Anda di halaman 1dari 9

2.1.

Anatomi dan Fisiologi Traktus Urinarius

2.1.1. Ginjal
Dua ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, di luar rongga peritoneum.
Setiap ginjal pada orang dewasa beratnya kira-kira 150 gram dan kira-kira seukuran
kepalan tangan. Sisi medial setiap ginjal merupakan daerah lekukan yang disebut hilum
tempat keluarnya arteri dan vena renalis, cairan limfatik, suplai saraf, dan ureter yang
membawa urin akhir dari ginjal ke kandung kemih, tepat urin disimpan hingga
dikeluarkan. Ginjal dilingkupi oleh kapsul fibrosa yang keras untuk melindungi struktur
bagian dalamnya yang rapuh.4
Jika ginjal dibagi dua dari atas kebawah, dua daerah utama yang dapat
digambarkan yaitu korteks dibagian luar dan medula dibagian dalam. Medula ginjal
terbagi menjadi beberapa massa jaringan berbentuk kerucut yang disebut piramida ginjal.
Dasar dari setiap piramida dimulai pada perbatasan antara korteks dan medula serta
berakhir di papila, yang menonjol ke dalam ruang pelvis ginjal, yaitu sambungan dari
ujung ureter bagian atas yang berbentuk corong. Batas luar pelvis terbagi menjadi
kantong-kantong dengan ujung terbuka yang disebut kalises mayor, yang meluas ke
bawah dan terbagi menjadi kalises minor, yang mengumpulkan urin dari tubulus setiap
papila. Dinding kalises, pelvis, dan ureter terdiri dari elemen-elemen kontraktil yang
mendorong urin menuju kandung kemih, tempat urin disimpan sampai dikeluarkan
melalui mikturisi.4
Suplai Darah Ginjal
Darah yang mengalir ke kedua ginjal
normalnya sekitar 22% dari curah jantung, atau
1100 ml/menit. Arteri renalis memasuki ginjal
melalui hilum, kemudian bercabang-cabang
secara progresif membentuk arteri interlobaris,
arteri arkuata, arteri interlobularis (juga disebut
arteri radialis), dan arteriol aferen yang menuju
kapiler glomerulus tempat sejumlah besar cairan
dan zat terlarut (kecuali protein plasma) difiltrasi
untuk memulai pembentukan urin. Ujung distal
kapiler pada setiap glomerulus bergabung untuk
membentuk arteriol eferen yang menuju jaringan
kapiler kedua, yaitu kapiler peritubular yang
mengelilingi tubulus ginjal.4
Kapiler peritubulus mengosongkan isinya ke dalam pembuluh sistem vena, yang
berjalan secara paralel dengan pembuluh arteriol dan secara progresif membentuk vena
interlobularis, vena arkuata, vena interlobaris, dan vena renalis, yang meninggalkan ginjal
disamping arteri renalis dan ureter.4

Nefron sebagai Unit Fungsional Ginjal


Masing-masing ginjal manusia terdiri
kurang lebih 1 juta nefron, masing-masing
mampu membentuk urin. Setiap nefron terdiri
dari: (1) glomerulus (sekumpulan kapiler
glomerulus) yang dilalui sejumlah besar
cairan yang difiltrasi dari darah, dan (2)
tubulus yang panjang tempat cairan hasil
filtrasi diubah menjadi urin dalam
perjalanannya menuju pelvis ginjal.
Glomerulus tersusun dari suatu jaringan
kapiler glomerulus yang bercabang dan
beranastomosis, yang mempunyai tekanan hidrostatik tinggi bila dibandingkan kapiler
lainnya. Kapiler glomerulus dilapisi oleh sel-sel epitekm dan keseluruhan glomerulus
dibungkus dalam kapsula Bowman. Cairan yang difiltrasi dari kapiler glomerulus
mengalir ke dalam kapsula bowman kemudian masuk ke tubulus proksimal yang terletak
dalam korteks ginjal.4
Dari tubulus proksimal, cairan mengalir ke ansa Henle yang masuk kedalam
medula renal. Setiap lengkung terdiri atas cabang desenden dan asenden. Dinding cabang
desenden dan ujung cabang asenden yang paling rendah sangat tipis, dan oleh karena itu
disebut bagian tipis ansa Henle. Ditengah perjalanan kembalinya cabang asenden dari
lengkung tersebut ke korteks, dindingnya menjadi jauh lebih tebal, dan oleh karena itu
disebut bagian tebal cabang asenden.4
Pada ujung cabang asenden tebal terdapat bagian yang pendek, yang sebenarnya
merupakan plak pada dindingnya, dan dikenal sebagai makula densa. Makula densi
memainkan peranan penting dalam mengatur fungsi nefron. Setelah makula densa, cairan
memasuki tubulus distal, yang terletak pada korteks renal. Tubulus ini kemudain
dilanjutkan dengan tubulus renalis arkuatus dan tubulus koligentes kortikal. Bagian awal
dari 8 sampai 10 duktus koligentes kortikal bergabung membentuk duktus koligentes
tunggal yang lebih besar yang turun ke medula dan menjadi duktus koligentes medula.
Duktus koligentes bergabung membentuk duktus yang lebih besar secara progresif yang
akhirnya mengalir menuju pelvis renal melalui ujung papila renal.4
Fungsi ginjal:
 Proses pembentukan urine:
Ginjal berperan dalam proses pembentukan urin yang terjadi melalui serangkaian
proses, yaitu: penyaringan, penyerapan kembali dan augmentasi.
1. Penyaringan(filtrasi)
Proses pembentukan urin diawali dengan penyaringan darah yang terjadi di
kapiler glomerulus. Sel-sel kapiler glomerulus yang berpori (podosit), tekanan
dan permeabilitas yang tinggi pada glomerulus mempermudah proses
penyaringan. Selain penyaringan, di glomelurus juga terjadi penyerapan kembali
sel-sel darah, keeping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan
kecil yang terlarut di dalam plasma darah, seperti glukosa, asam amino, natrium,
kalium, klorida, bikarbonat dan urea dapat melewati saringan dan menjadi bagian
dari endapan. Hasil penyaringan di glomerulus disebut filtrat glomerolus atau urin
primer, mengandung asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam
lainnya.
2. Penyerapan kembali (Reabsorbsi)
Bahan-bahan yang masih diperlukan di dalam urin pimer akan diserap kembali di
tubulus kontortus proksimal, sedangkan di tubulus kontortus distal terjadi
penambahan zat-zat sisa dan urea.
Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam amino meresap
melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Penyerapan air
terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal. Substansi yang masih
diperlukan seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Zat amonia,
obat-obatan seperti penisilin, kelebihan garam dan bahan lain pada filtrat
dikeluarkan bersama urin. Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan
menghasilkan urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan
lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun
bertambah, misalnya urea.
3. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di
tubulus kontortus distal.Dari tubulus-tububulus ginjal, urin akan menuju rongga
ginjal, selanjutnya menuju kantong kemih melalui saluran ginjal. Jika kantong
kemih telah penuh terisi urin, dinding kantong kemih akan tertekan sehingga
timbul rasa ingin buang air kecil. Urin akan keluar melalui uretra. Komposisi urin
yang dikeluarkan melalui uretra adalah air, garam, urea dan sisa substansi lain,
misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin.
 Keseimbangan Elektrolit
Sebagian besar elektrolit yang dikeluarkan dari kapsula Bowman direabsorpsi dalam
tubulus proksimal. Konsentrasi elektrolit yang felah direabsorpsi diatur dalam tubulus
distal di bawah pengaruh hormon aldosteron dan ADH. Mekanisme yang membuat
elektrolit bergerak menyeberangi membran tabula adalah mekanisme aktif dan pasif.
Gerakan pasif terjadi apabila ada perbedaan konsentrasi molekul. Molekul bergerak
dari area yang berkonsentrasi tinggi ke area yang berkonsentrasi rendah. Gerakan
aktif memerlukan energi dan dapat membuat molekul bergerak tanpa memperhatikan
tingkat konsentrasi molekul. Dengan gerakan aktif dan pasif ini, ginjal dapat
mempertahankan keseimbangan elektrolit yang optimal sehingga menjainin fungsi
normal sel.
 Pemeliharaan Keseimbangan Asam dan Basa
Agar sel dapat berfungsi normal, perlu juga dipertahankan pH plasma 7,35 untuk
darah vena dan pH 7,45 untuk darah arteria. Keseimbangan ini dapat dicapai dengan
mempertahankan rasio darah bikarbonat dan karbon dioksida pada 20:1. Ginjal dan
paru-paru bekerja sama untuk mempertahankan rasio ini. Paru-paru bekerja dengan
menyesuaikan jumlah karbon dioksida dalam darah. Ginjal menyekresi atau menahan
bikarbonat dan ion hidrogen sebagai respons terhadap pH darah.
 Eritropoiesis
Ginjal mempunyai peranan yang sangat penting dalam produksi eritrosit. Ginjal
memproduksi enzim yang disebut faktor eritropoietin yang mengaktifkan
eritropoietin, hormon yang dihasilkan hepar. Fungsi eritropoietin adalah menstimulasi
sumsum tulang untuk memproduksi sel darah, terutama sel darah merah. Tanpa
eritropoietin, sumsum tulang pasien penyakit hepar atau ginjal tidak dapat
memproduksi sel darah merah.
 Regulasi Kalsium dan Fosfor
Salah satu fungsi penting ginjal adalah mengatur kalsium serum dan fosfor. Kalsium
sangat penting untuk pembentukan tulang, pertumbuhan sel, pembekuan darah,
respons hormon, dan aktivitas listrik selular.Ginjal adalah pengatur utama
keseimbangan kalsium-fosfor. Ginjal melakukan hal ini dengan mengubah vitamin D
dalam usus (dari makanan) ke bentuk yang lebih aktif, yaitu 1,25-dihidrovitamin
D3.Ginjal meningkatkan kecepatan konversi vitamin D jika kadar kalsium atau
fosforus serum menurun.
 Regulasi Tekanan Darah
Ginjal mempunyai peranan aktif dalam pengaturan tekanan darah, terutama dengan
mengatur volume plasma dan tonus vaskular (pembuluh darah). Volume plasma
dipertahankan melalui reabsorpsi air dan pengendalian komposisi cairan ekstraselular
(mis., terjadi dehidrasi). Korteks adrenal mengeluarkan aldosteron. Aldosteron
membuat ginjal menahan natrium yang dapat mengakibatkan reabsorpsi
air.Modifikasi tonus vaskular oleh ginjal dapat juga mengatur tekanan darah. Hal ini
dilakukan terutama oleh sistem reninangiotensin aldosteron. Renin adalah hormon
yang dikeluarkan oleh juksta glomeruli dari nefron sebagai respons terhadap
berkurangnya natrium, hipoperfusi arteri renal, atau stimulasi saraf renal melalui jaras
simpatis waktu tekanan darah menurun, Renin menstimulasi konversi
angiotensinogen (zat yang dikeluarkan hepar) ke angiotensin I. Konversi angiotensin
I ke angiotensin II oleh enzim pengubah angiotensin dari paruparu, menghasilkan
vasokonstriksi umum yang kuat. Mekanisme ini dapat membuat tekanan darah
meningkat.
 Ekskresi Sisa Metabolik dan Toksik
Sisa metabolik diekskresikan dalam filtrat glomerular. Kreatinin diekskresikan ke
dalam urin tanpa diubah. Urea mengalami reabsorbsi waktu melewati nefron.
Biasanya, obat dikeluarkan melalui ginjal atau diubah dulu di hepar ke dalam bentuk
inaktif, kemudian diekskresikan oleh ginjal. Oleh karena ginjal berperan dalam
ekskresi obat, ada obat yang dikontraindikasi apabila fungsi ginjal mengalami
gangguan.
 Miksi
Miksi (mengeluarkan urine) adalah suatu proses sensori-motorik yang kompleks.
Urine mengalir dari pelvis ginjal, kemudian kedua ureter dengan gerakan peristalsis.
Rasa ingin berkemih akan timbul apabila kandung kemih berisi urine sebanyak 200-
300 ml. Saat dinding kandung kemih mengencang, baroseptor (saraf sensori yang
distimulasi oleh tekanan) akan membuat .kandung kemih berkontraksi. Otot sfingter
eksternal berelaksasi dan urine keluar. Otot sfingter eksternal dapat dikendalikan
secara volunter sehingga urine tetap tidak keluar walaupun dinding kandung kemih
sudah berkontraksi.

2.1.2. Ureter
Ureter adalah organ berbentuk tabung kecil yang berfungsi mengalirkan urin dari
pielum (pelvis) ginjal ke dalam buli-buli atau vesika urinaria. Panjang ureter pada orang
dewasa +25-30 cm dengan diameter 3-4 mm. Dinding ureter terdiri atas mukosa yang
dilapisi oleh sel transisional, otot polos sirkuler, dan otot polos longitudinal. Kontraksi
dan relaksasi keuda otot polos itulah yang memungkinkan terjadinya gerakan peristaltic
ureter guna mengalirkan urin ke vesika urinaria.5
Ureter membentang dari pielum hingga vesika urinaria dan secara anatomis
terdapat beberapa tempat yang ukuran diameternya relative lebih sempit daripada tempat
lain. Tempat penyempitan itu antara lain adalah (1) pada perbatasan antara pelvis renalis
dan ureter atau pelvi-ureter junction, (2) tempat pada saat ureter menyilang arteri iliaka di
rongga pelvis, dan (3) pada saat ureter masuk ke vesika urinaria.5
Untuk kepentingan pembedahan, ureter dibagi menjadi dua bagian, yakni ureter
pars abdominalis yang membentang mulai dari pelvis renalis sampai menyilang vasa
iliaka dan ureter pars pelvika yang membentang dari persilangannya dengan vasa iliaka
sampai muaranya di dalam vesika urinaria. Di samping itu, secara radiologis ureter dibagi
dalam tiga bagian, yaitu ureter 1/3 proksimal (pelvis renalis-batas atas sakrum), ureter 1/3
medial (batas atas sakrum-batas bawah sakrum), dan ureter 1/3 distal (batas bawah
sakrum-vesika urinaria).5

2.1.3. Vesika Urinaria


Vesika urinaria merupakan organ berongga yang terdiri atas 3 jenis otot detrusor
yang saling beranyaman, yakni otot longitudinal yang terletak paling dalam, otot sirkuler
di tengah, dan paling luar adalah otot longitudinal. Mukosa vesika urinaria terdiri atas sel
transisional yang sama seperti pada mukosa pelvis renalis, ureter, dan uretra posterior.
Pada dasar vesika urinaria, kedua muara ureter dan meatus uretra internum membentuk
suatu segitiga yang disebut trigonum vesika urinaria.5
Secara anatomis, vesika urinaria terdiri atas tiga permukaan, yaitu permukaan
superior yang berbatasan dengan rongga peritoneum, permukaan inferiolateral, dan
permukaan posterior. Permukaan superior merupakan lokus minoris (daerah terlemah).5
Vesika urinaria berfungsi menampung urin dari ureter dan mengeluarkannya
melalui uretra dalam mekanisme miksi (berkemih). Kapasitas maksimal vesika urinaria
pada orang dewasa +300-450 ml.5
Pada saat kosong, vesika urinaria terletak di belakang simfisi pubis dan pada saat
penuh berada di atas simfisis sehingga dapat dipalpasi dan diperkusi. Vesika urinaria
yang terisi penuh akan merangsang saraf aferen sehingga mengaktifkan pusat miksi di
medulla spinalis segmen sakral S2-4. Hal ini akan menyebabkan kontraksi otot detrusor,
terbukanya leher vesika urinaria, dan relaksasi sfingter uretra, sehingga terjadilah proses
miksi.5
Vesika urinaria mendapat vaskularisasi dari cabang arteria iliaka interna, yakni
arteria vesikalis superior, yang menyilang di depan ureter. Sistem vena dari vesika
urinaria bermuara ke vena iliaka interna.5

2.1.4. Uretra
Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urin keluar dari vesika urinaria
melalui proses miksi. Secara anatomis uretra dibagi menjadi 2 bagian, yaitu uretra
posterior dan uretra anterior. Uretra dilengkapi dengan sfingter uretra interna (perbatasan
vesika urinaria dan uretra) yang terdiri atas otot polos dan dipersarafi oleh saraf simpatik
sehingga sfingter ini terbuka saat vesika urinaria penuh, serta sfingter eksterna
(perbatasan uretra anterior dan posterior) yang terdiri atas otot bergaris dan dipersarafi
oleh sistem somatic sehingga dapat diperintah sesuai keinginan orang.5
Panjang uretra wanita kurang lebih 3-5 cm dengan diameter 8 mm, berada di
bawah simfisi pubis dan bermuara di sebelah anterior vagina. Di dalam uretra bermuara
kelenjar periuretra, di antaranya adalah kelenjar skene. Kurang lebih sepertiga medial
uretra, terdapat sfingter uretra eksterna. Tonus otot sfingter uretra eksterna dan tonus otot
levator ani yang berfungsi mempertahankan agar urin tetap berada di dalam vesika
urinaria pada saat perasaan ingin miksi.5

Anda mungkin juga menyukai