Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANG II


PROGRAM STUDI BUDI DAYA IKAN

MANAJEMEN PAKAN PADA PEMBESARAN UDANG VANAME


(Litopenaeus vannamei) DI UNIT PELAKSANA TEKNIS
PENGEMBANGAN BUDIDAYA LAUT (UPT PBL)
KABUPATEN SITUBONDO PROVISI JAWA TIMUR

Oleh:
Zakariya Muhammad Sisworo
17.3.07.050

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


BADAN RISET DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA
KELAUTAN DAN PERIKANAN
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN JEMBRANA
2019
RINGKASAN

ZAKARIYA MUHAMMAD SISWORO. Manajemen Pakan Pada Pembesaran Udang


Vaname (Litopenaeus vannamei) di Unit Pelaksana Teknis Pengembanagan
Budidaya Laut (UPT PBL) Kabupaten Situbondo Provinsi Jawa Timur.

Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas


budidaya air payau yang dibudidayakan di Indonesia. Budidaya udang vaname
memiliki prospek dan profit yang menjanjikan karena memiliki nilai ekonomis tinggi,
mudah dibudidayakan, responsif terhadap pakan, lebih tahan terhadap infeksi
penyakit, pertumbuhan cepat, tingkat kelangsungan hidup tinggi, padat tebar cukup
tinggi dan waktu pemeliharaan yang tergolong. Salah satu komponen biaya terbesar
dalam budidaya udang vaname skala intensif adalah kebutuhan pakan. Hampir dari
70 – 80% total biaya operasional budidaya merupakan biaya pakan. Manajemen
pakan yang baik akan menentukan tingkat keberhasilan budidaya yang dilakukan.
Tujuan dari Praktik Kerja Lapang II (PKL II) adalah untuk memperoleh pengetahuan
dan wawasan tentang teknik pembesaran udang vaname serta terutama manajemen
pengelolaan pakan pada pembesaran udang vaname di Unit Pelaksanaan Teknis
Pengembangan Budidaya Laut Situbondo.
Kegiatan PKL II dilaksanakan di Unit Pelaksanaan Teknis Pengembangan
Budidaya Laut Situbondo (UPT PBL) yang berlokasi di Desa Pasir Putih, Kecamatan
Bungatan, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Kegiatan PKL II ini pada tanggal 16
September 2018 sampai 13 Oktober 2018. Metode yang digunakan dalam PKL II
adalah metode survei dan praktik. Data yang diperoleh melalui kegiatan PKL meliputi
profil umum dan kegiatan pembesaran udang teruatama terkait manajemen pakan di
UPT PBL Situbondo. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi,
wawancara, partisipasi langsung, dan dokumentasi. Data yang diperoleh kemudian
dianalisis dan disajikan secara deskriptif dalam bentuk laporan.
Berdasarkan hasil pengamatan pada kegiatan PKL II, kegiatan budidaya udang
di UPT PBL didukung dengan adanya beberapa fasilitas yang terdiri dari 2 petak
tambak, gudang pakan, laboratorium, tandon air, rumah mesin, sistem aerasi (kincir
air), sumber energi serta beberapa fasilitas pendukung lain. Kegiatan pembesaran
udang vaname di UPT PBL meliputi persiapan petak tambak, pengeringan dan
pembersihan petakan tambak, pengecekan, pengisian air, pemasangan kincir,
penumbuhan plankton, pengamatan dan penebaran benur. Manajemen pemberian
pakan perlu dilakukan karena berkaitan dengan pertumbuhan udang vaname. Jenis
pakan yang digunakan adalah crumble dan pellet (IRAWAN dari PT. Central Proteina
Prima). Manajemen pemberian pakan juga meliputi penyimpanan pakan agar
kandungan pakan tidak rusak, frekuensi dan waktu pemberian pakan, cara pemberian
pakan, dan sampling untuk penentuan dosis pakan. Penentuan dosis berdasarkan
feeding rate (FR). Feeding rate merupakan persentase pemberian pakan harian yang
ditentukan berdasarkan averange body weight (ABW) dan dihitung dari jumlah
biomassa udang. Selain manajemen pakan, dalam PKL di UPT PBL juga dilakukan
pengamatan parameter kualitas air setiap satu minggu meliputi DO, salinitas, suhu,
dan pH.
Kata kunci: udang vaname, pembesaran, manajemen pakan, budidaya.

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANG II
PROGRAM STUDI BUDI DAYA IKAN

MANAJEMEN PAKAN PADA PEMBESARAN UDANG VANAME


(Litopenaeus vannamei) DI UNIT PELAKSANA TEKNIS
PENGEMBANGAN BUDIDAYA LAUT (UPT PBL)
KABUPATEN SITUBONDO PROVINSI JAWA TIMUR

Diajukan oleh:
Zakariya Muhammad Sisworo
17.3.07.050

Telah disetujui pada tanggal: 4 Februari 2019

Dosen Pembimbing
Praktik Kerja Lapang II

Amiqatul Fikriyah, S.Pi., M.Biotech.


NIP. 19901121 201801 2 002

Mengetahui,
Ketua Program Studi Budi Daya Ikan
Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Diah Ayu Satyari Utami, S.Pi., M.Si.


NIP. 19880506 201801 2 001
Dosen Penguji Seminar Praktik Kerja Lapang II (PKL II): Diah Ayu Satyari Utami,
S.Pi., M.Si.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapang II (PKL II).
Keberasilan dari penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan
oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak IGP Gede Rumayasa Yudana, S.Pi., M.P. selaku Koordinator
Pelaksana Tridarma Perguruan Tinggi Politeknik Kelautan dan Perikanan
Jembrana.
2. Ibu Diah Ayu Satyari, S.Pi., M.Si., selaku Ketua Program Studi Budi Daya ikan
yang telah memberi kesempatan dalam melaksanakan PKL II dan sekaligus
sebagai dosen penguji yang telah menguji dalam pelaksanaan seminar dan
memberi bimbingan dalam penyusunan laporan PKL II.
3. Ibu Amiqatul Fikriyah, S.Pi., M.Biotech selaku dosen pembimbing, yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyusun Laporan PKL II.
4. Ibu Endah Kristiarini A.Pi, M.T. selaku Kepala Unit Pelaksana Teknis
Pengembangan Budidaya Laut (UPT PBL) Situbondo yang telah memberi izin
untuk melaksanakan praktik.
5. Bapak Sanhaji selaku pembimbing lapang di UPT PBL Situbondo.
6. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung dan baik sengaja
maupun tidak sengaja telah berperan dalam terselesaikannya laporan ini..
Penulis menyadari apabila dalam penyusunan Laporan PKL II ini ada
kekurangan dan kesalahan untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
demi kesempurnaanya.

Jembrana, 4 Februari 2019

Zakariya Muhammad S.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... viii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2. Tujuan ................................................................................................. 2
1.3. Manfaat ............................................................................................... 2
II. METODOLOGI
2.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ......................................................... 3
2.2. Metode ............................................................................................... 3
2.3. Sumber Data ....................................................................................... 3
1.3.1. Data Primer .............................................................................. 3
1.3.2. Data Skunder ........................................................................... 4
2.4. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 4
2.5. Metode Pengolahan Data .................................................................... 5
2.6. Analisa Data ........................................................................................ 5
2.7. Jadwal Kegiatan PKL II........................................................................ 6
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Sejarah Berdirinya UPT PBL Situbondo…………………………………..7
3.2 Visi dan Misi UPT PBL Situbondo. ....................................................... 8
3.3 Lokasi dan Kondisi Geografis UPT PBL Situbondo .............................. 8
3.4 Organisasi dan Kettenagakerjaan ........................................................ 9
3.4.1 Jenis Perusahaan atau Instasi ................................................. 9
3.4.2 Struktur Organisasi dan Kepegawaian di UPT PBL ................ 10
3.5 Fasilitas di UPT PBL Situbondo ......................................................... 11
3.5.1 Fasilitas Utama ...................................................................... 11
3.5.2 Fasilitas Pendukung ............................................................... 16
3.6 Kegiatan Usaha Utama Pembesaran Udang Vaname di UPT PBL
Situbondo .......................................................................................... 18
3.6.1 Biologi Udang Vaname ........................................................... 18
3.6.2 Persiapan Media Budidaya ..................................................... 19
3.6.3 Manejemen Pakan.................................................................. 25
3.6.4 Pengamatan Parameter Kualitas Air ....................................... 32
IV.KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan ........................................................................................ 36
4.2 Saran ................................................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA… .......................................................................................37
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman

1. Rincian jumlah pegawai tercantum di UPTPBL Situbondo .......................... 11

2. Rincian bangunan di UPT PBL situbondo ................................................... 17

3. Bentuk, Dosis dan Frekuensi Pemberian Pakan yang digunakan UPT PBL

Situbondo. .................................................................................................. 26

4. Kandungan Nutrisi Pakan. .......................................................................... 27

5. Frekuensi pemberian pakan. ...................................................................... 29

6. Cara pemberian pakan (Feeding schedule). ............................................... 29

7. Data Sampling ............................................................................................ 30

8. Hasil Pengamatan Kualitas Air ................................................................... 32


DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Lokasi UPT PBL Situbondo. ....................................................................... .9

2. Wadah pembesaran Udang Vaname di UPT PBL Situbondo...................... 12

3. Wadah penampung air di UPT PBL Situbondo. .......................................... 13

4. Pompa air yang digunakandi UPT PBL Situbondo. ..................................... 14

5. Kincir air untuk sistem airasi pada tambak di UPT PBL Situbondo.............. 15

6. Sumber energi listrik di UPT PBL Situbondo. .............................................. 16

7. Morfologi Udang Vaname (Litopenaeus vannamei). ................................... 19

8. Tatak letak kincir pada tambak UPT PBL Situbondo. .................................. 22

9. Proses penghitungan pengamatan benur secara manual. .......................... 24

10. Penebaran benur di tambak UPT PBL Situbondo. ...................................... 25

11. Bentuk dari pakan merek Irawan. ............................................................... 26

12. Gudang pakan milik UPT PBL Situbondo. .................................................. 28

13. Cara pemberian pakan. .............................................................................. 30

14. Sampling Udang Vaname. .......................................................................... 31

15. Refraktometer untuk mengukur salinitas air. ............................................... 33

16. DO meter yang digunakan di UPT PBL Situbondo. ..................................... 34

17. pH meter yang digunakan di UPT PBL Situbondo. ..................................... 35


DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Jadwal kegiatan PKL II ............................................................................... 1

2. Struktur organisasi dan kepegawaian di UPT PBL ...................................... 2

3. Bangunan di UPT PBL................................................................................ 3

4. Penghitungan ABW, Biomassa, Survival Rate (SR), dan Feed Conversion


Ratio (FCR) ................................................................................................ 6
5. Data harian pembesaran Udang Vaname ................................................... 7
ii
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Budidaya air payau merupakan budidaya yang dilakukan pada percampuran
antara air tawar dan air laut dengan salinitas 6-30 ppt. Salah satu komoditas budidaya
air payau yang dibudidayakan di Indonesia adalah udang vaname (Litopenaeus
vannamei). Udang vaname berasal dari Pantai Barat Pasifik Amerika Latin, mulai dari
Peru Utara hingga Meksiko. Pengenalan udang vaname di Indonesia adalah upaya
untuk meningkatkan produksi udang Indonesia untuk menggantikan udang windu
(Penaeus monodon) yang telah mengalami penurunan kualitas.
Udang vaname merupakan salah satu jenis udang yang banyak dibudidayakan
karena udang jenis ini memiliki beberapa kelebihan di antaranya prospek dan profit
yang menjanjikan, memiliki nilai ekonomis, mudah dibudidayakan, responsif terhadap
pakan (nafsu makan yang tinggi), lebih tahan terhadap serangan penyakit,
pertumbuhan lebih cepat, tingkat kelangsungan hidup tinggi, padat tebar cukup tinggi
dan waktu pemeliharaan yang tergolong singkat yakni sekitar 90-100 hari per siklus.
Keberhasilan dalam budidaya udang vaname dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
salah satunya adalah kualitas air dan manajemen pakan.
Gunarto dan Hendrajat (2008) mengemukakan bahwa laju tumbuh udang
vaname di tambak dipengaruhi oleh suplai pakan yang diberikan, pemupukan, aerasi,
dan sintasan udang yang dibudidayakan. Penggunaan kincir air, pemasangan
biosecurity, pengelolaan kualitas air, penggunaan pakan komersial dengan
kandungan protein yang tinggi, penggunaan probiotik dan alat-alat pendukung lainnya
perlu disiapkan untuk menunjang keberhasilan budidaya udang vaname. Manajemen
pakan perlu diterapkan di unit usaha budidaya agar pengeluaran pakan dapat ditekan
dan produksi yang dihasilkan dapat maksimal. Penulis memilih lokasi Praktik Kerja
Lapang II (PKL II) di UPT PBL (Unit Pelaksana Teknik Pengembangan Budidaya Laut)
Situbondo dikarenakan instansi tersebut memiliki standar operasional yang baik
tentang manajemen pakan, fasilitas yang memadai dan teknisi yang handal sehingga
dapat dijadikan tempat yang ideal untuk menambah wawasan dan keterampilan
mengenai budidaya air payau khususnya manajemen pakan pada pembesaran udang
vaname sesuai dengan capaian yang ditargetkan pada pelaksanaan PKL II ini.

1
1.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan PKL II adalah:
1. Untuk memperoleh pengetahuan dan wawasan tentang teknik pembesaran
udang vaname.
2. Untuk memperoleh pengetahuan tentang manajemen pengelolaan pakan
pada pembesaran udang vaname.

1.3 Manfaat
Manfaat dari kegiatan PKL II adalah untuk memperoleh pengetahuan dan
pengalaman secara langsung pada kegiatan pembesaran udang vaname, serta
meningkatkan kompetensi peningkatan keterampilan mengenai manajemen pakan
pada budidaya udang.

2
II. METODOLOGI

2.1 Tempat dan Waktu Pelakasanaan


Kegiatan PKL II dilaksanakan di UPT PBL Situbondo yang berlokasi di Jalan
Raya Pasir Putih, Tromol Pos 1, Dusun Kembangsambi, Desa Pasir Putih, Kecamatan
Bungatan, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Kegiatan PKL II ini dilaksanakan pada
tanggal 16 September 2018 sampai 13 Oktober 2018.

2.2 Metode
Metode yang digunakan dalam PKL II menggunakan dua metode yaitu survei
dan magang. Metode survei yaitu penyelidikan secara langsung di tempat, untuk
memperoleh fakta dan gejala-gejala yang ada dengan mencari keterangan secara
faktual tentang pengelolaan air dan manajemen pakan pada budidaya udang vaname.
Untuk memperoleh keterampilan di lapangan, digunakan metode sistem magang
(Nazir, 1988). Menurut Narbuka, et al (2005), sistem magang adalah suatu metode
belajar dalam bentuk praktik secara langsung di tempat yang digunakan untuk
magang yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan kecakapan dalam
berkreativitas, sikap kritis, rasa percaya diri, dan jiwa kewirausahaan.

2.3 Sumber Data


2.3.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan
oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya.
Data primer diperoleh dari sumber informan yaitu individu atau perseorangan seperti
hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Data primer ini meliputi catatan hasil
wawancara, hasil observasi lapangan, data-data mengenai informan (Hasan, 2002).
Data ini diperoleh secara langsung dengan melakukan pengamatan dan pencatatan
dari hasil observasi, wawancara dan partisipasi aktif yang dilakukan di UPT PBL
Situbondo. Data primer yang dikumpulkan selama PKL II meliputi sejarah UPT PBL
Situbondo, struktur organisasi UPT PBL Situbondo, dan manajemen pakan pada
kegiatan pembesaran udang vaname di UPT PBL Situbondo.

3
2.3.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan informasi yang dikumpulkan bukan untuk kepentingan
studi yang sedang dilakukan saat ini. Pengumpulan data sekunder digunakan untuk
beberapa tujuan lainnya. Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan, pustaka dan
arsip dari UPT PBL Situbondo yang ada hubungannya dengan manajemen pakan pada
pembesaran udang vaname. Data sekunder meliputi potensi perikanan di UPT PBL
Situbondo dan keadaan topografi lokasi. Pengumpulan data sekunder pada PKL II ini
dilakukan dengan cara mencatat data yang bersumber dari dokumen terkait serta data
pendukung lainnya yang bersumber dari wawancara dan internet.

2.4 Metode Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi, wawancara, dan
partisipan.
a. Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembesaran udang
vanameserta mencatat secara sistematis gejala-gejala yang diamati.
b. Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung
secara lisan dimana orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara
langsung informasi dan keterangan.
c. Partisipasi aktif adalah teknik pengumpulan data yang mengharuskan
peneliti melibatkan diri dalam kehidupan masyarakat yang diteliti untuk dapat
melihat dan memahami gejala-gejala yang ada sesuai maknanya (Patilima,
2005). Partisipasi yang dilakukan dalam PKL II ini adalah berupa
keikutsertaan secara aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan di UPT PBL
Situbondo.
d. Dokumentasi merupakan suatu cara pencatatan dan penyalinan dari suatu
data yang dibutuhkan untuk suatu penelitian dengan suatu media (Fenni,
2013).

4
2.5 Metode Pengolahan Data
Dalam mengolah seluruh data yang diperoleh selama pelaksanaan PKL II,
penulis menggunakan teknik editing dan tabulating yang didefinisikan sebagai berikut:
a. Editing
Sebelum data diolah data yang diperoleh perlu di-edit terlebih dahulu.
Dengan perkataan lain data atau keterangan yang telah dikumpulkan dalam
record book, daftar pertanyaan atau pada interview guide perlu dibaca sekali
lagi dan diperbaiki jika disana-sini masih terdapat hal-hal yang salah atau
yang masih meragukan (Nazir, 1988).
b. Tabulating
Metode ini dilakukan dengan membuat tabulasi dengan memasukkan data
ke dalam tabel-tabel, dan mengatur angka-angka sehingga dapat dihitung
jumlah kasus dalam berbagai kategori (Nazir, 1988).

2.6 Analisis Data


Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek dalam penelitian dapat
berupa orang, lembaga, masyarakat dan lainnya yang pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau apa adanya (Nazir,1988). Tujuan dari
praktik kerja lapangan 2 ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antarfenomena yang diselidiki. Metode deskriptif adalah suatu metode yang
digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak
digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.
nalisis data ini digunakan untuk mengetahui apakah proses budidaya telah
dilakukan sesuai prosedur dengan benar, menyangkut aspek fasilitas budidaya,
proses budidaya. Keberhasilan pengelolaan pakan pada pembesaran udang vaname
dapat dilihat dari:

5
1. Perhitungan konversi pakan dilakukan dengan menggunakan rumus dari
NRC (1977), yaitu:
𝐹
𝐹𝐶𝑅 =
𝐵𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠
Keterangan: FCR = Feed Conversion Ratio (Rasio Konversi Pakan), F =
Jumlah pakan yang diberikan selama pratik (kg), Biomass = Biomassa udang
di akhir pemanenan (kg).
2. Kondisi Lingkungan atau kualitas air pada media yang berhubungan dengan
bak pembesaran udang vaname.
3. Perkembangan penyakit yang menyerang pada saat pembesaran udang
vaname yang berhubungan dengan pakan.

2.7 Jadwal Kegiatan


Selama praktik kerja lapang 2, sebelum pratik sudah menyusun jadwal kegiatan
yang akan digunakan sebagai acuan kegiatan. Jadwal kegiatan ini dilaksanakan
selama Praktik Kerja Lapang II mengenai Manajemen Pakan Pada Pembesaran Udang
Vaname (Litopenaeus vannamei) di Unit Pelaksana Teknik Pengembangan Budidaya
Laut (UPT PBL) Kabupaten Situbondo dapat dilihat pada Rencana Kegiatan PKL II
yang tertera pada Lampiran 1.

6
I. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Berdirinya Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Budidaya Laut


Situbondo
Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Budidaya Laut (UPT PBL) Situbondo
didirikan pada tahun 1979 berdasarkan Surat Keputusan Departemen Pertanian No.
1663/B/1979 dengan nama Proyek Pengembangan Unit Pembinaan Udang Windu di
bawah pengawasan Departemen Pertanian Unit Organisasi Direktorat Jenderal
Perikanan. Lalu, diubah namanya menjadi Unit Pembenihan Udang Windu (UPUW)
berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur No. 23
Tahun 1987 tanggal 29 januari 1987.
Tujuan dari unit pembenihan udang windu adalah untuk melaksanakan
pembinaan usaha golongan ekonomi menengah ke bawah khusus di bidang
pembenihan udang kepada nelayan dan petani ikan untuk meningkatkan
pendapatannya secara bertahap karena dianggap memiliki prospek yang baik. Seiring
berjalannya waktu, perikanan mengalami perkembangan yang baik untuk budidaya
ikan selain udang windu, dimana benih udang windu adalah spesies binaan
utamanya. Pada tanggal 08 November 2001 UPUW bekerjasama dengan Assosiation
Technical Mission R.O.C (ATM) Taiwan untuk mempraktikkan usaha pengembangan
budidaya ikan laut yaitu pembenihan dan pembesaran ikan di kerapu di Keramba
Jaring Apung (KJA).
Berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor
23 Tahun 1987 tanggal 29 Januari 1987 tentang susunan organisasi dan tata kerja
Unit Pelaksana Teknis Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur, Unit Kerja
ini diberi nama Unit Pembinaan Pembenihan Udang Windu Situbondo, kemudian
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa
Timur Nomor 061/6614/116.01/2010 tentang Nomenklatur Unit Pengelola Budidaya,
Unit Pengelola Perikanan Tangkap Dan Unit Laboratorium Pada Dinas Perikanan Dan
Kelautan Provinsi Jawa Timur, Tertanggal 30 April 2010, Unit Pembinaan
Pembenihan Udang Windu (UPPUW) berubah nama menjadi Unit Pengelola
Budidaya Laut (UPBL) Situbondo yang diterapkan mulai tanggal 1 Juni 2010,
sedangkan Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Budidaya Laut. Berdasarkan
Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Timur Nomor 31 Tahun 2014 Tanggal 23 Mei 2014

7
tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Perikanan dan
Kelautan Propinsi Jawa Timur berubah nama dari UPBL Situbondo menjadi Unit
Pelaksana Teknis Pengembangan Budidaya Laut (UPT PBL).

3.2 Visi dan Misi Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Budidaya Laut
Situbondo
Berdasarkan Visi dan Misi Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur,
maka UPT PBL Situbondo menetapkan visinya yaitu “ terwujudnya unit pelaksana
teknis yang menghasilkan produk kelautan dan perikanan yaitu benih ikan atau udang
dan ikan konsumsi yang bermutu ”. Misinya adalah “ mewujudkan masyarakat
perikanan dan kelautan yang sejahtera melalui pengelolaan sumberdaya perikanan
dan kelautan yang berkelanjutan ”.

3.3 Lokasi dan Kondisi Geografis Unit Pelaksana Teknis Pengembangan


Budidaya Laut Situbondo
Lokasi UPT PBL Situbondo sebelah utara berbatasan dengan Selat Madura,
sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Raya Pasir Putih, sebelah barat berbatasan
dengan pembenihan udang milik PT. Windu Basuki, sebelah timur berdekatan dengan
Wisata Bahari Pasir Putih Situbondo. Luas keseluruhan UPT PBL adalah 11.093 m²
dengan total bangunan 1.705 m². Status kepemilikan lahan dan bangunan atas nama
Pemerintah Provinsi Jawa Timur e/q Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa
Timur berdasarkan sertifikat nomor 12.28.16.07.4.00021, hak pakai nomor 21 tanggal
31 Maret 2UPT PBL Situbondo terletak di Jl. Raya Pasir Putih, Tromol Pos 1 Desa
Pasir Putih, Kecamatan Bungatan, Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur.
Letak UPT PBL Situbondo berada di pantai utara bagian timur Provinsi Jawa
Timur, jarak lokasi 176 km dari Kota Surabaya dan 120 km ke Kota Banyuwangi. Unit
Pelaksana Teknis Pengembangan Budidaya Laut Situbondo merupakan daerah pusat
usaha pembenihan udang dan ikan yang yang terbesar di Indonesia, sebagai pusat
produksi benih udang dan ikan, budidaya laut dan sebagai penghasil ikan hias laut
dan tempat wisata bahari seperti wisata pantai, pemancingan ikan laut, perahu layar,
selancar, speed boat, penyelaman (diving), dan lain sebagainya.

8
Gambar 1. Lokasi Unit Pelaksanaan Teknis Pengembangan Budidaya Laut
Situbondo .
Berdasarkan topografi lokasi, UPT PBL Situbondo terletak dekat pantai dengan
elevasi landai dan kondisi pantai berpasir serta sedikit berkarang. Kualitas air baik dan
jernih serta sangat mendukung untuk kegiatan pembenihan udang maupun ikan.
Keadaan alam sebelah utara menghadap Selat Madura, keadaan ombak relatif kecil
dengan arus air yang sedang. Bagian barat lokasi terdapat Sungai Mlandingan dan
bagian timur terdapat Sungai Panarukan. Kondisi topografi bagian selatan lokasi
terdapat daerah perbukitan yang disebut Bukit Ringgit. Curah hujan pada lokasi
sedang dengan suhu udara berkisar 28–29 ⁰C. Gambar lokasi UPT PBL dapat dilihat
pada Gambar 1.

3.4 Organisasi dan Ketenagakerjaan


3.4.1 Jenis Perusahaan atau Instansi
Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Budidaya Laut (UPT PBL) Situbondo
merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Situbondo mempunyai posisi strategis jika
ditinjau dari aspek potensi pengembangan perikanan budidaya, khususnya
pengembangan budidaya laut. Secara geografis perairan laut Situbondo berada di
Pantai Utara Jawa Timur yang lokasinya berada di tengah-tengah bagian utara adalah
Kepulauan Madura, bagian Barat Kabupaten Probolinggo, bagian Timur Kabupaten
Banyuwangi, dan bagian selatan Kabupaten Jember. Lokasi sangat strategis jika
dijadikan tempat percontohan dan pengembangan budidaya laut bagi pembudidaya
di sekitarnya. Selain itu lokasinya merupakan jalur yang menghubungkan dengan

9
Pulau Bali yang merupakan salah satu tujuan pemasaran bagi komoditas-komoditas
hasil budidaya laut yang mempunyai nilai ekonomis tinggi seperti ikan kerapu dan
lobster.

3.4.2 Struktur Organisasi dan Kepegawaian di UPT PBL


Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Timur Nomor 31 Tahun 2014
Tanggal 23 Mei 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas
Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur berubah nama dari UPBL Situbondo
menjadi Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Budidaya Laut (UPT PBL) yang
mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut:
Tugas : melaksanakan sebagian tugas dinas di bidang kaji terap dan diseminasi
teknologi, produksi, pelayanan usaha dan jasa perikanan budidaya laut.
Fungsi : a. Pelaksanaan kaji terap dan diseminasi teknologi perikanan budidaya
laut;
b. Pelaksanaan produksi benih dan budidaya ikan laut;
c. Pelaksanaan penyediaan benih ikan laut;
d. Pelaksanaan ketatausahaan dan rumah tangga; dan
e. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.
Susunan organisasi UPT PBL Situbondo terdiri atas:
1) Kepala UPT PBL Situbondo
2) Sub Bagian Tata Usaha
3) Seksi Produksi dan Pengembangan Teknologi
4) Seksi Pelayanan Usaha dan Jasa
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 31 Tahun 2014
Tanggal 23 Mei 2014 tentang struktur organisasi UPT PBL (Unit Pelaksana Teknis
Pengembangan Budidaya Laut) maka struktur organisasi UPT PBL Situbondo dapat
dilihat pada Lampiran 2.
Jumlah tenaga kerja di UPT PBL Situbondo berjumlah 29 orang, terdiri dari
18 orang pegawai negeri sipil, tiga orang PTT-PK (Pegawai Tidak Tetap dengan
Perjanjian Kerja), tiga orang petugas keamanan, satu orang petugas teknis, satu
orang sopir dan tiga orang cleaning service. Rincian jumlah pegawai tercantum pada
Tabel 1.

10
Tabel 1. Rincian jumlah pegawai di Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Budidaya
Laut .
Pegawai di UPT PBL Situbondo
No. Unit Kerja Petugas Petugas Cleaning
PPT
PNS Keamana Teknis Sopir Service Jumlah
-PK
n
1. Pimpinan 1 - - - - - 1
Sub -
2. 3 - 3 1 3 10
Bagian TU
Seksi
Produksi
3. dan 11 3 - 1 - - 15
Penerapan
Teknologi
Seksi
Pelayanan
4. 3 - - - - - 3
Usaha dan
Jasa
Jumlah 18 3 3 1 1 3 29

3.5 Fasilitas di Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Budidaya Laut


Situbondo
3.5.1 Fasilitas Utama
Fasilitas utama memiliki peran penting sebagai komponen dari kegiatan pembesaran
udang vaname. Fasilitas utama terdiri dari wadah dan tata Letak, air dan sistem
pengairan serta sistem aerasi.
a. Wadah dan Tata Letak
Wadah yang digunakan dalam kegiatan pembesaran udang vaname di UPT
PBL Situbondo, dibagi menjadi dua wadah yang memiliki fungsi tersendiri. Wadah ini
terdiri dari wadah pembesaran udang vaname dan wadah penampung air.

Wadah Pembesaran Udang Vaname


Wadah yang digunakan untuk pembesaran udang vaname memiliki fungsi
utama sebagai tempat pembesaran udang vaname mulai dari benur sampai udang
ukuran panen. Wadah pembesaran udang vaname ini berbentuk kolam beton yang
berukuran panjang 20 cm, lebar 8 cm, dan kedalaman 1,5 m. Wadah pembesaran
yang digunakan di UPT PBL Situbondo yaitu dua petak tambak yang menggunakan
sistem intesnsif. Wadah pembesaran ini dilengkapi dengan saluran pemasukan air

11
laut dan air tawar (inlet). Setiap wadah memiliki satu saluran air laut yang memiliki
ukuran diameter 6 inci, dan satu saluran air tawar yang memiliki ukuran 4 inci yang
terbuat dari pipa PVC merek NS 100. Saluran inlet ini diletakkan bertopangan dengan
wadah pembesaran. Saluran pembuangan (outlet) pada setiap tambak berjumlah satu
unit yang terbuat dari pipa PVC dengan diameter 8 inci. Saluran outlet diletakkan pada
dasar tambak yang langsung menyambung keluar bak pembuangan air. Pipa inlet dan
outlet dilengkapi dengan jaring berbahan polietilen (PE) penggunaannya dengan dua
lapisan pada inlet yang berfungsi sebagai filter fisik pemasukan air laut dan air tawar
yang terhubung dalam wadah pembesaran udang vaname, sedangkan outlet
berfungsi untuk mencegah udang yang berada di dalam tambak keluar ke saluran
pembuangan pada saat pembuangan limbah kotoran dan pada saat pemanenan.
Selain itu, wadah pembesaran udang vaname juga dilengkapi dengan anco
yang diletakkan pada dasar kolam dan diikat di tiang kolam. Setiap wadah
pembesaran memiliki dua anco yang diletakkan pada ujung kolam. Anco berukuran
40x28x7 cm, dan berbahan dasar plastik PP (poliropilene) dan memiliki bentuk persegi
panjang. Fungsi dari anco yaitu sebagai alat kontrol pakan (try method) dan untuk
melihat pertumbuhan udang. Fasilitas wadah pembesaran udang vaname di UPT PBL
Situbondo dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Wadah pembesaran udang vaname di Unit Pelaksana


TeknisPengembangan Budidaya Laut Situbondo

Wadah Penampungan Air Laut dan Air Tawar (Tandon)


Wadah penampungan air ini memiliki fungsi untuk wadah penampung air laut
dan tawar sementara, sebelum didistribusikan ke petakan pembesaran udang
vaname. Unit Pelaksana Teknis Pengambangan Budidaya Laut Situbondo memiliki

12
wadah penampungan air laut berbentuk kolam beton yang berjumlah satu petak yang
terdiri dari tiga bak wadah penampungan. Air dari laut tidak langsung diisi ke dalam
wadah petak pembesaran udang vaname melainkan dialirkan ke dalam bangsal bak
pembesaran ikan kakap putih. Ikan kakap putih berfungsi sebagai filter biologis air
laut. Sebelum air masuk ke petak, air terlebih dahulu disaring dengan menggunakan
strimin dengan ukuran 60 µ. Hal ini bertujuan untuk menyaring organisme carrier yang
dapat membawa virus dan menjadi kompetitor.

A
B

Gambar 3. Wadah penampung air di Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Budidaya


Laut Situbondo. a) wadah penampung tandon air tawar dan (b) Wadah
penampung air laut

Wadah penampungan air tawar berbentuk menara tandon air, yang berjumlah
tiga unit dan letak dari ketiga tandon ini terpisah dikarenakan menyesuaikan sumber
air tawar dari sumur bor. Namun, tando yang digunakan untuk pembesaran udang
vaname hanya satu petak penampung air laut, yang terdiri dari tiga bak. Untuk air
tawar juga digunakan satu tandon air. Selain untuk pembesaran udang vaname, bak
penampung air laut dan tandon air juga digunakan untuk pembesaran dan
pembenihan ikan kerapu, pembesaran rajungan, pembesaran ikan kakap, dan
pembenihan ikan hias air laut. Wadah penampung air yang digunakan di UPT PBL
Situbondo ada pada Gambar 3.

13
b. Air dan Sistem Pengairan
Air yang digunakan di tambak milik UPT PBL Situbondo berasal dari dua sumber
yaitu air awar dan air laut. Air tawar berasal dari air tanah yang diambil dengan pompa
air merk Jetpump Grundfos JD Basic 5 dengan spesifikasi berat 40,0 kg, diameter
pipa hisap 1,25 inci, panjang pipa hisap 50 m, maksimal level air 30 m, dan kapasitas
28 liter/m. Sebelum didistribusikan untuk keperluan sehari-hari, air tawar ditampung
ke dalam menara tendon air yang berbahan beton dengan ukuran 4x2,5x2m dan
menampung sekitar 20 cm3. Air tawar ini akan didistribusikan menggunakan pipa PVC
yang memiliki diameter 6 inci dengan panjang sekitar 500 meter yang ada di dalam
tanah. Air laut berasal dari Laut Perairan Selat Madura yang dialirkan ke kanal. Untuk
pengisian air tandon, air laut di kanal diambil menggunakan pompa stainless steel
merk Showpou (5 HP, 3 phase, 380 volt, dan 85 ampere) yang terdapat di kanal dan
pipa PVC diameter 8 inci sebagai penyalur air ke tandon. Jenis-jenis pompa yang
digunakan di UPT PBL Situbondo sebagaimana terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Pompa air yang digunakan di Unit Pelaksana Teknis Pengembangan


Budidaya Laut Situbondo (a) pompa air laut merek Showpou, (b) pompa air
tawar merek Jetpump Grundfos.

14
c. Sistem Aerasi
Sistem aerasi merupakan suatu sistem yang menyediakan kebutuhan oksigen
terlarut di tambak untuk menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang
vaname yang dibudidayakan. Kincir air yang digunakan pada setiap tambak berjumlah
tiga kincir air. Kincir yang digunakan yaitu kincir merek Neptunus dengan berat sekitar
50 kg dengan spesifikasi mode SL 1 HP, voltase 220 volt, kecepatan 1500 Rpm,
kekuatan 0,75Kw, kapasits oli 800ml, dan kuat arus 1,6A.
Kincir air diletakkan di permukaan air yang diikat dengan tiang beton yang ada
di pinggir kolam menggunakan tali rafia. Kincir air yang telah terpasang langsung
disambungkan ke sumber listrik menggunakan kabel anti-air dan langsung
tersambung ke panel listrik. Panel listrik sendiri memiliki fungsi untuk mengatur
penggunaan kincir.
Pemasangan arah putar kincir disesuaikan agar searah, yang memiliki tujuan
agar kincir dapat mensuplai oksigen secara merata pada petak tambak. Kincir
dioperasikan selama 24 jam penuh. Satu unit kincir menghabiskan biaya listrik
Rp.500.000/bulan. Pada saat listrik padam, maka sumber listrik diperoleh dari mesin
genset. Penggunaan jumlah kincir pada tambak milik UPT PBL Situbondo berbeda-
beda tergantung dengan umur udang. Pada saat udang berumur kurang 10 hari kincir
yang digunakan hanya dua unit saja. Saat umur udang lebih dari 20 hari maka kincir
ditambah satu, menjadi 3 kincir pada setiap petakan. Kincir untuk sistem aerasi di
tambak UPT PBL situbondo dapat dilihat pada Gambar 5.

15
Gambar 5. Kincir air untuk sistem aerasi pada tambak di Unit Pelaksana Teknis
Pengembangan Budidaya Laut Situbondo

3.5.2 Fasilitas Pendukung


a. Energi
Tambak milik UPT PBL Situbondo menggunakan sumber energi listrik yang
berasal dari Perusahaan Milik Negara (PLN) dan generator set (genset). Energi listrik
dari PLN memiliki daya sebesar 23.000 KVA, sedangkan genset merupakan energi
listrik cadangan, yang digunakan pada saat listrik PLN terjadi pemadaman. Genset
yang digunakan yaitu genset dengan merk Perkin dan memiliki spesifikasi tipe Perkins
403D- 11G, 10 KVA, 8 KW, dan frekuensi 50Hz. Genset ini menggunakan bahan
bakar solar dalam pengoperasiannya. Bahan bakar solar ditampung pada wadah
drum plastik yang ditempatkan dalam gudang mesin sebelum digunakan untuk
menghidupkan genset. Sumber energi listrik di UPT PBL Situbondo dapat dilihat pada
Gambar 6.

A B

Gambar 6. Sumber energi listrik di Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Budidaya


Laut Situbondo. (a) gardu listrik (PLN) dan (b) generator set (genset)

16
b. Bangunan dan Fasilitas Lainnya
Fasilitas pendukung lain yang ada di Unit Pelaksana Teknis Pengembangan
Budidaya Laut (UPT PBL) yaitu bangunan dan fasilitas lainnya dengan jumlah
bangunan yang ada pada Tabel 2. Bangunan di UPT PBL Situbondo terdiri dari kantor,
ruang pelayanan, ruang makan, aula, musholla, laboratorium, rumah dinas, asrama
untuk peserta Praktik Kerja Lapang (PKL) atau penelitian, pos jaga (satpam), bangsal,
kamar mandi, tandon air tawar, tandon air laut, gudang pakan, gudang mesin,
perpustakaan, dan guest house. Bentuk bangunan yang ada pada UPT PBL
Situbondo dapat dilihat pada Lampiran 3.
Tabel 2. Rincian bangunan di Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Budidaya Laut
Situbondo.
No Jenis Bangunan Jumlah Unit
1 Kantor 1
2 Ruang Pelayanan 1
3 Ruang Makan 1
4 Asrama Peserta PKL atau Magang 25
5 Aula 1
6 Laboratorium 1

7 Mushola 1
8 Wadah Air Tawar 1
9 Gudang Peralatan 1
10 Wadah Penampung Air Laut 6
11 Rumah Dinas Pegawai 5
12 Pos Jaga (Satpam) 1
13 Bangsal 8
14 Perpustakaan 1
15 Showroom 1
16 Guest House 2

17
3.6 Kegiatan Pembesaran Udang Vaname di Unit Pelayanan Teknis
Pengembangan Budidaya Laut Situbondo.
1.6.1 Biologi Udang Vaname
Udang vaname atau udang putih merupakan udang yang berasal dari Pasifik
(Pacific white shrimp) golongan decapoda yang masuk dalam famili penaeidae. Tubuh
udang vaname dibentuk oleh dua cabang atau biramous yaitu exopodite dan
endopodite. Udang vaname memiliki tubuh berbuku-buku dan aktivitas berganti kulit
luar atau eksoskeleton secara periodik (moulting) (Haliman & Adiwijaya, 2006).
Kepala udang vaname terdiri dari antenula, antena, mandibula, dan dua pasang
maxilae. Kepala udang vaname juga dilengkapi dengan tiga pasang maxiliped dan
lima pasang kaki berjalan (peripoda) atau kaki sepuluh (decapoda). Siklus hidup
udang vaname, yaitu setelah telur menetas keluar burayak larva yaitu nauplius. Dalam
waktu 46-50 jam nauplius berubah menjadi burayak kedua yaitu zoea. Setelah 5 hari
zoea berubah menjadi mysis, dalam waktu 4-5 hari mysis berubah menjadi burayak
tingkat akhir yaitu post-larva. Selama hidupnya post-larva berkeliaran di pantai, di
dearah air payau, post-larva tumbuh menjadi udang muda atau juvenil. Menjelang
dewasa udang ini mempunyai tugas untuk berkembang biak (Suyanto & Mudjiman,
2002). Udang vaname memiliki sifat kanibal, omnivor, detrivor dan nokturnal. Udang
vaname memiliki keunggulan dibanding udang lain seperti lebih tahan terhadap
penyakit bintik putih atau White Spot Syndrome Virus (WSSV) dan lebih tahan stress
(Haliman & Adiwijaya, 2006). Taksonomi udang vaname adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia
Sub kingdom : Metazoa
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Subkelas : Eumalacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Subordo : Dendrobrachiata
Famili : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei

18
Gambar 7. Morfologi udang vaname
Sumber: Haliman dan Adiwijaya (2006)

1.6.2 Persiapan Media Budidaya


Teknik Pembesaran
Kegiatan pokok dalam pembesaran udang vaname adalah persiapan lahan,
penebaran benur, pengelolaan pakan, pengelolaan kualitas air, monitoring
pertumbuhan, pengendalian hama dan penyakit, panen dan penanganan pascapanen.
Tambak UPT PBL Situbondo menggunakan sistem pembesaran udang vaname secara
intensif.

Persiapan Petak Tambak


Persiapan tambak adalah salah satu hal yang penting dalam budidaya baik
pembesaran maupun pembenihan. Kegiatan persiapan wadah pembesaran udang
vaname milik UPT PBL Situbondo dilakukan kurang lebih selama satu minggu dalam
satu siklus. Kegiatan persiapan tambak di UPT PBL Situbondo sudah mengikuti
prosedur yang ada. Persiapan tambak meliputi pengeringan, pembersihan dasar
tambak, pembersihan peralatan, perbaikan pematang, persiapan pembutan anco,
perakitan kincir, dan pengisian air.

19
Pengeringan dan Pembersihan Petak Tambak
Pada tahap persiapan, pengeringan petak tambak yang ada di UPT PBL
Situbondo dilakukan sebanyak dua kali. Pengeringan yang pertama dilakukan setelah
panen total pada siklus sebelumnya. Pengeringan tahap pertama dilakukan selama 2
hari. Pengeringan tambak bertujuan untuk membunuh organisme patogen (jamur,
bakteri, virus, dan protozoa) dengan penyinaran matahari secara lagsung, membunuh
hama dan menghilangkan senyawa tereduksi seperti amoniak, H2S, nitrit, dan metan
yang mempunyai sifat toksik dari sisa budidaya sikslus sebelumnya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Suyanto dan Mujiman (2002) yang menyatakan bahwa pengeringan
lahan akan membunuh hama dan organisme patogen penyebab penyakit, penguapan
gas beracun H2S dan metan serta mengoksidasi amoniak.
Setelah pengeringan yang pertama kemudian dilakukan pembersihan dinding
dan lantai dasar petak tambak. Pembersihan dilakukan dengan cara membersihkan
dengan sabun atau deterjen yang bersifat antiseptik maupun desinfektan sambil disikat
secara merata, kemudian disemprotkan air yang mengalir. Sikat yang digunakan
sebelumnya dicuci dengan cairan desinfektan. Dengan cara ini maka lumut, lumpur
dan kotoran-kotoran lain yang telah mengering akan ikut terbawa arus semprotan air,
kemudian kotoran-kotoran akan mengalir mengikuti arus air menuju outlet. Setelah
petak tambak bersih, maka dilakukan pengeringan dengan bantuan sinar matahari.
Pengeringan yang kedua ini dilakukan selama 1-2 minggu, sehingga total kegiatan
pengeringan dilakukan selama ± 2 minggu.

Pengecekan dan Pemasangan Sarana Tambak


Pengecekan dan perbaikan peralatan merupakan kegiatan untuk memeriksa
kelayakan kondisi peralatan penunjang seperti inlet, outlet, anco dan kincir air. Apabila
terjadi kerusakan maka segera dilakukan perbaikan agar kegiatan budidaya tidak
terhambat. Pipa central drain, sebelum dipasang, pipa terlebih dahulu dibungkus
dengan waring sebagai saringan agar udang tidak ikut tersedot. Setelah itu dilanjutkan
dengan pemasangan anco pada sisi tambak. Pada UPT PBL Situbondo, terdapat tiga
anco pada setiap tambak. Selain itu ada beberapa hal lain yang perlu juga dipersiapkan
seperti gayung untuk menebarkan probiotik, ember untuk wadah pakan, serok untuk
menebarkan pakan, dan lain-lain. Kincir air yang akan digunakan dicek terlebih dahulu

20
seperti mesin dan alat penggeraknya. Kincir air juga harus dibersihkan sebelum
digunakan.

Pengisian Air
Pengisian air tambak dilakukan dengan memompa air laut yang berasal dari
bangsal pembesaran ikan kakap putih yang memiliki jarak ± 500 meter dari petak
pembesaran udang vaname dengan salinitas 29-34 ppt yang dialirkan melalui pipa
berukuran 6 dim. Air laut terlebih dahulu ke dalam bangsal bak pembesaran ikan kakap
putih yang bertujuan sebagai filter biologis. Menurut Subandriyo (2001), ikan kakap
digunakan sebagai filter biologi, karena dapat berfungsi dalam memanfaatkan
biomassa fitoplankton dan bahan terurai, membantu daur ulang nutrien dan menjaga
kestabilan perkembangan fitoplankton serta dapat mengurangi beban lingkungan yang
berasal dari partikel organik. Air tawar berasal dari tandon air. Setelah itu, air laut dan
air tawar dicampur ke dalam petak tambak dengan salinitas rata-rata 26-30 ppt. Petak
tambak diisi air setinggi 130 cm.
Sterilisasi air dilakukan juga dengan pemberian Nuvac dengan dosis 1 ppm yang
bertujuan untuk membunuh sejenis crustacea yang merupakan carier atau pembawa
penyakit serta hama kompetitor. Nuvac ditebar secara merata ke seluruh kolam. Pada
hari berikutnya, ditebar cupri sulfat (CuSO4) dengan dosis 2 ppm yang bertujuan untuk
membunuh bibit-bibit tiram, trisipan, sejenis molusca lainnya dan lumut. Sterilisasi yang
terakhir yaitu dengan pemberian kaporit dengan dosis 3 liter dan diendapkan selama 2
hari, yang bertujuan untuk menetralkan air pada petak budidaya dari bahan nuvac dan
kupri sulfat yang berbahaya bagi kehidupan udang. Hal ini sesuai dengan pendapat
Amri (2008) yang menyatakan bahwa saat persiapan air dilakukan sterilisasi dengan
menambahkan desinfektan berupa cupri sulfat, kaporit, atau bahan lain. Sterilisasi
pada petak tambak bertujuan untuk membunuh berbagai jenis mikroorganisme yang
ada pada petak tambak agar air steril dan siap untuk digunakan untuk proses budidaya.

Pemasangan Kincir
Jumlah penggunaan kincir air di tambak UPT PBL Situbondo bertahap
tergantung umur udang. Saat umur udang vaname kurang dari 10 hari kincir air yang
digunakan sebanyak satu unit. Saat udang berumur 10 hari dan seterusnya kincir air
ditambah dua unit, sehingga pada setiap petak tambak terdapat tiga kincir air. Kincir di

21
tambak UPT PBL Situbondo dipasang sesuai dengan arah jarum jam, supaya kotoran
dan sisa pakan dapat terkumpul di tengah tambak, sehingga memudahkan
pembuangan kotoran melalui central drainase dan mengurangi death zone. Fungsi
kincir antara lain adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan suplai kandungan oksigen terlarut atau dissolved oxygen
(DO) dalam tambak.
2. Menimbulkan arus sehingga kotoran dan sisa pakan dapat terkumpul di
tengah tambak.
3. Meminimalisir stratifikasi (perbedaan) suhu pada perairan tambak.
Hal ini sama dengan pendapat Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi
Tengah (2009) yang menyatakan bahwa penggunaan kincir dimaksudkan untuk
menambah suplai oksigen ke dalam media budidaya melalui pergerakan air yang
ditimbulkan oleh kincir tersebut. Tujuan lain peggunaan kincir adalah untuk
mengumpulkan bahan-bahan organik seperti kotoran udang, sisa pakan serta bahan
endapan lain pada sudut yang dikehendaki agar dapat dikeluarkan dengan mudah.
Tata letak kincir dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Tata letak kincir air pada tambak Unit Pelaksana Teknis Pengembangan
Budidaya Laut Situbondo

Penumbuhan Plankton
UPT PBL Situbondo menggunakan penumbuhan plankton adapun alasan
penggunaan sistem plankton ini karena plankton lebih bisa menjaga kualitas air.
Penumbuhan plankton pada tahap awal budidaya yaitu dengan cara pemupukan pada
air menggunakan hasil fermentasi probiotik Super NB. Super NB merupakan probiotik
yang mengandung bakteri menguntungkan seperti Bacillus sp., Pseudomonas sp.,
Nitrosomonas sp., Aereobacter sp., dan Nitrobacter sp. Jenis bakteri tersebut berguna

22
untuk menunjang pertumbuhan plankton dan meningkatkan populasi bakteri yang
menguntungkan.
Pembuatan probiotik yang difermentasi dilakuan secara anaerob (tanpa
diaerasi) menggunakan komposisi bahan di antaranya 2 kg dedak halus, 1 liter
supermedia atau molase yang sudah ditambah dengan bahan-bahan khusus, 9 gram
ragi tape, 9 liter air tawar dan 250 ml probiotik Super NB. Setelah semua bahan
dicampur secara merata maka bahan–bahan tersebut ditutup dan didiamkan selama
24 jam. Tujuan dari fermentasi ini adalah diharapkan probiotik yang difermentas
tersebut mampu menjadi pupuk organik yang mampu menumbuhkan zooplankton.
Hal ini sesuai dengan pendapat Kordi (2007) yang mengatakan bahwa pemupukan
digunakan untuk memasok unsur hara yang sangat diperlukan seperti nitrogen, fosfor
dan kalium untuk pertumbuhan fitoplankton yang terkait dengan produksi oksigen dan
pakan alami.
Pemupukan dilakukan dengan cara menebar hasil fermentasi super NB yang
telah didiamkan selama 24 jam secara merata pada petak tambak. Waktu pemupukan
biasanya pada pagi hari yaitu sekitar pukul 08.00 di saat cuaca cerah. Hal ini
dimaksudkan agar proses fotosintesis terjadi secara maksimal. Apabila cuaca cerah,
maka plankton akan tumbuh dalam waktu 2–3 hari setelah pemupukan. Pada tahap
persiapan, proses pemupukan ini dapat berlangsung selama 2 minggu. Dalam 1
minggu dapat ditebar probiotik yang difermentasi sebanyak satu kali.

Pengamatan dan Penebaran Benur


Benur atau benih udang merupakan selah satu komponen terpenting pada
pembesaran udang vaname. Benur yang digunakan di tambak UPT PBL Situbondo
yaitu ukuran stadia PL10 (post-larva 10) dan merupakan benur F1 dan SPF (specific
pathogen free). Untuk mengetahui ciri-ciri benur yang baik, sebelum benur udang
vaname ditebar, dilakukan pengamatan secara visual terlebih dahulu. Benih udang
vaname mempunyai ukuran yang seragam, warna bening transparan, sirip ekor dan
uropods mengembang tiga buah, menandakan benih sudah layak untuk ditebar dan
aktivitas renang yang aktif melawan arus. Setelah dilakukan pengamatan, tahap
berikutnya adalah penghitungan benur secara manual untuk mengetahui jumlah benur
dalam satu kantong. Penghitungan dilakukan dengan cara mengambil sampel
sebanyak dua kantong pada setiap mobil. Selanjutnya benur dihitung secara manual

23
menggunakan centong nasi. Proses penghitungan benur secara manual dapat dilihat
pada Gambar 9. Benur dibeli dari hatchery PT. Delta Besuki yang dikirim menggunakan
mobil truck box.

Gambar 9. Proses penghitungan pengamatan benur secara manual

Penebaran benur dilakukan pada sore hari pukul 16.00-18.00 WIB dikarenakan
suhu masih stabil sehingga benur yang akan ditebar tidak menglami stress. Penebaran
benur diawali dengan mengambil kantong plastik berisi benur, kemudian dimasukkan
ke dalam petak tambak dalam kondisi kantong masih tertutup. kemudian air dalam
petak tambak disiramkan pada kantong untuk mempercepat proses aklimatisasi.
Aklimatisasi dilakukan kurang lebih selama 15-20 menit. Setelah itu kantong dibuka
dan benur ditebar secara perlahan-lahan ke dalam petak tambak. Jumlah benur yang
ditebar total keseluruhan 150.000 ekor dan dibagi menjadi 2 sehingga setiap tambak
benur yang ditebar yaitu sebanyak 75.000 ekor dalam tambak yang berukuran
20x8x1,5 m dengan padat tebar 313 ekor/m2. Proses aklimatisasi sebelum penebaran
benur dapat dilihat pada Gambar 10.

24
Gambar 10 Penebaran benur di tambak Unit Pelaksana Teknis Pengembangan
Budidaya Laut Situbondo

3.6.3 Manajemen Pakan


Manajemen pakan yang baik merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam
kegiatan usaha budidaya pembesaran udang vaname. Hal ini dikarenakan sekitar 70%
dari seluruh biaya operasional adalah dari pakan. Pakan harus diperhatikan
kualitasnya, misalnya kestabilannya atau ketahanan dalam air tinggi (lebih dari dua
jam) dan tidak cepat hancur. Pakan udang yang baik baunya amis segar dan dapat
menarik nafsu makan udang. Pakan udang tersebut harus tenggelam dalam air karena
udang makan di dasar perairan.

Bentuk dan Jenis Pakan


Penggunaan pakan yang berkualitas diharapkan dapat membuat udang tumbuh
dengan baik. Selain itu nutrisi yang diperlukan udang juga harus dapat terpenuhi dari
pakan tersebut sehingga efisien dalam pemberiannya. Pakan yang digunakan dalam
pembesaran udang vaname di UPT PBL Situbondo adalah pakan berbentuk crumble
dan pellet dengan merk Irawan yang diproduksi oleh PT. Central Proteina Prima.
Pakan dikemas pada wadah karung dengan netto 25 kg. Setiap pabrik pakan
mempunyai berbagai versi ukuran, bentuk, dosis serta frekuensi pemberian sehingga
disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Bentuk, dosis dan frekuensi pemberian
pakan yang digunakan UPT PBL Situbondo dapat dilihat pada Tabel 3.

25
Tabel 3. Bentuk, dosis dan frekuensi pemberian pakan yang digunakan di Unit
Pelaksana Teknis Pengembangan Budidaya Laut Situbondo.
Berat Udang Pemberian Pakan Frekuensi
No Kode Bentuk Pakan (mm)
(gr) (% berat tubuh) (kali/hari)
1 681 V Crumble 0,425 x PL 13-1,0 10,0-8,0 3
0,71
2 682 V Crumble 0,71 x 1.0 1-2 8,0–7,5 4
3 683 PV Crumble 1,0 x 2,0 2-5 7,5–4,5 5
4 683-SP Pellet 1,8 x 2,0 5-14 4,5–2,5 5
5 684 SV Pellet 1,8 x 4,0 14-22 2,5–1,7 5
6 684-S Pellet 2,0 x 5,0 22-panen < 1,7 5

Seperti pada Tabel 3, pakan pada waktu udang masih stadia PL hingga berat
udang 5 gram masih menggunakan pakan berbentuk crumble dengan pemberian
pakan 10-4,5% dari berat tubuhnya, sedangkan pellet mulai diberikan pada saat berat
udang mencapai > 5 gram hingga panen dengan pemberian pakan 4,5 sampai < 1,7%
dari berat tubuh. Sementara itu frekuensi pemberian pakan dilakukan tiga kali untuk
udang pada saat tebar hingga berat 1 gram, kemudian untuk berat 1-5 gram diberi 4
kali sehari. Frekuensi pemberian pakan sebanyak lima kali sehari dilakukan pada saat
berat udang sudah mencapai 5 gram hingga panen. Gambar 11 menunjukkan bentuk
pakan crumble dan pellet merek Irawan.

A B

Gambar 11 Bentuk pakan merek Irawan. (a) crumble, (b) pellet.

Untuk mendukung kelangsungan hidup serta pertumbuhan udang yang optimal,


udang membutuhkan nutrisi yang tinggi dari pakan. Nutrisi tersebut dimanfaatkan oleh
tubuh udang sebagai sumber energi yang digunakan untuk pertumbuhan dan
kelangsungan hidupnya. Protein digunakan untuk menyusun jaringan serta mengganti
jaringan lama dan rusak di dalam tubuh udang. Selain itu juga terdapat beberapa
nutrien penunjang lainnya. Kandungan nutrisi pakan udang dapat dilihat pada Tabel
4.

26
Tabel 4. Kandungan nutrisi pakan merk Irawan yang di produksi oleh PT. Central
Proteina Prima
Protein Lemak Serat Kadar Air
No Kode
(%min.) (%min.) (%max.) (%max.)
1 681 V 30 5 4 12
2 682 V 30 5 4 12
3 683 PV 30 5 4 12
4 683-SP 30 5 4 12
5 684 SV 28 5 4 12
6 684-S 28 5 4 12

Berdasarkan data pada Tabel 4. diketahui bahwa kandungan protein pakan


yang digunakan di UPT PBL Situbondo berkisar antara 29-30%, lemak 5%, serat 4%,
kadar abu 13%, dan kadar air 12 %. Data tersebut sesuai dengan pendapat Kordi
(2010) yang menyatakan bahwa nutrisi protein sangat penting bagi tubuh, karena zat
ini mempunyai fungsi sebagai bahan-bahan dalam tubuh serta sebagai zat
pembangun, zat pengatur dan zat pembakar. Udang vaname ukuran post-larva
membutuhkan 40% protein dalam pakannya, sedangkan juvenil membutuhkan protein
30% dengan kadar lemak berkisar antara 5% sampai 7%.

Penyimpanan Pakan
Untuk menjaga kualitas pakan diperlukan cara penyimpanan yang baik dan
benar karena dengan penyimpanan yang baik dan benar, makan pakan tidak akan
mudah berjamur, menggumpal dan berbau apek. Cara penyimpanan pakan di UPT
PBL Situbondo adalah sebagai berikut:
1. Pakan disimpan di gudang pakan dengan suhu ruangan 25 oC.
2. Alas tempat tumpukan pakan dibuat dari kayu yang disusun. Hal ini dilakukan
agar pakan tidak lembab dan tetap kering, sehingga dapat mencegah tumbuhnya
jamur pada pakan terutama pada musim hujan.
3. Pakan disusun berbentuk persegi dengan tumpukan maksimum 10 sak pakan.
Hal ini bertujuan agar tumpukan pakan tidak mudah roboh dan mempermudah
ketika pengambilan pakan.
4. Menggunakan konsep first in first out (FIFO) yaitu pengambilan pakan
berdasarkan urutan kedatangan pakan. Pakan yang masuk terlebih dahulu,

27
dikeluarkan terlebih dahulu sehingga pakan yang berada dalam gudang tidak
tersimpan terlalu lama.
Hal ini sesuai dengan pendapat Kordi (2010) yang menyatakan bahwa ruang
penyimpanan pakan harus kering dengan sirkulasi udara yang baik dan sinar yang
tidak berlebihan. Selain itu, suhu di dalam ruangan penyimpanan pakan diusahakan
seragam. Pakan disusun di atas papan atau kayu sebagai alas dengan ketinggian 15
cm di atas lantai. Antar tumpukan pakan harus diberi jarak, gudang tempat
penyimpanan pakan harus bersih. Pakan dalam gudang jangan terkena sinar
matahari secara langsung, sebab kualitas vitamin dan lemak yang terkandung di
dalamnya akan menurun. Susunan pakan dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Gudang pakan milik Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Budidaya

Laut Situbondo.

Frekuensi dan Waktu Pemberian Pakan


Pemberian pakan dilakukan mulai dua kali sehari sampai lima kali sehari.
Frekuensi pemberian pakan untuk udang umur 1-19 hari dilakukan sebanyak dua kali
sehari yaitu pada pukul 14.00 dan 22.00. Pada umur 20-34 hari dilakukan sebanyak
tiga kali sehari yaitu pada pukul 06.00, 14.00, dan 22.00, dan umur 35-88 hari
dilakukan sebanyak empat kali. Hal ini sependapat dengan Kordi (2010) yang
menyatakan bahawa umumnya frekuensi pemberian pakan udang dalam budidaya
semi intensif dan intensif mencapai 4-6 kali sehari dibanding dengan udang yang

28
dipelihara ekstensif (tradisional). Tabel 5 menunjukkan frekuensi pemberian pakan di
UPT PBL Situbondo dengan waktu pemberian pakan terdapat pada Lampiran 4.

Tabel 5. Frekuensi pemberian pakan di Unit Pelaksana Teknis Pengembangan


Budidaya Laut Situbondo.
Feeding Feeding Time
Umur
Frequency Pagi Siang Sore Malam
1-19 2 x x
20-34 3 x x x
35-88 4 x x x x

Cara Pemberian Pakan


Pemberian pakan dilakukan dengan cara manual yaitu mengelilingi tambak, dan
dilakukan dengan cara pakan ditebar secara merata ke seluruh bagian tepi tambak
atau feeding area karena pada bagian tepi arus air lebih lemah dibanding bagian
tengah, sehingga pakan tidak langsung terbawa arus ke bagian tengah tambak yang
merupakan tempat berkumpulnya kotoran atau lumpur yang disebabkan putaran arus
air yang tercipta dari putaran kincir. Pemberian pakan mengikuti program feeding
schedule, dimana ukuran dan jenis pakan menyesuaikan dengan ukuran udang.
Feeding schedule yang diterapkan di tambak UPT PBL Situbondo ditentukan dengan
sampling sebagaimana dijelaskan pada Tabel 6, sedangkan cara pemberian pakan
pada udang dilakukan sebagaimana terlihat pada Gambar 13.

Tabel 6. Jadwal pemberian pakan di Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Budidaya


Laut Situbondo. (feeding schedule).
Jumlah Pakan/Hari Jumlah Pakan/Hari
Umur Udang (hari) Umur Udang (hari)
(kg) (kg)
1-3 0,5 kg 23-27 2kg
4-6 0,75 kg 28-39 2,5kg
7-12 1kg 40-63 3kg
13-17 1,3 Kg 64-71 4kg
18-22 1,7kg 72-88 5kg

29
Gambar 13. Cara pemberian pakan untuk Udang Vaname yang dilakukan di Unit
Pelaksana Teknis Pengembangan Budidaya Laut Situbondo.

Sampling
Penentuan dosis pakan di UPT PBL Situbnddo menggunakan cara penentuan
dosis berdasarkan feeding rate (FR). Feeding rate merupakan persentase pemberian
pakan harian yang ditentukan berdasarkan ABW (Averange Body Weight) dan
dihitung dari jumlah biomassa udang. Untuk mengetahui FR maka harus dilakukan
sampling (Gambar 14.) terlebih dahulu untuk mengetahui berat udang rata-rata dan
biomassa udang dalam petak rambak. Tujuan melakukan sampling adalah untuk
mengetahui ABW, ADG (average daily gain), dan total biomassa. Di samping itu
sampling juga dilakukan untuk mengetahui nafsu makan dan kesehatan udang.
Sampling di UPT PBL Situbondo dilakukan seminggu sekali dan dengan data yang
terdapat pada Tabel 7.

Tabel 7. Data sampling berat untuk penentuan dosis pakan di Unit Pelaksana Teknis
Pengembangan Budidaya Laut Situbondo
Sampling ADG
No. Tanggal
Petak A Petak B Petak A Petak B
1 17 September 2018 5 gram 5 gram
2 24 September 2018 6,5 gram 6,5 gram 0,15 0,15
3 2 Oktober 2018 7,8 gram 7,8 gram

30
Gambar 14. Kegiatan sampling untuk mengetahui berat udang rata-rata dan biomass
udang dalam petakan tambak

Feed conversion ratio (FCR) merupakan satuan untuk menghitung efesiensi pakan
pada budidaya untuk pembesaran atau penggemukan. Penggunaan FCR yang tepat
dapat menghasilkan pertumbuhan udang yang optimal dan penggunaan pakan yang
efisien. Dalam menentukan kebutuhan pakan perlu dilakukan pengecekan silang
antara kebutuhan pakan berdasarkan perhitungan FCR dengan hasil sampling.
Penggunaan pakan dengan penghitungan FCR dilakukan pada umur udang 30 hari
sampai panen dengan cara sampling. Setelah dilakukan sampling, maka dapat
diketahui berat rata-rata (ABW), biomassa dan populasi. Penghitungan ABW,
Biomassa, dan Populasi dapat dilihat pada Lampiran 3.
Penghitungan FCR sesuai prosentase kebutuhan pakan udang per hari
berdasarkan ABW (berat rata- rata) dan di hitung dari biomassa udang yang ada,
sehingga diperoleh perhitungan untuk petakan 1.

40 gr
ABW = = 5𝑔𝑟𝑎𝑚
8 ekor

Pada sampling 1 pada petak A tanggal 17 September 2018 di dapat ABW 5 gram,
untuk sampling berikunya dan sampling petak B bias dilihat pada table 7. Selanjutnya
perhitungan biomassa, yang di dapat dari pemberian pakan per hari dan FR,
menghitung biomassa sebagai berikut:

75000
%𝑆𝑅 = 𝑋100% = 0.5%
150000
31
75000X0,5X5
Biomassa = = 187,5𝑘𝑔
1000

Pada pengujian sampling pertama di dapat biomassa sebesar 187,5kg patak petak A,
dari penghitungan biomassa bisa di hitung FCR dalam menejemen pakannya sebagai
berikut:
360 𝑘𝑔
𝐹𝐶𝑅 = = 0,13
187,5 𝑘𝑔

Hasil FCR yang diperoleh 1: 0,13 antara petak A dan B sama karena diperlakukan
sama tampa ada pembeda.

3.6.4 Pengamatan Parameter Kualitas Air


Dalam pengelolaan kualitas air, kegiatan pengamatan parameter kualitas air
merupakan hal wajib yang harus dilakukan, karena melalui monitoring parameter
kualitas air dapat diketahui kondisi parameter air pada saat itu yang dapat menjadi
acuan untuk menentukan tindakan atau perlakuan selanjutnya untuk menjaga dan
mempertahankan kualitas air agar tetap baik sesuai dengan kebutuhan udang untuk
dapat hidup. Di UPT PBL Situbondo pengamatan parameter kualitas air dilakukan
seminggu sekali. Parameter kualitas air yang diukur di UPT PBL Situbondo meliputi
DO, salinitas, suhu, dan pH. Hasil pengamatan parameter kualitas air di tambak udang
vaname UPT PBL Situbondo dapat dilihat pada Tabel 8.

Table 8. Hasil pengamatan parameter kualitas air


Petak Tambak
A B
Tanggal
Salinitas DO Suhu Salinitas DO Suhu
pH pH
(ppt) (mg/l) (°C) (ppt) (mg/l) (°C)
17-09-2018 28 2,3 8,02 27 25 2,2 8,02 27
21-09-2018 23 2,5 8,04 29 23 2,5 8,04 29
27-09-2018 30 1,6 7,90 26 27 1,4 7,53 26
12-10-2018 29 6,3 7,75 27,3 29 5,6 7,68 27,2

32
Salinitas
Pengukuran salinitas dilakukan dengan cara mengambil sampel air pada petak
tambak kemudian sampel air diukur salinitasnya menggunakan refraktometer
(Gambar 15). Hasil pengukuran salinitas di tambak UPT PBL Situbondo menunjukkan
angka pada kisaran 25-30 ppt. Hasil tersebut sesuai dengan pendapat Haliman dan
Adijaya (2005) yang menyatakan bahwa udang muda yang berumur 1-2 bulan
memerlukan kadar garam 15-25 ppt agar pertumbuhannya dapat optimal. Setelah
berumur lebih dari 2 bulan, pertumbuhan relatif baik pada kisaran salinitas 25-30 ppt.

Gambar 15. Refraktometer untuk mengukur salinitas air

Suhu
Pengukuran suhu di tambak UPT PBL Situbondo dilakukan seminggu sekali
menggunakan termometer yang sudah ditempatkan pada petak tambak dengan
kondisi tercelup air. Dari hasil pengukuran yang dilakukan suhu di UPT PBL
Situbondo, suhu pada lokasi budidaya sesuai dengan pendapat Haliman dan Adijaya
(2005), yang menyatakan suhu optimal untuk pertumbuhan udang berkisar antara 26-
32 ºC.

Oksigen terlarut atau dissolved oxygen (DO)


Pengecekan DO dilakukan mulai umur udang 30 hari. Pengecekan dilakukan
seminggu sekali pada pagi hari menggunakan DO meter (Gambar 16). Kadar DO
merupakan oksigen terlarut di dalam perairan yang sangat berpengaruh bagi
kelangsungan hidup udang vaname serta mikroorganisme menguntungkan yang
berada pada perairan. Kisaran DO pada tambak udang vaname di UPT PBL
Situbondo sekitar 1,6-6,3 mg/l. Oksigen yang terlarut di dalam perairan digunakan
makhluk hidup untuk proses respirasi dan juga dibutuhkan oleh bakteri Nitrobacter

33
dalam proses nitrifikasi. Apabila DO kurang dari 3 ppm maka proses respirasi akan
terganggu, akibatnya udang menjadi stress dan kekebalan tubuh udang pun menurun.
Hal ini menyebabkan pertumbuhan udang terhambat atau udang akan mengalami
kematian. Akibat lain yang ditimbulkan adalah kematian massal pada plankton dan
dan meningkatnya kadar amoniak, nintrit, serta hidrogen sulfida karena terhambatnya
proses nitrifikasi.

Gambar 16. Pengukuran oksigen terlarut di tambak udang vaname Unit Pelaksana
Teknis Pengembangan Budidaya Laut Situbondo

Derajat Keasaman (pH)


Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu parameter kualitas air yang juga
mempunyai pengaruh besar terhadap kelangsungan hidup udang vaname. Pada UPT
PBL Situbondo, pengukuran pH dilakukan seminggu sekali, yaitu pada pagi hari
menggunakan pH meter (Gambar 17). Hasil rata – rata pengukuran pH
Mingguanadalah 7,53 – 8,4.

34
Gambar 17. Pengukuran pH pada tambak udang vaname Unit Pelaksana Teknis
Pengembangan Budidaya Laut Situbondo

35
II. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Dari pratik kerja lapang II yang telah dilaksanakan di Unit Pelaksana Teknis
Pengembangan Budidaya Laut Situbondo dapat memperoleh pengetahuan tentang
manajemen pengelolaan pakan pada pembesaran udang vaname dan juga
memeperoleh pengetahuan tentang teknik dan wawasan pembesaran udang vaname.
Selain itu kegiatan Kerja Praktik Akhir dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dalam budidaya Udang Vaname di UPT PBL Situbondo sudah Baik ditandai
dengan :
a. Pengisian air diperlakukan secara bertahap, pertama diisi ketingian 50 cm
dengan diberikan kaporit 100 ppm setelah itu diisi air dengan ketingiaan
100 cm diberikan nuvac. Setelah itu air diperlakukan dengan ditebar
fermentasi, kaptan, dan probiotik tergantung dengan kondisi air saat
budidaya.
b. Teknologi pembesaran Udang Vaname adalah intensif dengan padat
tebar antara 313 ekor/m2 dan benur ditebar berumur PL 10 atau lebih.
2. Sarana dan prasarana di UPT PBL Situbondo cukup lengkap untuk budidaya
Udang Vaname mulai dari alat-alat persiapan tambak, sarana dan bahan
proses budidaya hingga proses kegiatan panen semua sarana sudah cukup
lengkap.

4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan selama mengikuti pratik kerja lapang 2 adalah untuk
menejemen pakan lebih menggunakan perhitungan yang akurat dan tertata dan
sebaiknya penerapan biosecurity di kegiatan pembesaran udang vaname mulai dari
awal sampai akhir lebih ditingkatkan lagi. Untuk monitoring kualitas diharapkan lebih
sering di ukur jangan dilakukan seminggu sekali dan ditambah parameter yang di ukur,
seperti kecerahan, nitrit, amoniak, dan lain-lain.

36
DAFTAR PUSTAKA

Cholid, Narbuko,dan Abu Ahmadi. 2001. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Fenni.2013.Teknik Pengumpulan Data.Halaman 1.Analisis system.Yogyakarta.
Gunartodan Hendrajat, E.A. 2008. Budiddaya udang vaname, Litopenaeus vannamei
pola semiintensif denagan aplikasi beberapa jenis probiotik komersial. J. Ris.
Akuakultur 3 (3): 329-338.
Hasan, M. Iqbal.2002.Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.
Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal : 58
Hudi, dan A. Shahab.2005.Optimasi pro-duktivitas budidaya udang vaname
(Litopenaeus vanamei) dengan menggunakan metode respon surface dan non
linear programming. Prosiding Seminar Nasional manajemen Tek-nologi II.
Hlm.:28.1-28.9.
K.,Amri,., dan Kanna, I. 2008. Budi Daya Udang Vannamei. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Kordi. 2007.Pemeliharaan udang vannamei. Surabaya: Surya Indah.
Kordi. 2010.Pakan Udang.Jakarta: Akademia.
Moh. Nazir.1988.Metode Penelitian.Jakarta: Ghalia Indonesia.
National Research Council (NRC),1997.Nutrient Requirement of Warmwater Fish.
National Academy of Sciences. Washington D.C.
Nazir. 1988.Metode Penelitian.Jakarta: Ghalia Indonesia.
R.W.Haliman, dan D, Adijaya. 2005. Udang Vannamei. Jakarta :Penebar Swadaya.
Subandriyo. 2001.Budidaya Udang dengan Sistem Resirkulasi dan Masalahnya.PT.
Chaeron Pokphand Indonesia: Medan.
Suyanto, S. R., dan A. Mudjiman.2002. Budidaya Udang Windu.Jakarta: Penebar
Swadaya.

37
Lampiran 1

RENCANA KEGIATAN PKL II

NO Uraian Hari Ke -
Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1. Sosialisasi dan X X X
Pengenalan
2. Mengumpulkan X X X X
data profil
perusahaan
3. Mengumpulkan X X X X X X X X X X X X
data kualitas
air + SOP
pengukuran
kualitas air
4. Melengkapi X X X X X X X X X X X X
data
(dokumentasi,
membuat
laporan)
5. Membuat X X X X X X X X X X X X X X
laporan harian

NO Uraian Hari Ke -
Kegiatan
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
1. Sosialisasi dan
Pengenalan

2. Mengumpulkan X X X X X X X X X X X X X X
data profil
perusahaan
3. Mengumpulkan X X X X X X X X X X X X X X
data kualitas
air + SOP
pengukuran
kualitas air
4. Melengkapi X X X X X X X X X X X X X X
data
(dokumentasi,
membuat
laporan)
5. Membuat X X X X X X X X X X X X X X
laporan harian

1
Lampiran 2

Struktur organisasi UPT UPBL

KEPALA UPT PBL SITUBONDO


ENDAH KRISTIARINI, A.Pi, MT
NIP. 19630812 198902 2 002

SUB BAGIAN TATA USAHA


ASLICHAH, S.Pi
NIP. 19620811 198602 2 006

NINIS SETIAWATI, S.Pi


NIP. 19771228 200801 2 011
GUFRON AFFANDI
NIP. 19780312 201001 1 002

KASIE PRODUKSI DAN PENERAPAN TEKNOLOGI KASIE PELAYANAN USAHA DAN JASA
ATIEK SETIJANI, S.Pi Ir. AUNUR ROFIK, M.Si
NIP. 19701004 200604 2 006 NIP. 19620329 199301 1 001

EDI KHURNIADI JALMI RUPINDAH, A.Pi


NIP. 19670109 199203 1 006 NIP. 19690824 199202 2 001
PUJI RAHMAWATI, S.Pi ASMAWI
NIP. 19770205 200901 2 005 NIP. 19660625 198602 1 003
SALIM
NIP. 19631119 198602 1 001
ALWI
NIP. 19660620 198602 1 001
SUMITO
NIP. 19640101 198602 1 015
JOKO SASTRIYO PENGELOLA INSTALASI BUDIDAYA LAUT
NIP. 19640828 200701 1 012 BONCONG-TUBAN
NURAKSAN SUNARIS, S.Pi
NIP. 19750222 200801 1 010 NIP. 19760506 200801 1 010
SYAHRIANTO
NIP. 19770608 200901 1 004 SARJONO
SANHAJI NIP. 19630302 200701 1 009
NIP. 19670723 200701 1 013 TAHMID
DIDIK HARTONO NIP. 19670830 200701 1 010
NIP. 19760101 200801 1 027 TOYIB
EVI TAMALA NIP. 19690801 200701 1 028
NIPTT. 116.02021991.122011.2426 MUHADI
NURINDAH ROZI RAHMAWATI NIPTT. 116.10121972.072010.2430
NIPTT. 116.02021991.122011.2426
VENDY SEPTIAN IMAM BUDIYANTO
NIPTT. 116.02021991.122011.2426
2
Lampiran 3

Jenis bangunan yang ada di UPT UPBL Situbondo

A B

C D

E F

3
G
A H

I J

K
L

4
M N

KETERANGAN: A. Kantor, B. Pos jaga satpam, C. Ruang pelayanan, D. Asrama


peserta pratik, E. Aula, F. Mushola, G. Tandon air tawar, H. Laboratorium, I. Wadah
air laut, J. Bangsal, K. Rumah dinas, L. Guest house, M. Showroom, N. Gudang
pakan, O. Bengkel.

5
Lampiran 3
Penghitungan ABW, Biomassa, Survival Rate (SR), dan Feed Conversion Ratio
(FCR)

1. Average body weight (ABW)

Berat seluruh Udang Vaname (gr)


ABW =
jumlah Udang Vaname (ekor)

2. Biomassa atau jumlah total berat udang


Jumlah udang yang hidup x SR x ABW
Biomassa =
1000

3. Survival Rate (SR)


Jumlah udang yang hidup
%𝑆𝑅 = 𝑋100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑟

4. Feed Conversion Ratio (FCR)

𝐹
𝐹𝐶𝑅 =
𝐵𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠

6
DATA HARIAN BUDIDAYA UDANG VANAME

BANGSAL : Tambak ATM


KOMODITAS : Udang Vaname
NOMOR BAK : A
JUMLAH TEBAR : 75000 ekor
Perlakuan Kualitas Air Pengamatan Kualitas Air Pakan(Gram)
No Tanggal Umur Kaptan/kg Probiotik/l Jam Jam Jam Jam Keterangan
Suhu Salinitas Do pH
07.00 13.00 16.00 19.00
1. 15-7-2018 0
2. 16-7-2018 1 500 500
3. 17-7-2018 2 500 500
4. 18-7-2018 3 500 750
5. 19-7-2018 4 750 750
6. 20-7-2018 5 750 750
7. 21-7-2018 6 750 1000
8. 22-7-2018 7 1000 1000
9. 23-7-2018 8 1000 1000
10. 24-7-2018 9 1000 1000
11. 25-7-2018 10 1000 1000
12. 26-7-2018 11 1000 1000
13. 27-7-2018 12 1000 1200
14. 28-7-2018 13 1200 1200
15. 29-7-2018 14 1200 1200 Scr
16. 30-7-2018 15 1300 1300
17. 31-7-2018 16 1300 1300
18. 1-8-2018 17 1300 1500
19. 2-8-2018 18 1500 1500
20. 3-8-2018 19 1500 1700
21. 4-8-2018 20 1500 1500 1700
22. 5-8-2018 21 1700 1700 1700

7
DATA HARIAN BUDIDAYA UDANG VANAME

BANGSAL : Tambak ATM


KOMODITAS : Udang Vaname
NOMOR BAK : A
JUMLAH TEBAR : 75000 ekor
Perlakuan Kualitas Air Pengamatan Kualitas Air Pakan(Gram)
No Tanggal Umur Kaptan/kg Probiotik/l Jam Jam Jam Jam Keterangan
Suhu Salinitas Do pH
07.00 13.00 16.00 19.00
23. 6-8-2018 22 1700 2000
24. 7-8-2018 23 2000 2000
25. 8-8-2018 24 2000 2250
26. 9-8-2018 25 2000 2250
27. 10-8-2018 26 2250 2250
28. 11-8-2018 27 2550 2250
29. 12-8-2018 28 2500 2500
30. 13-8-2018 29 2500 2500
31. 14-8-2018 30 2500 2500
32. 15-8-2018 31 2500 2500
33. 16-8-2018 32 2500 2500
34. 17-8-2018 33 2500 2500
35. 18-8-2018 34 2500 2500 682
36. 19-8-2018 35 2500 2500 683
37. 20-8-2018 36 2500 2500
38. 21-8-2018 37 2500 2500
39. 22-8-2018 38 2500 2500
40. 23-8-2018 39 2500 2500
41. 24-8-2018 40 1700 1700 1700 1700
42. 25-8-2018 41 1700 1700 1700 1700
43. 26-8-2018 42 1700 1700 1700 1700
44. 27-8-2018 43 2000 2000 2000 2000

8
DATA HARIAN BUDIDAYA UDANG VANAM

BANGSAL : Tambak ATM


KOMODITAS : Udang Vaname
NOMOR BAK : A
JUMLAH TEBAR : 75000 ekor
Perlakuan Kualitas Air Pengamatan Kualitas Air Pakan(Gram)
No Tanggal Umur Kaptan/kg Probiotik/l Jam Jam Jam Jam Keterangan
Suhu Salinitas Do pH
07.00 13.00 16.00 19.00
45. 28-8-2018 44 2000 2000 2000 2000
46. 29-8-2018 45 2000 2000 2000 2000
47. 30-8-2018 46 2000 2000 2000 2000
48. 31-8-2018 47 2000 2000 2000 2000
49. 1-9-2018 48 2000 2000 2000 2000
50. 2-9-2018 49 2000 2000 2000 2000
51. 3-9-2018 50 2000 2000 2000 2000
52. 4-9-2018 51 2000 2000 2000 2000
53. 5-9-2018 52 2000 2000 2000 2000
54. 6-9-2018 53 2000 2000 2000 2000
55. 7-9-2018 54 2000 2000 2000 2000
56. 8-9-2018 56 2000 2000 2000 2000
57. 9-9-2018 57 2000 2000 2000 2000
58. 10-9-2018 58 2000 2000 2000 2000
59. 11-9-2018 59 2000 2000 2000 2000
60. 12-9-2018 60 2000 2000 2000 2000
61. 13-9-2018 61 2000 2000 2000 2000
62. 14-9-2018 62 2000 2000 2000 2000
63. 15-9-2018 63 2000 2000 2000 2000
64. 16-9-2018 64 2500 2500 2500 2500
65. 17-9-2018 65 2500 2500 2500 2500
66. 18-9-2018 66 2500 2500 2500 2500

9
DATA HARIAN BUDIDAYA UDANG VANAME

BANGSAL : Tambak ATM


KOMODITAS : Udang Vaname
NOMOR BAK : A
JUMLAH TEBAR : 75000 ekor
Perlakuan Kualitas Air Pengamatan Kualitas Air Pakan(Gram)
No Tanggal Umur Kaptan/kg Probiotik/l Jam Jam Jam Jam Keterangan
Suhu Salinitas Do pH
07.00 13.00 16.00 19.00
67. 19-9-2018 67 2500 3000 3000 3000
68. 20-9-2018 68 3000 3000 2500 2500
69. 21-9-2018 69 2500 2500 2500 2500
70. 22-9-2018 70 2500 2500 2500 2500
71. 23-9-2018 71 2500 3000 3000 3000
72. 24-9-2018 72 3000 3000 3000 3000
73. 25-9-2018 73 3000 3000 3000 3000
74. 26-9-2018 74 3000 3000 3000 3000
75. 27-9-2018 75 3000 3000 3000 3000
76. 28-9-2018 76 3000 3000 3000 3000
77. 29-9-2018 77 3000 3000 4000 4000
78. 30-9-2018 78 4000 4000 4000 4000
79. 1-10-2018 79 4000 4000 4000 4000
80. 2-10-2018 80 4000 4000 4000 4000
81. 3-10-2018 81 4000 4000 4000 4000
82. 4-10-2018 82 4000 4000 4000 4000
83. 5-10-2018 83 4000 4000 4000 4000
84. 6-10-2018 84 4000 4000 4000 4000
85. 7-10-2018 85 4000 4000 4000 4000
86. 8-10-2018 86 4000 4000 4000 4000
87. 9-10-2018 87 4000 4000 4000 4000
88. 10-10-2018 88 4000 4000 4000 4000

10
DATA HARIAN BUDIDAYA UDANG VANAME

BANGSAL : Tambak ATM


KOMODITAS : Udang Vaname
NOMOR BAK : A

Perlakuan Kualitas Air Pengamatan Kualitas Air Pakan(Gram)


No Tanggal Umur Kaptan/kg Probiotik/l Jam Jam Jam Jam Keterangan
Suhu Salinitas Do pH
07.00 13.00 16.00 19.00
89. 11-10-2018 89 5000 5000 5000 5000
90. 12-10-2018 90 5000 5000 5000 5000
91. 13-10-2018 91 5000 5000 5000 5000

11
DATA HARIAN BUDIDAYA UDANG VANAME

BANGSAL : Tambak ATM


KOMODITAS : Udang Vaname
NOMOR BAK : B
JUMLAH TEBAR : 75000 ekor
Perlakuan Kualitas Air Pengamatan Kualitas Air Pakan(Gram)
No Tanggal Umur Kaptan/kg Probiotik/l Jam Jam Jam Jam Keterangan
Suhu Salinitas Do pH
07.00 13.00 16.00 19.00
1. 15-7-2018 0
2. 16-7-2018 1 500 500
3. 17-7-2018 2 500 500
4. 18-7-2018 3 500 750
5. 19-7-2018 4 750 750
6. 20-7-2018 5 750 750
7. 21-7-2018 6 750 1000
8. 22-7-2018 7 1000 1000
9. 23-7-2018 8 1000 1000
10. 24-7-2018 9 1000 1000
11. 25-7-2018 10 1000 1000
12. 26-7-2018 11 1000 1000
13. 27-7-2018 12 1000 1200
14. 28-7-2018 13 1200 1200
15. 29-7-2018 14 1200 1200 Scr
16. 30-7-2018 15 1300 1300
17. 31-7-2018 16 1300 1300
18. 1-8-2018 17 1300 1500
19. 2-8-2018 18 1500 1500
20. 3-8-2018 19 1500 1700
21. 4-8-2018 20 1500 1500 1700
22. 5-8-2018 21 1700 1700 1700

12
DATA HARIAN BUDIDAYA UDANG VANAME

BANGSAL : Tambak ATM


KOMODITAS : Udang Vaname
NOMOR BAK : B
JUMLAH TEBAR : 75000 ekor
Perlakuan Kualitas Air Pengamatan Kualitas Air Pakan(Gram)
No Tanggal Umur Kaptan/kg Probiotik/l Jam Jam Jam Jam Keterangan
Suhu Salinitas Do pH
07.00 13.00 16.00 19.00
23. 6-8-2018 22 1700 2000
24. 7-8-2018 23 2000 2000
25. 8-8-2018 24 2000 2250
26. 9-8-2018 25 2000 2250
27. 10-8-2018 26 2250 2250
28. 11-8-2018 27 2550 2250
29. 12-8-2018 28 2500 2500
30. 13-8-2018 29 2500 2500
31. 14-8-2018 30 2500 2500
32. 15-8-2018 31 2500 2500
33. 16-8-2018 32 2500 2500
34. 17-8-2018 33 2500 2500
35. 18-8-2018 34 2500 2500 682
36. 19-8-2018 35 2500 2500 683
37. 20-8-2018 36 2500 2500
38. 21-8-2018 37 2500 2500
39. 22-8-2018 38 2500 2500
40. 23-8-2018 39 2500 2500
41. 24-8-2018 40 1700 1700 1700 1700
42. 25-8-2018 41 1700 1700 1700 1700
43. 26-8-2018 42 1700 1700 1700 1700
44. 27-8-2018 43 2000 2000 2000 2000

13
DATA HARIAN BUDIDAYA UDANG VANAM

BANGSAL : Tambak ATM


KOMODITAS : Udang Vaname
NOMOR BAK : B
JUMLAH TEBAR : 75000 ekor
Perlakuan Kualitas Air Pengamatan Kualitas Air Pakan(Gram)
No Tanggal Umur Kaptan/kg Probiotik/l Jam Jam Jam Jam Keterangan
Suhu Salinitas Do pH
07.00 13.00 16.00 19.00
45. 28-8-2018 44 2000 2000 2000 2000
46. 29-8-2018 45 2000 2000 2000 2000
47. 30-8-2018 46 2000 2000 2000 2000
48. 31-8-2018 47 2000 2000 2000 2000
49. 1-9-2018 48 2000 2000 2000 2000
50. 2-9-2018 49 2000 2000 2000 2000
51. 3-9-2018 50 2000 2000 2000 2000
52. 4-9-2018 51 2000 2000 2000 2000
53. 5-9-2018 52 2000 2000 2000 2000
54. 6-9-2018 53 2000 2000 2000 2000
55. 7-9-2018 54 2000 2000 2000 2000
56. 8-9-2018 56 2000 2000 2000 2000
57. 9-9-2018 57 2000 2000 2000 2000
58. 10-9-2018 58 2000 2000 2000 2000
59. 11-9-2018 59 2000 2000 2000 2000
60. 12-9-2018 60 2000 2000 2000 2000
61. 13-9-2018 61 2000 2000 2000 2000
62. 14-9-2018 62 2000 2000 2000 2000
63. 15-9-2018 63 2000 2000 2000 2000
64. 16-9-2018 64 2500 2500 2500 2500
65. 17-9-2018 65 2500 2500 2500 2500
66. 18-9-2018 66 2500 2500 2500 2500

14
DATA HARIAN BUDIDAYA UDANG VANAME

BANGSAL : Tambak ATM


KOMODITAS : Udang Vaname
NOMOR BAK : B
JUMLAH TEBAR : 75000 ekor
Perlakuan Kualitas Air Pengamatan Kualitas Air Pakan(Gram)
No Tanggal Umur Kaptan/kg Probiotik/l Jam Jam Jam Jam Keterangan
Suhu Salinitas Do pH
07.00 13.00 16.00 19.00
67. 19-9-2018 67 2500 3000 3000 3000
68. 20-9-2018 68 3000 3000 2500 2500
69. 21-9-2018 69 2500 2500 2500 2500
70. 22-9-2018 70 2500 2500 2500 2500
71. 23-9-2018 71 2500 3000 3000 3000
72. 24-9-2018 72 3000 3000 3000 3000
73. 25-9-2018 73 3000 3000 3000 3000
74. 26-9-2018 74 3000 3000 3000 3000
75. 27-9-2018 75 3000 3000 3000 3000
76. 28-9-2018 76 3000 3000 3000 3000
77. 29-9-2018 77 3000 3000 4000 4000
78. 30-9-2018 78 4000 4000 4000 4000
79. 1-10-2018 79 4000 4000 4000 4000
80. 2-10-2018 80 4000 4000 4000 4000
81. 3-10-2018 81 4000 4000 4000 4000
82. 4-10-2018 82 4000 4000 4000 4000
83. 5-10-2018 83 4000 4000 4000 4000
84. 6-10-2018 84 4000 4000 4000 4000
85. 7-10-2018 85 4000 4000 4000 4000
86. 8-10-2018 86 4000 4000 4000 4000
87. 9-10-2018 87 4000 4000 4000 4000
88. 10-10-2018 88 4000 4000 4000 4000

15
DATA HARIAN BUDIDAYA UDANG VANAME

BANGSAL : Tambak ATM


KOMODITAS : Udang Vaname
NOMOR BAK : B
JUMLAH TEBAR : 75000 ekor
Perlakuan Kualitas Air Pengamatan Kualitas Air Pakan(Gram)
No Tanggal Umur Kaptan/kg Probiotik/l Jam Jam Jam Jam Keterangan
Suhu Salinitas Do pH
07.00 13.00 16.00 19.00
89. 11-10-2018 89 5000 5000 5000 5000
90. 12-10-2018 90 5000 5000 5000 5000
91. 13-10-2018 91 5000 5000 5000 5000

16

Anda mungkin juga menyukai