Makalah SK 2

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pemakaian sistem pasak dan inti sebagai retensi intra-radikular merupakan salah satu usaha
yang dilakukan untuk memberikan kekuatan tambahan pada rekontruksi mahkota setelah
perawatan saluran akar (endodonti). Restorasi akhir pada gigi setelah perawatan endodonti sering
menggunakan sistem pasak dan inti. Tujuan penggunaan pasak didalam saluran akar adalah
menjadi fondasi restorasi diatasnya sedangkan inti dapat meningkatkan retensi pada mahkota gigi.
Banyaknya kehilangan struktur gigi karena karies yang luas, pembukaan akses dan pelebaran
saluran akar pada perawatan saluran akar gigi juga menjadi salah satu indikasi pemasangan sistem
pasak (Torabi dan Fattahi, 2009).

Sistem pasak dan inti sudah digunakan sebagai restorasi perawatan endodonti lebih dari
100 tahun yang lalu pada kasus kehilangan lebih dari setengah bagian korona gigi. Sistem pasak
yang ideal haruslah dapat menggantikan struktur gigi yang hilang, biokompatibel, memiliki
modulus elastisitas yang menyerupai dentin, mudah dikeluarkan dari saluran akar jika diperlukan
perawatan ulang, memiliki dukungan retensi cukup, mampu mendistribusi tekanan oklusal pada
saat aktivitas fungsional dan parafungsional sehingga dapat mencegah terjadinya fraktur akar.
Oleh sebab itu banyak hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan pasak. Pertimbangan untuk
mencapai stabilitas dan retensi menjadi faktor penting untuk mencegah kegagalan restorasi akhir
setelah perawatan endodontic. Pasak dapat dibedakan berdasarkan cara pembuatannya dan jenis
bahannya. Berdasarkan cara pembuatannya pasak terdiri dari pasak buatan pabrik (prefabricated)
dan dibuat sendiri (customized). Sedangkan berdasarkan jenis bahan terbagi menjadi pasak metal
dan pasak non metal (Cheung, 2005).

Beberapa penelitian untuk menganalisa pemakaian pasak metal dalam waktu jangka
panjang mulai dilaporkan. Permasalahan yang sering dijumpai pada penggunaan sistem pasak
metal antara lain masalah estetis karena terjadinya korosi, pergeseran antara pasak dengan dinding
struktur gigi karena hanya mengandalkan retensi mekanis, sulit melakukan pembongkaran pada
kasus perawatan ulang dan terjadinya fraktur pada akar gigi (Terry, 2003).
Kivan dkk.(2009) menunjukkan bahwa dari 165 gigi insisivus sentralis rahang atas dengan
jenis bahan pasak dan ketebalan saluran akar yang berbeda, hasilnya kelompok gigi dengan pasak
metal tuang menunjukkan fracture resistance tertinggi dibandingkan pasak bahan non metal.
Penelitian yang sama yang dilakukan oleh Torabi dan Fattahi (2009) dalam penelitiannya
melaporkan fracture resistance dari 50 gigi premolar pertama mandibula yang menggunakan
beberapa jenis bahan pasak dan inti, hasilnya ditemukan pasak metal tuang juga memiliki fracture
resistance tertinggi dibandingkan pasak lainnya akan tetapi pola faktur yang terjadi tidak dapat
diperbaiki didaerah bagian akar (irrepairable).

1.2 Rumusan masalah

1.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menentukan diagnosa dan rencana perawatan
selanjutnya yang akan dilakaukan pasca perawatan endodontik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Apa yang menyebabkan gigi berubah warna


1. Faktor intrinsik :
a. Dekomposisi jaringan pulpa atau sisa makanan. Gas yang dihasilkan oleh pulpa
nekrosis dapat membentuk ion sulfida berwarna hitam.
b. Pemakaian antibiotik, misalnya tetrasiklin. Tetrasiklin merupakan penyebab paling
sering dari perubahan warna gigi intrinsik. Pemakaian obat golongan tetrasiklin selama
proses pertumbuhan gigi dapat menyebabkan perubahan warna gigi permanen. Periode
waktu pemberian tetrasiklin yang menyebabkan perubahan warna pada gigi :
1) Semasa dalam kandungan, pada usia kehamilan ibu lebih dari 4 bulan,
molekul tetrasiklin dapat melewati barier plasenta mengenai gigi sulung
yang sudah terbentuk.
2) Masa bayi sesudah lahir sampai usia 5 tahun, pada periode ini terjadi
pembentukan mahkota gigi seri permanen. Mekanismenya adalah
tetrasiklin akan terikat dengan kalsium dan membentuk senyawa
kompleks berupa tetrasiklin kalsium ortofosfat. Jaringan gigi yang
sedang dalam proses mineralisasi itu tidak hanya memperoleh kalsium,
tetapi juga molekul tetrasiklin yang kemudian tertimbun di dalam
jaringan dentin dan email.
3) Penyakit metabolik berat selama fase pertumbuhan gigi, misalnya
alkaptonuria menyebabkan warna coklat, endemik fluorosis
menyebabkan bercak coklat pada gigi.
2. Faktor ekstrinsik :
a. Diskolorasi non metalik, disebabkan oleh kromogen organik melekat pada pelikel.
Warnanya berasal dari warna asli kromogen tersebut. Diketahui dapat menyebabkan
stain langsung adalah merokok, mengunyah tembakau, teh, dan kopi. Pada gigi terlihat
warna berasal dari komponen polyphenol yang memberikan warna makanan.
b. Diskolorasi metalik, dihasilkan dari interaksi kimia antara komponen penyebab
perubahan warna dengan permukaan gigi. Berhubungan dengan antiseptik kationik dan
garam metal ( Prasetio, 2011).

B. Prosedur penegakan diagnosa


1. Pemeriksaan Subyektif

Pemeriksaan subyektif dilakukan dengan anamnesis, yaitu mengajukan beberapa


pertanyaan kepada pasien. Pertanyaan yang diajukan antara lain identitas pasien (nama,
pekerjaan, alamat, umur); keluhan pasien; riwayat alergi; penyakit sistemik yang diderita; dan
juga gejala-gejala yang dirasakan pasien; seperti rasa sakit yang timbul saat makan dingin atau
panas, jenis sakit yang dirasakan (tajam, linu, cekot-cekot, berulang), dan riwayat munculnya
penyakit (spontan atau dirangsang).

2. Pemeriksaan Obyektif

Pemeriksaan obyektif meliputi:

a. Pemeriksaan ekstra oral

Terdiri dari pemeriksaan asimetri wajah dan pembengkakan kelenjar limfe, baik itu
submandibular maupun submental.Cara melakukan pemeriksaan ini yaitu dengan
melakukan palpasi pada bagian leher pasien. Apabila pembengkakak teraba, pada kartu
status diberi tanda + dan bila tidak diberi tanda 0.

b. Pemeriksaan intra oral

Terdiri dari:

1). Pemeriksaan fraktur (gigi yang patah), abrasi (ausnya gigi akibat gesekan), dan atrisi
(ausnya gigi akibat pengunyahan). Bila ada gigi fraktur, abrasi, atau atrisi, pada kartu status
diberi tanda + dan bila tidak diberi tanda 0.

2). Pemeriksaan karies

Meliputi jenis karies dan etiologi karies.

a) Pemeriksaan perkusi
Bertujuan untuk mengetahui adanya keradangan pada jaringan periondontal.
Dilakukan dengan mengetuk permukaan gigi menggunakan handle instrumen
tangan.
Bila gigi terasa sakit saat diketuk, pada kartu status diberi tanda + dan bila tidak
diberi tanda 0.
b) Pemeriksaan tekanan
Bertujuan untuk mengetahui adanya keradangan pada jaringan periodontal.
Dilakukan dengan menekan gigi menggunakan handle instrumen tangan.
Bila gigi terasa sakit saat ditekan, pada kartu status diberi tanda + dan bila tidak
diberi tanda 0.
c) Pemeriksaan palpasi
Dengan meraba pada gingiva dimulai dari tepi ke tepi menggunakan ujung jari
telunjuk dan jari tengah.
Bila terdapat fluktuasi, pada kartu status diberi tanda + dan bila tidak diberi tanda
0.
d) Pemeriksaan kegoyangan gigi
Dilakukan dengan menggerakkan gigi kea rah bukolingual dan mesiodistal. Dari
pemeriksaan diperoleh hasil derajat kegoyangan gigi.
e) Pemeriksaan polip
Dari hasil pemeriksaan karies, apabila diketahui adanya perforasi maka perlu
diperiksa polip pulpa (massa jaringan lunak dalam kavitas yang berasal dari
jaringan pulpa) dan polip jaringan ikat (massa jaringan lunak dalam kavitas yang
berasal dari jaringan ikat di bawah bifurkasi gigi).
Apabila terdapat polip, pada kartu status diberi tanda + dan bila tidak diberi tanda
0.

3) Pemeriksaan vitalitas gigi


Pemeriksaan vitalitas gigi dilakukan berurutan. Apabila pada gigi pasien belum terdapat
perforasi atau lubang pada pulpa, maka tes vitalitas yang dilakukan antara lain:
a) Tes termal
Tes yang dilakukan untuk tes termal umumnya adalah tes termal dingin, karena tes
termal panas dapat merusak jaringan pulpa. Tes termal dingin dilakukan dengan
menempelkan cotton pellet yang telah disemprot dengan ethil chloride pada bagian
servikal gigi (bila gigi utuh), pada dasar kavitas (bila terdapat kavitas), atau pada
puncak cusp (pada anak-anak).
Bila gigi yang dites terasa sakit, pada kartu status diberi tanda + yang berarti gigi
tersebut vital. Bila tidak terasa sakit, maka dilanjutkan ke tes berikutnya.
b) Tes kavitas
Dengan melakukan pengeburan pada dasar kavitas (cavity entrance) menggunakan
round bur.
Bila terasa sakit, pada kartu status diberi tanda + yang berarti gigi tersebut vital.
Bila tidak terasa sakit, maka dilanjutkan ke tes berikutnya.
c) Tes jarum Miller
Dengan memasukkan jarum Miller melalui lubang pada pulpa sampai pada ujung
apikal gigi, sedalam panjang gigi rata-rata. Kemudian dilakukan foto rontgen
dengan jarum Miller tetap menancap pada gigi.
Bila terasa sakit, maka pada kartu status diberi tanda + yang berarti gigi tersebut
vital. Bila tidak, maka dapat disimpulkan bahwa gigi tersebut sudah non-vital.
apabila pada gigi pasien sudah terdapat perforasi, maka langsung dilakukan tes
jarum Miller.

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan radiografi, yang bertujuan untuk
melihat keadaan ruang pulpa, keadaan saluran akar, keadaan periapikal, keadaan jaringan
periodontal, dan mendukung tes jarum Miller (Shanon,2016).

C. Definisi mahkota pasak


Mahkota Pasak adalah restorasi pada gigi yang telah dilakukan perawatan saluran
akar, sebagian besar mahkota gigi rusak, karena karies atau trauma. Retensi utama mahkota
diletakkan didalam saluran akar gigi berupa pasak (Prasetio, 2011).

D. Macam Macam Pasak dan Bahan Pasak


1. Pasak Prefabicated
a. Bahan Metal
Pasak prefabricated metal pada umumnya mempunyai retensi mekanik yang baik
tapi mempunyai modulus elastisitas yang berbeda dengan dentin sehingga tekanan yang
jatuh pada gigi akan terkonsentrasi dan dapat menimbulkan fraktur. Pasak metal terbuat
dari platinum-gold-palladium (PGp, nickel-chromium (Ni-Cr), cobalt-chromium (Co-Cr),
dan titanium alloys. Ni-Cr dan Co-Cr lebih kuat tapi kaku dan mudah korosi dan hal ini
merupakan penyebab terjadinya fraktur. Titanium alloys lebih lentur dan tahan terhadap
korosi . Bentuk pasak ready-made / prefabricated ada beberapa jenis yaitu: tapered, paralel,
serrated (tajam) dan threaded (ulir). Pasak threaded merupakan pasak yang retentif diikuti
oleh pasak paralel sided serrated post. Keuntungan menggunakan pasak ready-made adalah
mudah, cepat, murah, kuat, dan retentif . Akan tetapi penggunaannya sangat selektif,
bentuk pasak dan saluran akar tidak sesuai akan mudah terjadi korosi (Suprastiwi, 2004).
Faktor lain yang mempengaruhi retensi pasak yaitu (Suprastiwi, 2004) ;
Panjang pasak. Retensi pasak meningkat seiring dengan panjang, untuk mendapatkan
retensi yang maksimal maka menyisakan bahan pengisi 4 mm atau 5 mm, panjang minimal
sama dengan panjang mahkota klinis atau 2/3 panjang akar.
Diameter pasak. Makin kecil diameter pasak akan lebih mudah pasak lepas, dan sebagai
acuan maka diameter pasak tidak melebihi 1/3 diameter gigi pada 1/3 apikal.Yang
dianjurkan untuk gigi insisive bawah 0,6 mm, insisive atas, caninus atas dan bawah, akar
palatal gigi molar atas 1mm , untuk gigi yang lain 0,8 mm. Gaya yang diterima oleh gigi
juga akan mempengaruhi resisitensi dan retensi pasak, gaya vertikal dapat diatasi panjang,
besar dan bentuk pasak.gaya rotasi dapat diatasi dengan preparasi dinding saluran akar
yang irregular.

b. Bahan Non-Metal
Pasak non-metal yang mulai sering dipakai adalah yang berbahan dasar fiber.
Keuntungan penggunaan pasak fiber adalah non galvanis, tidak rentan korosi, dan
mencegah risiko kebocoran mikro. Pasak fiber memiliki sifat fisik, modulus elastisitas,
compressive strength, dan koefisien ekspansi termal yang hampir sama dengan dentin.
Kemampuan menyerap dan menyalurkan gaya sama dengan gigi, sehingga mencegah
fraktur pada akar. Nilai estetik lebih baik dibandingkan dengan pasak logam, tidak ada
risiko korosi dan diskolorasi. Keuntungan lain dari pasak fiber adalah dapat dikerjakan
dengan sekali kunjungan. (Adanir, 2007 ; Gaikwad, 2011 ; Uddan wadiker, 2007).
Pasak fiber dapat memperbaiki sifat fisik dan mekanis dari komposit. Beberapa tipe
fiber diantaranya adalah glass, karbon, Kevlar TM, Vectran TM, dan polyethylene
(Barutcigil et al., 2009).
Pasak fiber digunakan pada konsep yang tengah berkembang saat ini, yaitu konsep
monoblok. Monoblok merupakan konsep menggunakan bahan adhesif sebagai keseluruhan
restorasi pada gigi setelah perawatan endodontic.

2. Pasak Custom Made


Bahan pilihan untuk pasak custom made adalah alloy dan porselen. Mahkota pasak
custom made dan inti logam emas sudah digunakan dalam beberapa dekade sebagai
restorasi setelah perawatan endodontik. Alloy logam lain juga dapat digunakan sebagai
bahan pasak, namun tingkat kekerasannya dapat menyebabkan fraktur akar, sehingga
klinisi lebih memilih pasak dan inti emas sebagai restorasi gigi anterior. Kelemahan bahan
alloy emas adalah nilai estetiknya yang rendah, sehingga sekarang tengah berkembang
penggunaan restorasi all porcelain dan metal porselen (Cheung, 2011 ; Garg, 2011).
Custom made diindikasikan untuk gigi dengan akar tunggal terutama pada gigi
dengan sisa mahkota yang minimal, karena pada kondisi yang demikian pasak yang
digunakan harus mampu menahan terjadinya rotasi pada saat penempatan dan
pengunyahan (Garg, 2011).
Pasak tuang adalah inti pasak logam yang dibuat secara individual sesuai dengan
hasil preparasi dari masing-masing gigi (Ridmwati, 2012).

E. Indikasi dan kontraindikasi mahkota pasak


1. Indikasi:
a. Gigi non vital yang fraktur melebihi setengah mahkota klinis.
b. Memperbaiki inklinasi gigi dengan batas-batas atau ketentuan tertentu.
c. Gigi yang telah dirawat endodontik, sedangkan sisa gigi tidak mungkin dilakukan
penambalan konvensional

2. Kontra Indikasi:
A. Gigi dengan kelainan periapikal
B. Jaringan yang mendukung gigi tidak cukup.
C. Oral Hygiene buruk (Bence, 1990).

F. Prinsip prinsip pembuatan mahkota pasak


1. Panjang Pasak sangat penting dalam prinsip pasak, karena kemungkinan fraktur terjadi
pada gigi yang sudah dipasangkan pasak. Lengan pengungkit dapat terbentuk dari sisi
oklusal gigi sampai puncak tulang alveolar (fulkrum), meluas hingga apikal gigi. Panjang
pasak dibuat sedemikian rupa sehingga meninggalkan (minimal) 3-4mm atau 1/3 bahan
pengisi saluran akar pada apikal gigi untuk mempertahankan integritas penutupan apikal
pada saluran akar, selain itu panjang pasak dibutuhkan untuk mencegah terjadinya stress
berlebihan secara internal pada akar.
2. Dinding pasak sejajar atau sedikit melebar ke arah insisal.
3. Bentuk pasak mengikuti bentuk saluran akar.
4. Pasak sejajar dengan sumbu panjang akar.

G. Alat beserta fungsi yang digunakan untuk membuat mahkota pasak


1. Pembuatan teknik direct
a. Round bur 0,9 dan 0,1 = Preparasi saluran akar
b. Fissure diamond bur = mengurangi dan membentuk mahkota – pembuatan atap akar
c. Instrument kondensor = membuang bahan pengisi saluran akar
d. Flat end bur = Menghaluskan puncaka atap / landai dan tepi halus
e. GGD = Mengurangi guttap point agar sesuai dengan panjang pasak
f. Piesso reamer = pelebaran saluran akar
g. Flame diamond bur = preparasi bevel
h. Malam merah = pembuatan catatatn gigit
i. Bunsen = memanaskan malam merah
j. Papper clip = pembuatan model malam pasak tuang

2. Pembuatan teknik indirect


a. Elastomer ( Heavy body dan Light body) = pencetakan double impression
b. Sendok cetak = pengaplikasian heavy body (Shillingburg, H.T , 2002).
H. Cara Pembuatan Mahkota Pasak
1. Teknik Direct
a. Langkah pertama yang dilakukan yaitu preparasi sisa mahkota. Mahkota dipotong habis
sehingga permukaan rata dengan permukaan gusi,maka dengan sendirinya permukaan
akar mengikuti bentuk permukaan gusi. Preparasi saluran akar dirintis terlebih dahulu
dengan bor bulat berdiameter 0,9 , 1.0 atau 1,2mm bergantung pada besarnya garis
tengah akar Sisa bagian tengah berbentuk segi tiga digerinda habis dengan batu gerinda
berbentuk roda berdiameter 21mm dan setebal 3mm.. Hasil dari pembuangan mahkota
adalah suatu permukaan akar yang terdiri dari dua bidang yaitu bidang labial dan bidang
lingual yang membentuk sudut tumpul.
b. Lalu kemudian yaitu membuang bahan pengisi saluran akar dengan instrumen
kondensor yang dipanaskan atau juga dapat digunakan bor non-end-cut sehingga tidak
mengurangi dentin yang tersisa.
c. Preparasi saluran akar :
Dengan bor-bor fisur berdiameter 1,50 , 1,70 , 2,00 mm pada straight handpiece,
saluran perintis dilurus/ratakan dan dibesarkan sehingga penampangnya berbentuk bulat
panjang yang sumbu panjangnya berjalan labio-lingual. Preparasi saluran akar harus
memenuhi syarat :
1) Diameter saluran akar dibuat kurang lebih ½ dari ukuran penampang akar
2) Dalamnya saluran adalah 2/3 dari panjang akar atau sedikitnya sama dengan
panjang mahkota asli yang diganti, diukur dari proksimal ke incisal.
3) Tidak ada undercut
Dudukan (seat,niche) dibuat sedalam 0,7-1mm, mempunyai bentuk mengikuti
keliling akar dan nantinya akan membentuk pundak (shoulder) selebar kurang lebih
1/6 diameter akar. Dudukan ini dibuat dengan bor fissure pada straight-handpiece.
Pembentukan saluran akar dan dudukan
d. Mengecek kembali panjang preparasi saluran akar melalui gambaran radiografis.

Mengecek panjang saluran akar


e. Pasak buatan pabrik yang sesuai ukuran dimasukkan ke dalam kavitas saluran akar.
Pasak ini terbuat dari bahan alloy atau carbon-fiber.
f. Membuat inti dari bahan resin. Pola inti ini dibuat sesuai dengan bentuk preparasi
mahkota jaket, hanya dalam ukuran yang sedikit lebih kecil.
g. Preparasi inti dengan menggunakan diamond bur untuk preparasi crown.

Hasil preparasi pasak inti resin


h. Pasak dan inti dikeluarkan dari kavitas dan dikirim ke lab untuk proses casting
Pasak inti siap dicor
i. Proses try-in dilakukan dengan memasukkan casting dengan tekanan yang ringan.
Memeriksa kembali ada tidaknya undercut.
j. Setelah melakukan try-in, pasak inti di adaptasikan dengan margin struktur gigi dengan
bor diamond.
k. Setelah adaptasi yang baik, dilakukan penyemenan dengan Zinc PO4. Semen yang
digunakan adalah semen ZnPo4- . Sebelum dilakukan penyemenan, baik pasak inti
logam maupun saluran akar harus benar-benar bersih. Kemudian dibuat adukkan semen
yang homogen dengan konsistensi yang agak encer. Semen dimasukkan ke dalam
saluran akar dan juga pada pasak logamnya kemudian pasak logam ini dimasukkan ke
dalam saluran akar dengan gerakan memompa (pumping action). Tujuan memompa ini
adalah untuk mengeluarkan udara yang terperangkap.
2. Teknik Indirect
Teknik indirect pada prinsipnya sama saja dengan teknik direct, hanya saja
pembuatan pasak inti untuk pengecoran dilakukan di luar mulut. Perbedaan prosedurnya
yaitu sebelum membuat pasak dan inti, kavitas saluran akar dicetak terlebih dahulu
menggunakan bahan cetak elastomer. Kemudian dibuat model positif sebagai model kerja
untuk pembuatan pasak dan inti.

Pencetakan kavitas saluran akar

Hasil cetakan negatif dan positif kavitas saluran akar dan sekitarnya
3. Mahkota sementara
Gigi yang telah dipreparasi harus dilindungi oleh suatu mahkota sementara, dalam
hal ini selama menunggu hingga mahkota pasak dipasang. Tujuan dari mahkota sementara
dalam kasus ini adalah melindungi gusi daerah servikal terhadap iritasi dan untuk
memelihara estetika. Suatu mahkota sementara dapat dibuat dari:
a. Gutta-percha
b. Self curing akrilik
c. Logam
d. Plastik crown forms
e. Polikarbonat
Untuk pembuatan mahkota sementara dalam tahap pembuatan mahkota pasak ini
dibutuhkan pasak sementara yang dibuat dari sisa paper clips yang panjangnya kira-kira 2 cm
dan dilipat hingga kedua ujungnya bertemu. Yang umum digunakan adalah mahkota sementara
yang terbuat dari akrilik, yang jenis, ukuran, dan warnanya sesuai dengan keperluan. Bagian
lingual dari akrilik dikurangi/ dibentuk sedemikian rupa sehingga dalam segala kedudukan
rahang bawah tidak terdapat kontak.
Semen yang digunakan untuk penyemenan mahkota sementara biasanya merupakan
semen zinc oxide eugenol agar nantinya memudahkan pelepasan mahkota pada kunjungan
berikutnya (Walton,2008).

I. Syarat keberhasila mahkota pasak

1. Distribusi tekanan yang minimal pada gigi

2. Menyediakan retensi yang adekuat bagi core

3. Mudah dikeluarkan bila akan dilakukan perawatan ulang.

4. Tahan terhadap keretakan.

5. Desain pasak yang mendekati bentuk saluran akar.

6. Derajat translusensi yang terdapat memenuhi kebutuhan estetik pasien.


7. Pasak harus dapat meneruskan cahaya untuk mengurangi bayangan pasak dam gigi, sehingga
emaksimalkan estetik restorasi akhir.

8. Pasak dapat diletakkan di dalam saluran akar untuk memperkuat akar

9. Pasak sebaiknya berbentuk tapered, mengikuti bentuk saluran akar yang sebenarnya untuk
menghindari pembuangan jaringan dentin dalam akar.

10. Pasak harus dapat mentyerap dan menyebarkan tekanan jika terjadi trauma yang mengenai
mahkota gigi,

11. Pasak yang patah harus bisa dikeluarkan dengan mudah dengan teknik atraumatuk.

12 Pasak harus memiliki variasi ukuran agar sesuai dengan diametet saluran akar yang beragam.
(dwi priyasetyo, 2011)

J. Rencana perawatan pada kasus


BAB III
KERANGKA KONSEP
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada skenario, dari pemeriksaan klinis gigi 12 terlihat fraktur dengan menyisakan mahkota
gigi setinggi interdental papil dan terjadi perubahan warna pada gigi 21 dan gigi 22.
Berdasarkan kasus tersebut pada gigi 12 merupakan kasus fraktur gigi depan dengan pulpa
terbuka dan pada gigi 21 dan gigi 22 merupakan kasus diskolorisasi gigi dan sudah mengalami
perforasi sehingga membutuhkan perawatan saluran akar. Trauma pada gigi akan melibatkan
pulpa baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga penting sekali
mempertimbangkan perawatan endodontik dalam mengevaluasi dan merawat gigi yang terkena
trauma. Fraktur mahkota kompleks yaitu fraktur yang melibatkan email, dentin, dan pulpa, jika
dibiarkan tanpa perawatan pasti akan menyebabkan nekrosis pulpa. Setelah 48 jam paska
trauma, kemungkinan kontaminasi bakteri secara langsung pada jaringan pulpa meningkat
seiring dengan daerah inflamasi yang semakin meluas ke apical sehingga kemungkinan
keberhasilan dalam mempertahankan pupla yang sehat semakin kecil. Keberhasilan perawatan
saluran akar harus didukung dengan pembangunan kembali mahkota gigi yang telah rusak.
Pengembalian mahkota gigi dengan retensi yang baik, akan dapat mendukung gigi yang telah
dirawat saluran akar dan dapat berfungsi dalam jangka waktu yang lama. Pembuatan restorasi
pada gigi yang telah dirawat saluran akar tergantung pada sisa gigiyang ada, seberapa luas
kerusakan gigi, ada tidaknya gigi antagonis, dan beban kunyah yang akan diterima oleh gigi
tersebut. Hilangnya sebagian besar mahkota klinis akibat karies, trauma, maupun restorasi,
akan dapat mengganggu retensi dari restorasi pada struktur gigi yang tersisa. Pada kondisi
tersebut dibutuhkan suatu restorasi dengan menambah retensi dan resisten pada saluran akar
yaitu dengan penggunaan mahkota pasak.

Mahkota pasak dapat didefinisikan sebagai restorasi pengganti gigi yang terdiri dari inti
berpasak yang dilekatkan dengan suatu mahkota. Dengan demikian restorasi ini merupakan
restorasi dengan konstruksi dua unit yaitu ; inti yang berpasak dan mahkota yang nantinya
disemenkan pada inti. Restorasi dengan konstruksi dua unit ini memiliki beberapa keuntungan,
antara lain ; Jika mahkota berubah warna setelah pemakaian beberapa tahun, maka mahkota jaket akan mudah
diganti tanpa harus mengeluarkan atau merusak pasak inti dan Adaptasi pinggiran
mahkota terhadap permukaan akar dan posisi mahkota terhadap gigi sebelahnya dan gigi-gigi lawan
tidak tergantung pada fit pasak dengan saluran.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Preparasi mahkota jaket merupakan restorasi merupakan salah satu jenis restorasi
yang sering dilakukan dalam praktek dokter gigi sehari-hari. Gigi memerlukan restorasi
mahkota pasak biasanya karena kerusakan yang cukup luas danmemerlukan perawatan
saluran akar, sehingga dikhawatirkan tidak cukup kuat jika hanya ditambal atau hanya
dibuatkan mahkota jaket.

B. Saran
1. Pemilihan pasak perlu di sesuaikan dengan keadaan saluran akar gigi setelah perawatan
saluran akar gigi.
2. Bentuk pasak harus mengikuti bentuk saluran akar gigi.
3. Hindari garis sudut tajam yang akan memulai garis fraktur dalam akar pada waktu gigi
mendapatkan daya tekan.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai