Anda di halaman 1dari 2

A.

Fungsi Konservasi
Fungsi konservasi pada rancangan ini adalah tempat untuk melestarikan, melindungi, dan
memelihara lokasi bersejarah. Dalam fungsinya sebagai tempat konservasi dari monumen
pelabuhan, rancangan Monumen Monumen PDRI memiliki fasilitas berupa bangunan monumental
yang terdapat galeri ekshibisi / diorama.
B.Fungsi Edukasi
Fungsi edukasi pada rancangan ini adalah tempat yang menunjang dalam menambah
wawasan tentang sejarah Monumen PDRI dan sejarah kemaritiman atau kebaharian di Indonesia.
Dalam fungsinya sebagai tempat edukasi dari monumen pelabuhan, rancangan Monumen
Monumen PDRI memiliki fasilitas berupa ruang audiovisual, auditorium dan mini library.
C. Fungsi Rekreasi
Fungsi rekreasi pada rancangan ini adalah wadah untuk hiburan dan tempat peristirahatan
pengunjung yang mengunjungi monumen pelabuhan ini. Dalam fungsinya sebagai tempat rekreasi
dari monumen PDRI, rancangan Monumen Monumen PDRI memiliki fasilitas berupa toko
souvenir, restoran, penginapan, outbond , dan amphitheater .
D. Fasilitas Penunjang
Fasilitas yang dibutuhkan untuk menunjang aktivitas berwisata berupa musholla, toilet
publik, parking area, kantor pengelola yang meliputi aktivitas administrasi, keamanan, kebersihan,
dan pemeliharaan Monumenm PDRI .

Tidak lama setelah ibu RI di Yogyakarta dikuasai Belanda dalam Agresi Militer Belanda II,
mereka berulangkali menyiarkan berita bahwa RI sudah bubar. Karena para pemimpinnya,
seperti Soekarno, Hatta dan Syahrir sudah menyerah dan ditahan.Mendengar berita bahwa tentara
Belanda telah menduduki ibu Yogyakarta dan menangkap sebagian besar pimpinan Pemerintahan
Republik Indonesia, tanggal 19 Desember sore hari, Mr. Syafruddin Prawiranegara bersama Kol.
Hidayat, Panglima Tentara dan Teritorium Sumatra, mengunjungi Mr. Teuku Mohammad Hasan,
Gubernur Sumatra/Ketua Komisaris Pemerintah Pusat di kediamannya, untuk mengadakan
perundingan.
Malam itu juga mereka meninggalkan Bukittinggi menuju Halaban, daerah perkebunan teh,
15 Km di selatan Payakumbuh. Sejumlah tokoh pimpinan republik yang berada di Sumatra Barat
dapat berkumpul di Halaban, dan pada 22 Desember 1948 mereka mengadakan rapat yang dihadiri
antara lain oleh Mr. Syafruddin Prawiranegara, Mr. T. M. Hassan, Mr. Sutan Mohammad Rasjid,
Kolonel Hidayat, Mr. Lukman Hakim, Ir. Indracahya, Ir. Mananti Sitompul, Maryono Danubroto,
Direktur BNI Mr. A. Karim, Rusli Rahim dan Mr. Latif. Walaupun secara resmi kawat
Presiden Soekarno belum diterima, tanggal 22 Desember 1948, sesuai dengan konsep yang telah
disiapkan, maka dalam rapat tersebut diputuskan untuk membentuk Pemerintah Darurat Republik
Indonesia (PDRI) Sejak itu PDRI menjadi musuh nomor satu Belanda (https://id.wikipedia.org ›
wiki › Pemerintahan_Darurat_Republik_Indonesia , diakses pada 12 September 2019 ).
Tokoh-tokoh PDRI harus bergerak terus sambil menyamar untuk menghindari kejaran dan
serangan Belanda. Mr. T.M Hasan yang menjabat sebagai Wakil Ketua PDRI, merangkap Menteri
Dalam Negeri, Agama, Pendidikan dan Kebudayaan, menuturkannya bahwa rombongan mereka
kerap tidur di hutan belukar, di pinggir sungai Batanghari, dan sangat kekurangan bahan makanan.
Mereka pun harus menggotong radio dan berbagai perlengkapan lain. Kondisi PDRI yang selalu
bergerilya keluar masuk hutan itu diejek radio Belanda sebagai Pemerintah Dalam Rimba
Indonesia (https://id.wikipedia.org›wiki› Pemerintahan_Darurat_Republik_Indonesia , diakses
pada 12 September 2019 ).

Anda mungkin juga menyukai