiliki nilai jual yang cukup tinggi dan penyumbang devisa terbesar bagi negara

Indonesia dibandingkan dengan komoditi perkebunan lainnya. Setiap tanaman

memiliki morfologi yang berbeda-beda cirinya dan fungsinya yang dijual. Tanaman

kelapa sawit secara morfologi terdiri atas bagian vegetatif (akar, batang, dan daun)

dan bagian generatif (bunga dan buah) (Sunarko, 2007).

Akar Tanaman kelapa sawit termasuk kedalam tanaman berbiji satu

(monokotil) yang memiliki akar serabut. Saat awal perkecambahan, akar pertama

muncul dari biji yang berkecambah (radikula). Setelah itu radikula akan mati dan

membentuk akar utama atau primer. Selanjutnya akar primer akan membentuk akar
7

skunder, tersier, dan kuartener. Perakaran kelapa sawit yang telah membentuk

sempurna umumnya memiliki akar primer dengan diameter 5-10 mm, akar skunder

2-4 mm, akar tersier 1-2 mm, dan akar kuartener 0,1-0,3. Akar yang paling aktif

menyerap air dan unsur hara adalah akar tersier dan kuartener berada di kedalaman

0-60cm dengan jarak 2-3 meter dari pangkal pohon (Lubis dan Agus, 2011).

Batang Pada batang kelapa sawit memiliki ciri yaitu tidak memiliki kambium

dan umumnya tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah pafe muda terjadi

pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia. Batang

tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai struktur pendukung tajuk (daun, bunga, dan

buah). Kemudian fungsi lainnya adalah sebagai sistem pembuluh yang mengangkut

unsur hara dan makanan bagi tanaman. Tinggi tanaman biasanya bertambah secara

optimal sekitar 35-75 cm/tahun sesuai dengan keadaan lingkungan jika mendukung.

Umur ekonomis tanaman sangat dipengaruhi oleh pertambahan tinggi batang/tahun.

Semakin rendah pertambahan tinggi batang, semakin panjang umur ekonomis

tanaman kelapa sawit (Sunarko, 2007).

Daun tanaman kelapa sawit. Daun merupakan pusat produksi energi dan

bahan makanan bagi tanaman. Bentuk daun, jumlah daun dan susunannya sangat

berpengaruhi terhadap tangkap sinar mantahari. Pada daun tanaman kelapa sawit

memiliki ciri yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang

sejajar. Daun-daun kelapa sawit disanggah oleh pelepah yang panjangnya kurang

lebih 9 meter. Jumlah anak daun di setiap pelepah sekitar 250-300 helai sesuai

dengan jenis tanaman kelapa sawit. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning

pucat. Duduk pelepah daun pada batang tersusun dalam satu susunan yang

melingkari batang dan membentuk spiral. Pohon kelapa sawit yang normal biasanya

memiliki sekitar 40-50 pelepah daun. Pertumbuhan pelepah daun pada tanaman
8

muda yang berumur 5-6 tahun mencapai 30-40 helai, sedangkan pada tanaman yang

lebih tua antara 20-25 helai. Semakin pendek pelepah daun maka semakin banyak

populasi kelapa sawit yang dapat ditanam persatuan luas sehingga semakin tinggi

prokdutivitas hasilnya per satuan luas tanaman (Lubis dan Agus, 2011).

Bunga pada tanaman kelapa sawit akan mulai berbunga pada umur sekitar 12-

14 bulan. Bunga tanaman kelapa sawit termasuk monocious yang berarti bunga

jantan dan betina terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada tandan yang sama.

Tanaman kelapa sawit dapat menyerbuk silang ataupun menyerbuk sendiri karena

memiliki bunga jantan dan betina. Biasanya bunganya muncul dari ketiak daun.

Setiap ketiak daun hanya menghasilkan satu infloresen (bunga majemuk). Biasanya,

beberapa bakal infloresen melakukan gugur pada fase-fase awal perkembangannya

sehinga pada individu tanaman terlihat beberapa ketiak daun tidak menghasilkan

infloresen (Sunarko, 2007).

Buah kelapa sawit termasuk buah batu dengan ciri yang terdiri atas tiga

bagian, yaitu bagian luar (epicarpium) disebut kulit luar, lapisan tengah

(mesocarpium) atau disebut daging buah, mengandung minyak kelapa sawit yang

disebut Crude Palm Oil (CPO), dan lapisan dalam (endocarpium) disebut inti,

mengandung minyak inti yang disebut PKO atau Palm Kernel Oil. Proses

pembentukan buah sejak pada saat penyerbukan sampai buah matang kurang lebih 6

bulan. Dalam 1 tandan terdapat lebih dari 2000 buah (Risza, 1994). Biasanya buah

ini yang digunakan untuk diolah menjadi minyak nabati yang digunakan oleh

manusia. Buah sawit (Elaeis guineensis) adalah sumber dari kedua minyak sawit

(diekstraksi dari buah kelapa) dan minyak inti sawit (diekstrak dari biji buah)

(Mukherjee, 2009).
9

Pengembangan tanaman kelapa sawit yang sesuai sekitar 15 °LU-15 °LS.

Untuk ketinggian pertanaman kelapa sawit yang baik berkisar antara 0-500 m dpl.

Tanaman kelapa sawit menghendaki curah hujan sekitar 2.000-2.500 mm/tahun.

Suhu optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit sekitar 29-30 °C. Intensitas

penyinaran matahari yang baik tanaman kelapa sawit sekitar 5-7 jam/hari.

Kelembaban optimum yang ideal sekitar 80-90 % untuk pertumbuhan tanaman.

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada jenis tanah Podzolik, Latosol,

Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol. Kelapa sawit menghendaki tanah yang

gembur, subur, datar, berdrainase baik dan memiliki lapisan solum yang dalam tanpa

lapisan padas. Untuk nilai pH yang optimum di dalam tanah adalah 5,0–5,5. Respon

tanaman terhadap pemberian pupuk tergantung pada keadaan tanaman dan

ketersediaan hara di dalam tanah, Semakin besar respon tanaman, semakin banyak

unsur hara dalam tanah (pupuk) yang dapat diserap oleh tanaman untuk pertumbuhan

dan produksi (Arsyad, 2012).

Kelapa sawit dapat hidup di tanah mineral, gambut, dan pasang surut. Tanah

sedikit mengandung unsur hara tetapi memiliki kadar air yang cukup tinggi.

Sehingga cocok untuk melakukan kebun kelapa sawit, karena kelapa sawit memiliki

kemampuan tumbuh yang baik dan memiliki daya adaptif yang cepat terhadap

lingkungan. Kondisi topografi pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari

sekitar 15°. Kemampuan tanah dalam meyediakan hara mempunyai perbedaan yang

sangat menyolok dan tergantung pada jumlah hara yang tersedia, adanya proses

fiksasi dan mobilisasi, serta kemudahan hara tersedia untuk mencapai zona

perakaran tanaman (Lubis dan Agus, 2011).

Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak kelapa sawit (Crude Palm

Oil) dan inti kelapa sawit ( Kernel Palm Oil) merupakan salah satu primadona
10

tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa bagi Indonesia.

Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabatib

dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal

perkebunan kelapa sawit. Selama 14 tahun terakhir ini telah terjadi peningkatan luas

areal perkebunan kelapa sawit sebesar 2,35 juta ha, yaitu dari 606.780 ha pada tahun

1986 menjadi hampir 3 juta ha pada tahun 1999 (Wijayanti F,2008).

Panen dan pengolahan hasil merupakan rangkaian terakhir dari kegiatan

budidaya kelapa sawit. Kegiatan ini memerlukan teknik tersendiri untuk

mendapatkan hasil yang berkualitas. Hasil panen utama dari tanaman kelapa sawit

adalah buah kelapa

Crude Palm Oil (CPO) atau minyak kelapa sawit adalah minyak nabati edibel

yang didapatkan dari mesocarp buah pohon kelapa sawit, umumnya dari spesies

Elaeis guineensis dan sedikit dari spesies Elaeis oleifera dan Attalea maripa.

(Reeves,1979 dalam wikipedia.org). Minyak sawit secara alami berwarna merah

karena kandungan beta-karoten yang tinggi. Minyak sawit berbeda dengan minyak

inti kelapa sawit (palm kernel oil) yang dihasilkan dari inti buah yang sama. Minyak

kelapa sawit juga berbeda dengan minyak kelapa yang dihasilkan dari inti buah

kelapa (Cocos nucifera). Perbedaan ada pada warna (minyak inti sawit tidak

memiliki karotenoid sehingga tidak berwarna merah), dan kadar lemak jenuhnya.

Minyak sawit mengandung 41% lemak jenuh, minyak inti sawit 81%, dan minyak

kelapa 86%. (Harold McGee, 2004).

Minyak sawit kasar (Crude Palm Oil) merupakan minyak kelapa sawit

mentah yang diperoleh dari hasil ekstraksi atau dari proses pengempaan daging buah

kelapa sawit dan belum mengalami pemurnian. Minyak sawit biasanya digunakan

untuk kebutuhan bahan pangan, industri kosmetik, industri kimia, dan industri pakan
11

ternak. Kebutuhan minyak sawit sebesar 90% digunakan untuk bahan pangan seperti

minyak goreng, margarin, shortening, pengganti lemak kakao dan untuk kebutuhan

industri roti, cokelat, es krim, biskuit, dan makanan ringan. Kebutuhan 10% dari

minyak sawit lainnya digunakan untuk industri oleokimia yang menghasilkan asam

lemak, fatty alcohol, gliserol, dan metil ester serta surfaktan.

Panen dan pengolahan hasil merupakan rangkaian terakhir dari kegiatan

budidaya kelapa sawit. Kegiatan ini memerlukan teknik tersendiri untuk

mendapatkan hasil yang berkualitas.Hasil panen utama dari tanaman kelapa sawit

adalah buah kelapa sawit, sedangkan hasil pengolahan buah adalah minyak sawit.

Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan

buah masak, memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat

pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik. Pelaksanaan pemanenan perlu

memperhatikan beberapa kriteria tertentu sebab tujuan panen kelapa sawit adalah

untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas minyak yang

baik. Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah matang panen, cara panen, alat

panen, rotasi dan system panen, serta mutu panen (Fauzi , 2006).

Pengolahan tandan buah segar sampai diperoleh minyak sawit kasar (Crude

Palm Oil, CPO) dan inti sawit dilaksanakan melalui proses yang cukup panjang.

Secara ringkas urutan pengolahan kelapa sawit yang dimaksud adalah sebagai

berikut: Pengangkutan buah dari kebun ke pabrik, Perebusan buah (sterilisasi),

Pelepasan buah (stripping) dari tandan dan pelumatan (digesting) Pengeluaran

minyak (ekstraksi), Pemurnian dan penjernihan minyak (klarifikasi), Pemisahan biji

dari sisa-sisa daging buah, Pengeringan dan pemecahan biji, Pemisahan inti dari

cangkang (Zainal, 2014).


12

III. BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan waktu

Tempat pelaksanaan praktikum Teknologi Pasca Panen yaitu di Perkebunan

Kelapa Sawit PTPN V Sei Galuh Desa Pantai Cermin Kecamatan Tapung

Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Praktikum ini dilaksanakan sebanyak satu kali

yaitu pada tanggal 2 Mei 2019.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah buah kelapa sawit dan alat

yang di gunakan adalah alat tulis berupa pensil, alat perekam, dan alat

dokumentasi berupa kamera atau Handphone.

C. Pelaksanaan Praktikum

Berikut ini tahapan pelaksanaan praktikum ke PTPN V Sei Galuh :

1. Pihak kampus menghubungi PTPN V Sei Galuh serta meminta izin untuk

melakukan praktikum kunjungan, kemudian setelah di konfirmasi maka

penetuan jadwal kegiatan.

2. Kunjungan dilakukan pada tanggal 02 mei 2019.

3. Mahasiswa berangkat menggunakan bus ke PTPN V Sei Galuh pada jam

08:00 Wib.

4. Disana mahasiswa diberi penjelasan secara umum mengenai perusahaan

PTPN V Sei Galuh dan dilanjutkan dengan diskusi tanya jawab antara

mahasiswa dan pihak perusahaan.

5. Kemudian mahsiswa diajak berkeliling untuk melihat bagaimana proses

pengolahan minyak kelapa sawit.


13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah proses panen dari buah kelapa sawit, tahap selanjutnya yaitu buah

kelapa sawit harus segera diangkut ke pabrik untuk segera diolah. Penyimpanan yang

terlalu lama akan menyebabkan kadar ALB yang tinggi sehingga minyak menjadi

tidak bagus dan tidak sehat untuk dikonsumsi. Pengolahan dilakukan paling lambat

24 jam setelah panen. Dan kemudian akan melalui proses tahapan pengolahan.

Tahapan dari pengolahan buah kelapa sawit adalah sebagai berikut:

1. Jembatan timbang

Dipabrik pengolahan kelapa sawit, jembatan timbang yang di pakai

menggunakan system computer untuk mengukur berat semua truk pengangkut tandan

buah sawit (TBS) baik dari perkebunan sawit swasta, perkebuunan rakyat (plasma)

dan perkebunan pemerintah (PTPN), jembatan timbang adalah salah satu tahapan

awal dalam proses pembuatan kelapa sawit menjadi CPO.

Prinsip kerja jembatan timbang yaitu kendaraan pengangkut buah sawit

melewati jembatan timbang lalu berhenti 5 menit, kemudian berat kendaraan

pengangkut buah sawit dicatat awal sebelum tandan buah sawit dibongkar dari

kendaraan pengangkut kembali ditimbang, lalu selisih berat awal dan akhir adalah

berat TBS yang diterima pabrik kelapa sawit.

2. Penyortiran Buah Sawit

Buah kelapa sawit yang masuk ke pabrik kelapa sawit, kualitas dan

kematangannta harus diperiksa dengan baik. Proses pemeriksaan buah sawit ini

disebut sortir buah. Jenis buah yang masuk pabrik sawit pada umumnya jenis Tenera

atau jenis Dura. Criteria matang panen merupakan factor yang sangat penting dalam

pemeriksaan kualitas buah sawit di stasiun penerimaan buah. Tingkat pematangan


14

buah sawit mempengaruhi terhadap rendamen minyak dan ALB (Asam Lemak

Buah/FFA). Setelah penyortiran , buah sawit tersebut dimasukkan ke tempat

penimbunan sementara (Loading ramp) lali diteruskan ke stasiun perebusan sawit (

Palm Oil Sterilizer).

3. Proses Perebusan Buah Sawit (Sterilizer)

Truk buah sawit yang telah diisi tandan buah segar dimasukkan ke dalam

sterilizer dengan memakai capstan. Sterilizer saat ini ada berbagai model yaitu : 1)

sterilizer Horizontal (konvensional), 2) Vertical Sterilizer, 3) Continuous Sterilizer

(CS)- Hak paten CB-MODIPALM (Malaysia), dan 4) Oblique Sterilizer. Tujuan

perebusan ini di antaranya adalah: a) Mengurangi peningkatan asam lemak bebas

(ALB/FFA), b) Mempermudah proses pelepasan buah sawit pada Threser, c)

Menurunkan kada air buah sawit, dan d) Melunakkan sehingga daging buah sawit

mudah lepas dari biji.

Dalam proses perebusan minyak yang terbuang 0,8 %. Dalam melakukan

proses perebusan diperlukan uap untuk memanaskan sterilizer yang disalurkan dari

boiler. Uap yang masuk ke sterilizer 2,7-3 kg/cm2, dengan suhu 1400 C dan direbus

selama 90 menit.

4. Proses Penebah (Threser Process)

A. Hoisting Crane ( jika memakai rebusan horizontal ).

Fungsi dari Hoisting Crane adalah untuk mengangkat lori buah sawit

dan menuangkan isi lori buah sawit ke bunch feeder (hooper). Dimana lori

yang diangkat tersebut berisi tandan buah sawit yang sudah direbus.

B. Threser (bantingan)

Fungsi dari threshing adalah untuk melepaskan buah sawit dari

janjanagannya (tandan sawit ) dengan cara mengangkat dan mebantingnya


15

serta mendorong janjang kosong (tandan kosong) ke empty bunch conveyor

(konveyor tandan kosong sawit).

C. Proses Pengempan (Pressing Process)

Proses kempa dimulai dari pengambilan minyak dari buah kelapa sawit

dengan jalan pelumatan (mesin digester) dan pengempaan (dimesin screw

press sawit). Baik buruknya pengoperasian peralatan mempengaruhi efisiensi

pengutipan minyak. Proses ini terdiri dari :

1) Digester

Setelah buah pisah dari janjangan (tandan sawit), lalu buah dikirim ke

Digester dengan cara buah masuk ke Conveyor Under Threser yang berfungsi

untuk membawa buah sawit ke Fruit Elevator yang fungsinya untuk

mengangkat buah sawit keatas, lalu masuk ke distribusi conveyor (distributin

conveyor) yang kemudian menyalurkan buah sawit masuk ke Digester. Di

dalam digester tersebut buah atau berondolan yang sudah terisi penuh, akan

diputar atau diaduk dengan menggunakan pisau pengaduk (stirring arm) yang

terpasang pada bagian poros II, sedangkan pisau bagian dasar sebagai

pelempar atau mengeluarkan buah sawit dari digester ke screw press. Fungsi

digester ini sendiri adalah untuk : (1) Melumatkan daging buah sawit, (2)

Memisahkan daging buah sawit dengan biji (nut), (3) Mempersiapkan

Feeding ke dalam mesin screw Press, (4) Mempermudah proses pengepresan

minyak di mesin screw Press PKS, dan (5) Proses pemanasan / melembutkan

buah sawit.

2) Screw Press (mesin kempa ulir sawit)

Fungsi dari Mesin Screw Press dalam proses produksi kelapa sawit

adalah untuk memeras berondolan buah sawit yang telah dicincang, dilumat
16

di digester untuk mendapatkan minyak kasar. Buah buah sawit yang telah

diaduk secara bertahap dengan bantuan pisau – pisau pelempar dimasukkan

kedalam feed screw conveyor dan mendorongnya masuk ke dalam mesin

kempa bulir sawit ( palm oil twin screw press ). Oleh adanya tekanan screw

yang ditahan oleh cone, berondolan buah sawit tersebut diperas sehingga

melalui lubang – lubang press cage, minyak dipisahkan dari serabut dan biji.

Selanjutnya minyak menuju stasiun klarifkasi (clarifcation station) ,

sedangkan ampas (cake) dan biji (nut) masuk ke stasiun kernel.

Cara Kerja Mesin Screw Press (Kempa Ulir Sawit) Motor listrik adalah

sumber gerakan yang berfungsi untuk menggerakkan mesin screw press sawit

( double screw press). Screw press Kelapa Sawit dihidupkanmelalui Control

panel (panel kendali) sekaligus sistem hidroliknya, laludimasukkan air panas

(hot water) dengan suhu 90°C melalui pipa masuk (pipe inlet). Motor listrik

akan memutar pulley (puli) melalui poros motor dengan daya 30 Kw dengan

putaran 1475 rpm (untuk kapasitas screw press 15 Ton per jam) .Pulley akan

menggerakkan sabuk penghantar putaran ke pulley yang terpasang pada poros

(as) yang menghubungkan ke gear reducer (gearbox) ,dan gear

reducer(gearbox) digerakkan poros utama yang dihubungkan dengan kopling

(coupling) .Poros (as) utama menggerakkan roda gigi (gear) perantara yang

mengakibatkan kedua poros berulir akan bergerak berlawanan arah dengan

putaran yang sama.

5. Proses Pemurnian Minyak (Clarifcation Station)

Setelah melewati proses Screw Press (masih banyak proses produksi di

pabrik kelapa sawit yang akan dijelaskan dalam artikel lain) maka didapatlah minyak
17

kasar / Crude Oil dan ampas press yang terdiri dari fiber. Kemudian Crude Palm Oil

masuk ke stasiun klarifikasi dimana proses pengolahannya sebagai berikut :

1) Sand Trap Tank ( Tangki Pemisah Pasir)

Setelah di press (salah satu proses pabrik sawit) maka Crude Palm yang

mengandung air, minyak, lumpur masuk ke Sand Trap Tank. Fungsi dari Sand

Trap Tank adalah untuk menampung pasir/manangkap pasir yang ada.

Temperatur pada sand trap mencapai 95 °C

2) Vibro Separator / Vibrating Screen (Ayakan Getar)

Fungsi dari Vibro Separator adalah untuk menyaring Crude Oil dari serabut

– serabut (􀁿ber) yang dapat mengganggu proses pemisahan minyak. Sistem kerja

mesin penyaringan itu sendiri dengan sistem getaran – getaran (simetris) , dan

pada Vibro kontrol perlu penyetelan pada bantul yang di ikat pada elektromotor

supaya Getaran berkurang dan pemisahan lebih efektif.

3) Continuous Settling Tank (CST) / Vertical Clari􀁿er Tank (VCT)

Fungsi dari Continuous Settling Tank (CST atau sering disebut juga

Clarification Settling Tank) adalah untuk memisahkan minyak, air dan kotoran

(Non Oily Solid / NOS) secara gravitasi. Dimana minyak dengan berat jenis yang

lebih kecil dari 1 akan berada pada lapisan atas dan air dengan berat jenis = 1

akan berada pada lapisan tengah sedangkan Non Oily Solid (NOS ) dengan berat

jenis lebih besar dari 1 akan berada pada lapisan bawah.

4) Oil Tank

Fungsi dari OilTank adalah sebagai tempat sementara Oil sebelum diolah

oleh Puri􀁿er. Proses Pemanasan dilakukan dengan menggunakan Steam Coil

(koil pemanas) untuk mendapatkan temperatur yang diinginkan yakni 95° C.

Kapasitas Oil Tank bermacam macam tergantung kapasitas PKS.


18

5) Oil Purifier (Pemurni Minyak)

Fungsi dari Oil Purifier (pemurni minyak) adalah untuk mengurangi kadar

air dalam minyak sawit dengan prinsip kerja sentrifugal. Pada saat alat ini

dilakukan proses diperlukan temperatur suhu sekitar 95o C.

6) Vacum Dryer

Fungsi dari Vacuum Dryer dalam proses produksi kelapa sawit menjadi cpo

adalah untuk mengurangi kadar air dalam minyak produksi. Cara kerjanya sendiri

adalah minyak disimpan dalam bejana melalui nozzle/ Nozel. Suatu jalur

resirkulasi dihubungkan dengan suatu pengapung didalam bejana supaya jikalau

ketinggian permukaan minyak menurun pengapung akan membuka dan men-

sirkulasi minyak kedalam bejana.

7) Sludge Tank (Tangki Lumpur)

Fungsi dari Sludge Tank adalah tempat tampung sementara sludge ( bagian

dari minyak kasar yang terdiri dari padatan dan zat cair) sebelum diolah oleh

sludge seperator / sludge centrifuge (low speed separator). Pemanasan dilakukan

dengan menggunakan sistem injeksi untuk mendapatka temperatur yang

dinginkan yaitu sekitar 95° C.

8) Sand Cyclone / Pre- cleaner

Fungsi dari Sand Cyclone adalah untuk menangkap pasir yang terkandung

dalam sludge (lumpur) dan untuk memudahkan proses selanjutnya.

a) Rotary Brush Strainer ( Saringan Berputar)

Fungsi dari Rotary Brush Strainer adalah untuk mengurangi serabut

yang terdapat pada sludge (lumpur) sehingga tidak mengganggu kerja

Sludge Separator / Sludge Centrifuge. Brush Strainer ini terdiri dari

saringan dan sikat (besi) yang berputar.


19

b) Sludge Separator / Low Speed Sludge Centrifuge

Fungsi dari Sludge Seperator / Low Speed Sludge Centrifuge adalah

untuk mengambil minyak yang masih terkandung dalam sludge dengan

prinsip gaya sentrifugal. Dengan gaya sentrifugal, minyak yang berat

jenisnya (BJ) lebih kecil akan bergerak menuju poros dan terdorong keluar

melalui sudut – sudut ruang tangki pisah (separating tank). Sludge Separator

ada terdiri atas : Low Speed (sering disebut juga Sludge Centrifuge) dan

High Speed Separator. Mesin ini adalah salah satu bagian dari mesin

untukproses pengolahan limbah pabrik kelapa sawit / proses pengolahan

limbah cair pabrik kelapa sawit.

c) Storage Tank (Tangki Timbun CPO)

Fungsi dari Storage Tank (Tangki Timbun) dalam proses pengolahan

kelapa sawit sampai menjadi cpo adalah untuk penyimpanan sementara

minyak produksi yang dihasilkan sebelum dikirim. Storage Tank harus rutin

dibersihkan secara terjadwal dan pemeriksaan kondisi Steam Oil harus

dilakukan secara rutin supaya temperatur nya terjaga, selain itu apabila

terjadi kebocoran pada pipa Steam Oil dapat mengakibatkan naiknya kadar

air pada CPO dan terganggunya proses pengolahan pabrik minyak kelapa

sawit / proses produksi industry kelapa sawit


20

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penanganan pasca panen bertujuan antara lain untuk mempertahankan mutu

produk, menghambat laju proses metabolisme dan pemasakan buah, dan untuk

memperpanjang umur simpan. Kegiatan - kegiatan penanganan lepas panen antara

lain : sortasi dan grading, pembersihan/pencucian, pengemasan dan pengepakan,

serta perlakuan-perlakuan untuk memperpanjang umur simpan seperti pelilinan.

Minyak dari kelapa sawit tidak hanya digunakan untuk minyak makan saja,

akan tetapi juga dapat digunakan untuk kosmetik seperti bedak, parfum, minyak

rambut dan lain-lain.

B. Saran

Saya berharap kunjungan seperti ini harus tetap dipertahankan kerjasama

antara Pihak kampus dan ptpn V sei galuh. Bila perlu untuk kedepannya dilakukan

kerja sama yang lebih serius seperti pengiriman anak magang ke ptpn v sei galuh.

Dan untuk mahasiswa yang melakukan kegiatan praktikum diingkan lebih serius lagi

karena praktikum ke ptpn v sei galuh ini hanya sekali dilakukan. Agar mahasiswa

lebih paham nantinya.


21

DAFTAR PUSTAKA

Amarda. 2009. Hasil Olahan Kelapa Sawit. http://amarda.wordpress.com/2009/


10/31/berbagai-hasil-olahan-dari-kelapa-sawit/. Diakses 28 Mei 2019.

Anonim. 1997. Kelapa Sawit. Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Aspek
Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta.

Arif. 2013. Cara Pemanenan Kelapa Sawit. http://arif.com/aksa/2013/cara_


pemanenan_kelapa_sawit.hml. Diakses 28 Mei 2019.

Arif, Habibillah 2010. “pasca panen dan standar Produksi kelapa sawit PT
Gramedia. Yogyakarta.

Fauzi . 2006. Teknologi Pasca Panen Sawit. https://fauzi.wordpress.com/200604/


30/teknologi_pasca_panen.Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Diakses 29 mei 2019.

Fauzi, Yan. 2013. Pengolahan Hasil Panen Kelapa Sawit. http://id.wikipedia.org/


wiki/2013/Kelapa_sawit. Diakses 29 Mei 2019.

Gardner, F. P. R. Brent pearce dan Goger L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanamanan


Budidaya, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Kiswanto, Purwanta, Jamhari Hadi Purwanta dan bambang Wijayanto. 2008.


Teknologi Budidaya Kelapa Sawit. Lampung: Balai Pengkajian Dan
Pengembangan Teknologi Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan
Pertanian.

Mustofa H. 2003. Strategi Pengembangan Industri Kimia Berbasis Kelapa Di


Indonesia. http.//dekindo.com. Diakses 24 Mei 2019.

Nusyiriwan. 2007. Pengolahan Limbah Kelapa Sawit. http://www.nusyiriwan.org/


pengolahan_limbah-kelapa-sawit.hml. Diakses 25 Mei 2019.

Setyamidjaja . 2006. Kelapa Sawit dan Upaya Peningkatan Produktivitas. Penerbit


Kanisius. Jakarta.
22

LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Praktikum

BULAN / TAHUN 2019


No KEGIATAN
MARET APRIL MEI

Pengajuan Permohonan Kunjungan


1
Ke PTPN V Sei Galuh

2 Asistensi Praktikum

3 Pembentukan Kelompok Praktikum

Persiapan Administrasi dan


4
Akomodasi

5 Pelaksanaan Kunjungan

6 Laporan
23

Lampiran 2. Biodata Mahasiswa

Nama : M. FAHRUL NIZAN

Tempat/Tanggal Lahir : ALAHAIR/21 OKTOBER 1998

Agama : ISLAM

Fakultas : PERTANIAN

Program studi : AGROTEKNOLOGI

Kelas/semester : B/IV

Asal Sekolah : SD NEGERI 28 SESAP

: SMP NEGERI 2 SELATPANJANG

: SMK NEGERI 1 TEBING TINGGI

Hobi : SEPAKBOLA,BADMINTON,TENIS MEJA

Alamat Sekarang : JL. PAHLAWAN KERJA GG.SANGKI 1

6×4

ATAU LEBIH SESUAI


SELERA..
24

Lampiran 3. Dokumentasi

Kegiatan pengarahan sebelum keberangkatan ke PKS PTPN V Sei Galuh

Perkenalan antara pihak kampus UIR dengan pihak PTPN V Sei Galuh,
serta pemberian cendramata dari UIR

Diskusi antara pihak PKS dengan mahasiswa tentang kelapa sawit


25

Kegiatan saat berada di perkebunan kelapa sawit

Mahasiswa mengamati proses dari pengolahan kelapa sawit

Proses sepengangkutan dari lahan ke Pabrik


26

Kriteria matang Kelapa sawit

Tempat untuk mesin pengatur uap perebusan

Proses perebusan kelapa sawit


27

Proses pengangkutan saat perebusan

Hasil dari CPO/minyak mentah

Ampas fiber dari tandan sawit


28

Tahap pemurnian minyak

Mesin pemisah antara tandan dengan buah sawit

Tandan kosong kelapa sawit


29

Tahap dari pengolahan kelapa sawit menjadi CPO

Anda mungkin juga menyukai