Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NAMA KELOMPOK 3:
SRIMELDA 17031052
LUTFIATURROHMAH 17031056
PEKANBARU
2019
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang maha esa karena dengan
karunia nya kami dapat menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan pada Skabies dalam mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah III.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah.
Akhir kata kami berharap semoga makalah mata kuliah ini dapat memberikan manfaat
ataupun inspirasi terhadap pembaca.
KELOMPOK 3
DAFTAR ISI
Bab I. Pendahuluan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (kutu kecil) yaitu Sarcoptes
scabiei varietas hominis. Penyakit tersebut merupakan masalah kesehatan masyarakat terutama
di wilayah beriklim tropis dan subtropis. Jumlah penderita skabies di dunia lebih dari 300 juta
setiap tahun dengan angka yang bervariasi di setiap negara.
Faktor yang berperan pada tingginya prevalensi skabies adalah kemiskinan, kepadatan
penghuni rumah, tingkat pendidikan rendah, keterbatasan air bersih, dan perilaku kebersihan
yang buruk. Tingginya kepadatan penghuni disertai interaksi dan kontak fisik yang erat
memudahkan penularan skabies. Kepadatan penghuni rumah merupakan faktor risiko paling
dominan dibandingkan faktor risiko skabies lainnya. Berdasarkan faktor risiko tersebut
prevalensi skabies yang tinggi umumnya terdapat di asrama, panti asuhan, pondok pesantren,
penjara, dan pengungsian.
Penderita skabies terganggu kualitas hidupnya karena mengalami gatal hebat dan radang
di kulit akibat infeksi sekunder oleh bakteri sehingga produktivitas dan prestasi akademik
menurun.
1.2 Tujuan
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Scabies merupkan infestasi kulit oleh kutu Sarcoptes scabiei yang menimbulkan gatal.
Scabies ditandai dengan lesi. Terdapat dua lesi pada scabies yitu lesi spesifik (liang atau
terowongan) dan nonspesifik (papula, vesikel, dan ekskoriasi). Tempat khas dari tubuh yang
biasanya terkena scabies adalah jari-jari, pergelangan tangan, lipatan aksila, perut, bokong, dan
alat kelamin. Penyakit ini dapat ditemukan pada orang-orang miskin yang hidup dengan kondisi
higiene di bawah standar sekalipun juga sering terdapat di antara orang-orang yang sangat bersih.
Scabies sering dijumpai pada orang-orang yang seksual-aktif. Namun demikian, infestasi parasit
ini tidak bergantung pada aktivitas seksual karena kutu tersebut sering menjangkiti jari-jari
tangan, dan sentuhan tangan dapat menimbulkan infeksi.
2.2 WOC
Ekonomi rendah Mondok, asrama, panti asuhan, Seksual aktif Sanitasi/Kepadatan Penduduk
penjara, petugas kesehatan
Hygiene kurang (buruk) Parasit melekat
Sentuhan langsung dengan orang
yang terinfeksi atau barang
Parasit berpindah
Patogen/parasit melekat
SKABIES
SKABIES
Hpersensitivitas pada Ekskoriasi yang tetap 4 minggu setelah kontak Parasit membuat Tidak ada terowongan
Organisme/eksresinya dalam terowongan terowongan
Reaksi imunologi tipe Ruam= scabies
Rasa gatal Lesi, vesikel, papula lambat terhadap kutu & Lesi, multiple, lurus/
krusta fesesnya bergelombang (coklat/ Menggaruk
Menggaruk hitam menyerupai benang
Gangguan Kulit tubuh Pasien gatal-
Gangguan Gangguan
rasa nyaman Hangat gatal hebat Terlihat di jari-jari tangan
citra tubuh rasa nyaman
Lesi terbuka/berdarah & pergelangan kaki (umumnya)
Stimulus
Gangguan
Pada parasit Gangguan Gangguan
Resiko rasa nyaman
infeksi citra tubuh rasa nyaman
Gatal-gatal meningkat
Pada malam hari
Gangguan
tidur
2.3 Penatalaksanaan
Preparat skabisida, seperti lindane (Kwell) atau krotamiton (krim dan losion Eurax),
dioleskan tipis-tipis pada seluruh permukaan kulit mulai dari leher ke bawah dengan hanya
meninggalkan daerah muka dan kulit kepala (yang pada skabies tidak terkena). Obat itu
dibiarkan selam 12 hingga 24 jam dan sesudah itu, pasien diminta untuk membasuh dirinya
sampai bersih. Aplikasi obat satu kali sudah dapat memberikan efek kuratif, tetapi disarankan
agar terapi tersebut diulangi sesudah 1 minggu kemudian. Pasien perlu mengetahui petunjuk
pemakaian ini karena pengolesan skabisida segera sesudah mandi dan sebelum kulit mengering
serta menjadi dingin dapat meningkatkan absorpsi perkutan skabisida sehingga berpotensi untuk
menimbulkan gangguan sistem saraf pusat seperti serangan kejang.
Kepada pasien diminta agar mandi dengan air yang hangat dan sabun yang berguna untuk
menghilangkan debris yang mengelupas dari krusta dan kemudian kulit dibiarkan benar-benar
kering serta menjadi dingin.
2.4.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan yang dilakukan ini mengacu kepada teori Nola J Pender.
Pengkajian perilaku sebelumnya meliputi pengalaman mengenai terjadinnya penyakit skabies.
Pengkajian faktor personal meliputi faktor biologis (usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh,
status pubertas, kapasitas aerobik, kekuatan, kecerdasan, keseimbangan), faktor psikologis (harga
diri, motivasi diri, kompetensi personal, status kesehatan sebelumnya, definisi tentang kesehatan)
dan faktor sosial budaya (ras, etnik, penyesuaian diri, status sosial ekonomi). Pengkajian perilaku
spesifik, pengetahuan dan sikap individu yang meliputi persepsi tentang manfaat tindakan,
hambatan tindakan, kemampuan diri, aktivitas yang berhubungan dengan sikap, pengaruh
interpersonal dan pengaruh situasional.
a. Pemeriksaan Penunjang
1) Biopsy dengan mengambil sampel untuk dilihat di bawah mikroskop untuk menemukan
Saecoptes scabei pada kulit. Sampel jaringan superfisial epidermis dikerok pada daerah
di atas terowongan atau dengan papula dengan menggunakan mata pisau scalpel yang
kecil. Hasil kerokan diletakkan pada slide mikroskop dan diperiksa lewat mikroskop
dengan pembesaran rendah untuk melihat kutu pada setiap stadium (dewasa, telur,
cangkang telur, larva, nimfa), dan butiran fesesnya.
2) Preparasi KOH
3) Dermoskopi dan pembesaran fotografi digital
4) Burrow ink test (BIT)
Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner/Sudarth. Jakarta: EGC
Mutiara, Anita. 2017. Aplikasi Teori Keperawatan Nola J Pender pada An. R dalam Asuhan
Keperawatan dengan Masalah Skabies di Puskesmas Jembatan Kecil. Bengkulu: JNPH.
Dewi, Mayang Kusuma & Nasrul Wathoni. Jurnal Artikel Review: Diagnosis dan Regimen
Pengobatan Skabies. Farmaka Suplemen Vol. 15 No. 1
Parman dkk. 2017. Jurnal Faktor Risiko Hygiene Perorangan Santri Terhadap Kejadian
Penyakit Kulit Skabies di Pesantren Al-Baqiyatushshalihat Tanjung Jabung Barat Tahun
2017. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol. 17 No. 3
M. Sari Yunita, Rina Gustia & Eliza Anas. 2018. Jurnal Faktor-faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Skabies di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang Tahun
2015. Jurnal Kesehatan Andalas Vol. 7 No. 1