Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISA STRUKTUR

Modul B

TEORI LENTURAN BALOK STATIS TAK TENTU

Anastasi Evanjelita 1706986933

Fasya Dwi Ariyani 1706035675

Rashtra Rahardiansyah 1706035971

Rumaisha Amana 1706036002

Tanggal Praktikum : 3 Oktober 2019

Asisten Praktikum : Ryan Nathaniel

Nilai :

Paraf :

LABORATORIUM STRUKTUR

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK 2019
Laboratorium Struktur
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

A. TUJUAN

1. Memeriksa keakuratan dari teori sederhana lenturan sederhana dengan


membandingkan nilai E (modulus elastisitas) yang didapat dari percobaan
dengan Eliteratur yang ada untuk beban teprusat dan beban momen pada struktur
statis tak tentu.
2. Memeriksa keakuratan dalam penggunaan teorema momen dengan mencari
nilai k (konstanta) untuk beban momen di tengah bentang pada struktur statis
tak tentu.

B. PERALATAN
1. 1 – HST. 601 Penyangga ujung dengan penjepit tetap
2. 1 – HST. 602 Penyangga ujung dengan rol
3. 1 – HST. 603 Penggunaan momen lengkap
4. 2 – HST. 604 Katrol ganda
5. 2 – HST. 605 Kumpulan kawat
6. 3 – HST. 606 Penjepit gantungan
7. 2 – HST. 607 Penghubung penggantung
8. 2 – HST. 608 Gantungan-gantungan besar
9. 7 – HST. 609 Gantungan-gantungan kecil
10. 1 – HST. 610 Pengimbang gantungan
11. 1 – HST. 611 Kumpulan penyangga yang dapat disesuaikan
12. 1 – HST. 6m Arloji pengukur
13. 1 – HST. 6c Logam
14. 1 – HST. 6d Balok uji perspektif
C. PROSEDUR
Percobaan 2
1. Menyiapkan dua penyangga pada bentang 1 m dan memasukkan batang besi
dan memasukkan batang besi tebal (2,64 mm) pada ujung alat.
2. Meletakkan gantungan beban dan jepit pada tengah bentang dan Menyiapkan
arloji pengukur untuk mengukur lendutan pada beban terpusat. Memeriksa
bahwa pada penyangga beban, bebas untuk berputar ke arah lendutan balok.

2
Laboratorium Struktur
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

3. Menambahkan beban satu persatu dari 1 N sampai 10 N. Mencatat pembacaan


arloji pengukur dan kemudian melepaskan beban dengan cara yang sama.
Memplot putaran pada akhir dan tengah lendutan terhadap beban.
4. Memindahkan penjepit, gantungan beban dan arloji pengukur ke beberapa
posisi tengah dan mengulang prosedur di atas.
Percobaan 2
1. Mengunci lengan penggerak penyangga ujung sebelah kiri dan jepit batang
besi tebal (2,64 mm) pada posisi seperti yang ditunjukkan di bawah.
2. Meletakkan penjepit gantungan 0,75 m sepanjang bentang dan gunakan dua
arloji pengukur untuk mengukur lendutan.
3. Jika beban sendiri dari gantungan dan kantilever menyebabkan lendutan yang
tidak semestinya, praktikan mengatur kunci sekrup untuk memutar jepitan
berlawanan jarum jam.
4. Memasang beban satu persatu dari 0,5 N sampai 5 N. Membaca arloji-arloji
pengukur pada tiap beban. Memplot grafik lendutan terhadap beban.
5. Menandai kantilever menjadi 8 – 10 persamaan interval sepanjang bentang
sampai penggantung beban.
6. Mengatur arloji-arloji pengukur berpasangan dan mengukur lendutan ketika
beban 5 N dipasang.
D. DATA PENGAMATAN

1. Percobaan 1 Beban terpusat di tengah bentang dengan perletakan Jepit-


Sendi
Tabel 1. Data Percobaan 1

Dial A Dial D
P (N) (mm) (mm)

3 0.1 0.41

5 0.34 1.19

7 0.56 1.63

10 0.93 2.57

3
Laboratorium Struktur
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

2. Percobaan 2 Beban terpusat di tengah bentang dengan perletakan Jepit-Jepit


Tabel 2. Data Percobaan 2

Dial A
P (N) (mm)
3 0.05
5 0.08
7 0.09
10 0.13

3. Percobaan 3 Beban momen di tengah bentang dengan perletakan Jepit-Sendi


Tabel 3. Data Percobaan 3

Dial A Dial D
P (N)
(mm) (mm)
3 1.5 10
5 2.5 23
7 12 32
10 18 152

4. Percobaan 4 Beban momen di tengah bentang dengan perletakan Jepit-Jepit


Tabel 4. Data Percobaan 4

dial A
P (N)
(mm)
3 10.5
5 14.5
7 17
10 20

4
Laboratorium Struktur
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

E. PENGOLAHAN DATA

1. Percobaan 1
Dial A
7𝑃𝐿3 7 𝑥 3 𝑥 9003
𝐸𝛿 = 768𝛿𝐼 = =1723285.25
768 𝑥 0.1 𝑥 115.672

Tabel 5. Pengolahan Data Dial A Percobaan 1

L
P
No 𝛿 (mm I (mm4) E (MPa) Eavg (Ei-Eavg)2
(N)
)
1 3 0.1 900 115.672 1723285.25 975933.351 5.58535E+11
2 5 0.34 900 115.672 844747.671 975933.351 17209682638
3 7 0.56 900 115.672 718035.52 975933.351 66511291066
4 10 0.93 900 115.672 617664.964 975933.351 1.28356E+11

∑ 7.70612E+11

∑(𝐸𝑖−𝐸𝑎𝑣𝑔)2 7.70612𝐸+11
St dev = √ 𝑛−1
=√ 3
= 506824.1215

E max = Eavg + St dev = 1482757.473

E min = Eavg - St dev = 469109.2296

𝐸𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 − 𝐸𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
Kesalahan Relatif = | 𝐸𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
|%

200000−469109.2296
=| 469109.2296
|% = 57%

Dial D
𝐷𝑖𝑎𝑙 𝐷 0.41
𝜃= = = 0.0041
100 100

0.03125𝑃𝐿2 0.03125 𝑥 3 𝑥 9003


𝐸𝜃 = = = 2142401536 MPa
𝜃𝐼 0.0041 𝑥 115.672

5
Laboratorium Struktur
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Tabel 6. Pengolahan Data Dial D Percobaan 1

L
P
No 𝜃 (mm I (mm4) E (MPa) Eavg (Ei-Eavg)2
(N)
)
1 3 0.0041 900 115.672 2142401536 1442328274 4.90103E+17
2 5 0.0119 900 115.672 1230230574 1442328274 4.49854E+16
3 7 0.0163 900 115.672 1257401310 1442328274 3.4198E+16
4 10 0.0257 900 115.672 1139279675 1442328274 9.18385E+16

∑ 6.61124E+17

∑(𝐸𝑖−𝐸𝑎𝑣𝑔)2 6.61124𝐸+17
St dev = √ 𝑛−1
=√ 3
= 469440958.8

E max = Eavg + St dev = 1911769233

E min = Eavg - St dev = 972887315

𝐸𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 − 𝐸𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
Kesalahan Relatif = | 𝐸𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
|%

200000−1911769233
=| 1911769233
|% = 100%

2. Percobaan 2
Dial A
𝑃𝐿3 3 𝑥 9003
𝐸𝛿 = 192𝛿𝐼 = =1723285.25
192 𝑥 0.05 𝑥 115.672

Tabel 7. Pengolahan Data Dial A Percobaan 2

P L
No 𝛿 I (mm4) E (MPa) Eavg (Ei-Eavg)2
(N) (mm)

6
Laboratorium Struktur
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

1 3 0.05 900 115.672 1969468.856 975933.351 9.87113E+11


2 5 0.08 900 115.672 2051530.058 975933.351 1.15691E+12
3 7 0.09 900 115.672 2553015.184 975933.351 2.48719E+12
4 10 0.13 900 115.672 2524960.072 975933.351 2.39948E+12

∑ 7.03069E+12

∑(𝐸𝑖−𝐸𝑎𝑣𝑔)2 7.03069𝐸+12
St dev = √ 𝑛−1
=√ 3
= 1530870.337

E max = Eavg + St dev = 2506803.688

E min = Eavg - St dev = -554936.9858

𝐸𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 −𝐸𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
Kesalahan Relatif = | 𝐸𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
|%

200000−2506803.688
=| 2506803.688
|% = 92%

3. Percobaan 3
Dial A
𝐷𝑖𝑎𝑙 𝐷 0.15
𝜃= = = 0.015
100 100

𝑀 = 𝑃 𝑥 𝐿 = 3 𝑥 150 𝑚𝑚 = 450 Nmm

Tabel 8. Putaran Sudut Dial A Percobaan 3

P dial A teta M
3 1.5 0.015 450
5 2.5 0.025 750
7 12 0.12 1050
10 18 0.18 1500

𝑀𝐿 450 𝑥 900
𝑘 = 𝜃𝐸𝐼 = = 1.167092655
0.015 𝑥 200000 𝑥 115.672

7
Laboratorium Struktur
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Tabel 9. Pengolahan Data Dial A Percobaan 3

M L
No 𝜃 I (mm4) k kavg (ki-kavg)2
(Nmm) (mm)
1 450 0.015 900 115.672 1.167092655 0.74969493 0.174220857
2 750 0.025 900 115.672 1.167092655 0.74969493 0.174220857
3 1050 0.12 900 115.672 0.340402025 0.74969493 0.167520687
4 1500 0.18 900 115.672 0.324192404 0.74969493 0.181052404

∑ 0.697014804

∑(𝑘𝑖−𝑘𝑎𝑣𝑔)2 0.697014804
St dev = √ 𝑛−1
=√ 3
= 0.482014801

k max = kavg + St dev = 1.231709736

k min = kavg - St dev = 0.267680134

𝐸𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝐸𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ
Kesalahan Relatif = | 𝐸𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
|%

1.231709736−0.267680134
=| 0.74969493
|% = 129%

Dial D
𝐷𝑖𝑎𝑙 𝐷 10
𝜃= = = 0.01
100 100

𝑀 = 𝑃 𝑥 𝐿 = 3 𝑥 150 𝑚𝑚 = 450 Nmm

Tabel 10. Putaran Sudut Dial D Percobaan 3

P dial D teta M
3 10 0.1 450
5 23 0.23 750

8
Laboratorium Struktur
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

7 32 0.32 1050
10 152 1.52 1500

𝑀𝐿 450 𝑥 900
𝑘 = 𝜃𝐸𝐼 = = 1.167092655
0.015 𝑥 200000 𝑥 115.672

Tabel 11. Pengolahan Data Dial D Percobaan 3

M L
No 𝜃 I (mm4) k kavg (ki-kavg)2
(Nmm) (mm)
1 450 0.1 900 115.672 0.175063898 0.11699094 0.003372468
2 750 0.23 900 115.672 0.126857897 0.11699094 9.73568E-05
3 1050 0.32 900 115.672 0.127650759 0.11699094 0.000113632
4 1500 1.52 900 115.672 0.038391206 0.11699094 0.006177918

∑ 0.009761375

∑(𝑘𝑖−𝑘𝑎𝑣𝑔)2 0.009761375
St dev = √ 𝑛−1
=√ 3
= 0.057042018

k max = kavg + St dev = 0.174032958

k min = kavg - St dev = 0.059948923

𝐸𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝐸𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ
Kesalahan Relatif = | 𝐸𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
|%

0.174032958−0.059948923
=| 0.11699094
|% = 98%

4. Percobaan 4
Dial A
𝐷𝑖𝑎𝑙 𝐷 0.15
𝜃= = = 0.015
100 100

𝑀 = 𝑃 𝑥 𝐿 = 3 𝑥 150 𝑚𝑚 = 450 Nmm

Tabel 12. Putaran Sudut Dial A Percobaan 4

P dial A teta M

9
Laboratorium Struktur
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

3 10.5 0.105 450


5 14.5 0.145 750
7 17 0.17 1050
10 20 0.2 1500

𝑀𝐿 450 𝑥 900
𝑘 = 𝜃𝐸𝐼 = = 1.167092655
0.015 𝑥 200000 𝑥 115.672

Tabel 13. Pengolahan Data Dial A Percobaan 4

M L
No 𝜃 I (mm4) k kavg (ki-kavg)2
(Nmm) (mm)
1 450 0.105 900 115.672 0.166727522 0.22500183 0.003395896
2 750 0.145 900 115.672 0.201222872 0.22500183 0.000565439
3 1050 0.17 900 115.672 0.240283782 0.22500183 0.000233538
4 1500 0.2 900 115.672 0.291773164 0.22500183 0.00445841

∑ 0.008653283

∑(𝑘𝑖−𝑘𝑎𝑣𝑔)2 0.008653283
St dev = √ 𝑛−1
=√ 3
= 0.053706868

k max = kavg + St dev = 0.278708703

k min = kavg - St dev = 0.171294967

𝐸𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝐸𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ
Kesalahan Relatif = | 𝐸𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
|%

0.278708703−0.171294967
=| 0.22500183
|% = 48%

F. ANALISIS

Analisis Percobaan

Pada tanggal 3 Oktober 2019 praktikan melakukan praktikum Modul B yang


berjudul “Teori Lenturan Balok Statis Tak Tentu”. Praktikum ini memiliki tujuan
untuk membandingkan nilai E (modulus elastisitas) yang didapat dari percobaan

10
Laboratorium Struktur
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

dengan Eliteratur, dalam hal ini Eliteratur yang digunakan adalah Ebaja sebesar 200.000
MPa untuk beban terpusat dan beban momen pada struktur statis tak tentu serta.
Kemudian, tujuan kedua adalah untuk menguji keakuratan penggunaan teorema
momen dengan mencari nilai k (konstanta) untuk beban momen di tengah bentang
pada struktur statis tak tentu.
Praktikum modul ini melakukan empat percobaan. Dalam melakukan
praktikum alat peraga struktur dengan beban terpusat dan beban momen. Percobaan
pertama, dilakukan menggunakan beban terpusat di tengah bentang dengan perletakan
jepit-sendi. Langkah pertama yang dilakukan adalah mengatur penyangga menjadi
jepit dengan cara mengencangkan sekrup dan mengunci lengan penggerak serta
menjadikan penyangga sisi lain menjadi sendi dengan mengencangkan sekrup tanpa
mengunci lengan penggerak. Lengan penggerak pada penyangga berfungsi untuk
menahan gaya momen. Kemudian, praktikan melakukan kalibrasi dial gauge A
(tengah bentang) dan dial gauge D (pada perletakan sendi) dengan cara memutar
hingga jarum menunjuk angka nol. Lalu, praktikan meletakkan beban 3N di
gantungan beban yang berada di tengah bentang batang sebagai beban terpusat.
Setelah itu, praktikan melakukan pembacaan pada dial gauge A dan D. Selanjutnya,
praktikan memvariasikan beban menjadi 5N, 7N, dan 10N. Dalam setiap variasi
beban, dial gauge harus dikalibrasikan ulang. Dalam meletakkan beban harus hati-
hati agar tidak menimbulkan beban kejut yang mempengaruhi pembacaan dial gauge.
Percobaan kedua, dilakukan menggunakan beban terpusat di tengah bentang
dengan perletakan jepit-jepit. Praktikan harus mengatur penyangga agar menjadi
perletakan jepit di kedua sisi dengan cara mengunci lengan penggerak. Pada
percobaan ini hanya dial gauge A (tengah bentang) yang diperhatikan karena kedua
penyangga merupakan perletakan jepit sehingga tidak ada putaran sudut maupun
lendutan pada perletakan. Sebelum pembebanan dial gauge harus dikalibrasi terlebih
dahulu. Kemudian, praktikan meletakkan beban 3N di gantungam beban yang berada
di tengah bentang batang sebagai beban terpusat. Setelah itu, praktikan melakukan
pembacaan pada dial gauge A. Selanjutnya, praktikan memvariasikan beban menjadi
5N, 7N, dan 10N. Dalam setiap variasi beban, dial gauge harus dikalibrasikan ulang.
Percobaan ketiga dilakukan menggunakan beban momen dengan perletakan
jepit-sendi. Posisi penyangga sama dengan percobaan pertama. Hanya saja

11
Laboratorium Struktur
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

pembebanan dilakukan pada gantungan beban yang memiliki lengan gaya sehingga
menimbulkan momen pada batang yang di analisis. Lalu, praktikan meletakkan beban
3N di gantungan beban Setelah itu, praktikan melakukan pembacaan pada dial gauge
A dan D yang telah dikalibrasikan sebelum pembebanan. Selanjutnya, praktikan
memvariasikan beban menjadi 5N, 7N, dan 10N. Dalam setiap variasi beban, dial
gauge harus dalam posisi terkalibrasi. Percobaan keempat sama dengan percobaan 3
menggunakan beban momen, tetapi perletakan jepit-jepit. Maka, posisi penyangga
seperti percobaan kedua. Namun, pembebanan dilakukan pada gantungan beban yang
memiliki lengan gaya. Kemudian, praktikan meletakkan beban 3N dan
memvariasikan 5N, 7N, dan 10N. Terakhir, praktikan melakukan pengukuran
dimensi batang baja yang digunakan. Hal ini dilakukan untuk mengukur besarnya
inersia batang.

Analisis Hasil

Dari percobaan didapatkan nilai besar putaran sudut dari dial D dan lendutan
dari dial A. Dari kedua nilai tersebut dapat dilakukan analisis sehingga mendapatkan
nilai E (modulus elastisitas) dan k (konstanta). Modulus elastisitas merupakan angka
yang menunjukkan ketahanan suatu bahan terhadap deformasi apabila diberi beban.
Pada percobaan ini, praktikan menggunakan bahan baja yang memiliki elastisitas
200000 MPa. Apabila balok diberikan gaya atau beban maka terjadi lendutan yang
besarnya dipengaruhi besarnya nilai E. Semakin kecil nilai E maka akan semakin
mudah bahan tersebut mengalami deformasi. Dari hal itu, diturunkan dengan
beberapa metode sehingga menghasilkan persamaan yang praktikan gunakan untuk
melakukan pengolahan data.
Dari nilai lendutan percobaan pertama dimasukkan ke dalam persamaan 𝐸𝛿 =
7𝑃𝐿3
didapatkan nilai Eavg sebesar 975933.351 MPa dengan kesalahan relatif terhadap
768𝛿𝐼

Eliteratur sebesar 57%. Untuk hasil putaran sudut percobaan pertama didapatkan Eavg
0.03125𝑃𝐿2
sebesar 1442328274 MPa dari persamaan 𝐸𝜃 = dengan kesalahan relatif
𝜃𝐼

100% dari Eliteratur. Konsep analisis data pada percobaan kedua sama dengan
percobaan pertama, hanya berbeda persamaan yaitu menggunakan persamaan 𝐸𝛿 =
𝑃𝐿3
dan dihasilkan nilai Eavg sebesar 975933.351 dengan besar kesalahan relatif 92%
192𝛿𝐼

12
Laboratorium Struktur
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

terhadap Eliteratur. Pada percobaan kedua ini tidak ada putaran sudut karena perletakan
jepit dapat menahan momen gaya yang menyebabkan adanya putaran sudut.
Kemudian, percobaan ketiga dan keempat dilakukan untuk mencari nilai k
yang merupakan tetapan teori lenturan akibat beban momen. Dari penurunan rumus
𝑀𝐿
didapat persamaan untuk mencari k sebagai berikut 𝑘 = 𝜃𝐸𝐼. Nilai k didapatkan dari

nilai putaran sudut yang didapatkan dari percobaan. Pada percobaan ketiga
didapatkan 2 nilai k, yaitu nilai k dari dial A dan dial D. Nilai k dari dial A yang
terletak di tengah bentang didapatkan nilai sebesar 0.74969493 dan memiliki besar
kesalahan relatif 129%. Kemudian, nilai k dari dial D yang terletak pada perletakan
sendi didapatkan nilai sebesar 0.11699094 dan memiliki besar kesalahan relatif 98%.
Selanjutnya, percobaan keempat hanya didapatkan nilai k dari dial A yang berada di
tengah bentang sebesar 0.22500183 dengan kesalahan relatif 48%. Nilai kesalahan
relatif yang didapatkan praktikan cukup besar ini disebabkan oleh kesalahan-
kesalahan yang terjadi saat percobaan.

Analisis Kesalahan

Terdapat beberapa kesalahan selama praktikum berlangsung. Sehingga menyebabkan


kesalahan yang dipresentasikan oleh kesalahan relatif perhitungan. Kesalahan relatif
yang terjadi pada umumnya disebabkan oleh:

1. Kesalahan paralaks saat melakukan pembacaan pada dial dan pengukuran dimensi
batang baja.
2. Kalibrasi alat dial oleh praktikan kurang tepat sehingga data yang didapatkan saat
percobaan kurang tepat.
3. Posisi dial tidak tegak lurus dengan bentang yang di uji sehingga dial tidak
menunjukkan angka yang tepat.
4. Praktikan tidak sengaja menyentuh alat peraga saat pembacaan dial sehingga
menyebabkan adanya gaya lain selain pembebanan yang diberikan.

G. KESIMPULAN

1. Nilai E (modulus elastisitas) dan nilai k (konstanta) dapat dicari dari lendutan
dan putaran sudut.

13
Laboratorium Struktur
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

2. Semakin besar beban yang besar nilai lendutan yang terjadi.


3. Nilai k berbanding lurus dengan nilai putaran sudut.

H. LAMPIRAN

Gambar 1. Praktikan melakukan kalibrasi dial

14
Laboratorium Struktur
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

15

Anda mungkin juga menyukai