Makalah SK 2
Makalah SK 2
Makalah SK 2
PENDAHULUAN
Pemakaian sistem pasak dan inti sebagai retensi intra-radikular merupakan salah satu usaha
yang dilakukan untuk memberikan kekuatan tambahan pada rekontruksi mahkota setelah
perawatan saluran akar (endodonti). Restorasi akhir pada gigi setelah perawatan endodonti sering
menggunakan sistem pasak dan inti. Tujuan penggunaan pasak didalam saluran akar adalah
menjadi fondasi restorasi diatasnya sedangkan inti dapat meningkatkan retensi pada mahkota gigi.
Banyaknya kehilangan struktur gigi karena karies yang luas, pembukaan akses dan pelebaran
saluran akar pada perawatan saluran akar gigi juga menjadi salah satu indikasi pemasangan sistem
pasak (Torabi dan Fattahi, 2009).
Sistem pasak dan inti sudah digunakan sebagai restorasi perawatan endodonti lebih dari
100 tahun yang lalu pada kasus kehilangan lebih dari setengah bagian korona gigi. Sistem pasak
yang ideal haruslah dapat menggantikan struktur gigi yang hilang, biokompatibel, memiliki
modulus elastisitas yang menyerupai dentin, mudah dikeluarkan dari saluran akar jika diperlukan
perawatan ulang, memiliki dukungan retensi cukup, mampu mendistribusi tekanan oklusal pada
saat aktivitas fungsional dan parafungsional sehingga dapat mencegah terjadinya fraktur akar.
Oleh sebab itu banyak hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan pasak. Pertimbangan untuk
mencapai stabilitas dan retensi menjadi faktor penting untuk mencegah kegagalan restorasi akhir
setelah perawatan endodontic. Pasak dapat dibedakan berdasarkan cara pembuatannya dan jenis
bahannya. Berdasarkan cara pembuatannya pasak terdiri dari pasak buatan pabrik (prefabricated)
dan dibuat sendiri (customized). Sedangkan berdasarkan jenis bahan terbagi menjadi pasak metal
dan pasak non metal (Cheung, 2005).
Beberapa penelitian untuk menganalisa pemakaian pasak metal dalam waktu jangka
panjang mulai dilaporkan. Permasalahan yang sering dijumpai pada penggunaan sistem pasak
metal antara lain masalah estetis karena terjadinya korosi, pergeseran antara pasak dengan dinding
struktur gigi karena hanya mengandalkan retensi mekanis, sulit melakukan pembongkaran pada
kasus perawatan ulang dan terjadinya fraktur pada akar gigi (Terry, 2003).
Kivan dkk.(2009) menunjukkan bahwa dari 165 gigi insisivus sentralis rahang atas dengan
jenis bahan pasak dan ketebalan saluran akar yang berbeda, hasilnya kelompok gigi dengan pasak
metal tuang menunjukkan fracture resistance tertinggi dibandingkan pasak bahan non metal.
Penelitian yang sama yang dilakukan oleh Torabi dan Fattahi (2009) dalam penelitiannya
melaporkan fracture resistance dari 50 gigi premolar pertama mandibula yang menggunakan
beberapa jenis bahan pasak dan inti, hasilnya ditemukan pasak metal tuang juga memiliki fracture
resistance tertinggi dibandingkan pasak lainnya akan tetapi pola faktur yang terjadi tidak dapat
diperbaiki didaerah bagian akar (irrepairable).
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menentukan diagnosa dan rencana perawatan
selanjutnya yang akan dilakaukan pasca perawatan endodontik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Pemeriksaan Obyektif
Terdiri dari pemeriksaan asimetri wajah dan pembengkakan kelenjar limfe, baik itu
submandibular maupun submental.Cara melakukan pemeriksaan ini yaitu dengan
melakukan palpasi pada bagian leher pasien. Apabila pembengkakak teraba, pada kartu
status diberi tanda + dan bila tidak diberi tanda 0.
Terdiri dari:
1). Pemeriksaan fraktur (gigi yang patah), abrasi (ausnya gigi akibat gesekan), dan atrisi
(ausnya gigi akibat pengunyahan). Bila ada gigi fraktur, abrasi, atau atrisi, pada kartu status
diberi tanda + dan bila tidak diberi tanda 0.
a) Pemeriksaan perkusi
Bertujuan untuk mengetahui adanya keradangan pada jaringan periondontal.
Dilakukan dengan mengetuk permukaan gigi menggunakan handle instrumen
tangan.
Bila gigi terasa sakit saat diketuk, pada kartu status diberi tanda + dan bila tidak
diberi tanda 0.
b) Pemeriksaan tekanan
Bertujuan untuk mengetahui adanya keradangan pada jaringan periodontal.
Dilakukan dengan menekan gigi menggunakan handle instrumen tangan.
Bila gigi terasa sakit saat ditekan, pada kartu status diberi tanda + dan bila tidak
diberi tanda 0.
c) Pemeriksaan palpasi
Dengan meraba pada gingiva dimulai dari tepi ke tepi menggunakan ujung jari
telunjuk dan jari tengah.
Bila terdapat fluktuasi, pada kartu status diberi tanda + dan bila tidak diberi tanda
0.
d) Pemeriksaan kegoyangan gigi
Dilakukan dengan menggerakkan gigi kea rah bukolingual dan mesiodistal. Dari
pemeriksaan diperoleh hasil derajat kegoyangan gigi.
e) Pemeriksaan polip
Dari hasil pemeriksaan karies, apabila diketahui adanya perforasi maka perlu
diperiksa polip pulpa (massa jaringan lunak dalam kavitas yang berasal dari
jaringan pulpa) dan polip jaringan ikat (massa jaringan lunak dalam kavitas yang
berasal dari jaringan ikat di bawah bifurkasi gigi).
Apabila terdapat polip, pada kartu status diberi tanda + dan bila tidak diberi tanda
0.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan radiografi, yang bertujuan untuk
melihat keadaan ruang pulpa, keadaan saluran akar, keadaan periapikal, keadaan jaringan
periodontal, dan mendukung tes jarum Miller (Shanon,2016).
b. Bahan Non-Metal
Pasak non-metal yang mulai sering dipakai adalah yang berbahan dasar fiber.
Keuntungan penggunaan pasak fiber adalah non galvanis, tidak rentan korosi, dan
mencegah risiko kebocoran mikro. Pasak fiber memiliki sifat fisik, modulus elastisitas,
compressive strength, dan koefisien ekspansi termal yang hampir sama dengan dentin.
Kemampuan menyerap dan menyalurkan gaya sama dengan gigi, sehingga mencegah
fraktur pada akar. Nilai estetik lebih baik dibandingkan dengan pasak logam, tidak ada
risiko korosi dan diskolorasi. Keuntungan lain dari pasak fiber adalah dapat dikerjakan
dengan sekali kunjungan. (Adanir, 2007 ; Gaikwad, 2011 ; Uddan wadiker, 2007).
Pasak fiber dapat memperbaiki sifat fisik dan mekanis dari komposit. Beberapa tipe
fiber diantaranya adalah glass, karbon, Kevlar TM, Vectran TM, dan polyethylene
(Barutcigil et al., 2009).
Pasak fiber digunakan pada konsep yang tengah berkembang saat ini, yaitu konsep
monoblok. Monoblok merupakan konsep menggunakan bahan adhesif sebagai keseluruhan
restorasi pada gigi setelah perawatan endodontic.
2. Kontra Indikasi:
A. Gigi dengan kelainan periapikal
B. Jaringan yang mendukung gigi tidak cukup.
C. Oral Hygiene buruk (Bence, 1990).
Hasil cetakan negatif dan positif kavitas saluran akar dan sekitarnya
3. Mahkota sementara
Gigi yang telah dipreparasi harus dilindungi oleh suatu mahkota sementara, dalam
hal ini selama menunggu hingga mahkota pasak dipasang. Tujuan dari mahkota sementara
dalam kasus ini adalah melindungi gusi daerah servikal terhadap iritasi dan untuk
memelihara estetika. Suatu mahkota sementara dapat dibuat dari:
a. Gutta-percha
b. Self curing akrilik
c. Logam
d. Plastik crown forms
e. Polikarbonat
Untuk pembuatan mahkota sementara dalam tahap pembuatan mahkota pasak ini
dibutuhkan pasak sementara yang dibuat dari sisa paper clips yang panjangnya kira-kira 2 cm
dan dilipat hingga kedua ujungnya bertemu. Yang umum digunakan adalah mahkota sementara
yang terbuat dari akrilik, yang jenis, ukuran, dan warnanya sesuai dengan keperluan. Bagian
lingual dari akrilik dikurangi/ dibentuk sedemikian rupa sehingga dalam segala kedudukan
rahang bawah tidak terdapat kontak.
Semen yang digunakan untuk penyemenan mahkota sementara biasanya merupakan
semen zinc oxide eugenol agar nantinya memudahkan pelepasan mahkota pada kunjungan
berikutnya (Walton,2008).
9. Pasak sebaiknya berbentuk tapered, mengikuti bentuk saluran akar yang sebenarnya untuk
menghindari pembuangan jaringan dentin dalam akar.
10. Pasak harus dapat mentyerap dan menyebarkan tekanan jika terjadi trauma yang mengenai
mahkota gigi,
11. Pasak yang patah harus bisa dikeluarkan dengan mudah dengan teknik atraumatuk.
12 Pasak harus memiliki variasi ukuran agar sesuai dengan diametet saluran akar yang beragam.
(dwi priyasetyo, 2011)
Pada skenario, dari pemeriksaan klinis gigi 12 terlihat fraktur dengan menyisakan mahkota
gigi setinggi interdental papil dan terjadi perubahan warna pada gigi 21 dan gigi 22.
Berdasarkan kasus tersebut pada gigi 12 merupakan kasus fraktur gigi depan dengan pulpa
terbuka dan pada gigi 21 dan gigi 22 merupakan kasus diskolorisasi gigi dan sudah mengalami
perforasi sehingga membutuhkan perawatan saluran akar. Trauma pada gigi akan melibatkan
pulpa baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga penting sekali
mempertimbangkan perawatan endodontik dalam mengevaluasi dan merawat gigi yang terkena
trauma. Fraktur mahkota kompleks yaitu fraktur yang melibatkan email, dentin, dan pulpa, jika
dibiarkan tanpa perawatan pasti akan menyebabkan nekrosis pulpa. Setelah 48 jam paska
trauma, kemungkinan kontaminasi bakteri secara langsung pada jaringan pulpa meningkat
seiring dengan daerah inflamasi yang semakin meluas ke apical sehingga kemungkinan
keberhasilan dalam mempertahankan pupla yang sehat semakin kecil. Keberhasilan perawatan
saluran akar harus didukung dengan pembangunan kembali mahkota gigi yang telah rusak.
Pengembalian mahkota gigi dengan retensi yang baik, akan dapat mendukung gigi yang telah
dirawat saluran akar dan dapat berfungsi dalam jangka waktu yang lama. Pembuatan restorasi
pada gigi yang telah dirawat saluran akar tergantung pada sisa gigiyang ada, seberapa luas
kerusakan gigi, ada tidaknya gigi antagonis, dan beban kunyah yang akan diterima oleh gigi
tersebut. Hilangnya sebagian besar mahkota klinis akibat karies, trauma, maupun restorasi,
akan dapat mengganggu retensi dari restorasi pada struktur gigi yang tersisa. Pada kondisi
tersebut dibutuhkan suatu restorasi dengan menambah retensi dan resisten pada saluran akar
yaitu dengan penggunaan mahkota pasak.
Mahkota pasak dapat didefinisikan sebagai restorasi pengganti gigi yang terdiri dari inti
berpasak yang dilekatkan dengan suatu mahkota. Dengan demikian restorasi ini merupakan
restorasi dengan konstruksi dua unit yaitu ; inti yang berpasak dan mahkota yang nantinya
disemenkan pada inti. Restorasi dengan konstruksi dua unit ini memiliki beberapa keuntungan,
antara lain ; Jika mahkota berubah warna setelah pemakaian beberapa tahun, maka mahkota jaket akan mudah
diganti tanpa harus mengeluarkan atau merusak pasak inti dan Adaptasi pinggiran
mahkota terhadap permukaan akar dan posisi mahkota terhadap gigi sebelahnya dan gigi-gigi lawan
tidak tergantung pada fit pasak dengan saluran.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Preparasi mahkota jaket merupakan restorasi merupakan salah satu jenis restorasi
yang sering dilakukan dalam praktek dokter gigi sehari-hari. Gigi memerlukan restorasi
mahkota pasak biasanya karena kerusakan yang cukup luas danmemerlukan perawatan
saluran akar, sehingga dikhawatirkan tidak cukup kuat jika hanya ditambal atau hanya
dibuatkan mahkota jaket.
B. Saran
1. Pemilihan pasak perlu di sesuaikan dengan keadaan saluran akar gigi setelah perawatan
saluran akar gigi.
2. Bentuk pasak harus mengikuti bentuk saluran akar gigi.
3. Hindari garis sudut tajam yang akan memulai garis fraktur dalam akar pada waktu gigi
mendapatkan daya tekan.
DAFTAR PUSTAKA