Anda di halaman 1dari 2

Mengimbangi Era Post-Truth Dengan Memperkuat Budaya Riset

Dunia saat ini dikejutkan dengan revolusi Industry 4.0 dimulai pada tahun 2011 bermula
di negara-negara maju, yang lebih dikenal dengan industry cyber physical system. Revolusi
industry keempat merombak struktur kehidupan masyarak, serta gaya hidup masyarakat.
Dimana, manusia dan teknologi salin berinteraksi satu dengan yang lain. Dampak globalisasi
yang dihasilakan tidak bisa dibendung lagi, sehingga segala aspek kehidupan mengalami
perubahan dengan sangat cepat. Perubahan ini ditandai dengan teknoligi digital.

Dengan demikian, apapun informasi yang dibutuhkan dapat diproses melalui ICT
(Informasi and Comunikasi Teknology) yang diwarnai dengan perkembangan internet dan
berbagai media sosial: seperti instagram, facebook, twitter, dan lain sebagainya yang saat ini
banyak digunakan manusia untuk membantu kegiatan atas akses informasi dan menunjukan
eksistensi dirinya.

Berbagai kepentingan manusia secara luas, menjadi dasar pertimbangan dalam


perkembangan teknologi informasi pada dewasa ini, di mana digital menjadi perangkat sarana
yang menempati posisi yang paling vital dalam kehidupan sosial, serta telah dijadikan sebagai
New life-style. Manfaat dari perkembangan teknologi informasi ini bukan saja terjadi pada
masing-masing individu masyarakat, tetapi juga pada organisasi secara luas.

Disisi yang lain, kehadiran revolusi digital mengakibatkan terjadinya ledakan Informasi
yang sangat berdampak terhadap kehidupan sosial. Dalam ulasan Kharisma Dimas Shuda (2017)
problem yang di hadapi buka pada bagaimana mendapatkan berita, melaingkan kurangnya
pemahaman untuk mencerna informasi yang benar. Di mana media utama selalu menjadi sarana
untuk melancarkan kepentingan elit. Misalnya media utama seperti Facebook tidak selalu
memberikan berita yang benar yang saat ini dikenal dengan era post-trut.

Pada tahun 2016, Oxford mengunakan kata post-truth sebagai “Word of the Year” yang
mengalami peningkatan pengunaan istilah post-truth 2000 persen di tahun 2016 bila
dibandingkan dengan tahun 2015. Dalam kamus Oxford istilah post-truth mengandung makna
sebagai kondisi di mana fakta tidak dalam membentuk opini publik dibandingkan emosi dan
keyakinan personal. Dalam perkembangannya post-truth memuncak pada momentum politik
yang digerakan oleh sentimen emosi seperti Brexit dan terpilihnya Donal Ttump sebagai
Presiden Amerika Serikat.

Momentum pemilihan Presiden Amerika Serikat tahun 2016 adalah bukti bahwa
informasi-informasi hoax memiliki pengaruh yang sangat kuat ketimbang kebenaran
sebenarnnya. Selain berita hox, era post-truth juga ditandai dengan bimbangannya media dan
jurnalisme dalam menyikapi peryataan-peryataan bohong para politisi.

Situasi di atas tidak hanya terjadi di Amerika, namun saat ini telah melanda sebagian
besar penduduk di belahan bumi lainnya termasuk Indonesia. Hari-hari ini kita bisa menyaksikan
bagaimana berita hoax diproduksi melauli sosial media, dan berapa banya orang yang tersandra
akibat peryataan-peryataan yang tidak jelas kebenarannya. Pengaruh berita hoax terhadap realitas
sosial sangat memprihatinkan: menciptakan konflik, dan mengesampingkan realitas kebenaran
diatas kebohongan. Sehigga nyaris hampir tidak bisa dibedakan antara orang baik dan pura-pura
baik.

Untuk itu, hal diatas tidak bisa dibiarkan terjadi terus menerus, harus ada upanya untuk
mengurangi dan mencengah berita hoax. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan
bekal pemahaman melalui literasi media dan memperkuat budaya riset. Terutama kepada
generasi muda (millenial) karena minimnya pemahaman atas literasi media dan pemahaman riset
adalah sebab utama tersandranya oleh berita hoax.

Itulah sebabnya ataupun menjadi dasar, mengapa penulis tertarik untuk mengikuti kelas
riset sosial progresif yang diselenggarakan oleh Rumah Baca Komunis. Mengikuti kelas riset
adalah upaya untuk dapat memiliki pehamam secara baik megenai riset, sehingga tidak tersandra
oleh beri-berita hoakx yang sengaja diciptakan untuk kepentingan elit tertentu.***

Anda mungkin juga menyukai